Implementasi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Dalam Pengembangan Usaha Kecil Analisis Kendala-Kendala Yang Dihadapi PTPN IV Dalam Pengimplementasian PKBL.

BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

V.1. Implementasi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Dalam Pengembangan Usaha Kecil

V.1 1 Implementasi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan

Implementasi merupakan suatu tahapan yang digunakan tahap pelaksanannya setelah suatu kebijakan ditetapkan, kegiatan-kegiatan pelaksanaan program dari pemerintah yang dimana para agen pelaksana tersebut ditetapkan yang digunakan sebagai penghubung untuk melaksanakan kebijakan tersebut secara terencana dan terorganisisr yang bermanfaat untuk mencapai hasil atau tujuan yang telah ditetapkan. Menurut George c. Edwards dalam winarno 2014:177 implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijkana itu mungkin mengalami kegagalan sekalipun kebijkana itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijkan yang telah direncanakan dengan sangat baik, mungkin juga akan mengalami kegagalan , jika kebijakn tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana. Maka dalam proses pencapaiannya para ahli menetapkan indikatir variabel- variabel yang dapat digunkan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan kebijakan tersebut menurut persepsinya masing-masing. Berikut variabel-variabel Universitas Sumatera Utara yang penulis gunakan untuk mengetahui implementasi program kemitraan dan bina lingkungan oleh PTPN IV Medan.

V.1.1.1 Standar dan sasaran kebijakan

Dalam mengkaji suatu proses kebijakan yang sedang berjalan implementasi hendaknya kita memperhatikan bagaimana standar dan sasaran dari kebijakan tersebut. Standar dan sasaran ini didasarkan pada kepentingan utama terhadap sistem -sistem yang menentukan pencapaian kebijakan. Didalam proses pencapaian sasaran kebijakan ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan yang telah direalisasikan. Program kemitraan dan bina lingkungan atau yang disingkat menjadi PKBL ini merupakan salah satu upaya dari pemerintah untuk memberikan bantuan secara nyata kepada masyarakat melalui program kemitraan yaitu program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri. Dan juga program bina lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN. Berkaitan dengan standar dan sasaran kebijakan ini, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan yang berhubungan dengan pelaksanaan Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan. Adapun ringkasan pertanyaan yang peneliti ajukan kepada beberapa informan antara lain : Pertama Peneliti memulai wawancara dengan menanyakan mengenai apa yang menjadi dasar PER-09MBU072015 dari hasil wawancara dengan ibu Afni ria safitri SE selaku penanggung jawab kepala urusan CSR dan administrasi program kemitraan menyatakan “bahwa dasar dari PTPN IV melaksanakan PKBL adalah UU.No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, mengunjuk PER-09MBU072015 tentang Program Universitas Sumatera Utara Kemitraan dan Bina lingkungan lalu memuat standard operating procedures SOP sebagai landasan untuk melaksanakan PKBL.” Kebijakan-kebijakan tersebut dibuat dengan mengharapkan tujuan-tujuan tertentu tersebut dapat telaksana dengan baik maka dari itu, penulis menanyakkan apa yang menjadi tujuan dan sasaran dari kebijakan PKBL ini. Berikut pernyataan ibu Afni selaku kepala urusan CSR dan administrasi program kemitraan “Di PTPN IV bidang PKBL terbagi menjadi 3 bagian urusan yaitu program kemitraan, Bina lingkungan , dan CSR. Tujuan dan sasaran dari Program kemitraan adalah penyaluran kredit usaha lunak kepada masyarakat yang memiliki usaha usaha kecil. Bina lingkungan memiliki tujuan untuk memberikan bantuan kepada 8 hapsnah yang tertera pada permen maka penyaluran dana bina lingkungan haruslah disalurkan kepada 8 aspek tersebut. Dan CSR bertujuan memberikan bantuan berupa perbaikan ataupun rehabilitasi infrastruktur seperti jalan dan jembatan yang ada disekitar kebun unit usaha PTPN IV.” Hal serupa juga dituturkan oleh bapak Hendy selaku kepala urusan adminisistrasi keuangan dan bina lingkungan “Menurut saya program kemitraan tersebut ditujukan untuk pemberdayaan kondisi ekonomi masyarakat dimana masyarakat memiliki akses untuk memperoleh kredit dengan bunga yang kecil sehingga peminjam dana tersebut tidak merasa keberatan dalam pengembalian pinjaman. Serta bantuan bina lingkungan dapat digunakan untuk pemberdayaan kondisi sosial dimana jika terjadi suatu bencana ataupun kebutuhan lainnya yang bersifat sosial dapat Universitas Sumatera Utara dibenrikan bantuan dengan hanya memberikan proposal, alu dilakukan survey dan dana pun bisa disalurkan. Maka tujuan dan sasaran dari PKBL ini lebih bersifat kepada bantuan dana terhadap masyrakat yang membutuhkan”. Demikian juga dengan pernyataan Pak Syarial selaku karyawan pelkasana “Berdirinya PTPN IV bukan hanya semata-mata mencari keuntungan saja tetapi bisa lebih bermanfaat terhadaplainnya. Masyarakat disekitar perusahaan kan ada jadi jangan hanya pegawai saja yang merasakan mendapatkan pekerjaan dari pemerintah tetapi setidaknyaknya dapat berbagi kepada masyarakat sekitar perusahaan ataupun unit usaha kebun jadi permen yang dikeluarkan tersebut sangat mendukung kegiatan untuk berbagi terhadap sesama. Maka tujuan dan sasaran dari PKBL ini jelas kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan baik materil ataupun non materil.” Program kemitraan dan bina lingkungan adalah suatu paket kebijakan yang berisi dua program didalamnya yaitu program kemitraan dan program bina lingkungan. Program kemitraan BUMN adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tanggung dan mandiri. Usaha kecil adalah kegitan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikian diatur dalam pasal 3 PER- 09MBU072015 . Usaha Kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan adalah sebagai berikut : a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau Universitas Sumatera Utara memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp2.500.000.000,00 dua miliar lima ratus juta rupiah; b. milik Warga Negara Indonesia; c. berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; d. berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk usaha mikro dan koperasi; e. mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan; f. telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 satu tahun; g. belum memenuhi persyaratan perbankan non bankable. Mitra binaan adalah usaha kecil yang mendapatkan pinjaman dari program kemitraan. Serta program bina lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN. Dana program kemitraan disalurkan dalam bentuk: a. Bantuan korban bencana alam; b. Bantuan pendidikan danatau pelatihan; c. Bantuan peningkatan kesehatan; d. Bantuan pengembangan prasarana danatau sarana umum; e. Bantuan sarana ibadah; f. Bantuan pelestarian alam; g. Bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan Universitas Sumatera Utara h. Bantuan pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan bentuk bantuan lain yang terkait dengan upaya peningkatan kapasitas Mitra Binaan Program Kemitraan. Dengan pemaparan tujuan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tersebut maka aturan tersebut haruslah dipahami dan diikuti oleh pihak pelaksana sesuai dengan prosedur yang ada agar pencapaian tujuan dapat berlangsung secara efektif. Berkaitan dengan hal tersebut diketahui bahwa tujuan utama dari program ini adalah untuk membantu usaha kecil maka penulis melakukan wawancara kepada mita binaan selaku penerima bantuan. Berikut pernyataa ibu Irma selaku mitra binaan PTPN IV “Saya merupakan mitra binaan dari PTPN IV, melalui program kemitraan saya merasakan manfaat yang cukup membantu saya dalam membangun usaha saya. Melalui pinjaman dana yang saya peroleh dengan bunga yang relatif kecil sangat membantu saya untuk mengelola usaha saya . Berdasarkan berbagai pernyataan diatas mengenai tujuan dan manfaat yang diterima melalui PKBL tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa PKBL ini memberikan dampak positif bagi masayarakat penerima bantuan ini. Karena dana yang diperoleh melalui program kemitraan yaitu peminjaman kredit ataupun manfaat yang dirasakan dari program bina dlingkungan dapat membantu masyarakat dalam memenuhi ataupun menjalankan kehidupan sehari-hari. pemahaman implementor mengenai tujuan yang ingin dicapai sangatlah baik sehingga dalam pelaksanaanya tepat sasaran. Universitas Sumatera Utara Standar dan sasaran kebijakan pada dasarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan, baik yang berwujud maupun tidak, jangka pendek, menengah atau panjang. Dalam penelitian ini, standar dan sasaran kebijakan Program kemitraan dan bina lingkungan dapat dilihat dari beberapa hal yaitu proses tahapan pelaksanaan, kesesuaian prosedur bantuan PKBL yang diterima, serta manfaat Program kemitraan dan Bina Lingkungan Tahapan pelaksanaan PKBL ini terdiri dari beberapa mekanisme pelaksanaan kegiatan untuk program kemitraan mulai dari pengajuan proposal bantuan oleh mitra binaan dengan menyelesaikan keperluan administrasi yang di syaratkan, lalu BUMN Pembina melaksanakan evaluasi dan seleksi atas permohonan yang diajukan, ketika proposal diterima dengan jumlah dana yang akan diberikan sesuai dengan ketetapan BUMN maka pihak BUMN menginformasikan kembali kepada mitrabinaan bahawasanya proposalnya diterima dan akhirnya dilakukan realisasi pencairan dana melaui rekening bank. Untuk program bina lingkungan, program ini bersifat bantuan dana secara hibah oleh PTPN IV. Kepada 8 aspek yang telah diatur di dalam PER- 09MBU072015.adapun tahapan pelaksanaannya yaitu BUMN Pembina terlebih dahulu mensurvei dan identifikasi atas calon penerima bantuan dan atau objek yang akan dibiayai dari dana program BL. Hal ini dilakukan untuk bantuan yang sifatnya tiba-tiba seperti bencana alam maka pihak penyalur dana telah menyiapkan dana khusus untuk membantu korban bencana alam tersebut. Namun, untuk 7 aspek lainnya maka calon penerima bantuan terlebih dahulu datang ke PTPN IV dengan membawa pengajuan proposal bantuan, lalu pihak PTPN IV Universitas Sumatera Utara menseleksi dan mensurvei calon penerima bantuan, jika hal tersebut sesuai dengan kriteria yang ditetapkan maka pencairan dana pun dapat dilaksanakan. Maka dari analisis keseluruhan diketahui bahwa dalam PER- 09MBU072015 telah memenuhi indikator standar dan sasaran kebijakan. Hal tersebut dapat terlihat berdasarkan pemahaman implementor, yang dimaksud disisni adalah para pegawai bidang PKBL PTPN IV Medan telah mengetahui dan memahami dengan baik permen tersebut sehingga dapat dengan mudah melaksanakan kebijakan tersebut dikarenakan pemahaman akan stujuan dan sasaran kebijakan telah diketahui. Dan dapat di transformasikan dengan mudah kepada masyarakat sehingga masyarakat pun mengetahui dan memahami tujuan dari kebijakan ini sehingga hubungan timbal balik antara pelaksana dan penerima terjalin dengan baik sehingga memudahkan proses pengimplementasian PER- 09MBU072015 tentang Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara..

