Implementasi Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam Mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

(1)

IMPLEMENTASI STRATEGI PT.TELEKOMUNIKASI

INDONESIA, Tbk PADA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA

LINGKUNGAN DALAM MENGEMBANGKAN USAHA

MIKRO KECIL DAN MENENGAH

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan S1

Oleh :

100903016

AGUSTIANA PADANG

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat- Nya Penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya. Dan tidak lupa Penulis ucapkan salawat beriring salam kepada Nabi Muhammad S.A.W sebagai contoh teladan umat .

Skripsi ini berjudul “Implementasi Strategi PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk Pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Dalam Mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah”, skripsi ini juga sekaligus sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan pendidikan S1 Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Skripsi ini, Penulis mendapat banyak bantuan berupa bimbingan, dorongan dan arahan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada Kedua Orang Tua Penulis yaitu Alam Padang dan Nurmaini Berutu, yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik Penulis, dan ibu penulis sainah pinayungen terima kasih atas segala pengorbanan dan dukungan yang telah Bapak dan Mamak berikan baik secara moral maupun materil yang tiada dapat ananda balas sampai kapan pun dan


(3)

dengan apa pun. Sayang Mamak dan Bapak selalu.terimakasih juga buat nenek dan kakek penulis yaitu Magindar Padang dan Rendep Tumangger yang telah ikut berkorban banyak untuk penulis, dan juga seluruh keluarga yang selalu memberi dukungan dan motivasi penulis.

Dalam kesempatan ini Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, MSP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Bapak Drs. Kariono, M.si selaku Dosen Pembimbing Penulis yang telah banyak memberikan masukan, arahan, dan bimbingan kepada Penulis.

5. Bapak prof. Erika RevidA Ms selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.

6. Bapak Drs. M. Arifin Nst,S.Sos,Msp selaku Dosen Penguji Penulis. 7. Kak Mega dan Kak Dian yang banyak membantu dalam urusan-

urusan administrasi penyelesaian Skripsi ini.

8. Saudara-saudari Perempuan Penulis Anita Purnama Sari Padang, Indah Sahputra Padang, Dan Edi Ok Dianto Padang yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis.

9. Untuk sahabat penulis yang di luar kampus,Ramlah, Halimah, Laila, Salbina, Kak Aisah Hr,Atun, dan banyak lagi yang tidak mungkin penulis sebutin satu persatu terimakasih atas kebersamaanya selama ini.


(4)

10.Seluruh teman- teman di AN 010, teman- teman PKL di Desa Timbang jaya David, Ravi, Christine,Fahmi, Lona, Bobby, Perta, Muda, Elfina dan khususnya Junita Friska Capah,Geny Iryenti Putri, dan hafni rahmanita,terima kasih uda jadi teman selama masa kuliah dan di PKL. 11.Terimakasih juga buat centriono sinamo, yang telah membantu dan

memberi motivasi.

12.Teman- teman yang ada di kost Juliet tersayang,Kak Ade, Kak Putri, Wiwit,Tiara,Aulia Tia, Vina, Efi, Nuha, Dan Nisa, terimaksih kebersamaanya.

13.Dan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Pt.Telkom medan khususnya kepada seluruh anggota bagian PKBL medan Pak Ben,Ibuk Isnaini, Ibuk Elvani, Dan Mbak Uchie, yang telah banyak membantu ketika penelitian dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki penulisan ini.

Akhirnya kepada Allah SWT kita berserah diri dengan harapan semoga penulisan skripsi ini dapat berguna bagi kita semua. Amin..

Medan, 18 Maret 2014


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ...iv

ABSTRAK ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Fokus Penelitian ... 7

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.5.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KERANGKA TEORI 2.1.Kerangka Teori ... 9

2.1.1 Manajemen Strategi ... 9

2.1.2 Implementasi Strategi ... 13

2.1.3 Model atau Kerangka Manajemen Strategik ... 15

2.1.4 Paradigma Global Corporate Social Responsibility (CSR) ... 18

2.1.5 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan ... 22

2.1.6 Pengembangan Usaha ... 29


(6)

2.3.Sistematika Penulisan ... 38

BAB IIIMETODE PENELITIAN 3.1.Bentuk Penelitian ... 40

3.2.Lokasi Penelitian... 40

3.3.Informan Penelitian... 40

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 42

3.5.Metode Analisa Data ... 43

BAB IVDESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1.Sejarah Ringkas PT. Telekomunikasi, Tbk ... 44

4.2.Visi dan Misi PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk ... 47

4.3.Letak Geografis... 47

4.4.Struktur Organisasi dan Personalia ... 47

4.5.Logo PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk... 52

4.6.Program Kemitraan dan Bina Lingkungan ... 54

4.6.1Sejarah Terbentuknya PKBL Telkom ... 54

4.6.2Dasar Hukum PKBL Telkom CDCS Medan ... 54

4.6.3Struktur Organisasi Bagian Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT.Telkom CDC ... 56

BAB V PENYAJIAN DATA 5.1.Implementasi Strategi ... 64

5.2.Analisis Budaya Perusahaan ... 70

5.3.Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) ... 71


(7)

5.5.Hasil Penelitian yang Dilakukan pada Mitra Binaan PT.Telkom CDC

Sub Area Medan ... 82

BAB VI ANALISIS DATA 6.1.Implementasi Strategi ... 103

6.2.Analisis Budaya Perusahaan ... 107

6.3.Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) ... 108

6.4.Pengembangan UMKM ... 110

6.5.Analisis Data Hasil Penelitian Pada Mitra Binaan PT.Telkom CDC Sub Area Medan... 111

BAB VII PENUTUP 7.1Kesimpulan ... 114

7.2Saran ... 115 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Logo PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk ... 53 Gambar 4.2 Struktur Organisasi PKBL PT. Telkom Medan ... 56


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengajuan Judul Lampiran 2. Surat Persetujuan Skripsi

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari PT. Telkom Medan Lampiran 5. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Lampiran 6. Daftar Hadir Seminar

Lampiran 7. Berita Acara Seminar Lampiran 8. Surat Undangan Sidang Lampiran 9. Pedoman Wawancara


(10)

ABSTRAK

Implementasi Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam Mengembangkan Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM). Nama : Agustiana Padang

Nim : 100903016

Perjalanan panjang perekonomian Indonesia memang tidak mulus. Sejak mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka silih berganti masalah dan rintangan seakan ingin menguji kelayakan strategi pembangunan ekonomi yang tengah berjalan. Krisis ekonomi yang menerpa Indonesia pada tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran berfikir dengan paradigma baru dalam pengelolaan ekonomi nasional

BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional yang masuk kategori usaha skala besar yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara, keberpihakannya kepada UMKM dan Koperasi cukup besar dibandingkan pihak Swasta. Hal ini dibuktikan oleh BUMN dengan adanya Surat Keputusan nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha kecil dan Bina Lingkungan (PKBL), di mana BUMN akan mengalokasikan dana sebesar 2 % dari keuntungan bersih setelah pajak untuk program Kemitraan. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada dasarnya merupakan wujud tanggung jawab sosial BUMN kepada masyarakat. Secara umum, PKBL diwujudkan dengan upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data primer dan sekunder.

Berdasarkan konsep implementasi strategi PT.Telekomunikasi pada program kemitraan dan bina lingkungan dalam menggembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah maka PT.Telkom CDC Sub Area Medan telah mengimplementasikan strategi dengan baik yaitu sesuai tujuan tahunan dari PKBL itu sendiri dan telah sesuai prosedur yang telah ditetapkan.hal ini dapat dilihat dari budget dana yang diberikan sesuai kebutuhan usaha mitra binaannya, dan jangka waktu pemulangan dana yang dipinjamkan yang tidak memberatkan dan mempermudah setiap anggota, serta adanya pembinaan kepada mitra binaannya dan Secara umum usaha kecil yang menjadi mitra binaaan PT.Telkom CDC Sub Area Medan mengalami perkembangan dan kemajuan usaha. Sehingga kondisi perekonomian mereka semakin membaik.walaupun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam pengimplementasiannya.

Kata Kunci: Implementasi Strategi, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, Pengembangan UMKM


(11)

ABSTRAK

Implementasi Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam Mengembangkan Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM). Nama : Agustiana Padang

Nim : 100903016

Perjalanan panjang perekonomian Indonesia memang tidak mulus. Sejak mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka silih berganti masalah dan rintangan seakan ingin menguji kelayakan strategi pembangunan ekonomi yang tengah berjalan. Krisis ekonomi yang menerpa Indonesia pada tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran berfikir dengan paradigma baru dalam pengelolaan ekonomi nasional

BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional yang masuk kategori usaha skala besar yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara, keberpihakannya kepada UMKM dan Koperasi cukup besar dibandingkan pihak Swasta. Hal ini dibuktikan oleh BUMN dengan adanya Surat Keputusan nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha kecil dan Bina Lingkungan (PKBL), di mana BUMN akan mengalokasikan dana sebesar 2 % dari keuntungan bersih setelah pajak untuk program Kemitraan. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada dasarnya merupakan wujud tanggung jawab sosial BUMN kepada masyarakat. Secara umum, PKBL diwujudkan dengan upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data primer dan sekunder.

Berdasarkan konsep implementasi strategi PT.Telekomunikasi pada program kemitraan dan bina lingkungan dalam menggembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah maka PT.Telkom CDC Sub Area Medan telah mengimplementasikan strategi dengan baik yaitu sesuai tujuan tahunan dari PKBL itu sendiri dan telah sesuai prosedur yang telah ditetapkan.hal ini dapat dilihat dari budget dana yang diberikan sesuai kebutuhan usaha mitra binaannya, dan jangka waktu pemulangan dana yang dipinjamkan yang tidak memberatkan dan mempermudah setiap anggota, serta adanya pembinaan kepada mitra binaannya dan Secara umum usaha kecil yang menjadi mitra binaaan PT.Telkom CDC Sub Area Medan mengalami perkembangan dan kemajuan usaha. Sehingga kondisi perekonomian mereka semakin membaik.walaupun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam pengimplementasiannya.

Kata Kunci: Implementasi Strategi, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, Pengembangan UMKM


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perjalanan panjang perekonomian Indonesia memang tidak mulus. Sejak mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka silih berganti masalah dan rintangan seakan ingin menguji kelayakan strategi pembangunan ekonomi yang tengah berjalan. Krisis ekonomi yang menerpa Indonesia pada tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran berfikir dengan paradigma baru dalam pengelolaan ekonomi nasional. Paradigma lama pembangunan ekonomi yang hanya bertumpu serta mengandalkan peranan konglomerat atau swasta nasional ternyata membuat rapuh fundamental ekonomi nasional. Pengelolaan ekonomi yang kurang transparan dan kurang memberikan partisipasi pelaku ekonomi lainnya, menimbulkan ketimpangan dalam penguasaan aset nasional. Akibatnya penguasaan perekonomian jatuh ke tangan kelompok bisnis yang bersekala besar yang tidak mengarah pada kepentingan rakyat banyak.

Pelaku ekonomi di Indonesia terdiri dari tiga pilar utama, yakni BUMN, Koperasi dan swasta (UMKM Dan Nasional). Dan kenyataannya peranan BUMN dan Koperasi, selama ini terlihat kurang begitu diperhatikan dalam struktur ekonomi nasional, sehingga kondisi ini sering kali menimbulkan beban ekonomi yang pincang. Hal ini terbukti ketika beberapa negara Asia diterpa krisis akibat fluktuasi nilai tukar uang, Indonesia-lah yang paling parah mengalami keterpurukan. Kondisi ini lebih disebabkan beban hutang yang besar yang dilakukan oleh swasta telah memberikan kontribusi yang besar terhadap


(13)

ambruknya perekonomian nasional. Peliknya persoalan yang timbul akibat krisis justru menguji ketahanan masyarakat. Beratnya permasalahan ini memang sulit untuk ditawar mengingat bahwa dampaknya justru menyerang bagian-bagian vital dari kehidupan rakyat khususnya kebutuhan dasar untuk bertahan hidup. sebagai persoalan prioritas harus segera mendapatkan penyelesaian. Ditengah kesibukan pemerintah dalam merumuskan langkah alternatif menghadapi krisis ekonomi, harapan yang lebih menjanjikan justru timbul dari sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Terlebih di era globalisasi sekarang pengembangan UMKM menjadi suatu hal yang krusial mengingat UMKM mempunyai peranan yang demikian penting untuk pertumbuhan ekonomi sebuah negara termasuk di negara Indonesia. Husband and Purnendu, 1999 (Dalam Tambunan, 2005).

Usaha kecil dan menengah atau yang disebut UMKM merupakan salah satu kekuatan pendorong terdepan dan pembangunan ekonomi. Gerak sector usaha kecil dan menengah amat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan. UMKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar. Mereka juga menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan sektor usaha lainnya, dan mereka juga cukup memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan perdagangan.Besarnya peran UMKM ini mengindikasikan bahwa UMKM merupakan sektor usaha dominan dalam menyerap tenaga kerja. Berdasarkan survei yang dilakukan Kementrian Koprasi dan UMKM pada tahun 2005-2009 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempekerjakan 452.223.754 Tenaga kerja di Indonesia yag dimana usaha mikro mempekerjakan 81,07 persen,


(14)

usaha kecil mempekerjakan 10,67 persen dan usaha menengah mempekerjakan sebanyak 5,12 persen. Ini berarti bahwa UMKM mempekerjakan sebanyak 96,85 persen dari seluruh angkatan kerja Indonesia.kementrian koperasi dan UKM RI (www.depkop.go.id)

Dalam rangka pembinaan dan pengembangan sektor UMKM pemerintah Indonesia sebenarnya telah memberikan kemudahan kepada pengusaha kecil dalam rangka memperoleh modal dengan bantuan kredit, salah satunya adalah kebijaksanaan yang mengharuskan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan menyisihkan keuntungannya sebesar 2% dari laba bersihnya untuk membantu permodalan bagi usaha kecil dan koperasi melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. Jones mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab moral organisasi kepada kelompok stakeholder mereka, yang baik secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi kegiatan organisasi. Jones dalam Saktiyanti dan Irvan (2006: 27) Dukungan BUMN terhadap sektor usaha kecil terdapat pada Keputusan Menteri BUMN yaitu PER-05/MBU/2007. Dalam PER-05/MBU/2003 penyelenggaraan darma sosial BUMN dilakukan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang tidak hanya mengejar keuntungan, melainkan turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Hal ini dilakukan dalam rangka menjadikan usaha kecil sebagai tulang punggung ekonomi pasca krisis.

BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional yang masuk kategori usaha skala besar yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara,


(15)

keberpihakannya kepada UMKM dan Koperasi cukup besar dibandingkan pihak Swasta. Hal ini dibuktikan oleh BUMN dengan adanya Surat Keputusan nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha kecil dan Bina Lingkungan (PKBL), di mana BUMN akan mengalokasikan dana sebesar 2 % dari keuntungan bersih setelah pajak untuk program Kemitraan.Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada dasarnya merupakan wujud tanggung jawab sosial BUMN kepada masyarakat. Secara umum, PKBL diwujudkan dengan upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara memiliki komitmen untuk menjalankan peran Good Corporate Citizenship melalui penyelenggaraan Program Kemitraan dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan dengan usaha kecil bertujuan untuk mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi, terciptanya lapangan kerja serta kesempatan berusaha untuk masyarakat. Sedangkan Program Bina Lingkungan mempunyai tujuan untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi sosial masyarakat dan lingkungan di sekitar wilayah usaha Perusahaan. PT.Telkom unit CDC sub area medan pada triwulan I januari-maret 2012 menyalurkan dana sebesar 1,624,136,000 yang diberikan kepada 55 mitra binaan,pada triwulan II april-juni 2012 menyalurkan dana sebesar 1,580,983,000 yang diberikan kepada 58, mitra binaan, pada triwulan III juli-september 2012 menyalurkan dana sebesar 2,280,000,000 yang diberikan kepada 69 mitra binaan,


(16)

dan pada triwulan IV oktober-desember 2012 menyalurkan dana sebesar 2,720,800,000 yang diberikan kepada 94 mitra binaan. Sehingga jumlah keseluruhan penyaluran dana tahun 22012 sebesar 8,205,919,000 yang diberikan kepada 276 mitra binaan.( Sumber: PT.Telkom medan,2013). Adanya program ini di pandang sebagai strategi dan kesempatan baik untuk pemberdayaan ekonomi dan pembiayaan modal kerja bagi usaha kecil yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan lebih berkembang.

PT.Telkom unit CDC sub area medan memiliki komitmen sebagai strategi yang digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui penyaluran dana bantuan pinjaman dari PKBL, memberdayakan masyarakat,menumbuhkan semangat wirausaha,dan memberi informasi yang bermanfaat khususnya bagi setiap anggota mitra binaan dengan melakukan sosialisasi tentang PKBL, serta membuat pendidikan terkait bidang tersebut secara nyata dan berkesinambungan dan melakukan pengaawasan, dan pembinaan terhadap masyarakat UMKM.Tetapi sejauh kita melihat sampai saat ini, pada kenyataan yang terjadi dilapangan masih sering terlihat kesenjangan anatara implementasi yang terjadi dengan konsep strategi ideal yang seharusnya diterapkan, Hal ini dapat kita lihat beberapa dari komitmen yang belum atau bahkan tidak dilaksanakan, kurangnya pengawasan terhadap masyarakat UMKM yang melaksanakan PKBL, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu, kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang tidak mengetahui adanya PKBL tersebut,kurang nya informasi dan pelatihan


(17)

yang di berikan terhadap masyarakaat mitra binaan sehingga anggota mendapat beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik, dan mengalami kesulitan untuk berkembang. Masalah yang terdapat dilapangan adalah bahwa PT.Telkom unit CDC sub area medan mengutamakan pemberian pinjaman, namun pembinaan dan pengawasn yang dilakukan masi sangat jauh dari konsep strategi idealnya, selain itu masalah juga muncul dari pelaku usaha kecil, di mana kurangnya kesadaran pelaku usaka kecil tentang pentingnya pelatihan-pelatihan dan pendidikan mengenai bagaimana menjadi wirausaha yang baik dan tangguh.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bidang ini dengan judul ‘’Implementasi Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam Mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Studi pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT.Telkom unit CDC Sub Area Medan).”

1.2. Perumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan penelitian ini selanjutnya dan agar peneliti dapat lebih terarah dalam menginterprestasikan fakta dan data ke dalam pembahasan, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Masalah merupakan bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian dimana penulis mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal-hal yang akan di cari jawabannya melalui kegiatan penelitian. (Arikunto, 2002:47)


(18)

Berdasarkan latar belakang yang telah diterapkan, maka permasalahan yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Strategi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Dalam Mengembangkan UMKM Pada PT. Telekom Unit CDC Sub Area Medan?”

