Implementasi Program Kemitraan dan Bina Lingkunga Dalam Pengembangan Usaha Kecil
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Ambadar, Jackie. 2008. CSR Dalam Praktik Di Indonesia. Jakarta :Gramedia Anoraga, Pandji Dan Sudantoko Djoko, (2002). Koperasi Kewirausahaan, Dan
Usaha Kecil. Jakarta : Rineka Cipta.
Bararualuo, Frans. 2001. Kajian Strategis Pengelolaan Dan Keunggulan Bisnis
Usaha Kecil Di Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media
Bobo, Julius. 2003. Transformasi Ekonomi Rakyat. Jakarta: PT. Pustaka Cidesindo
Effendi,Sofian, Dan Tukiran. 2012. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Isono, Sadoko & Heryadi. 2001. Pengembangan Usaha Kecil (Pemihakan
Setengah Hati). Bandung: Penerbit Yayasan Akatiga
Kartini, Dwi. 2009. Corporate Social Responsibility (Transformasi Konsep Suistainability Management Dan Implementasi Di Indonesia). Bandung : Refika Aditama.
Longenecker, Justin G & Dkk. 2001. Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil
Buku I. Jakarta: Salemba Empat
Nugroho, Riant. 2014 .Kebijakan Publik Di Negara-Negara Berkembang. Jakarta: Pustaka Pelajar
Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Riyanto, A. S. 2011. PKBL Ragam Derma Sosial BUMN. Jakarta: Banana publisher.
Sartika,dkk.2002. Ekonomi Skalakecil/Menengah & Koperasi.Jakarta: Gahlia Indonesia
Situmorang, Lusia Dkk. 2003. Usaha Kecil Menengah Dan Pembangunan. Jakarta: Ghalia Indonesia
(2)
Solichin, H Abdul Wahab. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. UMM Press: Malang
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta Sukirno,Sadono.2004. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta : Lukman Offset YPAPI.
Tulus, Tambunan. 2009. UMKM Di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia Untung, Hendri Budi.2009. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar
Grafika
Wibisono, Yusuf.2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR. Gresik : Fascho Publishing
Winarno, Budi.2014. Kebijakan Publik Teori, Proses Dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS (Center Of Academik Publishing Service)
Sumber jurnal
Implementasi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Pada Badan Usaha Milik Negara (Studi Kasus Pada Pt. Pln Perserocabang Jayapura).Benny Andhika Sesa .2015. Fakultas Hukum .Universitas Atma Jaya Yogjakarta.
Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (Pkbl) Sebagai Implementasi Tanggungjawab Sosial Badan Usaha Milik Negara : Studi Pelaksanaan Pkbl Perum Jasa Tirta I . Soraya Anggun Puspitasari . Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Studi Implementasi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dan Hubungannya dengan Kesejahteraan Target Group di PT. Perkebunan Nusantara III Deli Serdang 2, Sei Karang Galang
Efektifitas program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) dalam mengembangkan usaha kecil. Studi pada PT.Perkebunan Nusantra III Medan. putrid maulida. 2013. USU
Implementasi Corporate Social Responsibility Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (PERSERO).Anggey Wira Matondang. 2015. FISIP. USU
(3)
Sumber Undang –Undang
Undang Undang No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil
Undang-Undang No.19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Umkm
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-09/MBU/07/2015 Tentang Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan BUMN
Sumber lnternet
(4)
BAB III
METODE PENELITIAN III.1 Bentuk Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah (2006:47), penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian- kejadian, secara sistematis dan akurat, mengenai sifat- sifat populasi atau daerah tertentu.
III.2 Lokasi Penelitian
Guna memperoleh data sebagai bahan dalam penelitian ini sekaligus guna menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, maka lokasi penelitian ini pada PT.Perkebunan Nusantara IV yang beralamat di Jl. Letjend Suprapto No. 2 medan
III.3 Informan Penelitian
Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hendarso (dalam Usman,2009:50), menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalan focus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagi informasi yang diperlukan selama proses penelitian.
(5)
Informan penelitian adalah orang-orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Menurut Bagong informan peneliti meliputi beberapa macam yaitu
1. Informan Kunci (Key Informan) yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan oleh peneliti. Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah
a. Alimusri, SE.Ak.Mm selaku Kepala Bagian PKBL
b. Hendy Sujatmiko,SE selaku Kepala Urusan Administrasi Keuangan dan Bina Lingkungan
c. H. Dahlan Situmorang, SE selaku kepala urusan Program Kemitraan.
d. Afni Ria Safitri, SE selaku Kepala Urusan CSR dan Administrasi Program Kemitraan
2. Informan Utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi social yang diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah para mitra binaan PTPN IV, yaitu:
a. Ibu Irma Ramadhani Pemilik Usaha Rantangan
b. Bapak Rasman Bangun Selaku Pedangang Gas Elpiji 3 Kg
c. Bapak Andriansyah Ekaputra Nasutian Selaku Pedangang Minuman
(6)
III.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data, keterangan, informasi yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan melalui :
a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakuakn denagn tanya jawab secara langsung dan mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam kepada pihak – pihak yang terkait. b. Observasi yaitu pengamatan langsung pada suatu objek yang akan
diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.
2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :
a. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber–sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.
b. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku–buku, karya ilmiah serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah dengan masalah yang akan diteliti.
(7)
III.5 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah peneliti mengkonfirmasi seluruh existing data sekunder dan data primer (wawancara dan observasi) dan menyajikannya dengan analisis kualitatif. Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan serta menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. Adapun model analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif. Model teknik analisis data interaktif yang dikemukan oleh Miles dan Huberman (dalam Herdiansyah, 2010:164) terdiri dari empat tahapan, yaitu :
1. Pengumpulan data
Menurut Creswell bahwa peneliti kualitatif sebaiknya berpikir dan melakukan analisis ketika penelitian kualitatif baru dimulai (dalam Herdiansyah, 2010:164). Maksudnya adalah peneliti telah melakukan analisis tema dan melakukan pemilahan tema (kategorisasi) pada awal penelitian. Intinya proses pengumpulan data pada peneliti kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan proses pengumpulan data dapat dilakukan, bahkan saat peneliti berinteraksi dengan lingkungan sosial subjek dan informan pun, itu merupakan proses pengumpulan data yang hasilnya adalah data
(8)
yang akan diolah. Ketika peneliti telah mendapatkan data yang cukup untuk diproses dan dianalisis, tahap selanjutnya adalah melakukan reduksi data.
2. Reduksi data
Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) sesuai dengan formatnya masing-masing
3. Display data
Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam
bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih sederhana dan lebih konkret yang disebut dengan subtema sesuai dengan verbatim wawancara yang sebelumnya telah dilakukan.
4. Kesimpulan/verifikasi
Kesimpulan /verifikasi merupakan proses tahap akhir dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut model interaktif. Kesimpulan dalam analisis data kualitatif menjurus kepada jawaban dari pertanyaan “what”dan “how”dari temuan penelitian tersebut. Secara esensial kesimpulan berisi tentang uraian dari seluruh subkategorisasi tema. Ada tiga tahapn dalam tahap kesimpulan/verifikasi yaitu pertama, menguraikan tema pada hasil wawancara. Kedua, menjelaskan hasil temuan penelitian dengan menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan aspek /komponen penelitian. Ketiga, membuat kesimpulan dari temuan tersebut dengan memberikan penjelasan dari jawaban pertanyaan penelitian yang diajukan
(9)
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
IV.1 Gambaran Umum Perusahaan IV.1.1 Riwayat Singkat Perusahaan
PT Perkebunan Nusantara IV disingkat PTPN IV didirikan berdasarkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1996, merupakan hasil peleburan 3 (tiga) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT Perkebunan VI (Persero), PT Perkebunan VII (Persero), dan PT Perkebunan VIII (Persero) sebagaimana dinyatakan dalam Akta Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara IV No. 37 tanggal 11 Maret 1996 yang dibuat dihadapan Notaris Harun Kamil, SH, Notaris di Jakarta, yang anggaran dasar telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Nomor: C2-8332.HT.01.01.Th.96 tanggal 8 Agustus 1996 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 8 Oktober 1996 Nomor 81 dan Tambahan Berita Negara No. 8675. Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa kali mengalami perubahan terakhir berdasarkan Keputusan Para Pemegang Saham Nomor : SK-44/MBU/03/2016 dan Nomor : KPJAK/Hold/AD.NIV/03/2016 yang dinyatakan dalam Akta No. 05 tanggal 14 Maret 2016 yang dibuat dihadapan Notaris Nanda Fauz Iwan SH, M.Kn.
(10)
IV.1.2 Jejak langkah Tahun 1996 - 2000
Peleburan perusahaan PT Perkebunan VI, VII dan VIII yang merupakan cikal pendirian PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). Perusahaan memulai menyusun langkahlangkah strategis dan melakukan transformasi bisnis untuk meningkatkan produktivitas agar dapat bersaing.
Tahun 2001-2005
Merencanakan strategi transformasi bisnis dimana semakin tingginya permintaan kelapa sawit dengan merencanakan pengembangan areal kelapa sawit dan mulai melaksanakan konversi tanaman teh dan kakao ke kelapa sawit di Unit Balimbingan, Bah Birong Ulu dan Marjandi.
Tahun 2006 - 2010
Perusahaan membentuk Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha dengan mengganti Direktorat Pemasaran menjadi Direktorat Keuangan. Perusahaan mulai melakukan pengembangan areal kelapa sawit di Kab. Labuhan Batu dan Mandailing Natal dan Membentuk Unit Proyek Pemgembangan Batang laping, Timur, Panai Jaya.
Tahun 2011 - 2015
Perusahaan mulai melakukan restruktur organisasi dan sdm untuk menuju perusahaan best practices. Restruktur Organisasi dimulai dengan menyederhanakan proses bisnis dan melakukan penggabungan Grup Unit Usaha yang semula ada 5 GUU menjadi 4 GUU dan melakukan
penggabungan Unit Usaha PKS Sosa ke Unit Usaha Sosa, melakukan spin off rumah sakit dan sekolah. Perusahaan juga sedang mempersiapkan restruktur
(11)
organisasi di tingkat Bagian dan Unit Usaha. diakhir tahun 2014 PTPN IV telah berubah status dari BUMN menjadi anak perusahaan BUMN. Perubahan Nama Perusahan Pada tahun 2015 perusahan tidak melakukan perubahan nama perusahaan. Perusahaan melakukan perubahan nama perusahaan pada tahun 2014 berdasarkan ketentuan Pasal 1 Akta Perubahan Anggaran Dasar Nomor: 25 tanggal 23 Oktober 2014 yang dibuat dihadapan Notaris Nanda Fauz Iwan, SH,M.Kn, nama perusahaa berubah menjadi PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV atau disingkat PTPN IV .