V.1.1.2 Sumber Daya

Sumber daya merupakan salah satu aspek penting dalam pengimplementasian sebuah kebijakan . Ketersediaan sumber daya sangat mempengaruhi hasil yang ingin dicapai dari sebuah kebijakan. Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sumber daya menunjukkan setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia, fasilitas, dan finansial. Ketersediaan sumber daya mempengaruhi efektifitas implementasi suatu program kebijakan tertutama dalam Proses implementasi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan. Universitas Sumatera Utara A. Sumber daya manusia Dalam suatu proses kebijakan yang sedang bejalan, hendaknya perlu dilihat juga bagaimana kemampuan dari implementor kebijakan. Sumber daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran Kemampuan implementor ini dapat dilihat dari jenjang pendidikan, pemahaman terhadap tujuan dan sasaran serta kemampuan menyampaikan program dan mengarahkan. Menurut kepala bagian PKBL bapak Alimusri SE, Ak. MM. menyatakan “Para pegawai disini saya rasa sudah paham mengenai tugas mereka sebagai implementor PKBL, mereka memahami PKBL dengan cukup baik, kemapuan mereka dalam pekerjaan ini juga baik. Karena mereka disini tidak bisa bekerja sendiri, di bidang PKBLini semua karyawan dituntut agar bisa bekerjasama layaknya tim. Karena mereka orang lapangan jadi harus bisa menjadi tim yang solid agar PKBL ini terlaksana. Hal ini juga didukung dari latar belakang mereka yang hampr semua merupakan sarjana, hal ini seharusnya menjadikan mereka tau bagaimana caranya berorganisasi dan bekerja layaknya suatu tim. “ Hal tersebut diperkuat oleh salah satu mitrabinaan yang bernama pak rasman Saya tau ada program kemitraan ini dari saudara saya terus saya mau ikutan juga meminjam dana untuk mengembangkan usaha saya. Lalu saya datang kesana dan menanyakkan apa saja yang harus saya lakukan untuk bisa meminjam dana lau mereka memberikan informasi dan mengarahkan saya dengan baik sehingga mudah dipahami dan dipenuhi apa saja syarat menjadi mitra binaan, laui saya penuhi dan saya ajukan proposal beserta keperluan lainnya terus Universitas Sumatera Utara mereka meninjau dan melakukan sleksi dan selang beberapa waktu akhirnya saya diberikan bantuan dana.” Kemampuan pegawai dalam melaksanakan PKBL ini sangatlah penting dimana pemahaman pegawai akan kebijakan yang ada dan bagaimana cara untuk merelaisasikannya merupakan hal penting yang harus dimiliki setiapa para agen pelaksanana kebijakan namun tidak hanya kualitas yang diperlukan tetapi juga kuantitas. Jumlah pegawai yang tersedia dalam melaksanakan program ini juga cukup penting.walaupun terkadang Kuantitas staf yang ada tidak menjamin sebuah kebijakan diimplementasikan dengan baik, namum kurangnya jumlah staf dapat menyebabkan penggandaan wewenang atau tugas sehingga pelayanan yang dilaksanakan tidak berhasil maksimal. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan selama penelitian, penulis masih mendapati kurangnya jumlah sumber daya manusia dalam pelaksanaan PKBL berikut pernyataan Pak Hendy. “PTPN IV ini kan melaksanakan PKBL di 6 wilayah sesuai dengan wilayah unit usahanya. Dulunya ada 6 orang karyawan pimpinan yang memonitor setiap wilayah tersebut, namun dengan adanya perubaha-perubahan yang terjadi termasuk perubahan sistem penempatan personil maka sekarang cuma ada 3 kepala urusan. lalu bagaimana PKBL ini bisa dicover hanya dengan 3 orang kaur dengan jumlah wilayah yang sama? Nah, hal ini kan jadi memberi tanggung jawab besar bagi kami yang Cuma 3 orang namun harus tetap memonitor wilayah yang sama, untungnya ada karyawan-karyawan pelaksana yang siap membantu untuk turun ke lapangan agar bisa memonitor wilayah-wilayah tersebut.” Universitas Sumatera Utara Dengan adanya perubahan sistem penempatan personil maka otomotasi pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan semakin besar namun untuk jumlah karyawan pelaksana pun masih belum cukup untuk mengcover daerah-daerah tersebut. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ibu Afni “Disini Cuma ada 17 karyawan yang membatu 3 kaur itu tapi kadangkan kami harus dinas keluar kota, mengikuti rapat, dsb. jadi saya rasa kurang lah jumlah pegawai yang ada, karena kan wilayah nya banyak yang harus dimonitor dengan jangka waktu yang tidak tentu kadang, terus harus ada juga yang tetap dikantor. Karena kami ini orang lapangan jadi jumlah personil kurang untuk dapat memantau wilayah yang luas. Berdasarkan data yang didapat penulis dari lokasi penelitan maka sumber daya manusia yang tersedia di bagian PKBL PTPN IV Medan ada sebagai berikut: Tabel V.1 Daftar Pegawai bagian PKBL 2016 No Nama Jabatan 1 Ali Musri SE,Ak.MM Kepala bagian PKBL 2 Hendy sujatmiko SE kepala urusan administrasi keuangan dan bina lingkungan; 3 H. Dahlan R. situmorang SE kepala urusan program kemitraan 4 Afni ria safitri SE kepala urusan CSR dan Administrasi keuangan 5 Herlina parinduri Karyawan pelaksana 6 Nadra raifana Karyawan pelaksana 7 Muhammad ridwan Karyawan pelaksana Universitas Sumatera Utara 8 Fiqi rinaldi abdulah Karyawan pelaksana 9 Jumadi Karyawan pelaksana 10 Miswar hakim Karyawan pelaksana 11 Sahrial dalimunthe Karyawan pelaksana 12 Effendi Karyawan pelaksana 13 chairul hasbi Karyawan pelaksana 14 Abdul hakim Karyawan pelaksana 15 Sumitro Karyawan pelaksana 16 Ahmad suhaimi Karyawan pelaksana 17 Dharma saputra Karyawan pelaksana Berdasarkan tabel diatas maka diketahui bahwasanya jumlah pegawai yang bekerja di bagian PKBL berjumlah 17 orang, yang terdiri dari 1 kepala bidang, 3 kepala urusan, dan 13 orang lainnya merupakan karyawan pelaksana. Berdasarkan jumlah tersebut ternyata dinilai kurang memumpuni dikarenakan mereka tidak dapat bekerja individu melainkan bekerja secara Tim untuk implementasi PKBL yang dilakukan meliputi wilayah yang cukup luas, baik dalam maupun luar kota serta daerah-daerah sekitar unit usaha, maka dibutuhkan orang lapangan yang lebih, untuk dapat mencakup wilayah-wilayah tersebut dan melakukan pemantauan serta pengawasan dalam pengimplementasian PKBL.kekurangan anggota tim merupakan salah satu kendala yang dihadapi bagian PKBL PTPN IV. Walaupun demikian dengan jumlah pegawai yang tersedia mereka tetap memaksimalkan kinerja timnya. Agar implementasi PKB dapat terlaksanan secara efektif dan efisien. Universitas Sumatera Utara Meskipun demikian, perlu juga diketahui bahwa jumlah manusia staf tidak selalu mempunyai efek positif bagi implementasi kebijakan. Hal ini berarti bahwa jumlah pegawai atau staf yang banyak tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil. Ini juga dipengaruhi oleh kualitas pegawai ataupun staf, namun di sisi lain kurangnya staf juga akan menimbulkan persoalan menyangkut implementasi kebijakan yang efektif. Artinya kebutuhan akan sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu kebijakan harus terpenuhi kualitas dan kuantitasnya. Dilihat dari segi kualitasnya, para pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan PKBL pada PTPN IV Medan memiliki kualitas yang baik. Kualitas pelayanan yang diberikan juga baik hal ditinjau dari keramah-tamahan,dan kepedulian terhadap penerima bantuan,. Kualitas yang baik itu juga dapat ditemui pada keahlian para pegawai PKBL PTPN IV Medan dalam mengerjakan tugas dan pekerjaannya masing-masing, begitu pun juga dengan wewenang yang mereka jalankan dan miliki. Namun jika dilihat dari segi jumlahnya Sumber Daya Manusia ataupun pegawai-pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan PKBL kurang memadai mengingat unit usaha yang dimiliki tersebar dengan cakupan wilayah yang luas. B. Sumber daya finansial Sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah program atau kebijakan. Dengan adanya sumber daya finansial juga akan mendukung segala fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung terlaksananya kebijakan atau program. PKBL merupakan program khusus yang dibuat untuk memberikan bantuan baik kredit pinjaman atapun secara sukarela terhadap lingkungan sekitar. Maka ada dan khusus yang memang disediakan untuk merealiasasikan program Universitas Sumatera Utara ini sesuai dengan yang diatur dalam permen PER09MBU072015 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan menyatakan bahwa sumber dana dari PKBL ini adalah penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina maksimum sebesar 4empat persen dari laba setelah pajak tahun buku sebelumnya. Dana yang tersedia netto tahun 2015 sebesar Rp. 12.433.628.268,- atau 169, 40 diatas anggaran disebabkan dana sebesar Rp. 7523.635.915,- tidak dianggarkan, tapi pada bulan Juili terbit peraturan menteri baru yaitu PER09MBU072015 pengganti PER-07MBU052015, dilanjutkan Surat Keputusan Pemegang Saham PT Perkebunan Nusantara IV Nomor : SK- 03D1.MBU092015 dan Nomor: KPJAKHoldSK4062015 tanggal 28 september 2015. dengan perihal: perubahan persetujuan pemegang saham atas laporan tahunan tahun buku 2014 PTPN IV yang menyatakan bagian PKBL PTPN IV mendapat pembagian laba tahun 2014 masing-masing sebesari 1 atau sebesar Rp. 7.523.635.915. Sumber : laporan tahunan kinerja PKBL PTPN IV Medan Tahun Buku 2015 a. Penjelasan sumber dan penggunaan dana Program kemitraan tahun 2015 Penyaluran dana pinjaman kepada mitra binaan tahun 2015 sebesar Rp. 4.975.000.000,- yang diserap oleh sebanyak 132 mitra binaan dan akumulasi penyaluran sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar Rp. 129.753.530.024.024,- . Sampai dengan tahun 2015 jumlah mitra binaan PTPN IV Medan adalah sebesar 7.202 mitra binaan. Tabel V.2 Penyebaran Dana Kemitraan Tahun 2015 Berdasarkan KabupatenKota No Wilayah area Unit Jumlah Rp Universitas Sumatera Utara 1 Asahan 3 110.000.000 2 Batubara 6 230. 000.000 3 Labuhan batu 4 125. 000.000 4 Langkat 7 260. 000.000 5 Madina 6 305. 000.000 6 Medan 25 1.095. 000.000 7 Padang lawas 2 65. 000.000 8 Serdang bedagai 16 525. 000.000 9 Simalungun 40 1.380. 000.000 10 Diluar wilayah kerja 23 880. 000.000 Total 132 4.975. 