1.3. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah Program Kemitraanya, hal ini karena program yang menjadi faktor utama dalam mengembangkan usaha kecil adalah bagian kemitraannya, sedangkan untuk program bina lingkungan bukan menjadi fokus penelitian peneliti, karena bina lingkungan hanya sebagai salah satu wujud tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat wilayah kerja perusahaan.

1.4 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti memiliki tujuan penelitian. Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan yang di susun berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang mendasari dilakukannya penelitian.Tujuan penelitian juga merupakan suatu petunjuk kearah mana kegiatan penelitian dilakukan. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Mengetahui Bagaimana Implementasi Strategi PKBL PT. Telekom Unit CDC Sub Area Medan?


(19)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian ini adalah: 1. Secara Subjektif

Untuk mengembangkan pengetahuan, wawasan serta kemampuan berfikir khususnya dalam pembuatan karya ilmiah.

2. Bagi Perusahaan PT.Telkom Medan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Telkom khususnya pada Unit CDC (Community Development Center) selaku pengelola Program kemitraan sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan pengembangan program kemitraan yang merupakan salah satu program CSR Telkom, yang diberikan kepada pengusaha kecil.

3. Secara Akademis

Mengembangkan dan memperluas wawasan keilmuan dalam penerpan disiplin Ilmu Administrasi Negara, khususnya Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam mengembangkan usaha kecil. Dan berharap penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi para peneliti selanjutnya.

4. Sebagai informasi yang bermanfaat khususnya bagi masyarakat usaha kecil dalam memperoleh modal melalui program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL).


(20)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1

Kerangka Teori

Sebagai titik tolak atau landasan berfikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error) landasan teoritis. Menurut Hoy dan Miskel (Dalam sugiyono, 2005:25)teori adalah seperangkat konsep,asumsi dan generalisiasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi.

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto,2002:92). Untuk dapat menerangkan dan menjelaskan tentang program kemitraan dan bina lingkungan dalam mengembangkan usaha kecil, maka penulis menggunakan kerangka teori sebagai berikut:

2.1.1 Manajemen Strategik 2.1.1.1. Manajemen

Manajemen dirumuskan sebagai seni untuk mencapai tujuan melalui Usaha-usaha orang lain. fungsi pokok Manajemen adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengarvasan. Ada juga yang mengartikan manajemen sebagai POAC (planning orgnnizing, actuating dan cantrolling).


(21)

sesungguhnya semua kegiatan manusia menghendaki berbagai bentuk manajement.Semakin kompleks kegiatan manusia, semakin kompleks jugalah tugas manajement itu.

2.1.1.2. Strategik

Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Menurut Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip Sukristono (2003), strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Stephanie K. Marrus ( Dalam Husein Umar 2003:46.)

Selain definisi-definisi strategiyang sifatnya umum, ada juga yang lebih khusus, misalnya dua orang pakar strategi, Hamel dan Prahalad(1995), yang mengangkat kompetensi inti sebagai hal yang penting. Mereka berdua mendefinisikan strategi yang terjemahannya seperti berikut ini:

"Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan." Hamel dan Prahald (Dalam Husein Umar 2003:46).


(22)

2.1.1.3. Manajemen Strategik

Manajemen strategik adalah suatu proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan dalam suatu organisasi publik atau organisasi yang berkaitan dengan perlunya penerapan strategi. Manajemen strategic senantiasa diperlukan oleh suatu organisasi publik, dalam hal ini adalah untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan organisasi akan dapat dicapai secara tepat waktu dan tepat sasaran.

Manajemen strategik adalah sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi publilk/perusahaan publik. Karena melibatkan pengambiran keputusan yang rumit, berjangka panjang dan berorientasi ke masa depan serta membutuhkan sumber daya yang besar, maka partisipasi manajemen puncak tentunya menjadi sangat penting artinya. Muhammad Qudrat nugraha (2007:16)

Manajemen strategik juga dapat dikatakan sebagai sebuah proses pengambilan keputusan yang dilaksanakan pada tiga tingkat (jenjang) yang melibatkan para perencana pada tingkat korporasi atau pusat (organisasi publik/perusahaan publik), unit bisnis (satuan organisasi) dan fungsional sefta personil-personil pendukung. Makin rendah tingkatannya, kegiatan strategik makin bersifat spesifik, sempit, berjangka pendek dan berorientasi ke tindakan dengan risiko yang lebih kecil tetapi peluangnya untuk memberikan dampak juga relatif kecil.


(23)

2.1.1.4. Manajemen Strategik Organisasi Publik

Strategi organisasi publik/perusahaan publik merupakan kesatua rencana organisasi publik/perusahaan publik yang komprehensif dan terpadu yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi publik/perusahaan publik itu sendiri. Sehingga, dalam menyusun strategi perlu dihubungkan dengan lingkungan organisasi publil/perusahaan publik karena lingkungan akan mempunyai pengaruh dalam menentukan kekuatan dan kelemahan organisasi publik/perusahaan publik guna menyusun strateginya. Dalam mencapai tujuan organisasi, terdapat berbagai alternatif strategi yang perlu dipertimbangkan dan harus dipilih. Strategi yang dipilih tentu adalah pilihan strategi yang akan diimplementasikan oleh organisasi publik/perusahaan publik yang pada akhirnya akan memerlukan kegiatan evaluasi dan pengendalian terhadap strategi tersebut. Dalam konteks bisnis, strategi akan menggambarkan arah yang harus ditempuh oleh organisasi bisnis dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan sulit diprediksi. Strategi sangat diperlukan oleh organisasi untuk dapat mengikuti perubahan lingkungan yang ada, baik lingkungan intemal maupun lingkungan eksternal, juga merupakan pedoman untuk kegiatan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki organisasi.selanjutnya dipakai untuk menjalankan operasi usahanya. Dalam konteks organisasi nonprofit dan organisasi publik, strategi akan menggambarkan arah yang harus atau perlu ditempuh oleh organisasi. Hal ini selalu diperlukan dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada dan mengikuti/merespons perubahan lingkungan internal dan eksternal yang sekaligus merupakan pedoman yang dapat diandalkan dalam


(24)

kegiatan mengalokasikan sumber daya yang ada untuk menjalankan operasi organisasi secara efektif.

Dalam organisasi publik/perusahaan publik terdapat tiga hierarki strategi, yaitu tingkat korporasi/organisasi, tingkat unit bisnis atau organisasi dan tingkat fungsional. Dari ketiga tingkat tersebut, yang melakukan pengambilan keputusan dalam suatu organisasi yaitu tingkat puncak, tingkat menengah dan tingkat bawah. Pada tingkat puncak dirumuskan strategi untuk tingkat korporasi atau organisasi, kemudian pada tingkat menengah dirumuskan strategi untuk tingkat unit bisnis, sedangkan pada tingkat menengah dirumuskan strategi untuk tingkat fungsional. Hal ini analog dengan organisasi publik dan organisasi nonprofit di mana juga terdapat strategi organisasi, strategi di tingkat program dan strategi fungsional. Dalam proses manajemen strategi terdapat tiga elemen kegiatan yang bersifat pokok yaitu formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi.. Muhammad Qudrat nugraha (2007:18-19).

2.1.2 Implementasi Strategi

Dalam penelitian ini lebih mengarahkan pada model atau kerangka manajemen stratejik fokus pada tahap implementasi strategi nya. Karena penelitian ini lebih melihat bagaimana implementasi strategi PKBL PT.Telekomunikasi yang dilaksanakan sesuai dengan rumusan masalah.

Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan strategis. Implementasi strategis merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur.


(25)

Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategik. Perumusan strategi dan implementasi strategi harus dilihat seperti dua sisi mata uang.

Tahap ini adalah tahapan di mana strategi yang telah diformulasikan tersebut kemudian diimplementasikan. Pada tahap implementasi ini beberapa aktivitas atau cakupan kegiatan yang mendapat penekanan antara lain adalah Crown Dirgantoro (2001: 22-24) :

• Menetapkan tujuan tahunan • Menetapkan kebijakan • Memotivasi karyawan

• Mengembangkan budaya yang mendukung • Menetapkan struktur organisasi yang efektif • Menyiapkan budget

• Mendayagunakan sistem informasi.

Pada tahap ini juga akan muncul problem dalam Implementasi Strategi Seperti dikutip Hunger (1995) terhadap hasil survei terhadap 93 perusahaan yang masuk daftar Fortune 500 menunjukkan bahwa setengah dari perusahaan-perusahaan tersebut menemui 10 macam problem ketika mengimplementasikan sebuah strategi perubahan. Berikut adalah kesepuluh problem tersebut yang disusun berdasarkan tingkat frekuensi kejadian.

1. Implementasi berjalan lebih lambat dibanding dengan perencanaan awalnya


(26)

2. Munculnya berbagai masalah yang tidak terduga 3. Koordinasi dalam implementasi tersebut tidak efektif

4. Perusahaan memberi perhatian yang berlebihan terhadap aktivitas persaingan dan penanganan krisis sehingga kurang memperhatikan implementasi yang harus dijalankan

5. Kemampuan SDM yang terlibat dalam implementasi strategi kurang 6. Pendidikan dan pelatihan SDM di tingkat bawah kurang memadai 7. Tidak terkendalinya faktor-faktor lingkungan eksternal

8. Kualitas kepemimpinan dan pengarahan dari para manajer departemen kurang memadai

9. Tidak jelasnya implementasi pada tugas dan aktivitas kunci

10.Pemantauan aktivitas oleh sistem informasi yang dimiliki perusahaan kurang memadai.