IV.1.3 Bidang Usaha
PTPN IV adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang agrobisnis dan agroindustri. Dalam menjalankan bisnisnya PTPN IV mengelola 2 segmen usaha komoditi perkebunan yaitu :
1. Segmen Usaha Komoditi Kelapa Sawit 2. Segmen Usaha Komoditi Teh
PTPN IV memiliki 30 Unit Kebun yang mengelola budidaya Kelapa Sawit, 1 Unit kebun yang mengelola teh dan 1 unit Kebun Plasma Kelapa Sawit, yang berlokasi di 9 Kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Padang Lawas , Batubara dan Mandailing Natal. Dalam proses pengolahan, PTPN IV memiliki 16 Unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas total 615 ton Tandan Buah Segar (TBS) perjam, 2 unit Pabrik Teh dengan kapasitas total 155 ton Daun Teh Basah (DTB) perhari, dan
(12)
2 unit Pabrik Pengolahan Inti Sawit dengan kapasitas 405 ton perhari. Selain mengelola kedua komoditi tersebut PTPN IV juga mengelola balai benih kelapa sawit yang terdapat di Unit
Usaha Adolina.PTPN IV juga didukung oleh 1 Unit Usaha Engineering
Manufacturing and Construction yaitu Pabrik Mesin Tenera (PMT) . Bidang
Usaha menurut Anggaran Perusahaan
Berdasarkan Akta Nomor 5 tanggal 14 Maret 2016 tentang Perubahan Anggaran Dasar yang dibuat dihadapan Notaris Nanda Fauz Iwan SH, M.Kn. adalah melakukan usaha di bidang agro bisnis dan agro indutri serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, untuk mendapatkan/mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha utama sebagai berikut :
a. Pengusahaan budidaya tanaman meliputi pembukaan dan pengolahan lahan, pembibitan,penanaman dan pemeliharaan, serta pemungutan hasil tanaman dan melakukan kegiatan- kegiatan lain yang berhubungan dengan pengusahaan budidaya tanaman tersebut.
b. Produksi meliputi penerimaan dan pengolahan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi dan/atau barang jadiserta produk turunannya.
c. Perdagangan meliputi penyelenggaraan kegiatan pemasaran berbagai macam hasil produksi serta melakukan kegiatan perdagangan lainnya yang
(13)
berhubungan dengan kegiatan usaha Perseroan, baik hasil produksi sendiri maupun hasil produksi pihak lain.
d. Pengembangan usaha bidang Perkebunan, Agro Wisata, Agro Bisnis, Agro Industri, dan Agro Forestry.
Selain kegiatan usaha utama Perseroan dapat melakukan kegiatan usaha dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk trading
house, pengembangan kawasan industri, agro industrial complex, real estate
(penjualan, pembelian, dan pengelolaan properti termasuk hotel, perumahan, apartemen, dan kondominium, pergudangan, pusat perbelanjaan/mall), pariwisata, resort, olah raga dan rekreasi, rest area, jalan tol, perpupukan (industri dan perdagangan), rumah sakit, Jasa pelayanan kesehatan lainnya, pendidikan, penelitian, prasarana telekomunikasi, sumber daya energi (termasuk namun tidak terbatas biofuel, green diesel ethanol), penyediaan/pembangkit tenaga listrik (termasuk namun tidak terbatas pada yang bersumber dari ethanol, biomasa, dan biogas), jasa penyewaan, jasa pembangunan kebun, jasa pengusahaan sarana dan prasarana yang dimiliki Perseroan, pertanian, peternakan, perkayuan (Industri dan perdagangan), perkantoran, jasa konsultasi bidang Agro Bisnis dan Agro Industri dan/atau pengolahan, hasil perkebunan, perikanan, transportasi, kebandarudaraan, pertambangan, pelabuhan, alat mesin pertanian, pakan ternak, penggemukan sapi, ketahanan-pangan, kontraktor pembangunan bidang perkebunan, karung goni, karung plastik, alkohol spiritus, particle board, ragi (yeast), asam asetat, bumbu masak, kosmetik, bahan bangunan, industri bio ethanol, jasa laboratorium, penyediaan air (termasuk air minum dan air baku), pengelolaan
(14)
limbah, pelatihan, aneka tanaman, particle board, oleochemical), jasa perbengkelan (workshop), jasa konstruksi, rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering procurement and construction (EPC), industri pengecoran logam (foundry), dan manufaktur.
VI.1.4 Produk dan Jasa Yang Dihasilkan
PTPN IV memiliki 2 segmen usaha yaitu kelapa sawit danteh dengan komoditi kelapa sawit merupakan segmen usaha terbesar. Selain itu perseroan juga memiliki 1 Unit Usaha Engineering Manufacturing and Construction yaitu Pabrik Mesin Tenera (PMT) Dolok Ilir. Produk dan Jasa yang dihasilkan Perseroan sebagai berikut : Komoditi Kelapa Sawit :
1. Minyak Sawit 2. Inti Sawit Komoditi Teh : 1. Teh Hitam Jasa lainnya
1. Jasa Engineering, Manufacturing and Construction yang dihasilkan dari Unit Usaha PMT Dolok Ilir.
(15)
IV.1.5 VISI DAN MISI Visi
Menjadi perusahaan unggul dalam usaha agroindustri yang terintegrasi. Misi
1. Menjalankan usaha dengan prinsip-prinsip usaha terbaik, inovatif, dan berdaya saing tinggi.
2. Menyelenggarakan usaha agroindustri berbasis kelapa sawit, teh, dan karet.
3. Mengintegrasikan usaha agroindustri hulu, hilir dan produk baru, pendukung agroindustri dan pendayagunaan aset dengan preferensi pada teknologi terkini yang teruji (proven) dan berwawasan lingkungan.
Visi dan Misi tersebut telah mendapat persetujuan dari Direksi dan Dewan Komisaris yang dituangkan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan 2015 – 2019 pada tanggal 3 November 2014.
IV.1.6 Budaya Perusahaan
Memberi, membimbing dan mendorong perilaku seluruh karyawan perusahaan agar dalam melaksanakan tugas selalu:
1. Berpikir positif untuk dapat menangkap setiap peluang. 2. Proaktif dalam menghasilkan inovasi dan prestasi. 3. Kerjasama tim untuk membangun kekuatan.
(16)
IV.1.7 Struktur Organisasi
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT Perkebunan Nusantara IV No. 04.15/Kpts/83/V/2015 Tentang Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara IV. Struktur organisasi perusahan sebagai berikut :
(17)
Adapun struktur organisasi PKBL tahun 2016 sebagai berikut : Bagan IV.3 organisasi PKBL (04.13)
KEPALA BAGIAN ALIMUSRI, SE. Ak. MM
Pj. Kepala Urusan Kepala Urusan Pj. Kepala Urusan
Admi Keuangan dan Bina
Lingkungan
Program
Kemitraan
CSR dan Admi Progam Kemitraan
HENDY SUJATMIKO, SE
H. DAHLAN R SITUMORANG. SE AFNI RIA SAFITRI. SE
Asisten Urusan Asisten Urusan Asisten Urusan
Admi Keuangan dan Bina Lingkungan
Program
Kemitraan
CSR dan Admi Kemitraan
NN NN NN
Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana
(18)
IV.1.8 Rencana Kegiatan
Untuk melaksanakan tugas Komite Audit perlu disusun program kerja tahunan. Rencana kerja tahunan PT. Perkebunan Nusantara IV dimaksud antara lain sebagai berikut :
a. Memonitor juga mengevaluasi proses penyelesaian laporan keuangan tahunan dan penetapan laporan pertanggung jawaban keuangan perusahaan.
b. Melakukan evaluasi atas efektifitas satuan pengawasan intern kegiatan tertentu.
c. Melakukan evaluasi dan memonitor atas laporan direksi d. Melakukan evaluasi atas laporan manjemen triwulan Direksi.
e. Melakukan evaluasi atas laporan kinerja bulanan Group Unit Usaha tertentu.
f. Melakukan evaluasi atas sistem pengendalian intern kegiatan tertentu. g. Melakukan evaluasi atas rencana da realisasi perusahaan.
h. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program PKBL (program kemitraan dan bina lingkungan.
i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diminta komisaris. j. Ketentuan pelaksanaan program kerja Komite Audit.
(19)
BAB V
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
V.1. Implementasi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Dalam Pengembangan Usaha Kecil
V.1 1 Implementasi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan
Implementasi merupakan suatu tahapan yang digunakan ( tahap pelaksanannya) setelah suatu kebijakan ditetapkan, kegiatan-kegiatan pelaksanaan program dari pemerintah yang dimana para agen pelaksana tersebut ditetapkan yang digunakan sebagai penghubung untuk melaksanakan kebijakan tersebut secara terencana dan terorganisisr yang bermanfaat untuk mencapai hasil atau tujuan yang telah ditetapkan. Menurut George c. Edwards dalam winarno( 2014:177) implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijkana itu mungkin mengalami kegagalan sekalipun kebijkana itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijkan yang telah direncanakan dengan sangat baik, mungkin juga akan mengalami kegagalan , jika kebijakn tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana.
Maka dalam proses pencapaiannya para ahli menetapkan indikatir/ variabel-variabel yang dapat digunkan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan kebijakan tersebut menurut persepsinya masing-masing. Berikut variabel-variabel
(20)
yang penulis gunakan untuk mengetahui implementasi program kemitraan dan bina lingkungan oleh PTPN IV Medan.
V.1.1.1 Standar dan sasaran kebijakan
Dalam mengkaji suatu proses kebijakan yang sedang berjalan (implementasi) hendaknya kita memperhatikan bagaimana standar dan sasaran dari kebijakan tersebut. Standar dan sasaran ini didasarkan pada kepentingan utama terhadap sistem -sistem yang menentukan pencapaian kebijakan. Didalam proses pencapaian sasaran kebijakan ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan yang telah direalisasikan. Program kemitraan dan bina lingkungan atau yang disingkat menjadi PKBL ini merupakan salah satu upaya dari pemerintah untuk memberikan bantuan secara nyata kepada masyarakat melalui program kemitraan yaitu program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri. Dan juga program bina lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN. Berkaitan dengan standar dan sasaran kebijakan ini, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan yang berhubungan dengan pelaksanaan Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan. Adapun ringkasan pertanyaan yang peneliti ajukan kepada beberapa informan antara lain :
Pertama Peneliti memulai wawancara dengan menanyakan mengenai apa yang menjadi dasar PER-09/MBU/07/2015 dari hasil wawancara dengan ibu Afni ria safitri SE selaku penanggung jawab kepala urusan CSR dan administrasi program kemitraan menyatakan
“bahwa dasar dari PTPN IV melaksanakan PKBL adalah UU.No. 40 Tahun 2007
(21)
Kemitraan dan Bina lingkungan lalu memuat standard operating procedures (SOP) sebagai landasan untuk melaksanakan PKBL.”
