II.1.6 Variabel yang relevan dengan Implementasi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Untuk dapat mengkaji dengan baik suatu implementasi kebijakan, perlu diketahui variabel-variabel atau faktor-faktor penentunya. Semakin kompleks
permasalahan kebijakan dan semakin mendalam analisis yang dilakukan, semakin diperlukan teori atau model yang relatif operasional, yang mampu
menghubungkan kausalitas antar variabel yang mejadi fokus masalah. Beberapa model yang berisikan variabel-variabel untuk mengukur implementasi telah
dikemukan oleh para ahli.oleh karena itu variabel-variabel yang penulis gunakan untuk penelitian ini kiranya dapat mengukur pengimplementasian program
kemitraan dan bina lingkungan, adapun variabel-variabel yang penulis gunakan
adalah :
1. Standar dan sasaran kebijakan
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terstruktur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterprestasi
dan mudah menimbulkan konflik di antara para agen implementasi. Mengukur kerja implementasi kebijakan tentunya akan menegaskan standar dan sasaran
tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan, kinerja kebijakan pada dasarnya merupakan penilaian atas tingkat ketercapaian standar dan sasaran
tersebut. 2.
Sumber daya Resources Sumber daya Manusia SDM yang tidak memadai Jumlah dan kemampuan
berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna karena mereka tidak bias melakukan pengawasan dengan baik. Keberhasilan proses implementasi
Universitas Sumatera Utara
kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sumber daya menunjukkan setiap kebijakan harus didukung oleh sumber
daya yang memadai, baik sumber daya manusia, fasilitas, dan financial. Ketersediaan sumber daya mempengaruhi efektifitas implementasi suatu program
kebijakan. 3.
Komunikasi Dalam menjalankan implementasi kebijakan yang efektif haruslah adanya
komunikasi yang baik, akurat dan mudah dimengerti agar mereka yang melaksanakan keputusan mengetahui apa yang harus mereka lakukan.
Komunikasi diperlukan supaya tercipta konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan sehingga implementor mengetahui secara tepat ukuran maupun
tujuan kebijakan itu. Komunikasi adalah dalam hal bagaimana kebijakan dikomunikasikan kepada publik untuk memperoleh respon dari pihak-pihak yang
terlibat.Komunikasi antar organisasi juga menunjuk adanya tuntutan saling dukung antar institusi yang berkaitan dengan program atau kebijakan.
Implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. koordinasi adalah praktik dari pelaksanaan kekuasaan dan kejasama
antarpihak yang mempunyai kewenangan. Jenis manfaat yang dihasilkan, implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain agar
tujuan kebijakan dapat tercapai. 4.
Struktur birokrasi Struktur birokrasi yang mengimplementasikan kebijakan menjadi pengaruh yang
signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari orginasasi adalah adanya prosedur operasi yang standar Standard
Universitas Sumatera Utara
Operational Procedures atau SOP. SOP menjadi pedoman bagi setiap implementasi dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan
cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas
organisasi tidak fleksibel. 5.
Disposisi atau sikap Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti
komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi dengan baik, maka ia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik
seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sifat atau perspektif yang sama dengan pembuat kebijakan, maka proses
implementasi kebijakan juga menjadi efektif. Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni:
Kebijakan –kebijakan yang dibuat beradasarkan kepentingan pemerintah untuk melakukan pembangunan berkelanjutan salah satunya yaitu aspek ekonomi.
Maka pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mengatur bahwa perusahaan- perusahan yang ada di Indonesia wajib melaksanakan kegiatan yang memiliki
pengaruh positif terhadap masyarakat dan hal tersebut dijadikan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat sekitar perusahaan baik lingkungan
ekonomi, sosial, dan lainnya. Maka konsep tersebut dikenal dengan nama CSR corporate social responsibility adalah konsep yang mengahrapkan bahwa
perusahaan itu tidak hanya sekedar mencari keutungan semata melainkan memberikan alternatif dalam pemberdayaan masyarakat miskin sekitar lokasi
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Hal ini diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang perusahaan terbatas. Menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbbatas menyatakan
bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan
kualitas kehidupan dan ligkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Dengan demikian
penulis menyertakan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian serta manfaat dari CSR.
II.2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan II.2.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan