65
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada proses pembentukan kata melalui sufiks –in, -jin, -ka, -kou, -nin, -sei,
-sha, -shi, dan –shi hampir tidak mengalami perubahan kelas kata karena
gokan dari kata yang dibentuk oleh sufiks yang menyatakan „orang‟
tersebut kebanyakan merupakan kata benda sementara kata yang dibentuk juga merupakan kata benda.
2. Gokan yang dapat diikuti oleh sufiks –in, -jin, -ka, -kou, -nin, -sei, -sha, -
shi, dan –shi dapat berupa morfem bebas maupun morfem terikat.
3. Sufiks yang paling banyak digunakan secara umum adalah sufiks –sha,
sedangkan sufiks yang paling jarang digunakan adalah sufiks –kou.
4. Dalam penggunaannya, terdapat beberapa sufiks yang dapat bertumpang
tindih walaupun kata yang dibentuk oleh sufiks yang berbeda dengan gokan yang sama memiliki makna yang berbeda-beda.
5. Sufiks –in, -ka, -kou, -shi, dan –shi cenderung mengarah pada pelaku dari
suatu pekerjaan ataupun keahlian sementara pada sufiks –jin, -nin, dan –
sha lebih banyak mengacu kepada pelaku dari suatu kegiatan. Sufiks –sei
sebagian besar mengacu kepada objek pelaku yang sedang mempelajari suatu hal.
Universitas Sumatera Utara
66
4.2 Saran
1. Dalam bahasa Jepang, batas antara penggunaan sufiks sukar dibedakan,
untuk menghindari kesalahan penggunaan kosa kata dalam bahasa Jepang ada baiknya mempelajari atau memeriksa dahulu kosa kata yang akan
digunakan apakah sesuai dengan kaedah dan memiliki makna yang tidak rancu.
2. Sebaiknya lebih banyak lagi digunakan contoh pemakaian yang
menunjukkan kata ganti orang dalam perkuliahan untuk menghindari kesalahan berbahasa Jepang.
Universitas Sumatera Utara
24
BAB II MORFOLOGI, MORFEM, PROSES MORFEMIS, DAN AFIKSASI
2.1 Morfologi
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti „bentuk‟ dan kata logi yang berarti „ilmu‟. Jadi secara harfiah kata morfologi
berarti „ilmu mengenai bentuk‟. Chaer, 2008:3
Haryanta 2012:172 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, baik
fungsi gramatik maupun fungsi semantik. J.W.M.Verhaar mengatakan morfologi adalah bidang linguistik yang
mempelajari susunan bagian kata-kata secara gramatikal, karena setiap kata dapat dibagi atas segmen yang terkecil yang disebut fonem tetapi tidak harus berupa
morfem. 2008:97 L. Bloomfield dalam Muchtar, 2008:2 menulis sebagai berikut, “By the
morphology of a language we mean the constructions in which bound forms appear among the constituents
.” Selanjutnya dikatakan, “By definition, the resultants forms are either bound forms or words, but never phrases.
”
H.A. Gleason membagi juga tata bahasa grammar atas morfologi dan sintaksis. Lalu mengenai morfologi ia berkata, “......: morphology the description
Universitas Sumatera Utara
25
of the more intimate combinations of morphemes, roughly what are familiarly called ‘words’;.....”
E.A. Nido berkata pula, ”Morphology is the study of morphemes and their arrangements informing words
”.
Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut keitairon 形 態 論
. Keitairon merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji tentang kata dan
proses pembentukannya. Objek yang dikajinya yaitu tentang kata 語
go atau 単
語 tango dan morfem
形態素 keitaiso. Sutedi, 2008:42
Koizumi 1984:96 menyatakan bahwa 形態論
語形 文責
中心 形 態 素
扱 う 部 門 あ
意 味 担 う 最
単 語 分
”Keitairon dewa, gokei no bunseki ga chuusin to naru. Keitaiso o atsukau bumon de atte imi o ninau saishoutango ni wakerareru.” Keitaironmorfologi
adalah ilmu bahasa yang mempelajari bentuk kata yang dapat dibagi lagi menjadi kata-kata yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa morfologi ialah ilmu yang membicarakan konstruksi kata; dalam morfologi dibicarakan
bagaimana kata dibentuk dari bagian-bagiannya yang oleh Verhaar disebutnya konstituen yang sifatnya gramatikal. Bahwa hasil paduan bagian-bagian itu selalu
membentuk kata; dan bukan frase. Pembicaraan mengenai morfologi tidak boleh keluar dari batas kata.
Universitas Sumatera Utara
26
2.2 Morfem