8
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan untuk saling berinteraksi dan saling bertukar informasi dengan manusia lainnya. Dalam hal ini, keberadaan
suatu bahasa diperlukan sebagai alatnya, karena bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia. Dengan bahasa, manusia dapat menyampaikan ide, pikiran,
perasaan, berita dan hal-hal yang lain kepada orang lain Sudjianto, 2004:54. Mempelajari bahasa bukan hanya sekedar untuk dapat berbicara dengan
menggunakan suatu bahasa dengan lancar, tetapi kita juga mempelajari aspek- aspek kebahasaan yang terdapat di dalamnya.
Namun dalam penggunaan bahasa tidak lepas dari kaidah dan aturan dalam penggunaan bahasa tersebut. Bahasa Jepang memiliki karakteristik yang berbeda
dengan bahasa Indonesia maupun dengan bahasa lainnya, baik itu huruf, kosakata, partikel, maupun struktur kalimat. Hal ini tentunya menjadi kesulitan tersendiri
bagi para pembelajar bahasa Jepang dan berdampak pada kesalahan berbahasa. Haryanta 2012: 28 menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi
yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.
Bahasa merupakan kumpulan bunyi, bentuk, dan maksud. Bunyi dalam bahasa dikaji pada fonologi, bentuk dikaji dalam morfologi dan sintaksis, maksud
dikaji dalam semantik.
Universitas Sumatera Utara
9
Ilmu yang mempelajari bahasa disebut linguistik. Dalam linguistik, yang dikaji bisa berupa kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada
bagaimana bahasa diperoleh, serta bagaimana sosio-kultural yang memengaruhi masyarakat pengguna bahasa tersebut. Dengan adanya berbagai hal tersebut, maka
lahirlah berbagai cabang linguistik sebagai suatu ilmu yang bisa dipelajari, seperti: fonetik , fonologi , morfologi , sintaksis , semantik , pragmatik ,
sosioloinguistik dan yang lainnya. Sutedi, 2003:6 Cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal disebut Morfologi Verhaar, 2001:97. Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut keitairon. Keitairon merupakan cabang dari
linguistik yang menkaji tentang kata dan proses pembentukannya Sutedi, 2003:42.
Pembentukan kata dalam bahasa Jepang terdiri atas 3 proses, yaitu: 1.
Afiksasi setsuji 2.
Reduplikasi jufuku 3.
Komposisi fukugo Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk
dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur 1 dasar atau bentuk dasar, 2 afiks, dan 3 makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan
dapat pula bersifat derivatif Chaer, 2007:177. Reduplikasi ialah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara
keseluruhan, secara sebagian parsial, maupun dengan perubahan bunyi. Oleh karena itu, lazim dibedakan adanya reduplikasi penuh, seperti meja-meja dari
Universitas Sumatera Utara
10
dasar meja, reduplikasi sebagian seperti lelaki dari dasar laki, dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik dari dasar balik Chaer, 2007: 182-
183. Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan
morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.
Komposisi terdapat dalam banyak bahasa. Misalnya, lalu lintas, daya juang, dan rumah sakit dalam bahasa Indonesia; akhirulkalam, malaikalmaut, dan
hajarulaswad dalam bahasa Arab, dan blackboard, bluebird, dan greenhouse dalam bahasa Inggris Chaer, 2007: 185.
Dalam proses pembentukan kata, terdapat proses pengimbuhan kata dalam bahasa Jepang yang disebut setsuji yang memegang peranan penting. Setsuji
menurut Matsuka Takahashi dan Takubo Yukinori 1995:62 yaitu adalah suatu unsur yang menyusun kata kata jadian, yang merupakan tambahan pada kata
dasar jadian kata dasar yang berdiri sendiri. Kata yang berada di depan kata dasar disebut settougo prefiks awalan dan yang berada di belakang kata dasar
disebut setsubigo sufiks akhiran. Sedangkan menurut Tokieda Saki 1995:583 pengertian setsuji adalah kata yang tidak digunakan sebagai kata tunggal yang
berdiri sendiri, biasanya digabungkan dengan kata lain dan dilafalkan dalam suatu kesatuan, yang ditambahkan pada suatu susunan kata baru.
Setsuji adalah salah satu unsur susunan kata. Biasanya ditambahkan pada kata lain kata dasar goki, tidak berdiri sendiri serta unsur yang membentuk satu kata
dengan diucapkan pada sambungannya. Tambahan lagi menurut Iori dkk
Universitas Sumatera Utara
11
2000:396 setsuji adalah kata atau bagian yang membentuk inti kata yang melekat pada kata dasar goki dan marupakan bentuk yang menyatakan arti
secara tata bahasa dan lain-lain, serta menunjukkan kata yang tidak berdiri sendiri. Afiksasi setsuji terbagi atas prefiks settouji, sufiks setsubiji dan infiks
secchuji. Dalam bahasa Jepang afiksasi yang paling dominan adalah prefiks dan sufiks. Prefiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan atau yang dimbuhkan di depan
atau di awal kata. Misalnya: o-kyaku -
客 „tamu‟, go-kazoku -
家族 „keluarga‟, dan lain-lain. Sufiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan yang
diimbuhkan di sebelah kanan kata dalam proses yang disebut dengan sufiksasi, contoh dalam bahasa Jepang yaitu : Tanaka-san
中ー „Tuan Tanaka‟,
kihon-teki 基
本 -
的 „pada dasarnya‟ dan lain-lain. Koizumi 1993:95
menyatakan dalam bahasa Jepang infiks secara umum kurang terlihat, hanya ada beberapa infiks. Contoh infiks -e- pada kata: mi-e-ru
見 -
え -
„kelihatan‟. Dalam proses pembentukan kata akhiran yang menunjukkan „orang‟, dalam
sufiksasi bahasa Jepang memiliki beberapa akhiran, yaitu: -in 員
, -jin 人
, -ka 家
, - ko
工 , -nin
人 , -sei
生 , -sha
者 , -shi
士 , -shi
師 Vance, 2004: 59-123.
Di antara akhiran yang memiliki arti ‟orang‟ di atas, walau memiliki arti yang
sama, namun sebenarnya masing-masing akhiran tersebut memiliki persamaan tetapi berbeda kata yang mengikutinya. Apabila suatu nomina ditambahkan
dengan sufiks -jin belum tentu padanannya tepat walaupun -jin tersebut memiliki makna yaitu „orang‟ sehingga selalu terjadi kesalahan bagi pembelajar
bahasa Jepang untuk menentukan sufiks yang menyatakan „orang‟ dalam bahasa Jepang. Sufiks yang menyatakan „orang‟ dalam bahasa Jepang jumlahnya banyak
Universitas Sumatera Utara
12
sekali. Berdasarkan hal tersebut maka penulis akan mengadakan penelitian tentang akhiran
yang memiliki arti „orang‟ dalam kosa kata bahasa Jepang. Adapun akhiran yang akan dibahas oleh penulis adalah setsubigo -in
員 , -jin
人 , -
ka 家
, -ko 工
, -nin 人
, -sei 生
, -sha 者
, -shi 士
, -shi 師
.
1.2 Rumusan Masalah