Kebijakan-kebijakan tersebut dibuat dengan mengharapkan tujuan-tujuan tertentu tersebut dapat telaksana dengan baik maka dari itu, penulis menanyakkan apa yang menjadi tujuan dan sasaran dari kebijakan PKBL ini. Berikut pernyataan ibu Afni selaku kepala urusan CSR dan administrasi program kemitraan
“Di PTPN IV bidang PKBL terbagi menjadi 3 bagian urusan yaitu program kemitraan, Bina lingkungan , dan CSR. Tujuan dan sasaran dari Program kemitraan adalah penyaluran kredit usaha lunak kepada masyarakat yang memiliki usaha( usaha kecil). Bina lingkungan memiliki tujuan untuk memberikan bantuan kepada 8 hapsnah yang tertera pada permen maka penyaluran dana bina lingkungan haruslah disalurkan kepada 8 aspek tersebut. Dan CSR bertujuan memberikan bantuan berupa perbaikan ataupun rehabilitasi infrastruktur seperti jalan dan jembatan yang ada disekitar kebun unit usaha PTPN IV.”
Hal serupa juga dituturkan oleh bapak Hendy selaku kepala urusan adminisistrasi keuangan dan bina lingkungan
“Menurut saya program kemitraan tersebut ditujukan untuk pemberdayaan kondisi ekonomi masyarakat dimana masyarakat memiliki akses untuk memperoleh kredit dengan bunga yang kecil sehingga peminjam dana tersebut tidak merasa keberatan dalam pengembalian pinjaman. Serta bantuan bina lingkungan dapat digunakan untuk pemberdayaan kondisi sosial dimana jika terjadi suatu bencana ataupun kebutuhan lainnya yang bersifat sosial dapat
(22)
dibenrikan bantuan dengan hanya memberikan proposal, alu dilakukan survey dan dana pun bisa disalurkan. Maka tujuan dan sasaran dari PKBL ini lebih bersifat kepada bantuan dana terhadap masyrakat yang membutuhkan”.
Demikian juga dengan pernyataan Pak Syarial selaku karyawan pelkasana
“Berdirinya PTPN IV bukan hanya semata-mata mencari keuntungan saja tetapi
bisa lebih bermanfaat terhadaplainnya. Masyarakat disekitar perusahaan kan ada jadi jangan hanya pegawai saja yang merasakan mendapatkan pekerjaan dari pemerintah tetapi setidaknyaknya dapat berbagi kepada masyarakat sekitar perusahaan ataupun unit usaha kebun jadi permen yang dikeluarkan tersebut sangat mendukung kegiatan untuk berbagi terhadap sesama. Maka tujuan dan sasaran dari PKBL ini jelas kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan baik materil ataupun non materil.”
Program kemitraan dan bina lingkungan adalah suatu paket kebijakan yang berisi dua program didalamnya yaitu program kemitraan dan program bina lingkungan. Program kemitraan BUMN adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tanggung dan mandiri. Usaha kecil adalah kegitan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikian diatur dalam pasal 3
PER-09/MBU/07/2015 . Usaha Kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan
adalah sebagai berikut :
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
(23)
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah);
b. milik Warga Negara Indonesia;
c. berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar;
d. berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk usaha mikro dan koperasi;
e. mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan; f. telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun;
g. belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable).
Mitra binaan adalah usaha kecil yang mendapatkan pinjaman dari program kemitraan. Serta program bina lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN. Dana program kemitraan disalurkan dalam bentuk:
a. Bantuan korban bencana alam;
b. Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan; c. Bantuan peningkatan kesehatan;
d. Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum; e. Bantuan sarana ibadah;
f. Bantuan pelestarian alam;
(24)
h. Bantuan pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan bentuk bantuan lain yang terkait dengan upaya peningkatan kapasitas Mitra Binaan Program Kemitraan.
Dengan pemaparan tujuan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tersebut maka aturan tersebut haruslah dipahami dan diikuti oleh pihak pelaksana sesuai dengan prosedur yang ada agar pencapaian tujuan dapat berlangsung secara efektif. Berkaitan dengan hal tersebut diketahui bahwa tujuan utama dari program ini adalah untuk membantu usaha kecil maka penulis melakukan wawancara kepada mita binaan selaku penerima bantuan. Berikut pernyataa ibu Irma selaku mitra binaan PTPN IV
“Saya merupakan mitra binaan dari PTPN IV, melalui program kemitraan saya merasakan manfaat yang cukup membantu saya dalam membangun usaha saya. Melalui pinjaman dana yang saya peroleh dengan bunga yang relatif kecil sangat membantu saya untuk mengelola usaha saya .
Berdasarkan berbagai pernyataan diatas mengenai tujuan dan manfaat yang diterima melalui PKBL tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa PKBL ini memberikan dampak positif bagi masayarakat penerima bantuan ini. Karena dana yang diperoleh melalui program kemitraan yaitu peminjaman kredit ataupun manfaat yang dirasakan dari program bina dlingkungan dapat membantu masyarakat dalam memenuhi ataupun menjalankan kehidupan sehari-hari. pemahaman implementor mengenai tujuan yang ingin dicapai sangatlah baik sehingga dalam pelaksanaanya tepat sasaran.
(25)
Standar dan sasaran kebijakan pada dasarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan, baik yang berwujud maupun tidak, jangka pendek, menengah atau panjang. Dalam penelitian ini, standar dan sasaran kebijakan Program kemitraan dan bina lingkungan dapat dilihat dari beberapa hal yaitu proses tahapan pelaksanaan, kesesuaian prosedur bantuan PKBL yang diterima, serta manfaat Program kemitraan dan Bina Lingkungan
Tahapan pelaksanaan PKBL ini terdiri dari beberapa mekanisme pelaksanaan kegiatan untuk program kemitraan mulai dari pengajuan proposal bantuan oleh mitra binaan dengan menyelesaikan keperluan administrasi yang di syaratkan, lalu BUMN Pembina melaksanakan evaluasi dan seleksi atas permohonan yang diajukan, ketika proposal diterima dengan jumlah dana yang akan diberikan sesuai dengan ketetapan BUMN maka pihak BUMN menginformasikan kembali kepada mitrabinaan bahawasanya proposalnya diterima dan akhirnya dilakukan realisasi pencairan dana melaui rekening bank. Untuk program bina lingkungan, program ini bersifat bantuan dana secara hibah oleh PTPN IV. Kepada 8 aspek yang telah diatur di dalam
PER-09/MBU/07/2015.adapun tahapan pelaksanaannya yaitu BUMN Pembina terlebih
dahulu mensurvei dan identifikasi atas calon penerima bantuan dan atau objek yang akan dibiayai dari dana program BL. Hal ini dilakukan untuk bantuan yang sifatnya tiba-tiba seperti bencana alam maka pihak penyalur dana telah menyiapkan dana khusus untuk membantu korban bencana alam tersebut. Namun, untuk 7 aspek lainnya maka calon penerima bantuan terlebih dahulu datang ke PTPN IV dengan membawa pengajuan proposal bantuan, lalu pihak PTPN IV
(26)
menseleksi dan mensurvei calon penerima bantuan, jika hal tersebut sesuai dengan kriteria yang ditetapkan maka pencairan dana pun dapat dilaksanakan.
Maka dari analisis keseluruhan diketahui bahwa dalam
PER-09/MBU/07/2015 telah memenuhi indikator standar dan sasaran kebijakan. Hal
tersebut dapat terlihat berdasarkan pemahaman implementor, yang dimaksud disisni adalah para pegawai bidang PKBL PTPN IV Medan telah mengetahui dan memahami dengan baik permen tersebut sehingga dapat dengan mudah melaksanakan kebijakan tersebut dikarenakan pemahaman akan stujuan dan sasaran kebijakan telah diketahui. Dan dapat di transformasikan dengan mudah kepada masyarakat sehingga masyarakat pun mengetahui dan memahami tujuan dari kebijakan ini sehingga hubungan timbal balik antara pelaksana dan penerima terjalin dengan baik sehingga memudahkan proses pengimplementasian
PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Badan Usaha
Milik Negara..
V.1.1.2 Sumber Daya
Sumber daya merupakan salah satu aspek penting dalam pengimplementasian sebuah kebijakan . Ketersediaan sumber daya sangat mempengaruhi hasil yang ingin dicapai dari sebuah kebijakan. Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sumber daya menunjukkan setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia, fasilitas, dan finansial. Ketersediaan sumber daya mempengaruhi efektifitas implementasi suatu program kebijakan tertutama dalam Proses implementasi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan.
(27)
A. Sumber daya manusia
Dalam suatu proses kebijakan yang sedang bejalan, hendaknya perlu dilihat juga bagaimana kemampuan dari implementor kebijakan. Sumber daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran Kemampuan implementor ini dapat dilihat dari jenjang pendidikan, pemahaman terhadap tujuan dan sasaran serta kemampuan menyampaikan program dan mengarahkan.
Menurut kepala bagian PKBL bapak Alimusri SE, Ak. MM. menyatakan
“Para pegawai disini saya rasa sudah paham mengenai tugas mereka sebagai implementor PKBL, mereka memahami PKBL dengan cukup baik, kemapuan mereka dalam pekerjaan ini juga baik. Karena mereka disini tidak bisa bekerja sendiri, di bidang PKBLini semua karyawan dituntut agar bisa bekerjasama layaknya tim. Karena mereka orang lapangan jadi harus bisa menjadi tim yang solid agar PKBL ini terlaksana. Hal ini juga didukung dari latar belakang mereka yang hampr semua merupakan sarjana, hal ini seharusnya menjadikan mereka tau bagaimana caranya berorganisasi dan bekerja layaknya suatu tim. “
Hal tersebut diperkuat oleh salah satu mitrabinaan yang bernama pak rasman
Saya tau ada program kemitraan ini dari saudara saya terus saya mau ikutan juga meminjam dana untuk mengembangkan usaha saya. Lalu saya datang kesana dan menanyakkan apa saja yang harus saya lakukan untuk bisa meminjam dana lau mereka memberikan informasi dan mengarahkan saya dengan baik sehingga mudah dipahami dan dipenuhi apa saja syarat menjadi mitra binaan, laui saya penuhi dan saya ajukan proposal beserta keperluan lainnya terus
(28)
mereka meninjau dan melakukan sleksi dan selang beberapa waktu akhirnya saya diberikan bantuan dana.”
Kemampuan pegawai dalam melaksanakan PKBL ini sangatlah penting dimana pemahaman pegawai akan kebijakan yang ada dan bagaimana cara untuk merelaisasikannya merupakan hal penting yang harus dimiliki setiapa para agen pelaksanana kebijakan namun tidak hanya kualitas yang diperlukan tetapi juga kuantitas. Jumlah pegawai yang tersedia dalam melaksanakan program ini juga cukup penting.walaupun terkadang Kuantitas staf yang ada tidak menjamin sebuah kebijakan diimplementasikan dengan baik, namum kurangnya jumlah staf dapat menyebabkan penggandaan wewenang atau tugas sehingga pelayanan yang dilaksanakan tidak berhasil maksimal. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan selama penelitian, penulis masih mendapati kurangnya jumlah sumber daya manusia dalam pelaksanaan PKBL berikut pernyataan Pak Hendy.
