Permasalahan Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Metodologi Penelitian Lokasi Penelitian Kitin

Salah satu upaya untuk menurunkan kadar kolesterol dalam lemak dengan menggunakan biopolimer kitosan. Senyawa ini akan membawa muatan listrik positif, dapat menyatu dengan zat asam empedu yang bermuatan negatif sehingga menghambat penyerapan kolesterol, karena zat lemak yang masuk bersama makanan harus dicerna dan diserap dengan bantuan zat asam empedu yang disekresi liver Hargono, 2008. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh penambahan kitosan dari cangkang kepiting terhadap penyerapan kolesterol dari lemak kambing.

1.2 Permasalahan

Apakah kitosan dari cangkang kepiting dapat digunakan sebagai adsorben untuk menurunkan kadar kolesterol dari lemak kambing dengan menggunakan metode Beyer dan Jensen.

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada penyediaan kitin dari cangkang kepiting serta penyerapan kolesterol dari lemak kambing pada penambahan kitosan dengan variasi massa 1, 3, 5 dan 7 gram kitosan dan dengan variasi waktu perendaman 15, 30, 45 dan 60 menit.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan penyediaan dan karakterisasi kitosan dari cangkang kepiting sebagai adsorben untuk menurunkan kadar kolesterol.

1.5 Manfaat Penelitian

Universitas Sumatera Utara Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi hasil ekstraksi kitosan dari cangkang kepiting.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian laboratorium, dimana isolasi kitin dari cangkang kepiting melalui tiga tahap, yaitu deproteinasi dengan NaOH encer, demineralisasi dengan HCl selanjutnya proses deasetilasi dengan penambahan NaOH untuk menghasilkan kitosan. Penentuan kadar kolesterol dari lemak kambing dilakukan dengan mengekstraksi lemak terlebih dahulu. Proses penyerapan kolesterol dari lemak kambing dilakukan dengan penambahan kitosan sebanyak 1 gram dengan variasi waktu perendaman 15, 30, 45 dan 60 menit. Kemudian dilakukan hal yang sama untuk variasi penambahan kitosan sebanyak 3, 5 dan 7 gram. Kemudian hasilnya dianalisa secara kromatografi gas.

1.7 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian FMIPA USU dan di Laboratorium Kimia Dasar FMIPA USU. Gugus fungsi dari kitin dan kitosan ditentukan dengan metode spektoskopi inframerah di UGM. BAB 2 Universitas Sumatera Utara TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kitin

Kitin merupakan poli 2-asetamido-2-deoksi- β-1→4-D-glukopiranosa dengan rumus molekul C 8 H 13 NO 5 n yang tersusun atas 47 C, 6 H, 7 N, dan 40 O. Struktur kitin menyerupai struktur selulosa dan hanya berbeda pada gugus yang terikat di posisi atom C-2. Gugus pada C-2 selulosa adalah gugus hidroksil, sedangkan pada C-2 kitin adalah gugus N-asetil -NHCOCH 3 , asetamida O OH CH 2 OH NH COCH 3 O O O OH CH 2 OH NH COCH 3 O n Gambar 2.1 Struktur kitin Di alam, kitin dikenal sebagai polisakarida yang paling melimpah setelah selulosa. Kitin umumnya banyak dijumpai pada hewan avertebrata laut, darat, dan jamur dari genus Mucor, Phycomyces, dan Saccharomyces. Keberadaan kitin di alam umumnya terikat pada protein, mineral, dan beragai macam pigmen. Sebagian besar kelompok Crustacea, seperti kepiting, udang dan lobster, merupakan merupakan sumber utama kitin komersial. Di dunia, kitin diproduksi secara komerisal 120 ribu ton per tahun. Kitin yang berasal dari kepiting dan udang sebesar 39 ribu ton 32,5 dan dari jamur 32 ribu ton 26,7 Knorr,1991. Kitin yang terdapat pada cangkang ini masih terikat dengan protein, CaCO 3, pigmen dan lemak. Berbagai teknik dilakukan untuk memisahkannya, tetapi melalui Universitas Sumatera Utara tiga tahapan yaitu demineralisasi dengan HCl encer, deproteinisasi dengan NaOH encer setelah tahap ini diperoleh kitin dan selanjutnya deasetilasi kitin menggunakan NaOH pekat Brine,1984 dan Shahidi et al., 1999 Tabel 2.1 Spesifikasi Kitin Komersil Parameter Ciri Ukuran partikel Serpihan sampai serbuk Kadar air ≤ 10,0 Kadar abu ≤ 2,0 N-deasetilasi ≥ 15,0 Kelarutan dalam: • Air Tidak larut • Asam encer Tidak larut • Pelarut organic Tidak larut • LiCl 2 dimetilasetamida Sebagian larut Enzim pemecah Lisozim dan kitinase Sugita, 2009 Kitin merupakan bahan yang tidak beracun dan bahkan mudah teruai secara hayati biodegradable. Bentuk fisiknya berupa padatan amorf yang berwarna putih dengan kalor spesifik 0,373 ± 0,03 kalg o C. Kitin hapir tidak larut dalam air, asam encer, dan basa, tetapi larut dalam asam format, asam metanasulfonat, N,N- dimetilasetamida yang mengandung 5 litium klorida, heksaflouroisopropil alkohol, heksafluoroaseton dan campuran 1,2-dikloroetana-asam trikloroasetat dengan nisbah 35:65 vv. Asam mineral pekat seperti H 2 SO 4 , HNO 3 , dan H 3 PO 4 dapat melarutkan kitin sekaligus menyebabkan rantai panjang kitin terdegradasi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil Sugita, 2009.

2.2 Kitosan