Suatu strategi yang telah diformilasikan dengan baik,belum menjamin bahwa dalam implementasinya juga sukses atau memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

2.1.3 Model atau Kerangka Manajemen Stratejik

Agar strategi dapat diimplementasikan dengan baik, Samuel Certo dan Paul Peter mengajukan atau menawarkan sebuah model sederhana proses implementasi strategi:

A. Analisis Perubahan

Elemen pertama dari model implementasi strategi adalah analisis perubahan. Pada tahap ini, analisis dilakukan untuk mengetahui berapa besar


(27)

perubahan yang harus dilakukan agar implementasi strategi bisa dilaksanakan dengan baik. Beberapa implementasi strategi mungkin hanya memerlukan perubahan yang sedikit atau kecil terhadap organisasi, sedangkan yang lainnya mungkin memerlukan perubahan organisasi yang bersifat radikal.

B. Analisis Struktur Orgonisasi

Analisis struktur organisasi perlu dilakukan karena pada perubahan yang dilakukan, struktur organisasi akan menjelaskan tentang bagaimana kebijakan akan disusun dan juga menjelaskan tentang bagaimana sumberdaya akan dialokasikan. Pada analisis ini, ada dua jenis struktur organisasi yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Struktur organisasi formal

Pada struktur organisasi formal ini ditunjukkan hubungan antara sumberdaya yang disusun oleh manajemen perusahaan.

2. Struktur organisasi informal

Lebih banyak menunjukkan hubungan sosial di antara orang-orang yang berada di dalam perusahaan. Dalam implementasi strategi, kedua jenis struktur tersebut harus diperhatikan untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan semacam:

a) Apakah struktur organisasi yang ada sekarang ini menjadi penghalang atau pendukung bagi implementasi strategi? Sebagai contoh, struktur organisasi dengan banyak level of authority kemungkinan akan menjadi penghalang bagi implementasi strategi yang memerlukan atau mensyaratkan kecepatan dalam pengambilan keputusan.


(28)

b) Apakah ada kemungkinan untuk menggunakan organisasi informal untuk keberhasilan implementasi strategi? Dalam banyak kasus, peran dari organisasi informal seperti juga informal leader menjadi sumber dari keberhasilan implementasi strategi.

C. Analisis Budaya Perusahaan

Secara formal, budaya didefinisikan sebagai pola perilaku, seni, keyakinan, kelembagaan dan semua produk yang dihasilkan dari pekerjaan manusia dan karakteristik pemikiran masyarakat atau populasi. Adapun budaya perusahaan dapat dibedakan dari dua tingkatan atau leuel. Pada tingkatan yang lebih dalam dan lebih sulit untuk dilihat, budaya perusahaan mengacu kepada nilai yang ada di antara orang-orang di dalam kelompok serta memiliki tendensi atau kecenderungan untuk tetap ada, meskipun anggota-anggota kelompok berganti-ganti. Penekanan tentang apa yang paling penting dalam hidup bisa sangat berbeda di antara perusahaan-perusahaan; dalam beberapa kasus uang menjadi hal paling utama dan dalam kasus yang lain teknologi yang paling utama. Pada level atau tingkatan ini budaya sangat sulit untuk diubah, sebagian karena anggota kelompok pada umumnya tidak menyadari nilai-nilai apa saja yang telah menyatukan mereka. Pada tingkatan yang lebih jelas untuk dilihat, budaya merepresentasikan pola perilaku atau gaya dari perusahaan dimana pegawai baru akan secara otomatis terdorong untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh pegawai-pegawai lama. Sebagai contoh adalah adanya kelompok pekerja yang selama bertahun-tahun terkenal sebagai pekerja keras, kelompok yang dikenal sebagai sangat bersahabat terhadap orangorang asing dan lainlain. Pada level ini,


(29)

budaya tetap sulit untuk diubah, akan tetapi masih lebih mudah ketimbang Level yang pertama disebutkan. Samuel Certo dan Paul Peter (Dalam Grown Dirgantoro 2001:121-132).

2.1.4 Paradigma Global Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility (CSR) dalam sejarah modern dikenal sejak Howard R. Bowen (1953) menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibilities of The Businessman. Buku yang diterbitkan di Amerika Serikat itu menjadi buku terlaris di kalangan dunia usaha pada era 1950-1960. Pengakuan publik terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang ia kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai Bapak CSR. Sejak itu sudah banyak referensi ilmiah lain yang diterbitkan di berbagai negara mengacu pada prinsip-prinsip tanggung jawab dunia usaha kepada masyarakat yang telah dijabarkan dalam buku Social Responsibilities of The Businessman.

Ide dasar yang dikemukakan Bowen adalah mengenai “kewajiban perusahaan menjalankan usahanya dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan tersebut beroperasi”. Ia menggunakan istilah sejalan dengan konteks itu demi meyakinkan dunia usaha tentang perlunya mereka memiliki visi yang melampaui urusan kinerja finansial perusahaan

Dalam dekade 1960-an, pemikiran Bowen terus dikembangkan oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Davis (1960) yang memperkenalkan konsep Iron law of social responsibility. Dalam konsepnya Davis berpendapat bahwa penekanan pada tanggung jawab sosial perusahaan


(30)

memiliki korelasi positif dengan size atau besarnya perusahaan, studi ilmiah yang dilakukan Davis menemukan bahwa semakin besar perusahaan atau lebih tepat dikatakan, semakin besar dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada masyarakatnya. (repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2 5416/4/Chapter%20II.pdf‎)

2.1.4.1. pengertian corporate social responsibility (CSR)

Berdasarkan penjelasan atas Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, tanggung jawab sosial dan lingkungan didefinisikan sebagai komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya

Dari beberapa definisi diatas maka secara umum Corporate Social Responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) merupakan peningkatan kualitas mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memelihara (Martono Anggusti,2010: 11)

2.1.4.2Kebijakan Coorporate Social

Terkait dengan area tanggungjawab sosial perusahaan, Organization Economic Cooperation and Development (OECD) dalam Wibisono (2007: 42)


(31)

menyepakati pedoman bagi perusahaan multinasional dalam melaksanakan CSR. Pedoman tersebut berisi kebijakan umum, meliputi:

1. Memberikan kontribusi untuk kemajuan ekonomi, sosial, dan lingkungan berdasarkan pandangan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, 2. Menghormati hak-hak asasi manusia yang dipengaruhi kegiatan yang

dijalankan perusahaan tersebut sejalan dengan kewajiban dan komitmen pemerintah di negara tempat perusahaan beroperasi,

3. Mendorong pembangunan kapasitas lokal melalui kerja sama yang erat dengan komunitas lokal, termasuk kepentingan bisnis, selain mengembangkan kegiatan perusahaan di pasar dalam dan luar negeri sejalan dengan kebutuhan praktik perdagangan,

4. Mendorong pembentukan human capital, khususnya melalui penciptaan kesempatan kerja dan memfasilitasi pelatihan bagi para karyawan,

5. Menahan diri untuk tidak mencari atau menerima pembebasan di luar yang dibenarkan secara hukum yang terkait dengan sosial lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, perburuhan, perpajakan, insentif finansial, dan isu-isu lain,

6. Mendorong dan memegang teguh prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) serta mengembangkan dan menerapkan praktik-praktik tata kelola perusahaan yang baik,

7. Mengembangkan dan menerapkan praktik-praktik sistem manajemen yang mengatur diri sendiri secara efektif guna menumbuhkembangkan relasi


(32)

saling percaya diantara perusahaan dan masyarakat tempat perusahaan beroperasi,

8. Mendorong kesadaran pekerja yang sejalan dengan kebijakan perusahaan melalui penyebarluasan informasi tentang kebijakan-kebijakan itu pada pekerja termasuk melalui program-program pelatihan,

9. Menahan diri untuk tidak melakukan tindakan tebang pilih (diskriminatif) dan indispliner,

10.Mengembangkan mitra bisnis, termasuk para pemasok dan subkontraktor, untuk menerapkan aturan perusahaan yang sejalan dengan pedoman tersebut,

11.Bersikap abstain terhadap semua keterlibatan yang tak sepatutnya dalam kegiatan-kegiatan politik lokal.

Peran dan tanggung jawab dari BUMN sebagai korporasi dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang telah disahkan pada tanggal 20 Juli 2007. Pasal 74 UU RI No. 40 Tahun 2007 menyebutkan bahwa:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan


(33)

diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2.1.5. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

Program kemitraan dan bina lingkungan merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan dan maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan.

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan meliputi Program Kemitraan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri dan Program Bina Lingkungan untuk pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN di wilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN tersebut.

Program kemitraan dan bina lingkungan merupakan salah satu produk yang dihasilkan CSR (corporate social responsibility). PKBL ini dibentuk untuk menangani langsung masalah pembinaan dan pemberdayaan usaha masyarakat dengan cara memberikan bantuan dana berupa kredit, dimana besaran alokasi dana PKBL tersebut bernilai 2% dari laba bersih perusahaan (Dwi Kartini, 2009:78).


(34)

Pada tanggal 27 April 2007 Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Surat Keputusan Menteri No. 236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan juncto Surat Edaran Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia No. SE-433/MBU/2003 tanggal 16 September 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kemitraan dan saat ini disebut dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).