000.000 Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2015 Berdasarkan tabel diatas dana program kemitran disebarkan ke 9 kabupatenkota yang termasuk dalam wilayah kerja serta sisanya diberikan ke daerah-daerah diluar wilayah kerja. Sesuai dengan tujuan dari PKBL yaitu meberdayakan masyarakat sekitar usaha, maka dapat terlihat prioritas penyebaran diberikan ke daerah sekitar unit usaha. Penyebaran dilakukan secara acak, dalam artian penyebaran dana disesuiakan dengan keadaan masyarakat sekitar, serta diberikan kepada unit usaha yang mengajukan permintaan ke kantor pusat.dengan permohonan paling banyak berasal dari kota medan. jumlah kesluruhan mitra binaan yang dapat diberikan bantuan pinjaman sebesar 132 mitra binaan. Penggunaan dana untuk program kemitraan belum dimaksimalkan karena jumlah dana yang tersedia sebesar 7 milyar rupiah namun tidak terealisasi semua. Sisa Universitas Sumatera Utara dana yang ada akan diakumulasikan dan digunakan di awal tahun berikutnya sebelum ada pencairan dana PKBL. Tabel V.3 Penyaluran dana program kemitraan per sektor tahun 2015 No Sektor usaha Unit Jumlah Rp. 1 Industri 10 360.000.000 2 Perdagangan 66 2.580.000.000 3 Pertanian 6 205.000.000 4 Peternakan 9 315.000.000 5 Perkebunan 13 485.000.000 6 Perikanan 5 170.000.000 7 Jasa 23 860.000.000 Total 132 4.975.000.000 Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa penyaluran dan program kemitraan tersebar secara acak ke 7 sektor usaha yang dijalankan dengan jumlah yang tidak sama. Pada tahun 2015 jumlah permohonan bantuan pinjaman dana mitra binaan lebih dominan untuk melakukan usaha perdagangan dengan jumlah unit usaha yang sangat signifikan dibanding dengan lainnya. Sektor perdagangan menjadi favorit para pealku usaha. Hal tersebut menunjukkan bahwa para pelaku usaha kecil sudah mulai terbuka wawasan untuk berwirausaha untuk mencapai hidup secara mandiri dengan membuka usaha yang dapat dijadikan sebagai sumber- sumber keuangan atau pendapatan sehingga dapat memperbaiki keadaan ekonomi masyarakat. Universitas Sumatera Utara b. Penjelasan sumber dan penggunaan dana Program Bina Lingkungan tahun 2015 Akumulasi penyaluran dana bina lingkungan sampai dengan 2015 sebesar Rp. 103.658.694.835. alokasi dana dari laba perusahaan sebesar Rp. 7.523.635.915 yang telah disediakan untuk tahun buku 2015 Namun bantuan dana Bina L ingkungan PTPN IV yang dialokasikan selama tahun 2015 hanya sebesar Rp. 5.053.972.287,- merupakan bantuan untuk: korban bencana alam,pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana umum, sara ibadah dan pelelestarian alam, bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan serta bantuan pendidikan, pelatihan pemagangan, pemasaran, promosi, dan bentuk bantuan lain yang terkat dengan upaya kapasitas mitra binaan program kemitraan.. Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL PTPN IV Medan Tahun Buku 2015 Tabel V.4 Penyaluran dana program bina lingkungan tahun 2015 berdasarkan bentuk bantuan yang diberikan sesuai dengan 8 hapsanah yang tertera di permen. No Keterangan Jumlah 1 Korban bencana alam - 2 Pendidikan dan pelatihan 308.040.000 3 peningkatan kesehatan 401.443.000 4 Pengembangan sarana dan prasarana umum 2.592.489.306 5 Sarana ibadah 1.025.381.981 Universitas Sumatera Utara 6 Pelestarian alam 160.350.000 7 Bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan 541.810.000 8 Bantuan pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi dan bentuk lain yang terkat dengan upaya peningkatan kapasitas mitra binaan PK 24.458.000 Total 5.053.972.287 Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dana program bina lingkungan disalurkan ke dalam bentuk bantuan-bantuan kepada 8 aspek sesuai dengan ketentuan permen PER-09MBU072015 tentang program kemitraan dan bina lingkungan dengan jumlah yang cukup banyak sebesar Rp. 5.053.972.287 namun penggunaan dana tersebut tidak dimaksimalkan mengingat dana yang diberikan perusahaan sebesar 7 milyar rupiah. Tetapi dana yang tidak terpakai tersebut akan diakumulasikan dengan laba perusahaan yang diberikan pada tahun 2016. Sehingga sebelum ada pencairan dana PKBL oleh perusahaan maka bagian PKBL masih tetap bisa menyalurkan dana bantuan dengan menggunakan sisa dan pada tahun sbelumnya. Universitas Sumatera Utara Tabel V.5 Penyaluran dan penyebaran dana program bina lingkungan tahun 2015 berdasarkan wilayah No Keterangan Jumlah Di dalam wilayah kerja 1 Asahan 22.750.000 2 Batu bara 334.988.000 3 Labuhan batu 25.000.000 4 Langkat 29.610.000 5 Madina 1.071.974.203 6 Medan 1.381.203.107 7 Serdang bedagai 292.934.000 8 Simalungun 836.835.000 Di luar wilayah kerja 9 Aceh 75.568.040 10 Dairi 22.000.000 11 Deli serdang 721.846.143 12 Karo 40.000.000 13 Padang lawas utara 20.000.000 14 Pematang siantar 133.586.749 15 Tebing tinggi 18.650.000 Total 5.053.972.287 Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2015 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel diatas dilihat bahwa BUMN Pembina menyalurkan dana bantuan program bina lingkungan tidak hanya dalam wilayah sekitar usaha namun juga diluar wilayah kerja. Karena sesuai dengan permen -09MBU072015 tentang program kemitraan dan bina lingkungan dalam pasal 6 menyatakan bahwa; BUMN Pembina dapat menyalurkan dana PKBL di seluruh wilayah republik Indonesia dan BUMN Pembina dalam menyalurkan dana PKBL mengutamakan wilayah sekitar BUMN, termasuk unit cabangperwakilannya. Maka terlihat dari tabel berdasarkan jumlah pemberian bantuan di dalam wilayah kerja ataupun diluar wilayah kerja bahwa PTPN IV telah memprioritaskan daerahwilayah kerja dalam meberikan bantuan. Berikut bebarap bantuan yang diberikan PTPN IV pada tahun 2015 Gambar V.1 saat penyaluran dana program bina lingkungan tahun 2015 Sumber : laporan kinerja PKBL 2015 Universitas Sumatera Utara Gambar diatas merupakan kegiatan yang dilakukan dalam penyaluran dana program bina lingkungan yang berada diluar wilayah kerja. Kegiatan tersebut merupakan pembangunan meunasah gampoeng alue bugeng yang terletak di kabupaten aceh timur. PTPN IV melakukan pemberdayaan kondisi sosial masyarakat dengan membantu pembangunan di daerah tersebut. Gambar V.2 penyaluran dana program bina lingkingan di aera kerja tahun 2015 Gmbar diatas merupakan kegiatan penyaluran dan program bina lingkungan tahun 2015 yang berada di dalam wilayah kerja. Seperti kegiatan pasar murah yang dilakukan di bulan Ramadhan dalam rangka menuju hari raya. Bantuan ini dilakukan bertujuan untuk membantu masyarakat untuk dapat membeli kebutuhan dengan harga miring. Dan bantuan pembangunan gedung fakultas pertanian USU untuk kegiatan belajar-mengajar, mengingat kerjasama yang dilakukan antara PTPN IV dengan fakultas pertanian USU dalam pembangunan desa. Serta bantuan untuk pendopo belajar anak-anak pinggiran sungai deli dilakukan dalam rangka Universitas Sumatera Utara PTPN IV peduli pendidikan dengan membangun rumah baca kopasude dan sanggar anugrah kampung badur di daerah tersebut. Berdasarkan data sekunder diatas penulis dapat menyatakan bahwa sumber daya finansial telah tersedia dengan jumlah yang memadai maka diharapkan dengan keadaan finansial yang seperti itu maka kegiatan atau proses pengimplementasian PKBL dapat dilaksanakan dengan baik karena biasanya persoaalan yang lain yang sering muncul disebabkan oleh pembiayaan dari program-program kebijakan tersebut. sumber daya finansial telah di distribusikan dengan baik dapat dilihat dari terlaksananya penyaluran bantuan program kemitraan dan bina lingkungan C. Fasilitas Fasilitas fisik merupakan faktor yang penting dalam mengimplementasikan suatu kebijakan. Fasilitas dibutuhkan untuk menunjang kelancaran proses pelayanan agar dapat berjalan. Fasilitas yang utama adalah kantor sebagai pusat pelayanan dan tempat terjadinya arus komunikasi antara implementor dengan pemohon. Dari hasil pengamatan fasilitias yang tersedia di kantor cukup memadai sesuai dengan standar kantor pada umumnya . seperti memiliki gedung perkantoran yang permanen, ruang kantor setiap bidang atau satuan kerja sudah terpenuhi dengan dilengkapi meja, kursi, AC, Komputer. Berikut pernyataan pak fiqi selaku pegawai PKBL “Fasilitas yang diberikan ke kami cukup memadai seperti komputer dan alat – alat kantor lainnya. Fasilitas itu memang kami butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan kami dengan lebih efektif dan efisien.” Universitas Sumatera Utara Gambar V.3 keadaan kantor dan fasilitas yang diberikan ke pegawai berupa meja beserta komputer dan peralatan lainnya Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa setiap pegawai diberikan fasilitas fisik berupa meja, komputer, printer,dan alat kantor lainnya untuk menunjang pekerjaan mereka. Namun dalam pelaksanaan PKBL ini tidak hanya fasilitas ruang kerja yang dibutuhkan namun fasiltas tambahan yang akan menunjang implementor dalam penyaluran dana PKBL. Kurangnya fasilitas berdampak negatif terhadap proses kerja implementor sehingga berujung pada implementasi yang kurang baik juga.. masalah fasilitas di bagian pkbl adalah kurangnya fasilitas kendaraan bagi pegawai yang bertugas melakukan tinjauan langsung ke lapangan. Karena dalam proses penyaluran dana ke 6 wilayah tersebut dibutuhkan kendaraan dinas yang akan digunakan untuk meninjau lokasi yang akan disalurkan dana pkbl. Hal tersebut diungkapkan oleh pak hendy Universitas Sumatera Utara “Sarana memang kurang terutama transportasi. Tidak ada kendaraan dinas yang tersedia, jadi kalau ada keperluan, ya harus merental mobil dulu. Nanti biaya operasional nya diajukan ke bagian keuangan barulah dan bisa keluar untuk pembayaran rental itu namun terkadang pun dana harus didahulukan secara pribadi baru nanti dianggarkan karena prosesnya kan memakan waktu tapi kan kita sudah harus gerak untuk memonitor. Jadi ya pandai-pandai kita lah untuk menutupi dulu dana itu.” Selain sumber daya manusia dan informasi yang telah dipaparkan sebelumnya, faktor yang tidak kalah pentingnya bagi implementasi kebijakan adalah tersedianya fasilitas. Seorang pelaksanaimplementor sebuah kebijakan mungkin memahami apa yang harus dilakukan, tetapi tanpa fasilitas seperti bangunan sebagai kantor untuk melakukan koordinasi dan pelayanan, tanpa peralatan dan perlengkapan, maka besar kemungkinan implementasi kebijakan yang telah direncanakan tidak berhasil. Adapun fasilitas bagi pegawai PTPN IV cukup memadai . Hal tersebut dapat dilihat dari suasana gedung yang bersih, nyaman, dan sejuk. para pegawai juga dilengkapi dengan peralatan kantor yang mendukung aktivitas pekerjaan mereka seperti misalnya, alat tulis, , mesin cetak dan foto kopi, komputer untuk setiap pegawai, lemari. namun Untuk pegawai yang turun ke lapangan, pihak PTPN IV tidak memberikan alat transportasi seperti kendaraan dinas, maka dari itu jika ada kegiatan kunjungan ke lapangan maka harus menyewa kendaraan terlebih dahulu.Berdasarkan uraian di atas, ditemukan bahwa fasilitas untuk pegawai PKBL masih memiliki kekurangan yang bedampak bagi proses implementasi. Namum apabila ditinjau secara keseluruhan, fasilitas yang ada tergolong sudah baik. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil analisis keseluruhan maka penulis menyimpulkan bahwa variabel sumber daya belum terpenuhi dikarenakan Dengan keadaan finansial yang baik seharusnya persoalan ini dapat diatasi, namun demikian uang uang tidak selalu memberikan jawaban dari kebutuhan yang kurang hal ini dapat dilihat dari keterbatasan sumber daya manusia yang tersedia , dimana SDM merupakan ujung tombak dari pelaksanaan PKBL dirasa belum memadai jika dilihat berdasarkan jumlah pegawai yang tersedia dikarenakan banyaknya cakupan wilayah yang harus ditangani. Serta fasilitas yang kurang memadai juga dapat menghambat pelaksanaan PKBL.

