tiga tahapan yaitu demineralisasi dengan HCl encer, deproteinisasi dengan NaOH encer setelah tahap ini diperoleh kitin dan selanjutnya deasetilasi kitin menggunakan
NaOH pekat Brine,1984 dan Shahidi et al., 1999
Tabel 2.1 Spesifikasi Kitin Komersil
Parameter Ciri
Ukuran partikel Serpihan sampai serbuk
Kadar air ≤ 10,0
Kadar abu ≤ 2,0
N-deasetilasi ≥ 15,0
Kelarutan dalam: •
Air Tidak larut
• Asam encer
Tidak larut •
Pelarut organic Tidak larut
• LiCl
2
dimetilasetamida Sebagian larut
Enzim pemecah Lisozim dan kitinase
Sugita, 2009
Kitin merupakan bahan yang tidak beracun dan bahkan mudah teruai secara hayati biodegradable. Bentuk fisiknya berupa padatan amorf yang berwarna putih
dengan kalor spesifik 0,373 ± 0,03 kalg
o
C. Kitin hapir tidak larut dalam air, asam encer, dan basa, tetapi larut dalam asam format, asam metanasulfonat, N,N-
dimetilasetamida yang mengandung 5 litium klorida, heksaflouroisopropil alkohol, heksafluoroaseton dan campuran 1,2-dikloroetana-asam trikloroasetat dengan nisbah
35:65 vv. Asam mineral pekat seperti H
2
SO
4
, HNO
3
, dan H
3
PO
4
dapat melarutkan kitin sekaligus menyebabkan rantai panjang kitin terdegradasi menjadi satuan-satuan
yang lebih kecil Sugita, 2009.
2.2 Kitosan
Universitas Sumatera Utara
Kitosan adalah poli-2-amino-2-deoksi- β-1-4-D-glukopiranosa dengan rumus
molekul C
6
H
11
NO
4 n
yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitosan juga dijumpai secara alamiah di beberapa organisme.
O OH
CH
2
OH
NH
2
O O
O OH
CH
2
OH
NH
2
O n
Gambar 2.2 Struktur Kitosan
Proses deasetilasi kitosan dapat dilakukan dengan cara kimiawi maupun enzimatik. Proses kimiawi menggunakan basa, misalnya NaOH, dan dapat
menghasilkan kitosan dengan derajat deasetilasi 85-93. Namun proses kimiawi menghasilkan kitosan dengan bobot molekul yang beragam dan deasetilasinya juga
sangat acak, sehingga sifat fisik dan kimia kitosan tidak seragam. Selain itu, proses kimiawi juga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, sulit dikendalikan, dan
melibatkan banyak reaksi samping yang dapat menurunkan rendemen. Proses enzimatik dapat menutupi kekurangan proses kimiawi. Pada dasarnya deasetilasi
secara enzimatik bersifat selektif dan tidak merusak rantai kitosan, sehingga menghasilkan kitosan dengan karakteristik yang lebih seragam agar dpat memperluas
bidang aplikasinya.
Tabel 2.2 Spesifikasi Kitosan Komersil
Parameter Ciri
Universitas Sumatera Utara
Ukuran partikel Serpihan sampai serbuk
Kadar air ≤ 10,0
Kadar abu ≤ 2,0
Warna larutan Tidak berwarna
N-deasetilasi ≥ 70,0
Kelas viskositas cps •
Rendah 200
• Medium
200799 •
Tinggi pelarut organic 8002000
• Sangat tinggi
˃ 2000 Sugita, 2009
Kitosan merupakan padatan amorf yang berwarna putih dengan rotasi spesifik [α]
D 11
-3 hingga -10
o
padatan konsentrasi asam asetat 2. Kitosan larut pada kebanyakan larutan asam organik, pada pH sekitar 4,0 tetapi tidak larut pada pH lebih
besar dari 6,5, juga tidak larut dalam pelarut air, alkohol dan aseton. Dalam asam mineral HCl dan HNO
3
, kitosan larut pada konsentrasi 0,15-1,1, tetapi tidak larut pada konsentrasi 10. Kitosan tidak larut dalam H
2
SO
4
pada berbagai konsentrasi, sedangkan dalam H
3
PO
4
tidak larut pada konsentrasi 1 sementara pada konsentrasi 0,1 sedikit larut. Perlu kita ketahui, bahwa kelarutan kitosan dipengaruhi oleh bobot
molekul, derajat deasetilasi dan rotasi spesifiknya yang beragam tergantung pada sumber dan metode isolasi serta transformasinya Sugita, 2009.
Kitosan telah digunakan di berbagai bidang industri seperti industri makanan aditif, kosmetik, material pertanian, dan untuk anti bakterial. Kitosan juga sering
digunakan sebagai adsorben pada ion logam transisi dan spesies organik. Hal ini disebabkan oleh adanya gugus amino -NH
2
dan gugus hidroksil -OH dari rantai kitosan yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk berkoordinasi dan bereaksi Juang,
2002.
Tabel 2.3 Aplikasi dan fungsi kitosan di berbagai bidang
Universitas Sumatera Utara
Bidang aplikasi Fungsi
I. Pengolahan limbah
− Bahan koagulasiflokulasi untuk
limbah cair −
Penghilangan ion-ion metal dari limbah cair
II. Pertanian
− Dapat menurunkan kadar asam sayur,
buah dan ekstrak kopi −
Sebagai pupuk −
Bahan antimicrobakterial III.
Industri tekstil −
Serat tekstil −
Meningkatkan ketahanan warna IV.
Bioteknologi −
Bahan-bahan immobilisasi enzim V.
Klarifikasi Penjernihan •
Limbah industri pangan •
Industri sari buah •
Pengolahan minuman beralkohol
• Penjernihan air minum
• Penjernihan kolam renang
• Penjernihan zat warna
• Penjernihan tannin
− Koagulasiflokulasi
− Flokulan pectinprotein
− Flokulan proteinmikroba
− Koagulasi
− Flokulan mikroba
− Pembentuk kompleks
− Pembentuk kompleks
VI. Kosmetik
− Bahan untuk rambut dan kulit
VII. Biomedis
− Mempercepat penyembuhan luka
− Menurunkan kadar kolesterol
VIII. Fotografi
− Melindungi film dari kerusakan
Robert, 1992
2.3 Lemak