Peran BUMN dalam pengembangan usaha kecil dilaksanakan sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan (PERSERO). Pertimbangan yang mendasari pelaksanaan program tersebut adalah adanya posisi strategis BUMN dalam hubungannya dengan usaha kecil yaitu memiliki keunggulan pada bidang produksi/pengolahan, teknologi, jaringan distribusi dan SDM yang dapat dimanfaatkan untuk membina dan mengembangkan usaha kecil sehingga menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.   Pelaksanaan pembinaan usaha kecil oleh BUMN mulai tertata setelah terbitnya Keputusan Menteri Keuangan No.: 1232/KMK.013/1989. Pada saat itu program ini dikenal dengan nama Program Pegelkop (pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi) dan pada tahun 1994 dengan terbitnya Keputusan Menteri Keuangan No.: 316/KMK. 016/1994 nama program diganti menjadi program PUKK (Pembinaan Usaha


(35)

Kecil dan Koperasi). Seiring dengan perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat yang sangat pesat dan dinamis, peraturan-peraturan tersebut beberapa kali mengalami perubahan, terakhir melalui Peraturan Menteri Negara BUMN No.: Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 nama program diganti menjadi Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan ( PKBL).

Peran dan tanggung jawab dari BUMN sebagai korporasi dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang telah disahkan pada tanggal 20 Juli 2007. Pasal 74 UU RI No. 40 Tahun 2007 menyebutkan bahwa:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 74 UU RI No. 40 Tahun 2007 tersebut tidak hanya melahirkan bias dan kerancuan atas sikap pemerintah terhadap kepedulian dan kontribusi BUMN sebagai korporasi dengan masyarakat sekitar, namun juga menimbulkan sikap kontra dan protes atas ketentuan pasal tersebut. Pasal tersebut sungguh-sungguh menunjukkan suatu sikap yang diskriminatif dari pemerintah sendiri, yakni dengan melakukan polarisasi perseroan (termasuk didalamnya BUMN sebagai


(36)

korporasi dengan masyarakat sekitar, namun juga menimbulkan sikap kontra dan protes atas ketentuan pasal tersebut. Pasal tersebut sungguh-sungguh menunjukkan suatu sikap yang diskriminatif dari pemerintah sendiri, yakni dengan melakukan polarisasi perseroan (termasuk didalamnya BUMN sebagai korporasi) berdasarkan ruang gerak dan bidang usahanya. Ketegasan perintah yang tercermin pada kata ‘wajib’ dalam kalimat yang dipergunakan oleh pasal tersebut, ternyata membebaskan bagi perseroan yang lainnya sehingga tidak memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan hanya diwajibkan bagi perseroan (termasuk didalamnya BUMN sebagai korporasi) yang kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, sedangkan perseroan yang tidak terkait dengan sumber daya alam bebas dari kewajiban tersebut.

Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara, sebagai lembaga pemerintah yang menaungi dan mengayomi institusi BUMN, turut menindaklanjuti Pasal 88 UU RI No. 19 Tahun 2003 tersebut dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (disingkat ‘PKBL’) yang telah mulai diberlakukan untuk tahun buku 2007 dan ditetapkan pada tanggal 27 April 2007. Peraturan ini menggantikan peraturan sejenis terdahulu yakni Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003.

Dengan peraturan tersebut, pemerintah . Kementerian Negara BUMN menjabarkan peran dan partisipasi BUMN kedalam 2 program, yakni : Program


(37)

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Pasal 2 ayat (1) Permen.BUMN tersebut menegaskan bahwa Persero dan Perum wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini. Berdasarkan Pasal 1 Angka 5 Permen.BUMN tersebut, yang dimaksud dengan Program Kemitraan dengan usaha kecil adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Sedangkan Angka 6 dari pasal tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

Pelaksana dari kedua program tersebut adalah unit organisasi khusus yang merupakan bagian dari organisasi BUMN yang berada dibawah pengawasan seorang direksi sumber dana yang dapat dipergunakan oleh BUMN guna melaksanakan kedua program tersebut diatas berasal dari: penyisihan laba setelah pajak (maksimal sebesar 2%), jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana (sisa) program tersebut pada tahun-tahun sebelumnya, atau pelimpahan dana program dari BUMN lain (vide Pasal 9). Adapun tujuan dari program kemitraan dan bina lingkungan yaitu;

1. Meningkatkan citra baik dan hubungan sinergi dengan masyarakat sekitar keegiatan BUMN.

2. Mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi rakyat di lingkungan BUMN


(38)

3. Terciptanya pemerataan pembangunan melalui peningkatan penyerapan tenaga kerja dan kualitas dan sumber daya manusia (masyarakat), kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat di lingkungan di luar kegiatan BUMN.

2.1.5.1. Bentuk Program Dan Dana Kemitraan dan Mitra Binaan

Program Kemitraan yang dilakukan oleh BUMN. Sesuai dengan pasal 11 ayat (1) peraturan mentri BUMN tersebut adalah diberikan dalam bentuk pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan, daan ppinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha mitra binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha mitra binaan.Sedangkan Program Bina Lingkungan, sesuai dengan pasal 11 ayat 2 menyatakan bahwa program bina lingkungan BUMN dibeikan dalam bentuk bantuan-bantuan untuk korban bencana alam, pendidikan dan/pelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana umum, sarana ibadah,atau pelestarian alam.

Sumber dana yang dapat diergunakan oleh BUMN guna melaksanakan kedua program diatas berasal dari penyisihan laba setelah pajak sebesar 2%, jasa dministrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/jasa giro dari dana (sisa) program tersebut pada tahun-tahun sebelumnya, atau pelimpahan dana program dari BUMN lain. Dana PKBL akan diberikan dalam beberapa bentuk, yaitu:


(39)

1. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi penjualan.

2. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha mitra binaan yang bersifat jangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha mitra binaan.

3. Biaya pembinaan yang bersifat hibah, yang meliputi biaya pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promoso, dan hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas mitra binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang bekaitan dengan program kemitraan. (Anggusti, martono. 2009:46)

2.1.5.2. Kewaiban BUMN Pembina PKBL

Sebagai lembga Pembina atau lembaga yang menjalankan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan maka BUMN juga memiliki kewajiban. Adapun kewajiban BUMN dalam menjalankan PKBL adalah sebagai berikut:

1. Membantuk unit PKBL

2. Menyusun Standar Operating Procedure (SOP) untuk pelaksanaan PKBL 3. Menyusun Rencana Kerja PKBL

4. Melakukan Evaluasi dan Seleksi Kelayakan Usaha Calon Mitra Binaan. 5. Menyiapkan dan Menyalurkan Dana

6. Melakukan Pemantauan dan Pembinaan Terhadap Mitra Binaan. 7. Mengadministrasikan Kegiatan Pembinaan.


(40)

9. Menyampaikan Laporan Pelaksanaan PKBL Kepada Koordinator BUMN Pembina Di Wilayah Masing-Masing Dan Kepada Mentri BUMN baik triwulan maupun tahunan.

Selain kewaiban lembaga Pembina, maka mitra binaan yang memperoleh pembiayaan dari PKBL juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi guna mendukung berjalannya program kemitraan dan bina lingkungan, adapun yang menjadi kewajiban mitra binaan adalahsebagai berikut:

1. Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh BUMN Pembina.

2. Menyelenggarakan pencatatan/pembukuan dengan tertib.

3. Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

4. Menyampaian laporan perkembangan usaha setiap triwulan keapada BUMN Pembina.

2.1.6. Pengembangan Usaha

Perkembangan usaha adalah suatu bentuk usaha kepada usaha itu sendiri agar dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan agar mencapai pada satu titik atau puncak menuju kesuksesan. Perkembangan usaha di lakukan oleh usaha yang sudah mulai terproses dan terlihat ada kemungkinan untuk lebih maju lagi.

Pengembangan usaha adalah ” Tugas dan proses persiapan analitis tentang peluang pertumbuhan potensial, dukungan dan pemantauan pelaksanaan peluang pertumbuhan usaha, tetapi tidak termasuk keputusan


(41)

tentang strategi dan implementasi dari peluang pertumbuhan usaha. Sekarang ini kita dituntut untuk dapat mengembangkan usaha , supaya usaha kita dapat maju dan besar serta menjadi pengusaha yang sukses. Banyak hambatan – hambatan yang dihadapi seperti kekurangan modal, tenaga kerja yang ahli atau terampil, kinerja keuangan usaha yang buruk , dan sebagainya . Tetapi hambatan- hambatan itu semua dapat diatasi dengan cara mengembankan dan menerapkan strategi pengembangan usaha yang baik . Pengembangan usaha bukan saja dibarengi dengan modal yang banyak atau tenaga kerja yang terampil , tetapi juga harus dibarengi dengan niat dari diri kita sendiri. Dengan niat yang sungguh – sungguh kita bisa mengembangkan usaha kita menjadi lebih besar. Jika tidak mengembangkan usaha dengan sungguh – sungguh maka sebaliknya usaha akan kita akan bangkrut. Cara lain yang harus dilakukan untuk dapat mengembangkan usaha dengan baik adalah dengan memberikan pendidikan meningkatkan keahlian kepada pengusaha ( wirausaha) seperti memberi pelatihan workshop tentang pengembangan usaha , dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih kepada pengusaha terhadap pengembangan usaha yang baik

2.1.6.1. Unsur – Unsur Dalam mengembangkan Usaha

Adapun unsur – unsur penting dalam mengembangkan usaha ada 2 yaitu: 1. Unsur yang berasal dari dalam (pihak internal):

a) Adanya niat dari si pengusaha / wirausaha untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih besar.