V.1.1.3 Komunikasi

Komunikasi merupakan hal penting yang mempengaruhi keberhasilan dalam suatu pengimplementasian kebijakan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan policy makers kepada pelaksana kebijakan policy implementors. Agar suatu kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap hal-hal strategis yang hendak diaturnya. Hal ini terjadi dengan persepsi dari individu-individu yang bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Setiap individu tentunya memiliki cara pandang yang berbeda- beda dalam memahami suatu kebijakan. Oleh karena itu perlu adanya kejelasan tujuan dan sasaran suatu kebijakan yang perlu dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana kegiatan. Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas kebawah maupun sebaliknya. Komunikasi dilakukan untuk menghindar distorsi implementasi. Universitas Sumatera Utara Maka penulis menanyakan bagaimana komunikasi yang terjalin antara para pembuat kebijakan dengan implementor kebijakan. Berikut pernyataan ibu Afni “Inikan kami PTPN IV merupakan anak perusahaan BUMN. Dimana kami memiliki holding yaitu PTPN III. Jadi kami dapat informasi mengenai perubahan- perubahan kebijakan atau informasi lainyya biasanya dari holding bisa berupa email, atau dari teman-teman BUMN lainnya. Dari kemetrian BUMN juga seperti surat keputusan mentri tentang PKBL ini, terus surat edaran direksi lalu SOP utuk menjalankan PKBL ini.” Setelah pihak implementor memahami apa yang harus dilakukan dalam implementasi program tersebut maka kebijakan tersebut diinformasikan kepada masyarakat yang akan menerima bantuan dana tersebut. Penulis mencoba menanyakkan bagaimana proses penyampain informasi kepada masyarakat misalnya melalui sosialisasi namun ternyata hal tersebut tidak dilakukan karena masyarakat sudah mengetahui kebijakan ini dengan sendirinya.. Seperti penyataan ibu Afni mengenai informasi PKBL “Kalau informasi mengenai aadanya program PKBL ini kami belum pernah melakukan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat tetapi masyarakat sudah tau sendiri. Masyarakat kita sekarang kan sudah pintar, sudah bisa mencari dan mendapatkan informasi sendiri. Lagian kan tidak kami saja yang melaksanakan PKBL tapi BUMN lain kan juga melaksanakan jadi mungkin mereka sudah tau dengan sendirinya. Begitu juga untuk masyarakat sekitar kebun unit usahamereka sudah tau ada program ini jadi setiap triwulan mereka sudah Universitas Sumatera Utara mengirimkan proposal ke unit usaha sekitar lalu unit usaha kami. Lau kami tndak lanjuti permohonan mereka.” Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan pak andri selaku mitraa binaan “Saya tau informasi PKBL ini dari saudara saya. Dia sudah duluan menjadi mitra binaan terus saya juga tertarik yasudah saya berbincang-bincang dengan dia mengenai baimana bisa menjadi mitraa binaan dengan syarat-syarat apa saja.” Walaupun tidak ada sosialisasi secara langsung kepada masyarakat mengenai PKBL ini namun untuk program kemitraan sendiri biasanya mereka melakukan kegiatan-kegitan tertetu untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwasanya ada kebijakan pemerintah untuk memberikan bantuan keapda masayarakat melalui BUMN termasuk didalamnya PTPN IV. Hal ini disampaikan oleh pak hendy “Kami tidak ada program sosialisasi rutin yang kami siapkan karena tanpa ada melakukan sosialisasi pun sudah banyak masyarakat yang datang kesini untuk permohonan bantuan dana itu. Tapi khusus program kemitraan kami ada melakukan kegiatan rutin seperti ikut-ikut di pameran-pameran tertentu seperti kemarin di acara PRSU pekan raya sumatera utara. Mitraan binaan kami yang memiliki produk khas dan yang bersedia ikut langsung kami berikan kesempatan untuk promosi usahanya. Naha, dari event-event seperti itu masyarakat bisa tau mengenai adanya program PKBL ini. Universitas Sumatera Utara Gambar V.4 salah satu pameran yang telah diikuti oleh mitra binaan PTPN IV tahun 2015 Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2015 Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa komunikasi yang dilakukan untuk memperkenalkan adanya program kemitraan kepada masyarakat yang diberikan oleh PTPN IV melalui pameran-pameran di event-event tertentu sehingga masyarakat dapat mengetahui informasi tentang bantuan modal usaha. Komunikasi juga dilakukan antara pihak PKBL dengan para penerima bantuan salah satunya penerima bantuan kredit dana dalam program kemitraan yang selanjutnya disebut mitrabinaan. Berikut penyataan Pak Dahlan “Kami melakukan komunikasi secara interaktif kepada para mitra binaan. Sejauh ini komunikasi berjalan dengan baik. Kalau ada keluhan atau tanggapan dari para mitra, kami segera meresponsnya. Kami juga memberikan penjelasan tentang seperti apa program kemitraan itu dan apa tanggung jawab mereka sebagai peminjam dana” Universitas Sumatera Utara Komunikasi antara PTPN IV dengan mitra binaan berjalan dengan lancar. Pihak PTPN IV juga selalu menanggapi setiap keluhan mitra binaar tentang perkembangan usaha dan hambatan-hambatan yang mitra binaan alami serta selalu berupaya menuntun mitra binaan untuk menggunakan pinjaman yang diperoleh secara tepat guna. Komunikasi yang dilangsungkan dapat berjalan baik apabaila ada koordinasi yang terbangun antara pihak terkait. koordinasi menyangkut persoalan bagaimana praktik pelaksanaan kekuasaan. Koordinasi berarti adanya kerja sama yang saling terkait dan saling mendukung antar pelaksana kebijakan dalam guna pencapaian tujuan implementasi kebijakan.maka bagian PKBL . Berikut pernyataan pak hendy mengenai komunikasi dan koordinasi bagian PKBL “Kami tidak melakukan komunikasi dan kordinasi yang harus dilakukan secara tertulis tidak ada kordinasi khusus yang dibuat antara bagian PKBL ini, semua pegawai bisa menjadi humas. Biasanya kami cenderung berdiskusi antara kepalau urusan dengan kepala bagian serta dengan bagian keuangan mengenai pelaksanaan PKBL ini”. Namun tidak hanya kordinasi internal yang terjadi namun juga eksternal karena mengingat PKBL ini merupakan bantuan yang akan diberikan kepada masyarakat baik secara pinjaman ataupun hibah maka ada instansi lain yang diajak kerjasama ketika pelaksanaan penyaluran odana PKBL tersebut. Sesuai dengan pernyataan Pak Dahlan “kami melakukan ada melakukan kordinasi dengan dengan beberapa pihak seperti dulunya dengan koperasi namun sekarang sudah tidak ada lagi. Lalu dengan badan koordinasi penyuluhan bakorluh sumut. Biasanya pihak Universitas Sumatera Utara pemerintah provinsi meminta kami sebagai perusahaan perkebunan untuk membantu para petani dengan menacari petani lalu diberdayakan serta tempat tinggalnya kampung . dan juga dengan LPPlembaga pendidikan perkebunan yang berada di pancing, biasanya mereka sebagai tenaga pengajar, seperti dalam penyaluran dana untuk program kemitraan maka para mitra binaan tersebut diajari bagaimana dasar-dasar keuangan sederhana untuk menjalankan usahanya, bisa dikatan pihak LPP ini sebagai konsultan pelatihan. Serta dengan USU, kalau dengan USU kami berkoordinasi dengan memberikan penyaluran dana sebagai bantuan untuk program membangun densa mandiri celawan dengan fakultas pertanian USU.” Gambar V.5 pembangunan desa celawan yang dilakukan oleh PTPN IV bekerjasama dengan fakultas pertanian USU Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2105 Gambar diatas menerangkang bahwa adanya kerjasama antara pihak PTPN IV dengan fakultas pertanian USU dalam memberdayakan kondisi ekonomi dan Universitas Sumatera Utara sosial masyarakat. Komunikasi dan Koordinasi dilakukan kepada instansi terkait yang dapat membantu dalam penyaluran dana PKBL untuk kegiatan pembangunan salah satunya yaitu pembangunan desa. Seperti gambar diatas merupakan kegiatan pembangunan desa celawan sebagai desa budaya, mandiri dan wisata BMW Kecamatan Pantai Cermin Serdang Bedagai. Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam dari berbagai sumber informasi.Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan sulit untuk bisa dicapai. Dengan demikian, prospek implementasi kebijakan yang efektif, sangat ditentukan oleh komunikasi kepada para pelaksana kebijakan secara akurat dan konsisten Dalam hal kejelasan, bahwa informasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigu. Kurangnya kejelasan memberikan para implementor ruang untuk memberikan makna baru terhadap kebijakan, artinya terkadang berlawanan dengan maksud sebenarnya dari kebijakan tersebut. Jika komunikasi tidak jelas, maka para implementor akan mendapatkan diskresi yang lebih banyak di dalam menginterpretasikan kebijakan. Para implementor PKBL PTPN IV telah memiliki pemahaman yang jelas tentang PKBL serta tahapan-tahapan pelaksanaannya. Para pegawai yang terlibat di dalam pelaksanaan PKBL tersebut juga mengetahui dengan jelas mengenai persyaratan, tujuan, dan manfaat dari PKBL tersebut. Kejelasan informasi juga bukan hanya perlu dimiliki oleh pihak implementor saja, melainkan juga pihak Universitas Sumatera Utara yang menjadi sasaran suatu kebijakan. Dalam hal ini masyarakat yang merupakan kelompok sasaran tersebut. Komunikasi yang dilakukan antar pihak terkait berjalan dengan baik, kita dapat melihat hal tersebut dari jawaban para implementor yang paham dan mengerti tentang kebijakan yang sedang dijalankannya dan dari para kelompok sasaran yang juga paham tentang kebijakan yang dikenakan kepada mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam prosesnya, komunikasi tersebut ditransmisikan dengan benar dan tepat, diterima dan disampaikan dengan jelas, serta memiliki konsistensi yang baik. Tidak hanya komunikasi yang berjalan dengan baik namun juga kordinasi yang baik juga diperlukan dalam melaksanakan PKBL ini. Berdasarkan keterangan yang penulis dapatkan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pihak PTPN IV telah melaksanakan PKBL dengan baik karena mereka melakukan koordinasi terhadap instansi terkait untuk membantu dan mempermudah mereka dalam proses mengimplementasikan PKBL tersebut. Berdasarkan hasil analisis keseluruhan dapat mengetahui bahwa indikator komunikasi dalam proses PKBL oleh PTPN IV sudah berlangsung dengan baik begitu juga dengan kordinasi yang dibangun untuk membantu dan mempermudah proses pengimplementasian PKBL ini. Universitas Sumatera Utara