“PTPN IV ini kan melaksanakan PKBL di 6 wilayah sesuai dengan wilayah unit usahanya. Dulunya ada 6 orang karyawan pimpinan yang memonitor setiap wilayah tersebut, namun dengan adanya perubaha-perubahan yang terjadi termasuk perubahan sistem penempatan personil maka sekarang cuma ada 3 kepala urusan. lalu bagaimana PKBL ini bisa dicover hanya dengan 3 orang kaur dengan jumlah wilayah yang sama? Nah, hal ini kan jadi memberi tanggung jawab besar bagi kami yang Cuma 3 orang namun harus tetap memonitor wilayah yang sama, untungnya ada karyawan-karyawan pelaksana yang siap membantu untuk turun ke lapangan agar bisa memonitor wilayah-wilayah tersebut.”
(29)
Dengan adanya perubahan sistem penempatan personil maka otomotasi pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan semakin besar namun untuk jumlah karyawan pelaksana pun masih belum cukup untuk mengcover daerah-daerah tersebut.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ibu Afni
“Disini Cuma ada 17 karyawan yang membatu 3 kaur itu tapi kadangkan kami harus dinas keluar kota, mengikuti rapat, dsb. jadi saya rasa kurang lah jumlah pegawai yang ada, karena kan wilayah nya banyak yang harus dimonitor dengan jangka waktu yang tidak tentu kadang, terus harus ada juga yang tetap dikantor. Karena kami ini orang lapangan jadi jumlah personil kurang untuk dapat memantau wilayah yang luas.
Berdasarkan data yang didapat penulis dari lokasi penelitan maka sumber daya manusia yang tersedia di bagian PKBL PTPN IV Medan ada sebagai berikut:
Tabel V.1 Daftar Pegawai bagian PKBL 2016
No Nama Jabatan
1 Ali Musri SE,Ak.MM Kepala bagian PKBL
2 Hendy sujatmiko SE kepala urusan administrasi keuangan dan bina lingkungan;
3 H. Dahlan R. situmorang SE kepala urusan program kemitraan
4 Afni ria safitri SE kepala urusan CSR dan Administrasi keuangan 5 Herlina parinduri Karyawan pelaksana
6 Nadra raifana Karyawan pelaksana
(30)
8 Fiqi rinaldi abdulah Karyawan pelaksana
9 Jumadi Karyawan pelaksana
10 Miswar hakim Karyawan pelaksana
11 Sahrial dalimunthe Karyawan pelaksana
12 Effendi Karyawan pelaksana
13 chairul hasbi Karyawan pelaksana
14 Abdul hakim Karyawan pelaksana
15 Sumitro Karyawan pelaksana
16 Ahmad suhaimi Karyawan pelaksana
17 Dharma saputra Karyawan pelaksana
Berdasarkan tabel diatas maka diketahui bahwasanya jumlah pegawai yang bekerja di bagian PKBL berjumlah 17 orang, yang terdiri dari 1 kepala bidang, 3 kepala urusan, dan 13 orang lainnya merupakan karyawan pelaksana. Berdasarkan jumlah tersebut ternyata dinilai kurang memumpuni dikarenakan mereka tidak dapat bekerja individu melainkan bekerja secara Tim untuk implementasi PKBL yang dilakukan meliputi wilayah yang cukup luas, baik dalam maupun luar kota serta daerah-daerah sekitar unit usaha, maka dibutuhkan orang lapangan yang lebih, untuk dapat mencakup wilayah-wilayah tersebut dan melakukan pemantauan serta pengawasan dalam pengimplementasian PKBL.kekurangan anggota tim merupakan salah satu kendala yang dihadapi bagian PKBL PTPN IV. Walaupun demikian dengan jumlah pegawai yang tersedia mereka tetap memaksimalkan kinerja timnya. Agar implementasi PKB dapat terlaksanan secara efektif dan efisien.
(31)
Meskipun demikian, perlu juga diketahui bahwa jumlah manusia (staf) tidak selalu mempunyai efek positif bagi implementasi kebijakan. Hal ini berarti bahwa jumlah pegawai atau staf yang banyak tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil. Ini juga dipengaruhi oleh kualitas pegawai ataupun staf, namun di sisi lain kurangnya staf juga akan menimbulkan persoalan menyangkut implementasi kebijakan yang efektif. Artinya kebutuhan akan sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu kebijakan harus terpenuhi kualitas dan kuantitasnya. Dilihat dari segi kualitasnya, para pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan PKBL pada PTPN IV Medan memiliki kualitas yang baik. Kualitas pelayanan yang diberikan juga baik hal ditinjau dari keramah-tamahan,dan kepedulian terhadap penerima bantuan,. Kualitas yang baik itu juga dapat ditemui pada keahlian para pegawai PKBL PTPN IV Medan dalam mengerjakan tugas dan pekerjaannya masing-masing, begitu pun juga dengan wewenang yang mereka jalankan dan miliki. Namun jika dilihat dari segi jumlahnya Sumber Daya Manusia ataupun pegawai-pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan PKBL kurang memadai mengingat unit usaha yang dimiliki tersebar dengan cakupan wilayah yang luas.
B. Sumber daya finansial
Sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah program atau kebijakan. Dengan adanya sumber daya finansial juga akan mendukung segala fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung terlaksananya kebijakan atau program. PKBL merupakan program khusus yang dibuat untuk memberikan bantuan baik kredit pinjaman atapun secara sukarela terhadap lingkungan sekitar. Maka ada dan khusus yang memang disediakan untuk merealiasasikan program
(32)
ini sesuai dengan yang diatur dalam permen PER/09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan menyatakan bahwa sumber dana dari PKBL ini adalah penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina maksimum sebesar 4%(empat persen) dari laba setelah pajak tahun buku sebelumnya.
Dana yang tersedia (netto) tahun 2015 sebesar Rp. 12.433.628.268,- atau 169, 40% diatas anggaran disebabkan dana sebesar Rp. 7523.635.915,- tidak dianggarkan, tapi pada bulan Juili terbit peraturan menteri baru yaitu PER/09/MBU/07/2015 pengganti PER-07/MBU/05/2015, dilanjutkan Surat Keputusan Pemegang Saham PT Perkebunan Nusantara IV Nomor : SK-03/D1.MBU/09/2015 dan Nomor: KPJAK/Hold/SK/406/2015 tanggal 28 september 2015. dengan perihal: perubahan persetujuan pemegang saham atas laporan tahunan tahun buku 2014 PTPN IV yang menyatakan bagian PKBL PTPN IV mendapat pembagian laba tahun 2014 masing-masing sebesari 1% atau sebesar Rp. 7.523.635.915.
Sumber : laporan tahunan kinerja PKBL PTPN IV Medan Tahun Buku 2015 a. Penjelasan sumber dan penggunaan dana Program kemitraan tahun 2015 Penyaluran dana pinjaman kepada mitra binaan tahun 2015 sebesar Rp. 4.975.000.000,- yang diserap oleh sebanyak 132 mitra binaan dan akumulasi penyaluran sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar Rp. 129.753.530.024.024,- . Sampai dengan tahun 2015 jumlah mitra binaan PTPN IV Medan adalah sebesar 7.202 mitra binaan.
Tabel V.2 Penyebaran Dana Kemitraan Tahun 2015 Berdasarkan Kabupaten/Kota No Wilayah area Unit Jumlah (Rp)
(33)
1 Asahan 3 110.000.000
2 Batubara 6 230. 000.000
3 Labuhan batu 4 125. 000.000
4 Langkat 7 260. 000.000
5 Madina 6 305. 000.000
6 Medan 25 1.095. 000.000
7 Padang lawas 2 65. 000.000
8 Serdang bedagai 16 525. 000.000
9 Simalungun 40 1.380. 000.000
10 Diluar wilayah kerja 23 880. 000.000
Total 132 4.975. 000.000
Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2015
Berdasarkan tabel diatas dana program kemitran disebarkan ke 9 kabupaten/kota yang termasuk dalam wilayah kerja serta sisanya diberikan ke daerah-daerah diluar wilayah kerja. Sesuai dengan tujuan dari PKBL yaitu meberdayakan masyarakat sekitar usaha, maka dapat terlihat prioritas penyebaran diberikan ke daerah sekitar unit usaha. Penyebaran dilakukan secara acak, dalam artian penyebaran dana disesuiakan dengan keadaan masyarakat sekitar, serta diberikan kepada unit usaha yang mengajukan permintaan ke kantor pusat.dengan permohonan paling banyak berasal dari kota medan. jumlah kesluruhan mitra binaan yang dapat diberikan bantuan pinjaman sebesar 132 mitra binaan. Penggunaan dana untuk program kemitraan belum dimaksimalkan karena jumlah dana yang tersedia sebesar 7 milyar rupiah namun tidak terealisasi semua. Sisa
(34)
dana yang ada akan diakumulasikan dan digunakan di awal tahun berikutnya sebelum ada pencairan dana PKBL.
Tabel V.3 Penyaluran dana program kemitraan per sektor tahun 2015 No Sektor usaha Unit Jumlah (Rp).
1 Industri 10 360.000.000
2 Perdagangan 66 2.580.000.000
3 Pertanian 6 205.000.000
4 Peternakan 9 315.000.000
5 Perkebunan 13 485.000.000
6 Perikanan 5 170.000.000
7 Jasa 23 860.000.000
Total 132 4.975.000.000
Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2015
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa penyaluran dan program kemitraan tersebar secara acak ke 7 sektor usaha yang dijalankan dengan jumlah yang tidak sama. Pada tahun 2015 jumlah permohonan bantuan pinjaman dana mitra binaan lebih dominan untuk melakukan usaha perdagangan dengan jumlah unit usaha yang sangat signifikan dibanding dengan lainnya. Sektor perdagangan menjadi favorit para pealku usaha. Hal tersebut menunjukkan bahwa para pelaku usaha kecil sudah mulai terbuka wawasan untuk berwirausaha untuk mencapai hidup secara mandiri dengan membuka usaha yang dapat dijadikan sebagai sumber-sumber keuangan atau pendapatan sehingga dapat memperbaiki keadaan ekonomi masyarakat.
(35)
b. Penjelasan sumber dan penggunaan dana Program Bina Lingkungan tahun 2015
Akumulasi penyaluran dana bina lingkungan sampai dengan 2015 sebesar Rp. 103.658.694.835. alokasi dana dari laba perusahaan sebesar Rp. 7.523.635.915 yang telah disediakan untuk tahun buku 2015 Namun bantuan dana Bina L ingkungan PTPN IV yang dialokasikan selama tahun 2015 hanya sebesar Rp. 5.053.972.287,- merupakan bantuan untuk: korban bencana alam,pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana umum, sara ibadah dan pelelestarian alam, bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan serta bantuan pendidikan, pelatihan pemagangan, pemasaran, promosi, dan bentuk bantuan lain yang terkat dengan upaya kapasitas mitra binaan program kemitraan..
Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL PTPN IV Medan Tahun Buku 2015
Tabel V.4 Penyaluran dana program bina lingkungan tahun 2015 berdasarkan bentuk bantuan yang diberikan sesuai dengan 8 hapsanah yang tertera di permen.
No Keterangan Jumlah
1 Korban bencana alam -
2 Pendidikan dan pelatihan 308.040.000
3 peningkatan kesehatan 401.443.000
4 Pengembangan sarana dan prasarana umum 2.592.489.306
(36)
6 Pelestarian alam 160.350.000 7 Bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka
pengentasan kemiskinan
541.810.000
8 Bantuan pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi dan bentuk lain yang terkat dengan upaya peningkatan kapasitas mitra binaan PK
24.458.000
Total 5.053.972.287
Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2015
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dana program bina lingkungan disalurkan ke dalam bentuk bantuan-bantuan kepada 8 aspek sesuai dengan ketentuan permen PER-09/MBU/07/2015 tentang program kemitraan dan bina lingkungan dengan jumlah yang cukup banyak sebesar Rp. 5.053.972.287 namun penggunaan dana tersebut tidak dimaksimalkan mengingat dana yang diberikan perusahaan sebesar 7 milyar rupiah. Tetapi dana yang tidak terpakai tersebut akan diakumulasikan dengan laba perusahaan yang diberikan pada tahun 2016. Sehingga sebelum ada pencairan dana PKBL oleh perusahaan maka bagian PKBL masih tetap bisa menyalurkan dana bantuan dengan menggunakan sisa dan pada tahun sbelumnya.
(37)
Tabel V.5 Penyaluran dan penyebaran dana program bina lingkungan tahun 2015 berdasarkan wilayah
No Keterangan Jumlah
Di dalam wilayah kerja
1 Asahan 22.750.000
2 Batu bara 334.988.000
3 Labuhan batu 25.000.000
4 Langkat 29.610.000
5 Madina 1.071.974.203
6 Medan 1.381.203.107
7 Serdang bedagai 292.934.000
8 Simalungun 836.835.000
Di luar wilayah kerja
9 Aceh 75.568.040
10 Dairi 22.000.000
11 Deli serdang 721.846.143
12 Karo 40.000.000
13 Padang lawas utara 20.000.000
14 Pematang siantar 133.586.749
15 Tebing tinggi 18.650.000
Total 5.053.972.287
(38)
Berdasarkan tabel diatas dilihat bahwa BUMN Pembina menyalurkan dana bantuan program bina lingkungan tidak hanya dalam wilayah sekitar usaha namun juga diluar wilayah kerja. Karena sesuai dengan permen -09/MBU/07/2015 tentang program kemitraan dan bina lingkungan dalam pasal 6 menyatakan bahwa; BUMN Pembina dapat menyalurkan dana PKBL di seluruh wilayah republik Indonesia dan BUMN Pembina dalam menyalurkan dana PKBL mengutamakan wilayah sekitar BUMN, termasuk unit cabang/perwakilannya. Maka terlihat dari tabel berdasarkan jumlah pemberian bantuan di dalam wilayah kerja ataupun diluar wilayah kerja bahwa PTPN IV telah memprioritaskan daerah/wilayah kerja dalam meberikan bantuan. Berikut bebarap bantuan yang diberikan PTPN IV pada tahun 2015
Gambar V.1 saat penyaluran dana program bina lingkungan tahun 2015
(39)
Gambar diatas merupakan kegiatan yang dilakukan dalam penyaluran dana program bina lingkungan yang berada diluar wilayah kerja. Kegiatan tersebut merupakan pembangunan meunasah gampoeng alue bugeng yang terletak di kabupaten aceh timur. PTPN IV melakukan pemberdayaan kondisi sosial masyarakat dengan membantu pembangunan di daerah tersebut.
Gambar V.2 penyaluran dana program bina lingkingan di aera kerja tahun 2015
Gmbar diatas merupakan kegiatan penyaluran dan program bina lingkungan tahun 2015 yang berada di dalam wilayah kerja. Seperti kegiatan pasar murah yang dilakukan di bulan Ramadhan dalam rangka menuju hari raya. Bantuan ini dilakukan bertujuan untuk membantu masyarakat untuk dapat membeli kebutuhan dengan harga miring. Dan bantuan pembangunan gedung fakultas pertanian USU untuk kegiatan belajar-mengajar, mengingat kerjasama yang dilakukan antara PTPN IV dengan fakultas pertanian USU dalam pembangunan desa. Serta bantuan untuk pendopo belajar anak-anak pinggiran sungai deli dilakukan dalam rangka
(40)
PTPN IV peduli pendidikan dengan membangun rumah baca kopasude dan sanggar anugrah kampung badur di daerah tersebut.
Berdasarkan data sekunder diatas penulis dapat menyatakan bahwa sumber daya finansial telah tersedia dengan jumlah yang memadai maka diharapkan dengan keadaan finansial yang seperti itu maka kegiatan atau proses pengimplementasian PKBL dapat dilaksanakan dengan baik karena biasanya persoaalan yang lain yang sering muncul disebabkan oleh pembiayaan dari program-program kebijakan tersebut. sumber daya finansial telah di distribusikan dengan baik dapat dilihat dari terlaksananya penyaluran bantuan program kemitraan dan bina lingkungan
C. Fasilitas
Fasilitas fisik merupakan faktor yang penting dalam mengimplementasikan suatu kebijakan. Fasilitas dibutuhkan untuk menunjang kelancaran proses pelayanan agar dapat berjalan. Fasilitas yang utama adalah kantor sebagai pusat pelayanan dan tempat terjadinya arus komunikasi antara implementor dengan pemohon. Dari hasil pengamatan fasilitias yang tersedia di kantor cukup memadai sesuai dengan standar kantor pada umumnya . seperti memiliki gedung perkantoran yang permanen, ruang kantor setiap bidang atau satuan kerja sudah terpenuhi dengan dilengkapi meja, kursi, AC, Komputer. Berikut pernyataan pak fiqi selaku pegawai PKBL
“Fasilitas yang diberikan ke kami cukup memadai seperti komputer dan alat – alat kantor lainnya. Fasilitas itu memang kami butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan kami dengan lebih efektif dan efisien.”
(41)
Gambar V.3 keadaan kantor dan fasilitas yang diberikan ke pegawai berupa meja beserta komputer dan peralatan lainnya
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa setiap pegawai diberikan fasilitas fisik berupa meja, komputer, printer,dan alat kantor lainnya untuk menunjang pekerjaan mereka.
Namun dalam pelaksanaan PKBL ini tidak hanya fasilitas ruang kerja yang dibutuhkan namun fasiltas tambahan yang akan menunjang implementor dalam penyaluran dana PKBL. Kurangnya fasilitas berdampak negatif terhadap proses kerja implementor sehingga berujung pada implementasi yang kurang baik juga.. masalah fasilitas di bagian pkbl adalah kurangnya fasilitas kendaraan bagi pegawai yang bertugas melakukan tinjauan langsung ke lapangan. Karena dalam proses penyaluran dana ke 6 wilayah tersebut dibutuhkan kendaraan dinas yang akan digunakan untuk meninjau lokasi yang akan disalurkan dana pkbl. Hal tersebut diungkapkan oleh pak hendy
(42)
“Sarana memang kurang terutama transportasi. Tidak ada kendaraan dinas yang tersedia, jadi kalau ada keperluan, ya harus merental mobil dulu. Nanti biaya operasional nya diajukan ke bagian keuangan barulah dan bisa keluar untuk pembayaran rental itu namun terkadang pun dana harus didahulukan secara pribadi baru nanti dianggarkan karena prosesnya kan memakan waktu tapi kan kita sudah harus gerak untuk memonitor. Jadi ya pandai-pandai kita lah untuk menutupi dulu dana itu.”
Selain sumber daya manusia dan informasi yang telah dipaparkan sebelumnya, faktor yang tidak kalah pentingnya bagi implementasi kebijakan adalah tersedianya fasilitas. Seorang pelaksana/implementor sebuah kebijakan mungkin memahami apa yang harus dilakukan, tetapi tanpa fasilitas seperti bangunan sebagai kantor untuk melakukan koordinasi dan pelayanan, tanpa peralatan dan perlengkapan, maka besar kemungkinan implementasi kebijakan yang telah direncanakan tidak berhasil. Adapun fasilitas bagi pegawai PTPN IV cukup memadai . Hal tersebut dapat dilihat dari suasana gedung yang bersih, nyaman, dan sejuk. para pegawai juga dilengkapi dengan peralatan kantor yang mendukung aktivitas pekerjaan mereka seperti misalnya, alat tulis, , mesin cetak dan foto kopi, komputer untuk setiap pegawai, lemari. namun Untuk pegawai yang turun ke lapangan, pihak PTPN IV tidak memberikan alat transportasi seperti kendaraan dinas, maka dari itu jika ada kegiatan kunjungan ke lapangan maka harus menyewa kendaraan terlebih dahulu.Berdasarkan uraian di atas, ditemukan bahwa fasilitas untuk pegawai PKBL masih memiliki kekurangan yang bedampak bagi proses implementasi. Namum apabila ditinjau secara keseluruhan, fasilitas yang ada tergolong sudah baik.
(43)
Berdasarkan hasil analisis keseluruhan maka penulis menyimpulkan bahwa variabel sumber daya belum terpenuhi dikarenakan Dengan keadaan finansial yang baik seharusnya persoalan ini dapat diatasi, namun demikian uang uang tidak selalu memberikan jawaban dari kebutuhan yang kurang hal ini dapat dilihat dari keterbatasan sumber daya manusia yang tersedia , dimana SDM merupakan ujung tombak dari pelaksanaan PKBL dirasa belum memadai jika dilihat berdasarkan jumlah pegawai yang tersedia dikarenakan banyaknya cakupan wilayah yang harus ditangani. Serta fasilitas yang kurang memadai juga dapat menghambat pelaksanaan PKBL.
V.1.1.3 Komunikasi
Komunikasi merupakan hal penting yang mempengaruhi keberhasilan dalam suatu pengimplementasian kebijakan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy makers) kepada pelaksana kebijakan (policy implementors). Agar suatu kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap hal-hal strategis yang hendak diaturnya. Hal ini terjadi dengan persepsi dari individu-individu yang bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Setiap individu tentunya memiliki cara pandang yang berbeda-beda dalam memahami suatu kebijakan. Oleh karena itu perlu adanya kejelasan tujuan dan sasaran suatu kebijakan yang perlu dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana kegiatan. Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas kebawah maupun sebaliknya. Komunikasi dilakukan untuk menghindar distorsi implementasi.
(44)
Maka penulis menanyakan bagaimana komunikasi yang terjalin antara para pembuat kebijakan dengan implementor kebijakan. Berikut pernyataan ibu Afni
“Inikan kami (PTPN IV ) merupakan anak perusahaan BUMN. Dimana kami memiliki holding yaitu PTPN III. Jadi kami dapat informasi mengenai perubahan-perubahan kebijakan atau informasi lainyya biasanya dari holding bisa berupa email, atau dari teman-teman BUMN lainnya. Dari kemetrian BUMN juga seperti surat keputusan mentri tentang PKBL ini, terus surat edaran direksi lalu SOP utuk menjalankan PKBL ini.”