(42)

b) Mengetahui teknik memproduksi barang seperti berapa banyak barang yang harus diproduksi , cara apa yang harus digunakan untuk mengembangkan barang/produk, dan lain – lain.

c) Membuat anggaran yang bertujuan seberapa besar pemasukkan dan pengeluaran produk. .

2. Unsur dari pihak luar (Pihak eksternal):

a) Mengikuti perkembangan informasi dari luar usaha.

b) Mendapatkan dana tidak hanya mengandalakan dari dalam seperti meminjam dari luar.

c) Mengetahui kondisi lingkungan sekitar yang baik / kondusif untuk usaha .

2.1.6.2. Usaha Mikro,Kecil, Menengah (UMKM)

Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu Kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisi ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan penguatan kelompok usaha mikro, kecil dan menengah yang melibatkan banyak kelompok. Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah diatur dalam payung hukum Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

a. usaha mikro

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, definisi usaha mikro yaitu usaha produktif milik


(43)

orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Kriteria usaha mikro yang dimaksud oleh Undang-undang tersebut yaitu:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Ciri-ciri usaha mikro:

1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;

2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;

3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak .

4. memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;

5. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai;

6. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

7. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;

8. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.


(44)

b. usaha kecil

Usaha Kecil sebagaimana dimaksud Undang-undang No.9 Tahun 1995 adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Adapun kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus

Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah)

3. Milik Warga Negara Indonesia

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar

5. Berbentuk usaha orang perseorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah:


(45)

mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”

Ciri-ciri usaha kecil:

1. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah;

2. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah; 3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih

sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;

4. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;

5. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;

6. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;

7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning.

c. usaha menengah

Usaha Menengah sebagaimana dimaksud Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp10.000.000.000,00, (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank sebesar


(46)

Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) s/d Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

Kriteria usaha menengah:

1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi; 2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem

akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;

3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;

4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;

5. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;

6. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

2.2. Defenisi Konsep

konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak sebuah kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu social. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan lainnya.(Singgarimbun, 1995:33).


(47)

Oleh karena itu, untuk dapat menentukan batasan yang lebih jelas agar penulis dapat menyederhanakan pemikiran masalah yang sedang penulis telitii, maka penulis mengemukakan konsep-konsep antara lain:

1. Implementasi strategi

Implementasi strategis merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategik. Perumusan strategi dan implementasi strategi harus dilihat seperti dua sisi mata uang.

2. Analisis Budaya Perusahaan

Secara formal, budaya didefinisikan sebagai pola perilaku, seni, keyakinan, kelembagaan dan semua produk yang dihasilkan dari pekerjaan manusia dan karakteristik pemikiran masyarakat atau populasi. Adapun budaya perusahaan dapat dibedakan dari dua tingkatan atau leuel. Pada tingkatan yang lebih dalam dan lebih sulit untuk dilihat, budaya perusahaan mengacu kepada nilai yang ada di antara orang-orang di dalam kelompok serta memiliki tendensi atau kecenderungan untuk tetap ada, meskipun anggota-anggota kelompok berganti-ganti. Penekanan tentang apa yang paling penting dalam hidup bisa sangat berbeda di antara perusahaan-perusahaan; dalam beberapa kasus uang menjadi hal paling utama dan dalam kasus yang lain teknologi yang paling utama. Pada level atau tingkatan ini budaya sangat sulit untuk diubah, sebagian karena anggota kelompok pada umumnya tidak menyadari nilai-nilai apa saja yang telah


(48)

menyatukan mereka. Pada tingkatan yang lebih jelas untuk dilihat, budaya merepresentasikan pola perilaku atau gaya dari perusahaan dimana pegawai baru akan secara otomatis terdorong untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh pegawai-pegawai lama. Sebagai contoh adalah adanya kelompok pekerja yang selama bertahun-tahun terkenal sebagai pekerja keras, kelompok yang dikenal sebagai sangat bersahabat terhadap orangorang asing dan lainlain. Pada level ini, budaya tetap sulit untuk diubah, akan tetapi masih lebih mudah ketimbang Level yang pertama disebutkan.

3. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan merupakan salah satu wujud kepedulian perusahaan terhadap kondisi masyarakat khususnya untuk mengembangkan usaha,mikro, kecil, dan usaha menengah yang telah diselisihkan mellui pemberian kredit sebagai modal usaha bagi masyarakat. Dengan adanya PKBL diharapkan tercapai peningkatan partisipasi BUMN dalam memberdaayakan potensi ekonomi, social, serta lingkungan masyarakat..Dan dengan PKBL, perusahaan merasa terpanggil untuk turut memberdayakan masyarakat sekitar dengan mendorong kegiatan produktif dan perluasan kesempatan berusaha sehingga dapat di peroleh kemajuann bersama. Yang memfokuskan pada pengembangan ekonomi kerakyatan yang menciptakan pembangunan yang merata.

4. Pengembangan Usaha Mikro,Kecil, Dan Menengah (UMKM)

Pengembangan UMKM adalah suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan peluang pertumbuhan usaha dan kualitas usaha yang tergolong


(49)

UMKM kearah yang lebih baik secara kesinambungan. Salah satu upaya peningkatan dan pengembangan UMKM dalam perekonomian nasional dilakukan dengan mendorong pemberian kredit modal usaha kepada UMKM.

2.3. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, focus peenelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

BAB II KERANGKA TEORI

Bab ini memuat teori-teori yang dipakai, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian,metode pengumpulan data, metode analisa data.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi gambaran umum lokasi penelitian, sejarah singkat dan visi serta misi organisasi atau perusahaan.

BAB V PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat pokok bahasan penelitian yang berisikan penyajian data yang di dapat dan berkaitan dengan permasalahan penelitian. BAB VI ANALISIS DATA

Bab ini memuat uraian-uraian analisis-analisis data setelah melakukan penelitian


(50)

BAB VII PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Dan juga berisikan saran-saran dari penulis untuk memberikan masukan guna menjawab permasalahan yang ada.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Mennurut Usman (2009:4) penilitian dengan menggunakan deskriptif bermaksud membuat penyandaraan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) JL. Prof HM Yamin SH 13 – Medan.

3.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal dengan adanya populasi dan sampel (Suyanto, 2005:171). Subjek penelitian yang telah tercermin dalam focus penelitian ditentikan secara sengaja. Subjek penelitian iin menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang dari nya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data- data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan atau permasalahan.


(52)

Menurut Suyanto (2005: 172) informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu:

1. Informan Kunci (Key Informan)

Merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

2. Informan Utama

Merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi social yang diteliti. 3. Informan tambahan

Merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi social yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informasi kunci, informan utama dan informan tambahan yaitu sebagai berikut :

1. Yang menjadi informan kunci (Key Informan) yaitu Kepala Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Telekomunikasi Medan yaitu:

• Ben Sugito : Koordinator PKBL CDC Sub Area Medan

2. Informan Utama yaitu Kelompok Masyarakat Benefiseris ( penerima manfaat dari PKBL) yaitu:

• Irma Hidayah Parinduri : Pedagang pakaian anak – anak • Ridwan Effendi Lubis : Jasa jok mobil dan kursi

• Asmul Lubis H :Pedagang madu dan obat herbal • Supartini : Kedai Sampah


(53)

3. Informan tambahan yaitu 1 orang pegawai Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Telekomunikasi Medan yaitu:

• Mbak Uchie : Customer Service CDC Sub Area Medan

3.4Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam mengumpulkan data dapat di kelompokan menjadi dua macam dilihat dari klasifikasi sumbernya, yakni:

1. Metode Pengumpulan Data Primer

Merupakan data yang langsung dari objek penelitian, terdiri dari:

a. Metode Wawancara secara mendalam dengan mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya hingga diperoleh informasi yang rinci.

b. Metode Kuesioner dengan menyebarkan daftar pertanyaan menyangkut penelitian pada responden penelitian, dan

c. Metode Observasi dengan melakukan pengamatan langsung terhadap fenomena yang terjadi di lapangan sesuai fokus penelitian.

2. Metode Pengumpulan Data Sekunder

Merupakan data yang tidak secara langsung dari objek penelitian terdiri dari : a. Penelitian kepustakaan, pengumpulan data melalui buku- buku,

makalah, literature yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumentasi, dengan cara mengkaji informasi yang bersumber dari dokumen-dokumen yang menyangkut dengan masalah penelitiian.


(54)

3.5Metode Analisa Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Menurut Moleong (2006 : 247), teknik analisa kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitiann.Jadi teknik analisa data kualitatif yaitu dengan menyajikan data dan melakukan analisa terhadap masalah yang di temukan di lapangan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti kemudian menarik kesimpulan.


(55)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1Sejarah Ringkas PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara informasi dan Telekomuniasi (InfoComm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar diIndonesia. Pada awalnya PT. TELKOM adalah suatu badan usaha bernama Post en Telegraafdienst. Pada tahun 1906 Pemerintahan Hindia Belanda mengambil alih perusahaan telekomunikasi yang membentuk sebuah jawatan untuk mengatur layanan pos dan telekomunikasiyang diberi nama Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon(Post, Telegraph en Telephone Dienst/ PTT). Berdasarkan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 19 tahun 1960 PTT-Dienst memenuhi syarat untuk tetap menjadi perusahaan Negara dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 240 tahun 1961, berubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Pos dan Telekomunikasi). Dalam perkembangan selanjutnya Pemerintah memandang perlu untuk membagi PN Pos dan Telekomun ikasi menjadi dua Perusahaan Negara yang berdiri sendiri.