V.1.1.4 Struktur Birokrasi

Birokrasi merupakan badan yang bertugas dalam mengimplementasi kebijakan yang telah ditetapkan. Apabila kebijakan yang telah ada disususn sedemikian rupa dan memiliki sumber daya dalam implementasinya, tetapi masih terhambat dalam pelaksanaan oleh struktur birokrasi yang tidak sehat maka tujuan dari suatu kebijakan tidak akan diimplementasikan dengan baik. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting pertama adalah mekanisme dan struktur organisasi pelaksana sendiri. Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui standard operating procedur SOP yang dicantumkan dalam guideline program atau kebijakan. Standard Operating Procedure Standar Operasional Prosedur Standar Operasional Prosedur adalah serangkaian insruksi tertulis yang dibakukan mengenai proses penyelenggaran PKBL . bagaimana, kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. SOP merupakan aspek yang sangat penting dalam berjalannya suatu organisasi atau birokrasi. SOP menjadi acuan atau pedoman bagi implementor dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. SOP digunakan dengan tujuan agar dapat mengefektifkan penggunaan waktu dalam implementasi kebijakan dan juga menyeragamkan tindakan aparatur atau implementor kebijakan. SOP ini adalah instruksi yang tertulis untuk dijadikan pedoman dalam menyelesaikan tugas rutin dengan cara efektif dan efisien guna menghindari terjdainya penyimpangan dalam proses penyelesaian oleh aparatur yang dapat mengganggu kinerja organisasi secara keseluruhan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan buk afni Universitas Sumatera Utara “Iya kami kan ada SOP, jadi SOP inilah yang mengatur tugak pokok dan fungsi kami dalam bekerja di bidang PKBL ini. Jadi apa yang kamiharus kerjakan itu semuanya sudah jelas tertera di sop tersebut, dan kami sebagai pegawai juga harus paham mengenai SOP kami.”. Ketika SOP sudah dipahami dengan sangat baik, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana prosedur yang harus diikuti dalam melaksanakan PKBL ini.. adapun prosedur yang harus dijalani dalam penyaluran dan program kemitraan anggey wira, 2015 dalam www.usu.repository.ac.id 1. Para calon mitra binaan harus membuat proposal permohonan bantuan program kemitraan yang ditujukan kepada pihak PTPN IV. sebagai berikut : 2. Tahap Evaluasi dan Seleksi Bagi proposal permohonan dari calon mitra binaan akan dilakukan evaluasi pendahuluan berdasarkan data -data yang ada guna menentukan dapat tidaknya proposal tersebut untuk ditindak lanjuti. Bila memenuhi persyaratan maka akan diadakan peninjauan langsung ketempat usaha dan akan dilakukan wawancara guna mengetahui layak tidaknya usaha yang dijalankan oleh calon mitra binaan. Adapun data yang harus dilengkapi dalam proposal sebelum dievaluasi adalah : a. Nama dan alamat unit usaha b. Nama dan alamat pemilik unit usaha c. Foto copy KTP d. Izin usaha atau surat keterangan usaha dari pemerintahan setempat. Universitas Sumatera Utara e. Perkembangan kinerja usaha arus kas, perhitungan pendapatanbeban dan neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha f. Rencana usaha dan kebutuhan dana yang disertai dengan penjelasan agunan apa yang diberikan sebagai jaminan dalam melakukan peminjaman. Gambar V.6 Lembar Evaluasi Gambar diatas merupakan bentuk lembar evaluasi yang harus diisi oleh pegawai bagian PKBL setelah meninjau dan memantau ke lokasi usaha calon mitra binaan guna mengetahui kelayakan untuk mendapat bantuan pinjaman modal usaha.. Universitas Sumatera Utara 3. Tahap Identifikasi Pada tahap ini dilakukan peneitian lanjutan kepada calon mitra binaan yang berdasarkan hasil peninjauan layak untuk dibina guna dapat diidentifikasi jenis bantuan apa yang paling dibutuhkan, apakah berupa bantuan modal kerja, investasi maupun bantuan pemasaran atau pelatihan. 4. Tahap Implementasi Selanjutnya setelah calon mitra binaan dinyatakan layak untuk dibina, dilakukan perjanjian kerja sama dalam bentuk bantuan pinjaman lunak dengan tingkat bunga sebesar 6 pertahun, dengan tenggang waktu pengembalian pinjaman selama 36 bulan dan pembayaran bantuan pinjaman dilakukan melalui transfer ke rekening bank mitra binaan yang bersangkutan. Adapun lembar penjanjian kerjasama sebagai beikut: Berikut gambar V.7 Bukti Perjanjian Gambar diatas merupakan lembar perjanjian kerjasama antara PTPN IV dengan mitra binaan agar mengikuti semua ketentuan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara 5. Tahap Monitoring Pada tahap ini, monitoring dilakukan untuk mengetahui perkembangan yang telah dicapai oleh mitra binaan melalui monitoring berkala yaitu terhadap perkembangan tenaga kerja, volume produksi, omset penjualan, asset usaha dan lain sebagainya. Untuk selanjutnya pihak PTPN IV, juga akan memberikan masukan solusi kepada mitra binaan yang mengalami permasalahan dan kendala yang dihadapi mitra binaan. 6. Tahap Pelepasan Tahap ini merupakan tahap terakhir dari prosedur untuk menjadi mitra binaan, dimana penilaian akan dilakukan setelah melewati masa pembinaan selama 3 tahun apakah usaha yang dijalankan sudah menjadi usaha yang mandiri sehingga sudah dapat dilepas. Dan apabila dinilai belum mandiri maka pembinaan dapat diperpanjang paling lama 2 tahun atau hanya diberikan berupa bantuan yang bersifat konsultasi manajemen bisnis saja. Berdasarkan prosedur yang harus dilalui oleh kedua pihak yaitu pihak PTPN IV dan juga pemohon,dalam memproses proposal tersebut ada yang menjadi indikator ataupun prosedur yang harus diikuti oleh bagian PKBL PTPN IV medan, berikut proses yang harus dilalui: 1. Analisa dokumen, yang dilakukan untuk mengetahui pemohon, lokasi atau tempat diselanggarakan, jenisbentuk bantuan yang diminta, jumlah kebutuhan, relevansi dengan program PKBL, frekuensi bantuan, rencana kerja, waktu pelaksanaan. Universitas Sumatera Utara 2. Survey lapangan bila diperlukan, yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan permohonan, menambah fakta lapangan yang belum tertuang dalam proposal, memastikan lokasitempat yang akan dibantu, menilai jenis bantuan yang dibutuhkan tunai atau natura. 3. Menyampaikan usulan dari hasil evaluasi administrasi dan survey lapangan yang berisikan antara lain latar belakang usulan, dasar pertimbangan berdasarkan informasi yang diperoleh saat evaluasi dan ketentuan yang berlaku, rekomendasi penolakan atau persetujuan. 4. Menyampaikan surat penolakan atau persetujuan kepada pemohon atau unit operasional. Adapun Tata cara penyaluran bantuan dana Program BL sebagai berikut : a. BUMN Pembina terlebih dahulu melakukan survai dan identifikasi atas calon penerima bantuan danatau obyek yang akan dibiayai dari dana Program BL. b. Pelaksanaan Program BL dilakukan oleh BUMN Pembina yang bersangkutan. Setelah dana disalurkan maka pihak PTPN IV melakukan pengawasan terhadap si penerima dana, ada unit khusus yang disediakan untuk melakukan pengawasan terhadap penerima pinjaman program kemitraan dan bantuan dana untuk program bina lingkungan. Pegawasan dialkukan oleh satuan pengawas intern SPI dan audit independent . SPI melakukan monitoring terhadap per tiga bulan sekali dan audit independent melakukan monitor hasil kerja dalam setahun Universitas Sumatera Utara sekali. Tujuan dari adanya pengawasan ini adalah bukan untuk mencari kesalahan tetapi memperbaiki pekerjaan sesuai prosedur. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bu afni “Kami dalam menjalankan program ini selalu diawasi baik oleh SPI ataupun audit independent. Biasanya kalau untuk para mitrabinaan ini yang sering dilakukan. Tiga bulan sekali tim mendatangi para mitra binaan dan menanyakan baimana perkembangan usaha mereka.begitu juga terhadap mitra yang berada di sekitar kebun. Kalau untuk program bina lingkungan kan itu hanya memberikan bantuan terhadap 8 aspek yang sudah diatur di permen itu jadi selesai pengajuan proposal dan diterima kami hanya melakukan pengawasan ketika penyaluran dan itu saja biasnya kami mendatangi lokasi-lokasi yang menjadi objek bantuan”. Pengawasan memang dilakukan rutin oleh pihak PTPN IV sesuai dengan prosedur yang berlaku. Terutama untuk program kemitraan karena merupakan pinjaman dana maka para mira binaan haruslah membayar kredit yang telah disepakati. Maka agar para mitra tetap mengingat tanggung jawabnya maka dilakukan monitoring ke ukm-ukm tersebut. Hal serupa dinyatakan oleh mitra binaan yaitu pak rasman “Iya mereka ada beberapa kali datang kesini ukm terus ya kami berbincang- bincang mengenai usaha saya, bagaimana kelancara saya membayar kredit, terus mengenai kendala yang saya hadapi dan bisa memberi solusi juga terkadang dengan masalah yang dihadapi, mereka juga memberikan masukan-masukan mengenai cara berwirausaha. Jadi sih saya senang juga merasa bahwa mereka Universitas Sumatera Utara itu memperhatikan mitra binaanya, tidak merasa dilepas begitu saja ketika selesai dapat dana tapi juga mereka mengkontrol perekembangan usaha kami ini.” PTPN IV memiliki bagian PKBL yang bertugas utuk menjalankan peraturan mentri BUMN untuk meberikan bantuan kepada masyarakat dalam program kemitraan dan bina lingkungan. SOP sudah dimiliki dan dipahami oleh setiap pegawai maka mereka sudah mengetahui apa ynag harus dilakukan dalam menjalankan tugasnya serta adanya Job description juga sangat membantu para pegawai. Prosedur yang sudah ada haruslah dikaukan pengawasan dalam pelaksananya agar sesuai dengan koridor yang ditetapkan maka bagian PKBL menjadikan monitoring sebagai rutinitas bukan hanya melakukan pengawasan terhadap kerja pegawai namun juga kepada masyarakat penerima bantuan. Struktur organisasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh signifikan dalam implementasi. Salah satu dari aspek struktur yang paling mendasar dari organisasi apapun adalah prosedur organisasi standar. SOP merupakan perkembangan dari tuntutan internal dari kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas. Dengan menggunakan SOP, para pelaksana dapat mengoptimalkan waktu yang tersedia dan dapat berfungsi untuk menyeragamkan tindakan-tindakan pejabat dalam organisasi yang kompleks dan tersebar luas, sehingga dapat menimbulkan fleksibilitas yang besar dan kesamaan yang besar dalam penerapan peraturan. Terdapat juga penyebaran tugas, wewenang, dan tanggung jawab di antara masing-masing pegawai yang terlibat. Penyebaran tanggung jawab atau yang disebut dengan fragmentasi ini dalam suatu pelaksanaan kebijakan memerlukan kerjasama internal para pegawai . Dari yang penulis lihat, diketahui Universitas Sumatera Utara bahwa kerjasama antara pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan PKBL berlangsung dengan sangat baik. Berdasarkan hasil analisis keseluruhan dapat disimpulkan bahwa struktur birokrasi organisasi yang ada pada bagian PKBL PTPN IV Medan sudah cukup jelas. Adapun tata cara atau petunjuk pelaksanapetunjuk teknis yang digunakan untuk melaksanakan peraturan tentang program kemitraan dan bina lingkungan sudah jelas dan serta sudah tercantum di dalam rincian isi PER09MBU072015. Dimana dijelaskan bagaimana prosedur, tata cara dan syarat yang dibutuhkan dalam proses permohonan baik pinjaman modal usaha atau yang disebut program kemitraan maupun bantuan dana secara hibah atau yang disebut program bina lingkungan , baik sebelum pemberian maupun sesudah pemberian bantuan dah. Sehingga baik pelaksana kebijakan maupun masyarakat dapat mengetahui dengan jelas.