Setelah pihak implementor memahami apa yang harus dilakukan dalam implementasi program tersebut maka kebijakan tersebut diinformasikan kepada masyarakat yang akan menerima bantuan dana tersebut. Penulis mencoba menanyakkan bagaimana proses penyampain informasi kepada masyarakat misalnya melalui sosialisasi namun ternyata hal tersebut tidak dilakukan karena masyarakat sudah mengetahui kebijakan ini dengan sendirinya.. Seperti penyataan ibu Afni mengenai informasi PKBL
“Kalau informasi mengenai aadanya program PKBL ini kami belum pernah melakukan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat tetapi masyarakat sudah tau sendiri. Masyarakat kita sekarang kan sudah pintar, sudah bisa mencari dan mendapatkan informasi sendiri. Lagian kan tidak kami saja yang melaksanakan PKBL tapi BUMN lain kan juga melaksanakan jadi mungkin mereka sudah tau dengan sendirinya. Begitu juga untuk masyarakat sekitar kebun (unit usaha)mereka sudah tau ada program ini jadi setiap triwulan mereka sudah
(45)
mengirimkan proposal ke unit usaha sekitar lalu unit usaha kami. Lau kami tndak lanjuti permohonan mereka.”
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan pak andri selaku mitraa binaan “Saya tau informasi PKBL ini dari saudara saya. Dia sudah duluan menjadi
mitra binaan terus saya juga tertarik yasudah saya berbincang-bincang dengan dia mengenai baimana bisa menjadi mitraa binaan dengan syarat-syarat apa saja.”
Walaupun tidak ada sosialisasi secara langsung kepada masyarakat mengenai PKBL ini namun untuk program kemitraan sendiri biasanya mereka melakukan kegiatan-kegitan tertetu untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwasanya ada kebijakan pemerintah untuk memberikan bantuan keapda masayarakat melalui BUMN termasuk didalamnya PTPN IV. Hal ini disampaikan oleh pak hendy
“Kami tidak ada program sosialisasi rutin yang kami siapkan karena tanpa ada melakukan sosialisasi pun sudah banyak masyarakat yang datang kesini untuk permohonan bantuan dana itu. Tapi khusus program kemitraan kami ada melakukan kegiatan rutin seperti ikut-ikut di pameran-pameran tertentu seperti kemarin di acara PRSU (pekan raya sumatera utara). Mitraan binaan kami yang memiliki produk khas dan yang bersedia ikut langsung
kami berikan kesempatan untuk promosi usahanya. Naha, dari event-event seperti itu masyarakat bisa tau mengenai adanya program PKBL ini.
(46)
Gambar V.4 salah satu pameran yang telah diikuti oleh mitra binaan PTPN IV tahun 2015
Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2015
Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa komunikasi yang dilakukan untuk memperkenalkan adanya program kemitraan kepada masyarakat yang diberikan oleh PTPN IV melalui pameran-pameran di event-event tertentu sehingga masyarakat dapat mengetahui informasi tentang bantuan modal usaha.
Komunikasi juga dilakukan antara pihak PKBL dengan para penerima bantuan salah satunya penerima bantuan kredit dana dalam program kemitraan yang selanjutnya disebut mitrabinaan. Berikut penyataan Pak Dahlan
“Kami melakukan komunikasi secara interaktif kepada para mitra binaan. Sejauh ini komunikasi berjalan dengan baik. Kalau ada keluhan atau tanggapan dari para mitra, kami segera meresponsnya. Kami juga memberikan penjelasan tentang seperti apa program kemitraan itu dan apa tanggung jawab mereka sebagai peminjam dana”
(47)
Komunikasi antara PTPN IV dengan mitra binaan berjalan dengan lancar. Pihak PTPN IV juga selalu menanggapi setiap keluhan mitra binaar tentang perkembangan usaha dan hambatan-hambatan yang mitra binaan alami serta selalu berupaya menuntun mitra binaan untuk menggunakan pinjaman yang diperoleh secara tepat guna. Komunikasi yang dilangsungkan dapat berjalan baik apabaila ada koordinasi yang terbangun antara pihak terkait. koordinasi menyangkut persoalan bagaimana praktik pelaksanaan kekuasaan. Koordinasi berarti adanya kerja sama yang saling terkait dan saling mendukung antar pelaksana kebijakan dalam guna pencapaian tujuan implementasi kebijakan.maka bagian PKBL . Berikut pernyataan pak hendy mengenai komunikasi dan koordinasi bagian PKBL
“Kami tidak melakukan komunikasi dan kordinasi yang harus dilakukan secara
tertulis( tidak ada kordinasi khusus yang dibuat antara bagian PKBL ini, semua pegawai bisa menjadi humas. Biasanya kami cenderung berdiskusi antara kepalau urusan dengan kepala bagian serta dengan bagian keuangan mengenai pelaksanaan PKBL ini”.
Namun tidak hanya kordinasi internal yang terjadi namun juga eksternal karena mengingat PKBL ini merupakan bantuan yang akan diberikan kepada masyarakat baik secara pinjaman ataupun hibah maka ada instansi lain yang diajak kerjasama ketika pelaksanaan penyaluran odana PKBL tersebut. Sesuai dengan pernyataan Pak Dahlan
“kami melakukan ada melakukan kordinasi dengan dengan beberapa pihak
seperti dulunya dengan koperasi namun sekarang sudah tidak ada lagi. Lalu dengan badan koordinasi penyuluhan (bakorluh) sumut. Biasanya pihak
(48)
pemerintah provinsi meminta kami sebagai perusahaan perkebunan untuk membantu para petani dengan menacari petani lalu diberdayakan serta tempat tinggalnya (kampung) . dan juga dengan LPP(lembaga pendidikan perkebunan) yang berada di pancing, biasanya mereka sebagai tenaga pengajar, seperti dalam penyaluran dana untuk program kemitraan maka para mitra binaan tersebut diajari bagaimana dasar-dasar keuangan sederhana untuk menjalankan usahanya, bisa dikatan pihak LPP ini sebagai konsultan pelatihan. Serta dengan USU, kalau dengan USU kami berkoordinasi dengan memberikan penyaluran dana sebagai bantuan untuk program membangun densa mandiri celawan dengan fakultas pertanian USU.”
Gambar V.5 pembangunan desa celawan yang dilakukan oleh PTPN IV bekerjasama dengan fakultas pertanian USU
Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2105
Gambar diatas menerangkang bahwa adanya kerjasama antara pihak PTPN IV dengan fakultas pertanian USU dalam memberdayakan kondisi ekonomi dan
(49)
sosial masyarakat. Komunikasi dan Koordinasi dilakukan kepada instansi terkait yang dapat membantu dalam penyaluran dana PKBL untuk kegiatan pembangunan salah satunya yaitu pembangunan desa. Seperti gambar diatas merupakan kegiatan pembangunan desa celawan sebagai desa budaya, mandiri dan wisata (BMW) Kecamatan Pantai Cermin Serdang Bedagai.
Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam dari berbagai sumber informasi.Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan sulit untuk bisa dicapai. Dengan demikian, prospek implementasi kebijakan yang efektif, sangat ditentukan oleh komunikasi kepada para pelaksana kebijakan secara akurat dan konsisten
Dalam hal kejelasan, bahwa informasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigu. Kurangnya kejelasan memberikan para implementor ruang untuk memberikan makna baru terhadap kebijakan, artinya terkadang berlawanan dengan maksud sebenarnya dari kebijakan tersebut. Jika komunikasi tidak jelas, maka para implementor akan mendapatkan diskresi yang lebih banyak di dalam menginterpretasikan kebijakan. Para implementor PKBL PTPN IV telah memiliki pemahaman yang jelas tentang PKBL serta tahapan-tahapan pelaksanaannya. Para pegawai yang terlibat di dalam pelaksanaan PKBL tersebut juga mengetahui dengan jelas mengenai persyaratan, tujuan, dan manfaat dari PKBL tersebut. Kejelasan informasi juga bukan hanya perlu dimiliki oleh pihak implementor saja, melainkan juga pihak
(50)
yang menjadi sasaran suatu kebijakan. Dalam hal ini masyarakat yang merupakan kelompok sasaran tersebut.
Komunikasi yang dilakukan antar pihak terkait berjalan dengan baik, kita dapat melihat hal tersebut dari jawaban para implementor yang paham dan mengerti tentang kebijakan yang sedang dijalankannya dan dari para kelompok sasaran yang juga paham tentang kebijakan yang dikenakan kepada mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam prosesnya, komunikasi tersebut ditransmisikan dengan benar dan tepat, diterima dan disampaikan dengan jelas, serta memiliki konsistensi yang baik. Tidak hanya komunikasi yang berjalan dengan baik namun juga kordinasi yang baik juga diperlukan dalam melaksanakan PKBL ini. Berdasarkan keterangan yang penulis dapatkan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pihak PTPN IV telah melaksanakan PKBL dengan baik karena mereka melakukan koordinasi terhadap instansi terkait untuk membantu dan mempermudah mereka dalam proses mengimplementasikan PKBL tersebut.
Berdasarkan hasil analisis keseluruhan dapat mengetahui bahwa indikator komunikasi dalam proses PKBL oleh PTPN IV sudah berlangsung dengan baik begitu juga dengan kordinasi yang dibangun untuk membantu dan mempermudah proses pengimplementasian PKBL ini.
(51)
V.1.1.4 Struktur Birokrasi
Birokrasi merupakan badan yang bertugas dalam mengimplementasi kebijakan yang telah ditetapkan. Apabila kebijakan yang telah ada disususn sedemikian rupa dan memiliki sumber daya dalam implementasinya, tetapi masih terhambat dalam pelaksanaan oleh struktur birokrasi yang tidak sehat maka tujuan dari suatu kebijakan tidak akan diimplementasikan dengan baik. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting pertama adalah mekanisme dan struktur organisasi pelaksana sendiri. Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui standard operating procedur (SOP) yang dicantumkan dalam
guideline program atau kebijakan.
Standard Operating Procedure (Standar Operasional Prosedur)
Standar Operasional Prosedur adalah serangkaian insruksi tertulis yang dibakukan mengenai proses penyelenggaran PKBL . bagaimana, kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. SOP merupakan aspek yang sangat penting dalam berjalannya suatu organisasi atau birokrasi. SOP menjadi acuan atau pedoman bagi implementor dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. SOP digunakan dengan tujuan agar dapat mengefektifkan penggunaan waktu dalam implementasi kebijakan dan juga menyeragamkan tindakan aparatur atau implementor kebijakan. SOP ini adalah instruksi yang tertulis untuk dijadikan pedoman dalam menyelesaikan tugas rutin dengan cara efektif dan efisien guna menghindari terjdainya penyimpangan dalam proses penyelesaian oleh aparatur yang dapat mengganggu kinerja organisasi secara keseluruhan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan buk afni
(52)
“Iya kami kan ada SOP, jadi SOP inilah yang mengatur tugak pokok dan fungsi kami dalam bekerja di bidang PKBL ini. Jadi apa yang kamiharus kerjakan itu semuanya sudah jelas tertera di sop tersebut, dan kami sebagai pegawai juga harus paham mengenai SOP kami.”.