Berdasarkan PP No. 29 Tahun 1965, maka berdirilah PN Pos dan Giro dan PN Telekomunikasi dan diatur dalam PP No. 30 tahun 1965. Bentuk inipun dikembangkan menjadi Perusahaan Umum (Perum) Telekomunikasi melalui PP No. 36 Ta hun 1974. dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa PERUM Telekomunikasi adalah penyelenggra telekomunikasi untuk umum, baik hubungan teleomunikasi dalam negeri mapun luar negeri, sedangkan hubungan


(56)

telekomunikasi luar negeri diselenggarakan oleh PT. Indonesian Satelite Corporation (Indosat) yang masih berstatus perusahaan asing. Seluruh saham PT. Indosat dengan modal asing ini pada akhir tahun 1980 dibeli oleh Negara Republik Indonesia. Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi untuk umum, pemerintah mengeluarkan PP No. 53 Tahun 1980 tentang Telekomunikasi untuk umum yang isinya tentang perubahan PP No. 53 Tahun 1974. Berdasarkan PP No. 3 Tahun 198, PERUMTEL ditetapkan sebagai badan usaha yang berwewenang menyelenggarakan telekomunikasi untuk umum dalam negeri dan Indosat ditetapkan sebagai badan usaha penyelenggara telekomunikasi untuk umum Internasional. Memasuki Repelita V, pemerintah merasa perlunya percepatan pembangunan telekomunikasi. Sebagai infrastruktur diharapkan dapat memacu pembangunan sektor lainnya. Selain hal tersebut penyelenggaraan telekomunikasi membutuhkan manajemen yang lebih professional, oleh sebab itu perlu menyesuaikan bentuk perusahaan. Untuk itu berdasarkan Peraturan Pemerinta No. 25 Tahun 1991, maka bentuk Perusahaan Umum (Perum) dialihkan menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 9 tahun 1989. Sejak itu berdirilah Perusahaan Perseroan (Persero) Tel ekomunikasi Indonesia (TELKOM). Pada tanggal 1 Juli 1995 organisasi PT. TELKOM Indonesia, Tbk berhasil menrekstruktur jenis jasa Telekomunikasi menjadi tujuh divisi regional dan satu divisi network yang keduanya mengelola bidang usaha utama. Divisi regional sebagai pengganti struktur WITEL yang memiliki daerah teritorial tertentu, namun hanya menyelenggarakan jasa telepon


(57)

lokal dan mendapat bagian dari jasa SLJJ dan SLI. Divisi network menyelenggarakan jasa Telekomunikasi jarak jauh.

Unit-unit bisnis PT. TELKOM Indonesia, Tbk terdiri dari Divisi, Centre, Yayasan dan Anak Perusahaan. Adapun divisi yang tersedia di PT. TELKOM yaitu:

1. Divisi Long Distance

2. Carrier dan Interconnection Service 3. Divisi Multimedia

4. Divisi Fixed Wireless Network 5. Enterprise Service

6. Divisi Regional I – Sumatera 7. Divisi Regional II – Jakarta 8. Divisi Regional III – Jawa Barat

9. Divisi Regional IV – Jawa Tengah dan Yogyakarta 10.Divisi Regional V- Jawa Timur

11.Divisi Regional VI – Kalimantan

12.Divisi Regional VII – Kawasan Timur Indonesia 13.Maintenance Service Centre

14.Training Centre

15.Carrier Development Support Centr 16.Management Consulting Centre 17.Construction Centr\


(58)

19.R and D Centre

20.Community Development Centre (CDC)

4.2Visi dan Misi PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk Visi:

“Menjadi Perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan Telecommunication, Information, Media, Edutainment & Service (TIMES) di kawasan regional” Misi :

• Menyediakan layanan TIMES yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif

• Menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia

4.3Letak Geografis

Kantor direksi PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) JL. Prof HM Yamin SH 13 – Medan bagian kemitraan dan bina lingkungan.

4.4 Struktur Organisasi dan Personalia

Struktur organsisasi Kandatel Medan merupakan struktur organsisasi fungsional dimana terdapat fungsi atau bagian – bagian yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan yang berlangsung dibagiannya saja namun tetap berada dibawah pengawasan Kepala Kantor Daerah Telekomunikasi (Kandatel). Unsur manajemen kandatel Medan terdiri dari Kepala Kantor Daerah telekomunikasi (Kakandatel) sebagai pimpinan yang tertinggi yang dibantu oleh seorang Wakil Kepala Kantor Daerah Telekomunikasi (WaKakandatel), Sekretariat Kandatel,Senior Asisten Kandatel, Asisten Kakandatel Urusan Dukungan


(59)

Manajemen, Asisten kakandatel Urusan Ksekretariatan, Asisten Kakandatel Urusan Safety and Security, Asisten Kakandatel Urusan Dukungan Pemasaran dan para kepala Bagian.

A. Job Description

Bagan struktur organisasi memiliki tugas masing – masing yang terdiri dari:

1. Kakandatel berwenang dan bertangguung jawab terhadap pencapain bisnis dan servive dalam penyelenggaraan jasa pelayanan telekomunikasi di area geografis Kandatel Medan,

2. Wakakandatel bertanggung jawab menjamin kelancaran operasional fungsi support manajen network, pengembangan dan pemeliharaan akses pelanggan, teknologi informasi serta logistik yang berada dibawah kendalinya,

3. Sekretariat Kandatel bertanggung jawab melaksanakan fungsi kesekretariatan serta memberi dukungan perencanaan dan analisis kepada kakandatel dalam hal perencanaan dan pengendalian aktivitas operasioanal, dukungan kegiatanpengembangan manajemen, kegiatan safety dan security,

4. Senoir Asisten kakandatel memiliki wewenang untuk pembinaan SDM para Asisten dan mengkoordinasi para Asisten kakandatel,

5. Asisten kakandatel Urusan Perencanaan dan Pengendalian bertanggung jawab sebagai Asisten Kakandatel dalam hal perencanaan dan pengendalian kegiatan yang ada dilingkungan kakandatel Medan,


(60)

6. Asisten Kakandatel Urusan Dukungan Manajemen bertanggung jawab sebagai Asisten Kakandatel dalam hal dukungan terhadap kegiatan pengembangan manajemen,

7. Asisten Kakandatel Urusan Kese kretariatan bertanggung jawab sebagai Asisten Kakandatel dala m hal kesekretariatan Kakandatel Medan,

8. Asisten Kakandatel Urusan Safety and Security bertanggung jawab

sebagai Asisten Kakandatel atas pengelolaan Sistem keselamatan dan Pengamanan Manusia, Perangkat Telekomunikasi serta keseluruhan sumber daya (asset) perusahaan dilingkungan kerja serta area dimana terdapat perangkat telekomunikasi dilingkungan Kandatel Medan,

9. Asisten Kakandatel Urusan Dukungan Pemasaran bertanggung jawab sebagai Asisten Kakandatel dalam hak dukungan terhadap kegiatan pemasaran,

10.Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) bertanggung jawab atas pengadmini strasian, pengemban, perencanaan dan penyediaan dukungan SDM untuk seluruh unit kerja,

11.Bagian Keuangan bertanggung jawab atas penyediaan dukungan operasioanal keuangan, penyelenggaraan akuntansi dan pelaporan keuangan, pengelolaan pendapatan dan mengendalikan keuangan serta penyusunan strategi dalam mencapai sasaran keuangan Kandatel Medan, 12.Dinas Manajemen Network bert anggung jawab atas pengelolaan operasi


(61)

terarah, terstruktur, si stematik dan profesional untuk mencapai sasaran Kandatel Medan,

13.Dinas Pengembangan dan Pemeliharaan Akses Pelanggan bertanggung jawab atas implementasi kebijakan pengembangan dan pemeliharaan perangkat jaringan telekomunikasi akses dan terminal pelanggan,

14.Bagian logistic dan MBC be rtanggung jawab atas penyediaan dukungan kepada unti kerja Kandatel Medan dalam Perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan dan pendistribusian barang/perangkat telekomunikasi,

15.Bagian Teknologi Informasi bertanggung jawab atas penyediaan dukungan teknologi telekomunikasi kepada semua unit kerja di Kandatel Medan,

16.Kelompok Pelayanan Khusus bertanggung jawab pengelolaan pelayanan segmen bisnis meliputi aktivitas customer, analisa evaluasi, perencanaan dan pengendalian pelayanan untuk sub segmen corporate ompany dan retail serta implementasidan hasil dari strategi kebijkan pemasaran untuk sub segmen tersebut,

17.Unit Pelayanan Warung Telekomunikasi dan Interkoneksi bertanggung jawab atas pengelolaan pelayanan melipputi aktivitas analisa, evaluasi, perencanaan dan pengendalian segmen operator sub segmen Interconection dan sub segmen resller (WarungTelekomunikasi dan Telepon Umum),


(62)

18.Unit Pelayanan pelanggan adalah unit kerja yang bertanggung jawab atas penanganan operasional pelayanan serta melaksanakan sebagian atau keseluruhan kegiatan rutin pe layanan jasa berupa aktivasi dan pemeliharaan alat produksi kepa da semua sub segmen pelanggan sampai batas tertentu.