V.1.1.5 Disposisi

Disposisi implementor adalah kecenderungan sikap maupun pemahaman yang dimiliki oleh implementor yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan. Disposisi menunjuk karakteristik yang menempel erat kepada implementor kebijakanprogram. Karakter yang dimiliki implementor tersebut misalnya kejujuran, komitmen, dan demokrasi. Implementor yang memiliki komitmen yang tinggi dan jujur akan senantiasa bertahan di antara hambatan yang ditemui dalam programkebijakan. Kejujuran mengarahkan Universitas Sumatera Utara implementor untuk tetap berada dalam arus program yang telah digariskan dalam guideline program. Penulis mengajukan pertanyaan bagaimana persepsi impelemntor tertang program kemitraan dan bina lingkungan. Berikut pernyataan pak sahrial “Kami senang adanya program ini. Karena program inikan kan berdampak kepada masyarakat. Jadi kami tidak hanya bekerja layaknya pegawai biasa namun juga membantu masyarakat secara tidak langsung. Kami terbuka dan memberi hak kepada siapa sajadan yang ingin meminjam atau meminta bantuan dan dari peruasahan kami namun kan harus ada persyaratannya. Ketika kami rasa itu sudah sesuai lalu ita bisa berikan dana itu.” Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan buk Irma selaku mitra binaan “Ketika saya datang kesana reaksi para pegawainya baik,mereka ramah dan terbuka mereka tidak memihak atau mengacuhkan saya dan saya langsung dilayani. Saya menanyakkan beberapa pertanyaan mengenai kemitraan ini dan mereka mejelaskan secara jelas jadi saya mudah memahami informasi yang diberikan. Saya cukup sedang bisa menjadi bagian dari merekamitrabinaan.” Berdasarkan pernyataan para informan menunjukkan bahwa dalam memberikan pelayanan, petugas atau implementor memiliki komitmen dalam melaksanakan tugasnya tanpa harus menunggu instruksi langsung dari atasan. Hal tersebut juga menunjkkan sikap pegawai yang baik, ramah, berkomitmen dan memiliki sikap melayani kepada masyarakat yang memang hal itu dituntut dalam bidang pekerjaan mereka. Maka dapat kita ketahui bahwa disposisi yang dimiliki oleh pegawai PKBL PTPN IV Medan dalam pelaksanaan PKBL sudah sangat Universitas Sumatera Utara baik. Hal ini dapat dilihat dari kejujuran, disiplin, komitmen, dan sikap untuk melayani dari para pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan PKBL tersebut. Dalam hal permohonan bantuan pegawai terkait mengetahui dan memahami apa yang menjadi tugas dan wewenangnya. Hal ini dapat dilihat ketika calon mitra binaan yang ingin mengurus permohonan bantuan pinjaman modal usaha kurang mengetahui persyaratannya , maka pegawai mau melayani masyarakat dengan menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami oleh masyarakat tersebut. Jadi, Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat diketahui bahwa sikap Para pegawai PKBL PTPN IV yang terlibat dalam pelaksanaan PKBL memperlihatkan indikasi penerimaan yang positif terhadap kebijakan tersebut . Sikap para agen pelaksana dalam merespon kebijakan PER09MBU072015. Tentang program kemitraan dan bina lingkungan tersebut cenderung bersikap terbuka, dan menerima secara baik serta mendukung terlaksananya kebijakan tersebut. Wujud penerimaan implementor terhadap peraturan tersebut dapat dilihat bahwa mereka mengetahui apa yang menjadi peranan, tugas, dan tanggung jawabnya di dalam mengimplementasikan permen tersebut. Maka indikator disposisisikap implementor dalam melaksanakan PKBL terpenuhi. Universitas Sumatera Utara

V.1.2 Implementasi Program Kemitraan Dalam Pengembangan Usaha Kecil

Program kemitraan dan bina lingkungan merupakan program yang memberikan bantuan peminjaman dana kepada masyarakat sekitar usaha. sasaran dari salah satu program tersebut adalah usaha kecil. Sehingga diharapkan bahwa jangan hanya perusahaan yang mendapatkan keuntungan bagi usahanya namun adanya rasa berbagi untuk membantu para ekonomi kecil untuk dapat tumbuh berkembang. Hambatan yang biasa muncul adalah tidak tersedianya modal untuk memulai usaha dan jika usa tersebut dimulai bagaimana cara menjalankan usaha tersebut agar bisa mberkembang dan menjadi sukses. Disitulah peran usaha besar dituntut untuk memberikan pembinnan ataupun pelatihan terhadap usaha kecil agar meningkatkan usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri. Maka dari itu ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha kecil yaitu 3. Permodalan yaitu memberikan dan menyediakan modal bagi pelaku usaha melalui bantuan keuangan, bantuan teknis, dan program peminjaman 4. Kemitraan usaha yaitu kerjasama antar pihak pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman berdasarkan prinsip saling mendukung, membutuhkan, dan menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha besarpembinaan dan pelatihan dilakukan oleh sumber daya manusia yang merupakan pengelola dari usaha tersebut. Maka dapat dilihat ada 2 variabel penting yang harus dilakukan untuk mengembangkan suatu usaha kecil yaitu bantuan permodalan dan pengembanga SDM melaui pembinaan dan pelatihan.. Oleh karena itu penulis akan melihat Universitas Sumatera Utara sejauh mana kebijakan PKBLyang dilaksanakan PTPN IV ini dapat menangani hal tersebut.

V.1.2.1 Permodalan

Sesuai dengan pengertian dari program kemitraan BUMN , yang dimaksud dengan program kemitraan adalah meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri. Masalah yang sering dihadapi oleh para pelaku usaha kecil adalah tidak tersedianya finasial yang dimilki untuk membangun ataupun mengembangkan usahanya. Maka degan adanya program kemitraan ini diharapkan masalah finansial yang sering dihadapi dapat ditanggulangi dengan bantuanpeminjaman permodalan yang dapat diberikan oleh BUMN kepada pelaku usaha dengan jasa administrasi pinjaman ditetapkan satu kali saat pemberian pinjaman yaitu sebesar 6 enam persen per tahun dari saldo pinjaman awal tahun. Program kemitraan dapat menjadi solusi dari masalah yang dihadapi oleh usaha kecil, dikarenakan dana dari program kemitraan disalurkan dalam bentuk : a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aset tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan; b. Pinjaman tambahan untuk membiayai kebutuhan yang bersifat jangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari usaha mitra binaan c. Jumlah pinjaman untuk setiap mitra binaan dari program kemitraan maksimum sebesar Rp. 75.000.000 Pinjaman dana dari program kemitraan dapat dilakukan apabila mengikuti proses dan prosedur yang berlaku . Adapun Tata cara yang harus dilalui dalam penyaluran pinjaman dana Program Kemitraan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Calon Mitra Binaan menyampaikan rencana danatau proposal kegiatan usaha kepada BUMN Pembina, dengan memuat sekurang-kurangnya data sebagai berikut : 1. Nama dan alamat unit usaha; 2. Nama dan alamat pemilikpengurus unit usaha; 3. Bukti identitas diri pemilikpengurus; 4. Bidang usaha; 5. Izin usaha atau surat keterangan usaha dan pihak yang berwenang; 6. Perkembangan kinerja usaha arus kas, perhitungan pendapatan dan beban, neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha; 7. Rencana usaha dan kebutuhan dana; dan 8. Surat Pernyataan tidak sedang menjadi Mitra Binaan BUMN Pembina lain. b. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 6, tidak diwajibkan bagi calon Mitra Binaan yang dibentuk atau berdiri sebagai pelaksanaan program BUMN Pembina, khusus untuk pengajuan pertama kali; c. BUMN Pembina melaksanakan evaluasi dan seleksi atas permohonan yang diajukan oleh calon Mitra Binaan; d. Dalam hal BUMN Pembina memperoleh calon Mitra Binaan yang potensial, sebelum dilakukan perjanjian pinjaman, calon Mitra Binaan tersebut hams terlebih dahulu menyelesaikan proses administrasi terkait dengan rencana pemberian pinjaman oleh BUMN Pembina bersangkutan; Universitas Sumatera Utara e. Pemberian pinjaman kepada calon Mitra Binaan dituangkan dalam surat perjanjiankontrak yang sekurang-kurangnya memuat : 1. Nama dan alamat BUMN Pembina dan Mitra Binaan; 2. Hak dan kewajiban BUMN Pembina dan Mitra Binaan; 3. Jumlah pinjaman dan peruntukannya; 4. Syarat-syarat pinjaman sekurang-kurangnya jangka waktu pinjaman, jadual 5. angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman. f. BUMN Pembina dilarang memberikan pinjaman kepada calon Mitra Binaan yang menjadi Mitra Binaan BUMN Pembina lain. g. Besarnya jasa administrasi pinjaman dana Program Kemitraan ditetapkan satu kali pada saat pemberian pinjaman yaitu sebesar 6 enam persen per tahun dari saldo pinjaman awal tahun Berdasarkan data diatas maka ada beberapa prosedur yang harus dilaui dalam melakukan pinjaman modal usaha. maka dari itu penulis menanyakkan kepa salh satu mitra binaan PTPN IV medan mengenai tanggapan terhadap proses yang harus dilauinya ketikan mengajukan permohanan peminjaman dana.Berikut pernyatan ibu Irma sebagai mitra binaan yang memiliki usaha rantangan makanan. “Proses yang saya laluui cukup mudah ya, saya datang kesana dan mereka meinta melengkapi data-data ya saya lengkapi. lalu dalam kurun waktu kira-kira kurang lebih sebulan dana saya sudah cair tapi sebelum itu mereka menghubungi saya dulu memberi tau kalau proposal saya lolos dan akan diberikan bantuan pinjaman. Saya kemarin memohon 50.000.000 rupiah, syukur dikabulkan segitu dan saya rasa dana segitu cukup karena kan usaha saya juga masih kecil jadi Universitas Sumatera Utara cukuplah untuk memberi peralatan. Karena usaha saya kan rantangan jadi ya uang yang saya dapatkan saya gunakan untuk membeli aset seperti kulkas dan lainnya. Saya sih merasa bersyukur karena bisa ada bantuan modal ini karena membantu sekali. Seperti biasanya saya harus belanja untuk keperluan rantangan setiap hari tapi sekarang sudah tidak lagi karena sudah ada tempat penyimpanannya. Dan pelanggan juga lebih banyak bisa saya terima. Sekarang saya sudah memiliki 3 orang pekerja dan juga untuk bunga cicilannya paling kecil diatara pinjaman dI tempat lain, jadi tidak memberatkan saya untuk membayarnya.” Dalam pelaksanaan prosedur seperti itu dinilai cukup mudah dan tidak berbelit- belit untuk pemenuhannya. Berikut pernyataan Pak Rasman Bangun selaku mitrabinaan PTPN IV “kemarin pas saya mau menjadi mira binaan itu proses yang saya lalui cukup mudah, saya datang ke bagian PKBL PTPN IV lau saya menanykan ke pegawainya bagaimana mengurus permohonan peminjaam dana. Mereka memberi tau saya apa saja syarat yang harus saya penuhi lalu setelah semua dokumen saya siapkan, langsung saya berikan ke mereka. Saya hanya tinggal menunggu kabar dari mereka apakah permohonan peminjaman dana saya diterima atau tidak. Tetapi dana yang saya ajukan tidak sesuai dengan dana yang diberikan. Bantuan modal yang saya dapatkan Rp. 50.000.000 padahal saya mengajukan lebih dari itu. Karena mereka melakukan evaluasi jadi ya mungkin saya dapatnya hanya bisa segitu tapi ya gak apa-apa di syukuri aja, karena dibandingkan dengan pinjaman di perbankan lebih besar bunganya jadi saya bantuan ini.” Universitas Sumatera Utara Gambar V.8 keadaan usaha gas elpiji 3 kg milik Pak Rasman Gambar diatas merupakan usaha yang dimiliki pas rasman bangun yang dapat dikelola berkat bantuan pinjaman modal usaha dari PTPN IV sebesar Rp.50.000.000 hingga sekarang usaha tersebut masih berlangsung. Tabel V.6 Simulasi Cicilan Pinjaman + Bunga Program Kemitraan PTPN IV No Pinjaman Rp. Bunga 18 per 36 bulan Rp. Pinjaman+bunga Rp. Cicilan per bulan Cicilan pembulatan 1 10.000.000 1.800.000 11.800.000 327.778 328.000 2 15.000.000 2.700.000 17.700.000 491.667 492. 000 3 20. 000.000 3.600.000 23.600.000 655.556 656.000 4 25. 000.000 4.500.000 29.500.000 819.444 920. 000 5 30. 000.000 5.400.000 35.400.000 983.333 984. 000 6 35.000.000 6.300.000 41.300.000 1.147.222 1.148. 000 7 40. 000.000 7.200.000 47.200.000 1.311.111 1.312. 000 8 45. 000.000 8.100.000 53.100.000 1.475.000 1.475.. 000 Universitas Sumatera Utara 9 50. 000.000 9. 000.000 59.000.000 1.638.889 1.640. 000 10 55. 000.000 9.900.000 64.900.000 1.802.778 1.803. 000 11 60. 000.000 10.800.000 70.800.000 1.966.667 1.967. 000 12 65. 000.000 11.700.000 76.700.000 2.130.556 2.131.000 13 70. 000.000 12.600.000 82.600.000 2.294.444 2.295.000 14 75. 000.000 13.500.000 88.500.000 2.58.33 2.460.000 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa bunga pinjaman yang diberikan setiap tahunnya adalah 6.jumlah tersebut dinilai cukup rendah dibandingkan dengan pinjaman ke perbankan. Hal ini mendorong masyarakat untuk meminjam modal usaha dari program kemitraan PTPN IV medan. Dari pernyataan yang diungkapkan oleh para mitra binaan dengan data sekunder yang peneliti dapatkan maka dapat dilihat bahwa angsuran yang harus dibayarkan sesuai dengan peminjaman tidaklah terlalu besar mengingat program kemitraan ini memang ditujukan untuk membantu para usaha kecil agar dapat menerima bantuan dan menjalankan usahanya tanpa harus diberatkan dengan bunga cicilan yang besar. Hal ini juga yang menjadi pertimbangan para usaha kecil untuk meminjam modal usaha. dengan bunga yang kecil memberikan mereka semangatdan memotivasi untuk memulai dan mengembangkan usaha, sehingga muncul jiwa berwirausaha tanpa mengharapkan lapangan pekerjaan. Sehingga perekonomian rakyat dapat berangsur membaik. Berdasarkan analisis keseluruhan indikator permodalan terpenuhi dapat dilihat dari tidak sulitnya persyaratan ataupun prodesur yang harus dilaui.aspek Universitas Sumatera Utara permodalan dalam pengembangan usaha dinilai memang mempengharui keadaan usaha kecil karena dengan adanya bantuan permodalan para usaha kecil dapat membuka ataupun mengembangkan usahanya sehingga perekonomian mereka pun terbantu dengan keadaan usaha yang baik.