Ketika SOP sudah dipahami dengan sangat baik, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana prosedur yang harus diikuti dalam melaksanakan PKBL ini.. adapun prosedur yang harus dijalani dalam penyaluran dan program kemitraan (anggey wira, 2015 dalam www.usu.repository.ac.id
1. Para calon mitra binaan harus membuat proposal permohonan bantuan program kemitraan yang ditujukan kepada pihak PTPN IV.
) sebagai berikut :
2. Tahap Evaluasi dan Seleksi
Bagi proposal permohonan dari calon mitra binaan akan dilakukan evaluasi pendahuluan berdasarkan data -data yang ada guna menentukan dapat tidaknya proposal tersebut untuk ditindak lanjuti. Bila memenuhi persyaratan maka akan diadakan peninjauan langsung ketempat usaha dan akan dilakukan wawancara guna mengetahui layak tidaknya usaha yang dijalankan oleh calon mitra binaan. Adapun data yang harus dilengkapi dalam proposal sebelum dievaluasi adalah :
a. Nama dan alamat unit usaha
b. Nama dan alamat pemilik unit usaha c. Foto copy KTP
(53)
e. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan/beban dan neraca atau data yang menunjukkan keadaan
keuangan serta hasil usaha)
f. Rencana usaha dan kebutuhan dana yang disertai dengan penjelasan agunan apa yang diberikan sebagai jaminan dalam melakukan peminjaman.
Gambar V.6 Lembar Evaluasi
Gambar diatas merupakan bentuk lembar evaluasi yang harus diisi oleh pegawai bagian PKBL setelah meninjau dan memantau ke lokasi usaha calon mitra binaan guna mengetahui kelayakan untuk mendapat bantuan pinjaman modal usaha..
(54)
3. Tahap Identifikasi
Pada tahap ini dilakukan peneitian lanjutan kepada calon mitra binaan yang berdasarkan hasil peninjauan layak untuk dibina guna dapat diidentifikasi jenis bantuan apa yang paling dibutuhkan, apakah berupa bantuan modal kerja, investasi maupun bantuan pemasaran atau pelatihan. 4. Tahap Implementasi
Selanjutnya setelah calon mitra binaan dinyatakan layak untuk dibina, dilakukan perjanjian kerja sama dalam bentuk bantuan pinjaman lunak dengan tingkat bunga sebesar 6% pertahun, dengan tenggang waktu pengembalian pinjaman selama 36 bulan dan pembayaran bantuan pinjaman dilakukan melalui transfer ke rekening bank mitra binaan yang bersangkutan. Adapun lembar penjanjian kerjasama sebagai beikut:
Berikut gambar V.7 Bukti Perjanjian
Gambar diatas merupakan lembar perjanjian kerjasama antara PTPN IV dengan mitra binaan agar mengikuti semua ketentuan yang berlaku.
(55)
5. Tahap Monitoring
Pada tahap ini, monitoring dilakukan untuk mengetahui perkembangan yang telah dicapai oleh mitra binaan melalui monitoring berkala yaitu terhadap perkembangan tenaga kerja, volume produksi, omset penjualan, asset usaha dan lain sebagainya. Untuk selanjutnya pihak PTPN IV, juga akan memberikan masukan solusi kepada mitra binaan yang mengalami permasalahan dan kendala yang dihadapi mitra binaan.
6. Tahap Pelepasan
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari prosedur untuk menjadi mitra binaan, dimana penilaian akan dilakukan setelah melewati masa pembinaan selama 3 tahun apakah usaha yang dijalankan sudah menjadi usaha yang mandiri sehingga sudah dapat dilepas. Dan apabila dinilai belum mandiri maka pembinaan dapat diperpanjang paling lama 2 tahun atau hanya diberikan berupa bantuan yang bersifat konsultasi manajemen bisnis saja.
Berdasarkan prosedur yang harus dilalui oleh kedua pihak yaitu pihak PTPN IV dan juga pemohon,dalam memproses proposal tersebut ada yang menjadi indikator ataupun prosedur yang harus diikuti oleh bagian PKBL PTPN IV medan, berikut proses yang harus dilalui:
1. Analisa dokumen, yang dilakukan untuk mengetahui pemohon, lokasi atau tempat diselanggarakan, jenis/bentuk bantuan yang diminta, jumlah kebutuhan, relevansi dengan program PKBL, frekuensi bantuan, rencana kerja, waktu pelaksanaan.
(56)
2. Survey lapangan (bila diperlukan), yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan permohonan, menambah fakta lapangan yang belum tertuang dalam proposal, memastikan lokasi/tempat yang akan dibantu, menilai jenis bantuan yang dibutuhkan (tunai atau natura).
3. Menyampaikan usulan dari hasil evaluasi administrasi dan survey lapangan yang berisikan antara lain latar belakang usulan, dasar pertimbangan berdasarkan informasi yang diperoleh saat evaluasi dan ketentuan yang berlaku, rekomendasi penolakan atau persetujuan.
4. Menyampaikan surat penolakan atau persetujuan kepada pemohon atau unit operasional.
Adapun Tata cara penyaluran bantuan dana Program BL sebagai berikut :
a. BUMN Pembina terlebih dahulu melakukan survai dan identifikasi atas calon penerima bantuan dan/atau obyek yang akan dibiayai dari dana Program BL.
b. Pelaksanaan Program BL dilakukan oleh BUMN Pembina yang bersangkutan.
Setelah dana disalurkan maka pihak PTPN IV melakukan pengawasan terhadap si penerima dana, ada unit khusus yang disediakan untuk melakukan pengawasan terhadap penerima pinjaman program kemitraan dan bantuan dana untuk program bina lingkungan. Pegawasan dialkukan oleh satuan pengawas intern (SPI) dan audit independent . SPI melakukan monitoring terhadap per tiga bulan sekali dan audit independent melakukan monitor hasil kerja dalam setahun
(57)
sekali. Tujuan dari adanya pengawasan ini adalah bukan untuk mencari kesalahan tetapi memperbaiki pekerjaan sesuai prosedur. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bu afni
“Kami dalam menjalankan program ini selalu diawasi baik oleh SPI ataupun audit independent. Biasanya kalau untuk para mitrabinaan ini yang sering dilakukan. Tiga bulan sekali tim mendatangi para mitra binaan dan menanyakan baimana perkembangan usaha mereka.begitu juga terhadap mitra yang berada di sekitar kebun. Kalau untuk program bina lingkungan kan itu hanya memberikan bantuan terhadap 8 aspek yang sudah diatur di permen itu jadi selesai pengajuan proposal dan diterima kami hanya melakukan pengawasan ketika penyaluran dan itu saja biasnya kami mendatangi lokasi-lokasi yang menjadi objek bantuan”.
Pengawasan memang dilakukan rutin oleh pihak PTPN IV sesuai dengan prosedur yang berlaku. Terutama untuk program kemitraan karena merupakan pinjaman dana maka para mira binaan haruslah membayar kredit yang telah disepakati. Maka agar para mitra tetap mengingat tanggung jawabnya maka dilakukan monitoring ke ukm-ukm tersebut. Hal serupa dinyatakan oleh mitra binaan yaitu pak rasman
“Iya mereka ada beberapa kali datang kesini (ukm) terus ya kami berbincang-bincang mengenai usaha saya, bagaimana kelancara saya membayar kredit, terus mengenai kendala yang saya hadapi dan bisa memberi solusi juga terkadang dengan masalah yang dihadapi, mereka juga memberikan masukan-masukan mengenai cara berwirausaha. Jadi sih saya senang juga merasa bahwa mereka
(58)
itu memperhatikan mitra binaanya, tidak merasa dilepas begitu saja ketika selesai dapat dana tapi juga mereka mengkontrol perekembangan usaha kami ini.”
PTPN IV memiliki bagian PKBL yang bertugas utuk menjalankan peraturan mentri BUMN untuk meberikan bantuan kepada masyarakat dalam program kemitraan dan bina lingkungan. SOP sudah dimiliki dan dipahami oleh setiap pegawai maka mereka sudah mengetahui apa ynag harus dilakukan dalam menjalankan tugasnya serta adanya Job description juga sangat membantu para pegawai. Prosedur yang sudah ada haruslah dikaukan pengawasan dalam pelaksananya agar sesuai dengan koridor yang ditetapkan maka bagian PKBL menjadikan monitoring sebagai rutinitas bukan hanya melakukan pengawasan terhadap kerja pegawai namun juga kepada masyarakat penerima bantuan.
Struktur organisasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh signifikan dalam implementasi. Salah satu dari aspek struktur yang paling mendasar dari organisasi apapun adalah prosedur organisasi standar. SOP merupakan perkembangan dari tuntutan internal dari kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas. Dengan menggunakan SOP, para pelaksana dapat mengoptimalkan waktu yang tersedia dan dapat berfungsi untuk menyeragamkan tindakan-tindakan pejabat dalam organisasi yang kompleks dan tersebar luas, sehingga dapat menimbulkan fleksibilitas yang besar dan kesamaan yang besar dalam penerapan peraturan. Terdapat juga penyebaran tugas, wewenang, dan tanggung jawab di antara masing-masing pegawai yang terlibat. Penyebaran tanggung jawab atau yang disebut dengan fragmentasi ini dalam suatu pelaksanaan kebijakan memerlukan kerjasama internal para pegawai . Dari yang penulis lihat, diketahui
(59)
bahwa kerjasama antara pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan PKBL berlangsung dengan sangat baik.
Berdasarkan hasil analisis keseluruhan dapat disimpulkan bahwa struktur birokrasi/ organisasi yang ada pada bagian PKBL PTPN IV Medan sudah cukup jelas. Adapun tata cara atau petunjuk pelaksana/petunjuk teknis yang digunakan untuk melaksanakan peraturan tentang program kemitraan dan bina lingkungan sudah jelas dan serta sudah tercantum di dalam rincian isi PER/09/MBU/07/2015. Dimana dijelaskan bagaimana prosedur, tata cara dan syarat yang dibutuhkan dalam proses permohonan baik pinjaman modal usaha atau yang disebut program kemitraan maupun bantuan dana secara hibah atau yang disebut program bina lingkungan , baik sebelum pemberian maupun sesudah pemberian bantuan dah. Sehingga baik pelaksana kebijakan maupun masyarakat dapat mengetahui dengan jelas.