B. Jaringan Usaha / Kegiatan

Untuk menampung Jaringan usaha / kegiatan maka PT. TELKOM daerah telekomunikasi Medan membaginya kedalam lima bagian yang terdiri dari : 1. Fixed Phone (TELKOM Phone)

a) Personal Line b) Corporate line c) Wartel dan Telum 2. Mobile Phone

a) Prepaid Sevice(simPATI) b) Postpaid Service(Halo)

3. Network dan interconnection (TELKOM Intercarier) a) Interconection Service

b) Network Leased Service 4. Data dan Internet

a) Leased Channel Service (TELKOM Link) b) Internet Service (TELKOMNet)


(63)

d) SMS Service (From TELKOMSEL, TELKOM Flexi dan TELKOM SMS )

5. Fixed Wireles Access(TELKOM Flexi) a) Prepaid Service (Flexi Trendy) b) Postpaid Service (Flexi Classy) C. Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan yang akan dilakukan PT TELKOM Kandatel Medan akan dijabarkan sebagai berikut :

1. PT. TELKOM akan menyelenggarakan atau menawarkan jaringan telekomunikasi di Indonesia dan juga menyedikan jasa multimedia layanan berbasis tekhnologi.

2. PT TELKOM akan bekerja sama dengan pihak penyelenggara lain yang berbadan hukum dan memiliki ijin dari Dirjen Perhubungan.

3. Mengadakan perbaikan dikarenakan selama beberapa waktu, frekuensi TELKOM Flexi mengalamai gangguan interfensi jaringan di 45 Base Transceiver station (BTS), untuk mengatasinya dibutuhkan band pass filter yang harus dipasang disetiap BTS yang mengalami ganguan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19876/4/Chapter%20II.pf

4.5

PT Telkom, Perusahaan milik negara dengan nama resmi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM) ini, bersamaan dengan hari ulang tahun kemerdekaan indonesia ke 68 kemarin, meluncurkan logo/lambang baru lagi, adapun penampilan logo baru Telkom itu mencakup perubahan warna secara


(64)

menyeluruh dan terintegrasi dengan empat aspek dasar perusahaan yakni trasnformasi bisnis, infrastuktur, sistem dan model operasi serta sumber daya manusia.

Gambar 4.1 Logo Telkom

Sumber :

Adapun Filosofi warna yang mendasri logo baru telkom ini antara lain,merah, putih, hitam dan abu-abu.

Arti warna pada logo baru PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM) adalah: 1. Warna Merah Artinya Berani, Cinta, Energi dan Ulet, warna merah

mencerminkan spirit Telkom yang selalu optimis dalam menghadai tantan gan perusahaan.

2. Warna Putih Berarti Suci, Damai, Cahaya dan Bersatu, yang mencerminkan spirit Telkom untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa. 3. Warna Hitam Merupakan Warna Dasar kemauan keras.

4. Warna abu abu meruakan merupakan warna transisi melambangkan teknologi.


(1)

BAB VII

PENUTUP

7.1. KESIMPULAN

1. Berdasarkan konsep implementasi strategi PT.Telekomunikasi pada program kemitraan dan bina lingkungan dalam menggembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah maka PT.Telkom CDC Sub Area Medan telah mengimplementasikan strategi dengan baik yaitu sesuai tujuan tahunan dari PKBL itu sendiri dan telah sesuai prosedur yang telah ditetapkan.hal ini dapat dilihat dari budget dana yang diberikan sesuai kebutuhan usaha mitra binaannya, dan jangka waktu pemulangan dana yang dipinjamkan yang tidak memberatkan dan mempermudah setiap anggota, serta adanya pembinaan kepada mitra binaannya.

2. Nilai-Nilai strategis Budaya Kerja yang diterapkan PT. Telekomunikasi mengalami perubahan seiring berubahnya status perusahaan dengan situasi lingkungan yang terus berubah, oleh karena itu PT.Telkom CDC Sub Area Medan dalam menganalisis budaya perusahaan merumuskan oleh berbagai inspirasi dari perusahaan lain dan berbagai tantangan dari luar.

3. Dalam upaya pengembangan usaha kecil, PT.Telkom CDC Sub Area Medan tidak hanya memberi pinjaman modal usaha saja, tetapi juga melakukan pembinaan untuk membantu mitra binaanya.


(2)

4. PT.Telkom CDC Sub Area Medan dalam melaksanakan Program Kemitraan ini masih terdapat kekurangan khususnya dalam hal sosialisasi program, pembinaan dan pelatihan mitra binaanya.

5. Secara umum usaha kecil yang menjadi mitra binaaan PT.Telkom CDC Sub Area Medan mengalami perkembangan dan kemajuan usaha. Sehingga kondisi perekonomian mereka semakin membaik.

7.2. SARAN

1. Perlu adanya peningkatan sosialisasi tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan kepada masyarakat secara merata, sehingga seluruh lapisan masyrakat mengetahui informasi mengenai program tersebut.

2. Mengenai implementasi strategi, khususnya dalam pelaksanaan program dalam penyeleksian calon mitra binaan secara obyektif dan berkomitmen perlu dipertahankan.

3. Pembinaan ,pelatihan dan pengawasan sebaiknya dilakukan secara rutin, hal ini berguna untuk membantu mitra binaan dalam mengembangkan usahanya. 4. Sebaiknya PT.Telkom CDC Sub Area Medan melakukan pemberian reward

bagi mitra binaanya yang telah mampu mengembangkan usahanya, sehingga setiap anggota termotivasi untuk lebih semangat dalam mengembangkan usahanya, dan juga memberi hukuman atau sangksi yang lebih tegas lagi kepada setiap anggota yang melanggar peraturan dalam Program Kemitraan dan juga bagi setiap anggota yang sangat sulit melakukakan pemulangan pinjaman.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Anngusti, martono .2009. Tanggung jawab s0sial perusahaan. Bandung :books terrace & library

Dirgantoro grown. 2001. Manajemen stratejik ’’konsep, kasus, dan implementasi.Jakarta:PT Gramedia Tidiasarana Indonesia,

Digantoro grown. 2001 .manajemen stratejik’’ konsep,ksasu, dan implementasi.

Jakarta:PT Gramedia Tidiasarana Indonesia,2001

Hamel Prahalad.1995. Strategic management in action. Jakarta:PT.Gramedia pustaka utama.

Howard R. Bowen 1953.Social Responsibilities of The Businessman.amerika serikat

Husband and Purnendu, 1999; Tambunan, 2005UMKM di Indonesia.bogor:ghalia Indonesia

Hunger,J.David and Thomas Wheelen, 1995, Strategic Management, 5th ed, New York:Addison Wesley

Kartini, Dwi. 2009.program kemitraan dan bina lingkungan.bandung:refika


(4)

Moleong, Lexy J.2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Martono Anggusti, 2010. sejarah dan Masa Depan CSR. Bandung:PT remaja Rosdakarya

Nugraha Qudrat Muhammad. 2007.Manajemen strategik organisasi publik. edisi-1. jakarta:universitas terbuka,

Poerwadarminta,1995. Pengantar ilmiah dasar. Bandung:alfabeta

Suyanto,Bagong.2005.metode penelitian kualitatif.Bandung:alfabeta

Singarimbun, masri dan sofyan effendi, 1995. Metode penelitian survai. Jakarta: PT. LP3ES

sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi Negara. Bandung: Alfabeta

Saktiyanti dan irvan.2006. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik: Fascho Publishing.

Sukristono.2003.Strategic management in action. Jakarta:PT.Gramedia pustaka utama

Umar,husein.2003.strategic management in action.Jakarta:PT.Gramedia pustaka utama


(5)

Wibsono, yusuf.2007.membedah konsep dan aplikai csr..surabaya.fascho publishing

Sumber Perundang-Undangan:

Surat keputusanPeraturan No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan

Undang-undang tanggal 20 Juli 2007. Pasal 74 UU RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, definisi usaha

Undang-undang No.9 Tahun 1995 tentang usaha kecil

Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 tentang Usaha Kecil

Inpres No.10 tahun 1998 tentang usaha menengah

Sumber Internet:

agustus 2013

pukul 09.45 wib)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25416/4/Chapter%20II.pdf‎ (di akses pada tanggal 23agustus 2023 pukul 22.00wib)


(6)

tanggal 236agustus 2013 pukul 10:00 wib)

pada tanggal 236agustus 2013 pukul 09.00wib)


Dokumen yang terkait

Implementasi Kredit Usaha Rakyat dalam Mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Stabat

9 138 130

Kajian Hukum Terhadap Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2008

0 51 108

Peran Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT. Pertamina (Persero) Medan Dalam Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) (Studi Pada Mitra Binaan Pkbl PT. Pertamina (Persero) Medan)

7 120 111

Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm) (Studi Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam)

1 62 141

Efektivitas Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (Pkbl) Dalam Mengembangkan Usaha Kecil” (Studi Pada Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk CD Sub Area Medan)

5 29 34

Efektivitas Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (Pkbl) Dalam Mengembangkan Usaha Kecil” (Studi Pada Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk CD Sub Area Medan)

0 0 7

Efektivitas Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (Pkbl) Dalam Mengembangkan Usaha Kecil” (Studi Pada Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk CD Sub Area Medan)

0 0 1

Efektivitas Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (Pkbl) Dalam Mengembangkan Usaha Kecil” (Studi Pada Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk CD Sub Area Medan)

1 2 35

Efektivitas Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (Pkbl) Dalam Mengembangkan Usaha Kecil” (Studi Pada Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk CD Sub Area Medan)

0 0 5

Efektivitas Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (Pkbl) Dalam Mengembangkan Usaha Kecil” (Studi Pada Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk CD Sub Area Medan)

0 1 3