V.1.2.2 Kemitraan usaha

Menurut Tennyson dalam wibisono 2007: 103 dalam membentuk kemitraan ada tiga prinsip penting yang harus diterapkan didalamnya, yaitu : 4. Kesetaraan atau Keseimbangan equity Pendekatan yang ada dalam kemitraan bukan pendekatan top-down atau bottom-up, bukan pula berdasar kekuasaan semata, namun hubungan yang saling menghormati, saling menghargai dan saling percaya untuk dapat menghindari antagonisme yang terdapat di dalamnya. 5. Transparansi Transparansi diperlukan untuk menghindari rasa saling curiga antar mitra kerja 6. Saling Menguntungkan Suatu kemitraan harus membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat. Tiga prinsip yang disebutkan diatas telah dipenuhi oleh PTPN IV. Pertama, prinsip kesetaraan atau keseimbangan, pihak PTPN IV dalam penyaluran dana program kemitraan tidak menganggap pihaknya adalah penguasa akan mitra binaan tetapi sikap saling menghargai dan menghormati mitra binaan ditunjukkan dalam proses peminjaman dana. Kedua, transparansi, prinsip transparansi ini juga diterapkan di PTPN seperti dalam pengajuan proposal Universitas Sumatera Utara peminjaman dana, pihak PTPN IV telah memberikan penyuluhan terhadap calon mitra binaan mengenai kisaran pencairan dana yang akan diberikan dengan adanya lembar evaluasi kelayakan usaha yang ada para mitra binaan mengetahui kriteria usaha yang dapat diberikan pinjaman.ketiga, , dengan jumlah bunga yang ditetapkan, serta surat perjanjian kerjasama yang ada. Ketiga, prinsip saling menguntungkan yaitu dalam penyelenggaran PKBL oleh PTPN IV tidak hanya mitra binaan yang kredit usaha tetapi juga brand image yang didapatkan. PTPN IV dipandang baik dimata masyarakat karena ikut aktif untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Maka dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip tersebut diterapkan di lingkungan PKBL PTPN IV sehingga proses penyaluran dana bantuan dapat berjalan dengan efektif. Dalam proses implementasinya, kemitraan yang dijalankan tidak selamanya ideal karena dalam pelaksanaannya kemitraan yang dilakukan didasarkan pada kepentingan pihak yang bermitra. Maka dari itu ada beberapa pola yang menjelaskan bagaimana kemitraan itu diterapkan oleh beberapa perusahaan. Menurut Wibisono 2007:104, Kemitraan yang dilakukan antara perusahaan dengan pemerintah maupun komunitas masyarakat dapat mengarah pada tiga pola, diantaranya : 1. Pola kemitraan kontra produktif. Pola ini akan terjadi jika perusahaan masih berpijak pada pola konvensional yang hanya mnegutamakan kepentingan yaitu mengejar profit sebesar-besarnya. Universitas Sumatera Utara 2. Pola kemitraan semi produktif . dalam skenario ini pemerintah dan komunitas atau masyarakat dianggap sebagai objek dan masalah diluar perusahaan. 3. Pola kemitraan produktif . pola kemitraan ini menempatkan mitra sebagai subjek. Berdasarkan pengamatan penulis maka penulis menyimpulkan bahwa bagian PKBL PTPN IV menggunakan pola kemitraan Poduktif. Hal tersebut terlihat bahwa PTPN IV menempatkan mitra binaan sebagai subjek . terlihat dari adanya kegiatan lanjutan yang dilakukan oleh PTPN IV setelah penyaluran dana PKBL. Pihak PTPN IV melakukan monitoring terhadap mitra binaan guna memantau perkembangan usahanya, serta memberikan pembinaan dan pelatihan kepada SDM usaha kecil agar para mitra binan daapat lebih termotivasi dan semangat dalam menjalankan usahanya sampai berhasil serta menumbuhkan kesadaran untuk membayar cicilan pinjaman. Perusahaan memiliki kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi, pemerintah memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha dan masyarakat memberikan dukungan positif kepada perusahan. sehingga tujuan-tujuan dari kemitraan tersebut tercapai dalam jafar 2000:63 : 7. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat 8. Meningkatkan perolehan niali tambah bagi pelaku kemitraan 9. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil 10. Meningkatkan pertumbuhan ekonomipedesaan, wilayah, dan nasional 11. Memperluas kesempatan kerja 12. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional Universitas Sumatera Utara Ketika prinsip-prinsip dan pola kemitraan dilakukan sehingga tercapi tujuan dari adanya kemitraan itu sendi. Namun kualitas SDM dari usaha kecil juga sangat dibutuhkan karena mereka lah yang akan menjalankan usaha tersebut maka dari itu PTPN IV melakukan pembinaandan pelatihan terhadap mitra binaan. Pengembangan usaha bukan saja dibarengi dengan modal yang banyak atau tenaga kerja yang tersedia tetapi juga harus dibarengi dengan pembinaan secara rutin serta pelatihan terhadap SDM yang bersangkutan agar menjadi tenaga kerja yang terampil sehingga usaha yang dibuat dapat berjalan dan berkembang seiring dengan waktu.sesuai dengan PER09MBU072015 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan memuat pasal mengenai kewajiban BUMN Pembina salah satunya adalah melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap mitra binaan serta mengadministrasikan kegiatan pembinaan. Berikut pernyataan ibu afni mengenai pembinaan yang dilakukan oleh PTPN IV “Kalo pembinaan kami selalu lakukan setiap penyaluran dana. Penyaluran dan ini kan bertahap sesuai dengan pengajuannya biasanya per triwulan. Nah disitu kami meminta para mitra binaan untuk dapat berkumpul seperti seminar begitu lalu kami sebagai pemateri memberikan informasi mengenai bagaimana menjalankan usaha dengan baik agar bisa lancar dan bertahan juga kami memberikan semgat seperti motivasi kewirausahan begitu kepada mereka. Pembinaan yang kami lakukan itu biasanya saat pengawasan. Pembinaan yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, antara bagian PKBL dengan mitra binaan dengan memberikan motivasi dan menjelaskan kepada mitra binaan agar menyisihkan hasil penjualan untuk mmebayar cicilan kredit. Serta memantau perkembangan usaha mereka”. Universitas Sumatera Utara Pembinaan bukan hanya dilakukan ketika mitra binaan akan mendapatkan bantuan pinjaman saya namun setelah itu juga berlangsung pembinaan dilakukan ketika pegawasan terhadap mitra binaan berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan pak andriansyah “iya ada pembinaan yang dilakukan. Kebetulan saya juga mitra baru jadi kalau tidak salah pada desember kemarin itu ada dilaukukan pembinaan seperti seminar begitu diadakan. Para mitra binaan dikumpulin dan diberikan penjelasan dan pengarahan mengenai kiat-kiat berwirausaha, serta motivasi, lalu setelah usaha berjalan mereka juga memantau perkembangannya, dalam monitoring itulah mereka menanyakkan keluh kesah kami dalam menjalankan usaha lalu mereka memberikan saran. Hal-hal seperti itulah pembinaan yang mereka lakukan terhadap kami. Gambar V. 9 produk usaha yang dijalankan oleh pak andriansyah Gambar diatas merupakan produk minuman yang inovatif dari usaha yang dijalankan pak adriansyah. Untuk usaha ini pak adriansyah meminjamm dana sebesar Rp. 50.000.000 untuk mengembangkan usaha nya. Maka pembinaan dan Universitas Sumatera Utara pelatihan sebenarnya sangat diperlukan agar menciptakan ide-ide kreatif sehingga para mitra binaan dapat membuat kreasi dan inovasi dari usahanya. Pembinaan dan pelatihan dilakukan dari segi sumber daya manusia yang tersedia untuk mengelola usaha tersebut. Pihak PTPN IV selau memberikan pembinaan kepada calon mitra binaan namun tidak sejalan dengan pelatihan. Pihak PTPN IV terakhir memberikan pelatihan SDM pada tahun 2013.Berikut pelatihan yang pernah dilakukan oleh bagian PKBL PTPN IV terhadap UKM mitra binaan tahun 2013. Pelatihan manajemen dan etika bisnis UKM mitrabinaan PTPN IV merupakan program pelatihan berkelanjutan yang terselenggaraatas kerjasama bagian PKBL PTPN IV dengan LPP Kampus medan, kerjasama pelatihan UKM mitrabinaan telah dilakukan sejak tahun 2008 sampai dengan 2013 sebanyak 70 angkatan pelatihan yang rata-rata perkelas diikuti 30 orang UKM mitrabinaan yang berasal dari berbagai bisang usaha dan daerah di wilayah Sumatera Utara . pelatihan dilaksanakan dalam rangka upaya dari PTPN IV sebagai BUMN Pembina untuk melakukan pembinaan terhadap kelompok usaha kecil. Adapun tujuan dari pelaksananaya yaitu: 1. Memberikan bekal keilmuan praktis pengelolaan usaha, sehingga mitrabinaan mampu mengelola dan mengembangkan dengan baik usahanya. 2. Memberikan pemahaman yang benar kepada kelompok usakha kecil tentang program bantuan pinjaman mosal usaha dengan bunga yang relative ringan. Universitas Sumatera Utara 3. Menumbuhkembangkan jiwa wirausaha dari para usaha kecil yang lebih mengedepankan kredibilitas dalam bisnis dan upaya meningkatkan keterampilan mitraninaan dalam membangunjarigan kerjabersinergi saling menguntungkan Peserta pelatihan diikuti oleh sebanyak 22 orang pesesrta UKM mitrabinaan dan calon mitra binaan PTPN IV yang mengelola berbagai bisang usaha yang bersalan dari berbagai wilayah di sumatera utara. Pelatihan dilaksnakan di LPP kampus medan dengan fasilitas ruang pertemuan,akomodasi peserta dan ruang makan di wisma terbaik yang ada di LPP. Selama kegiatan seluruh peserta diberikan tas berlogo PTPN IV –LPP, alat tulis, bahan bacaan dari setiap pelajaran, dan sertifikat bagi peserta yang direkomendasikan tim LPP-PKBL PTPN IV dinyatakan aktif dan disiplin dalam mengikuti pelatihan. Pelatihan dilakukan 2 hari efektif atau 24 jam tatap muka dengan materi lengkap pelatihan manajemen dan etika bisnis UKM . Gambar V.10 Jadwal Pelatihan Universitas Sumatera Utara Gambar diatas merupakan jadwal pelatihan yang dilakukanselama dua hari oleh PTPNIV dan LPP kepada mitra binaan dengan memberikan informasi dan pembelajaran tentang manejemn dan dunia usaha. Gambar V.11 Berikut foto-foto pelaksanaan kegiatan pelatihan oleh LPP-PKBL PTPN IV tahun 2013 Sumber : Laporan pelaksanaan pelatihan 2013 Gambar diatas merupakan foto-foto kegiatan yang dilakukan saat pelatihan baik penyampaian materi tentang manajemen usaha dan diskusi antar para mitra binaan dan fasilitator mengenai usahanya . Bentuk dari pelatihan tersebut sebernanya dirasa sangat dibutuhkan oleh para pelaku usaha kecil namun dalam kenyataan nya pelatihan hanya dilakukan sampai tahun 2013. Persoalan biaya operasional merupakan faktor utama penghambat pelaksanaan pelatihan tersebut. berikut pernyataan pak dahlan Universitas Sumatera Utara “Kalau pelatihan memang sudah tidak kami laukan lagi terakhitr kami lakukan pada tahun 2013. Karena terbentur masalah dana operasional. Dibutuhkan biaya yang cukup besar untuk melakukan pelatihan tersebut apalagi kami tidak bisa melakukannya sendiri, kami harus berkordinasi dengan pihak lain untuk melaksanakan itu. Tidak adanya dana yang tersedia untuk itu.” Padahal pelatihan tersebut merupakan hal yang krusial bagi para mitrabinaan dan mereka juga mengharapkan adanya pelatihan bagi mereka agar mereka tau bagaimana cara mengelola usaha dengan benar. Berikut pernyataan pak adriansyah “ kalau pelatihan tidak ada diberikan kepada kami selaku mitra binaan hanya pembinaan itu saja. Sebenarnya sih itu memang kami butuhkan karena kan seperti saya tidak tau apapun mengenai bagaimana cara mengoperasionalkan usaha terutama masalah keuangan. Biasanya keuangan usahan dengan keuangan pribadi ya disatukan aja gitu karena saya tidak tau dan tidak mengerti bagimana menggunakan akuntansi dalam keuangan, jadi susah sendiri juga sebernarnya karena bingung mengatur perbedaan antara kebutahan dan pengeluaran pribadi dengan usaha yang saya jalankan”. Berdasarkan analisis keseluruhan bahwa indikator kemitraan usaha yang didalmnya terdapat variabel pembinaan dan pelatihan yang seharusnya dilakukan untuk pengembangan usaha dirasa kurang terpenuhi karena pembinaan memang sering dilakukan tapi mengenai pelatihan yang merupakan kebutuhan para pelaku usaha kecil tidak terlaksana dengan baik dikarenakan persoalan tidak tersedianya dana yang dibutuhkan untuk melakukan jenis pelatihan semacam itu. Universitas Sumatera Utara Dengan adanya bantuan program kemitraan ini, peningkatan ekonomi masyarakat cukup dirasakan karena yang sebelumnya masayarakat belum dapat memenuhi kebutuhan permintaan dari konsumen karena minimnya modal, tetapi dengan adanya bantuan program kemitraan ini dapat memenuhi kebutuhan usaha mereka dimana hal itu yang nantinya akan berdampak kepada peningkatan penghasilan mereka. Apabila usahanya sudah maju dan berkembang dan tidak menutup kemungkinan untuk membuka cabang dari usaha yang mereka jalankan, dengan membuka cabang baru tentu akan menyerap tenaga kerja baru yang akan mengurangi tingkat pengangguran yang ada Dan melalui program bina lingkungan yang biasanya di fokuskan pada sarana dan prasarana yang di butuhkan dalam pemberdayaan masyarakat seperti pembuatan jalan antar kecamatan sehingga para masyarakat dapat menjual hasil panen mereka dengan lebih mudah dan cepat dengan kondisi jalan yang bagus. Untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat didasari oleh peraturan - peraturan hukum sebagai landasan kebijakan perusahaan untuk menerapkan perusahaan untuk menerapkan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan tersebut anggey wira, 2015 dalam www.repository.usu.ac.id Universitas Sumatera Utara