V.1.1.5 Disposisi
Disposisi implementor adalah kecenderungan sikap maupun pemahaman yang dimiliki oleh implementor yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan. Disposisi menunjuk karakteristik yang menempel erat kepada implementor kebijakan/program. Karakter yang dimiliki implementor tersebut misalnya kejujuran, komitmen, dan demokrasi. Implementor yang memiliki komitmen yang tinggi dan jujur akan senantiasa bertahan di antara hambatan yang ditemui dalam program/kebijakan. Kejujuran mengarahkan
(60)
implementor untuk tetap berada dalam arus program yang telah digariskan dalam
guideline program.
Penulis mengajukan pertanyaan bagaimana persepsi impelemntor tertang program kemitraan dan bina lingkungan. Berikut pernyataan pak sahrial
“Kami senang adanya program ini. Karena program inikan kan berdampak kepada masyarakat. Jadi kami tidak hanya bekerja layaknya pegawai biasa namun juga membantu masyarakat secara tidak langsung. Kami terbuka dan memberi hak kepada siapa sajadan yang ingin meminjam atau meminta bantuan dan dari peruasahan kami namun kan harus ada persyaratannya. Ketika kami rasa itu sudah sesuai lalu ita bisa berikan dana itu.”
Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan buk Irma selaku mitra binaan
“Ketika saya datang kesana reaksi para pegawainya baik,mereka ramah dan terbuka mereka tidak memihak atau mengacuhkan saya dan saya langsung dilayani. Saya menanyakkan beberapa pertanyaan mengenai kemitraan ini dan mereka mejelaskan secara jelas jadi saya mudah memahami informasi yang diberikan. Saya cukup sedang bisa menjadi bagian dari mereka(mitrabinaan).”
Berdasarkan pernyataan para informan menunjukkan bahwa dalam memberikan pelayanan, petugas atau implementor memiliki komitmen dalam melaksanakan tugasnya tanpa harus menunggu instruksi langsung dari atasan. Hal tersebut juga menunjkkan sikap pegawai yang baik, ramah, berkomitmen dan memiliki sikap melayani kepada masyarakat yang memang hal itu dituntut dalam bidang pekerjaan mereka. Maka dapat kita ketahui bahwa disposisi yang dimiliki oleh pegawai PKBL PTPN IV Medan dalam pelaksanaan PKBL sudah sangat
(61)
baik. Hal ini dapat dilihat dari kejujuran, disiplin, komitmen, dan sikap untuk melayani dari para pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan PKBL tersebut. Dalam hal permohonan bantuan pegawai terkait mengetahui dan memahami apa yang menjadi tugas dan wewenangnya. Hal ini dapat dilihat ketika calon mitra binaan yang ingin mengurus permohonan bantuan pinjaman modal usaha kurang mengetahui persyaratannya , maka pegawai mau melayani masyarakat dengan menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami oleh masyarakat tersebut.
Jadi, Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat diketahui bahwa sikap Para pegawai PKBL PTPN IV yang terlibat dalam pelaksanaan PKBL memperlihatkan indikasi penerimaan yang positif terhadap kebijakan tersebut . Sikap para agen pelaksana dalam merespon kebijakan PER/09/MBU/07/2015. Tentang program kemitraan dan bina lingkungan tersebut cenderung bersikap terbuka, dan menerima secara baik serta mendukung terlaksananya kebijakan tersebut. Wujud penerimaan implementor terhadap peraturan tersebut dapat dilihat bahwa mereka mengetahui apa yang menjadi peranan, tugas, dan tanggung jawabnya di dalam mengimplementasikan permen tersebut. Maka indikator disposisi/sikap implementor dalam melaksanakan PKBL terpenuhi.
(62)
V.1.2 Implementasi Program Kemitraan Dalam Pengembangan Usaha Kecil Program kemitraan dan bina lingkungan merupakan program yang memberikan bantuan peminjaman dana kepada masyarakat sekitar usaha. sasaran dari salah satu program tersebut adalah usaha kecil. Sehingga diharapkan bahwa jangan hanya perusahaan yang mendapatkan keuntungan bagi usahanya namun adanya rasa berbagi untuk membantu para ekonomi kecil untuk dapat tumbuh berkembang. Hambatan yang biasa muncul adalah tidak tersedianya modal untuk memulai usaha dan jika usa tersebut dimulai bagaimana cara menjalankan usaha tersebut agar bisa mberkembang dan menjadi sukses. Disitulah peran usaha besar dituntut untuk memberikan pembinnan ataupun pelatihan terhadap usaha kecil agar meningkatkan usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri. Maka dari itu ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha kecil yaitu
3. Permodalan yaitu memberikan dan menyediakan modal bagi pelaku usaha melalui bantuan keuangan, bantuan teknis, dan program peminjaman 4. Kemitraan usaha yaitu kerjasama antar pihak pemberi pinjaman dengan
penerima pinjaman berdasarkan prinsip saling mendukung, membutuhkan, dan menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha besarpembinaan dan pelatihan dilakukan oleh sumber daya manusia yang merupakan pengelola dari usaha tersebut.
Maka dapat dilihat ada 2 variabel penting yang harus dilakukan untuk mengembangkan suatu usaha kecil yaitu bantuan permodalan dan pengembanga SDM melaui pembinaan dan pelatihan.. Oleh karena itu penulis akan melihat
(1)
8. Buat teman-teman magang kelompok X: Afrylia, Amrul, Ananda, Irma, Hery, Oloan , dan Randy .Terimakasih untuk setiap hal yang kita lewati selama dua minggu di Desa karang anyar Kecamatan Secanggang.
9. Buat teman-teman Administrasi Negara 2012 dan seluruh abang/kakak senior dan adik-adik junior di departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU. Terimakasih untuk dapat saling berbagi Ilmu dan pengetahuan di jurusan ini
10. Kepada teman-teman FISIP USU English Club yang telah menjadi wadah penulis untuk belajar, mengembangkan bakat dan menjadi saudara bagi penulis.
11. untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih untuk doa, dukungan dan kebaikan yang kalian berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kelemahan, sehingga penulis tak lupa mengharapkan saran dan kritik yang membangununtuk perbaikan skripsi ini . Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
Medan, 16 Agustus 2016 Penulis,
Anita Dewi
(2)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR BAGAN ... vii
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... vii
ABSTRAK ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Rumusan Masalah ... 10
I.3 Tujuan Penelitian ... 10
I.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
II.1 Kebijakan Publik ... 11
II.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ... 11
II.1.2 Bentuk Kebijakan Publik ... 12
II.1.3 Tahapan Kebijakan ... 14
II.1.4 Imlementasi Kebijakan Publik ... 16
II.1.5 Model-model Implementasi Kebijakan ... 17
II.1.6 Variabel yang relevan dengan Imlementasi PKBL ... 23
II.2 Tanggung Jawab Sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) ... 26
II.2.1 Pengertian CSR ... 26
(3)
II.3 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) ... 29
II.3.1 Program Kemitraan ... 30
II.3.1.1 Pengertian Kemitraan ... 30
II.3.1.2 Prinsip-prinsip Kemitraan ... 31
II.3.1.3 Pola Kemitraan ... 32
II.3.1.4 Unsur-unsur Kemitraan ... 33
II.3.1.5 Tujuan Kemitraan ... 35
II.3.1.6 bentuk penyaluran dana Program Kemitraan ... 37
II.3.2 Program Bina Lingkungan ... 37
II.3.2.1 Bentuk Penyaluran Dana Bina Lingkungan ... 38
II.4 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ... 39
II.4.1 Pengertian UMKM ... 39
II.4.2 Kriteria UMKM ... 40
II.4.3 Ciri umum Usaha Kecil ... 41
II.4.4 Pengembangan UMKM ... 44
II.4.4.1 Komponen pengembangan usaha ... 45
II.4.4.2 Dimensi pengembangan UMKM ... 45
II.4.4.3 Strategi Pengembangan UMKM ... 48
II.5 Definisi Konsep ... 53
II.6 Operasionalisasi konsep ... 54
BAB III METODE PENELITIAN ... 58
III.1 Bentuk penelitian ... 58
III.2 Lokasi Penelitian ... 58
III.3 Informan Penelitian ... 58
(4)
III.5 Teknis Analisis Data ... 51
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 63
IV.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 63
IV.1.1 Riwayat Singkat Perusahaan ... 63
IV.1.2 Jejak Langkah ... 64
IV.1.3 Bidang Usaha ... 65
IV.1.4 Produk Dan Jasa Yang Dihasilkan ... 68
IV.1.5 Visi Dan Misi ... 69
IV.1.6 Budaya Perusahaan ... 69
IV.1.7 Struktur Organisasi ... 70
IV.1.8 Rencana Kegiatan ... 72
BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 73
V.1 Implementasi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Dalam Pengembangan Usaha Kecil ... 73
V.1.1 Implementasi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan ... 73
V.1.1.1 Standar dan Sasaran Kebijakan ... 74
V.1.1.2 Sumber Daya ... 80
V.1.1.3 Komunikasi ... 97
V.1.1.4 Strukur Birokrasi ... 105
V.1.1.5 Disposisi ... 113
V.1.2 Implementasi Program Kemitraan Dalam Pengembangan Usaha Kecil ... 116
V.1.2.1 Permodalan ... 117
V.1.2.2 Kemitraan Usaha ... 123
V.2 Analisis Kendala-Kendala Yang Dihadapi PTPN IV Dalam Pengimplementasian PKBL ... 133
(5)
BAB VI PENUTUP ... 136 VI.1 Kesimpulan ... 136 VI.2 Saran ... 139
(6)
DAFTAR BAGAN / TABEL/ GAMBAR
Bagan II.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 50
Bagan IV.2 Struktur Organisasi PTPN IV ... 70
Bagan IV.3 Struktur Organisasi PKBL ... 71
Tabel V.1 Daftar Pegawai Bagian PKBL 2016 ... 83
Tabel V.2 Penyebaran Dana Kemitraan Berdasarkan Kabupaten/Kota ... 87
Tabel V.3 Penyaluran Dana Program Kemitraan Per Sektor ... 88
Tabel V.4 Penyaluran Dana Program Bina Lingkungan berdasarkan Bentuk Bantuan ... 89
Tabel V.5 Penyaluran Dana Program Bina Lingkungan Berdasarkan Wilayah ... 91
Tabel V.6 Simulasi Cicilan Pinjaman + Bunga Program Kemitraan PTPN IV ... 121
Gambar V.1 Penyaluran Dana Program Bina Lingkungan ... 92
Gambar V.2 Penyaluran Dana Program Bina Lingkingan Di Aera Kerja ... 93
Gambar V.3 Fasilitas Kantor ... 95
Gambar V.4 Pameran Yang Telah Diikuti Oleh Mitra Binaan PTPN IV ... 100
Gambar V.5 Pembangunan Desa Celawan ... 102
Gambar V.6 Lembar Evaluasi ... 107
Gambar V.7 Bukti Perjanjian ... 108
Gambar V.8 Keadaan Usaha Gas Elpiji 3 Kg Milik Pak Rasman ... 121
Gambar V.9 Produk Usaha Yang Dijalankan Oleh Pak Andriansyah ... 127
Gambar V.10 Jadwal Pelatihan ... 129