V.2 Analisis Kendala-Kendala Yang Dihadapi PTPN IV Dalam Pengimplementasian PKBL.

Dalam pengimplementasian PKBL tidak semuanya berjalan dengan baik, ada kendala-kendala yang sering muncul baik dari implementor ataupun penerima bantuan. Berikut pernyataan Ibu Afni : “Tidak semua berjalan dengan baik saat kita mengimplementasikan program ini, terutama itu mengenai kebijakan PKBL ini, perubahan-perubahan peraturan ini sebernarnya menyulitkan kami sebagai pelaksana karena kan seperti permen yang baru ini dalam setahun sudah dua kali terjadi perubahan terutama mengenai sumber dana harus berdasarkan anggaran atau laba perusahaan . Hal- hal seperti itu sebernanya membingungkan kami untuk menyediakan dana dlam melaksanakan PKBL ini. Mengenai kendala internal yang dialami akan diungkapkan oleh Pak Hendy ‘Kendala yang sering muncul itu kalau dari kita nya itu mengenai SDM yang kurang untuk melakukan monitoring karena cakupan wilayah kita kan luas, terus juga fasilitas yang tidak memadai seperti kendaraan dinas tidaka ada jadi harus menyewa dahulu. Lalu kalau mirta binaan itu, macet pembayaran cicilan pinjaman”. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan laporan PKBL 2015, ada beberapa masalah yang dihadapi dan tidak lanjut penyelesainannya: 1. Rendahnya presentasi pengembalian pinjaman Tindak lanjut yang dilakukan antara lain: a. penagihan lebih intensif, b. melakukan kerjasama dengan instansi terkait di daerah kabupaten kota, c. evaluasi calon mitra binaan lebih ditingktkan. 2. Kurangnya informasi mengenai daerah dan sektor usaha yang memerlukan prioritas penyaluran dana. Tindak lanjut yang akan dilakukan antara lain: a. Kerjasama dengan instansi terkait untuk memperoleh informasi. 3. Belum sempurnanya database mitra binaan setiap BUM Pembina di provinsi Sumatera Utara pada BUMN online, sehingga sulit untuk pengendalian kemungkinan duplikasi pinjaman. Tindak lanjut yang akan dilakukan antara lain: a. Koordinasi antara BUMN Pembina lebih ditingkatkan 4. Belum tersedianya suatu tempat promosi pameran secara terpadu dan permanen sehingga sulit untuk membina pemasaran produk mitra binaan. Tindak lanjut yang akan dilakukan antara lain: a. Mengusulkan kepada BUMN untuk membangun “Trading House” di Medan, b. Pameran PKBL BUMN se Indonesia hendaknya dilakukan secara bergilir di daerah-daerah tingkat I. Universitas Sumatera Utara Kendala utama yang sering dihadapi dalam program bantuan kemitraan ini pada umumnya adalah adanya sedikit masalah mengenai tingkat pengembalian dana yang dilakukan oleh mitra binaan dan dalam penyelesaiannya dapat dilakukan dengan monitoring yang lebih intensif dan lebih meningkatkan evaluasi calon mitra binaan. Selain itu tidak dapat di pungkiri bahwa terkadang terjadi kesalahan komunikasi antar pihak PTPN IV dengan mitra binaan. Sedangkan kendala yang sering dihadapi dalam pengimplementasian program bina lingkungan yang biasanya selalu terjadi yaitu kurangnya informasi mengenai daerah dan sektor yang memerlukan prioritas penyaluran dana bina lingkungan, dan untuk menyelesaikan hal ini pihak PTPN IV harus lebih meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait untuk memperoleh informasi yang diperlukan tersebut. anggey wira, 2015 dalam www.repository.usu.ac.id . Berdasarkan analisis keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan PKBL, kendala yang dihadapi tidaklah terlalu menjadi beban yang berat oleh PTPN IV. Adanya masalah dalam tingkat pengembalian yang rendah terkadang disebabkan karena kesalahan persepsi masyarakat tentang adanya bantuan kredit kemitraan. Kendala-kendala yang dihadapi ini merupakan suatu tantangan oleh PTPN IV untuk selalu mensosialisasikan program ini serta mampu mencari model dan cara penyaluran yang lebih baik lagi . Universitas Sumatera Utara

BAB VI PENUTUP

Berdasarkan uraian-uraian yang penulis kemukakan pada bab- babsebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan terkait dengan implementasi PKBL dalam pengembangan usaha kecil oleh PT. Perkebunan Nusantara IV PERSERO kota Medan. Dan dari kesimpulan yang peneliti simpulkan, ada beberapa saran yang penulis kemukakan sebagai tindak lanjut dari kesimpulan yang telah dibuat yang mungkin dapat diterapkan demi perbaikan kedepan.

VI.1 Kesimpulan

1. Implementasi program kemitraan dan bina lingkungan oleh PTPN IV sudah dilakukan dengan sangat baik. PTPN IV mengimplementasikannya sesuai dengan ketentuan permen PER09MBU072015 Tentang program kemitraan dan bina lingkungan. Sumber dana dari PKBL ini adalah penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina maksimum sebesar 4empat persen dari laba setelah pajak tahun buku sebelumnya. Untuk program kemitraan bantuan berupa kredit kemitraan kepada usaha-usaha kecil dan menjadikan usaha tersebut tangguh dan mandiri yang selanjutnya disebut mitra binaan PTPN IV. Aakumulasi penyaluran sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar Rp. 129.753.530.024.024 , Sedangkan untuk Program bina lingkungan sendiri PTPN IV merupakan program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat di sekitar kantor pusat dan unit usaha PT. Perkebunan Nusantara IV. Alokasi dana untuk program PKBL Universitas Sumatera Utara