Hotel Wisata Sumatera Utara

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2012. Jumlah Tamu pada Hotel Bintang di Provinsi Sumatera Utara 2012, (Online),

(http://sumut.bps.go.id/?opt=1&qw=tstasek&kd=2401, diakses 12 April 2016).

De Chiara, John, Joseph & Callender. 1973. Times Saver Standard For Building Type. New York: Mc Graw Hill Book Company.

D.K.Ching, Francis.1999. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya. Cetakan ke-7. Jakarta: Erlangga.

http://www.pemkomedan.go.id. Diakses tanggal 25 April 2016

Jimmy S. Juwana. 2004. Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta: Pernerbit Erlangga Kasarda, John D. 2008. Shopping in the Airport City and Aerotropolis, Research Review 15 (2): 50-56.

Kasarda, John D., dan Lindsay, Greg. 2011. Aerotropolis: The Way We’ll Live Next. New York: Farrar, Straus, and Giroux.

Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka. 2010.

Neufert, Ernst. 1997. Data Arsitek Jilid I Edisi 33, Terjemahan Sunarto Tjahjadi. Jakarta: PT. Erlangga.

RDTR Kecamatan Tanjung Morawa, Bappeda Kabupaten Deli Serdang, 2012. Schodek, Daniel L. 1999. Struktur, edisi kedua, terj. Ir. Bambang Suryoatmono, M.Sc., Ph.D. Jakarta : Erlangga.

Setyawarman, Adityo. 2009. Pola Sebaran dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Retail Modern (Studi Kasus Kota Surakarta). Tesis. Tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro.


(2)

www.wikipedia.org/pariwisata diakses pada tanggal 25 Juni 2016


(3)

BAB III

DESKRIPSI PROYEK 3.1 Terminologi Judul

Judul kasus yang diambil pada proyek Tugas Akhir ini adalah “Hotel Wisata Sumatera Utara” untuk memahami judul yang diambil, maka akan dibahas masing – masing kata yang membentuk judul tersebut.

Hotel. Menurut AHMA (American Hotel and Motel Association) hotel adalah sebuah bangunan yang dikelola secara komersial, dengan memberikan fasilitas penginapan untuk umum dengan fasilitas pelayanan pelayanan makan dan minum, pelayanan kamar, pelayanan barang bawaan, pelayanan penyucian pakaian, dan dapat menggunakan fasilitas perabotan, serta menikmati hiasan – hiasan yang ada di dalamnya.

Pengertian Hotel menurut SK Menparpostel No KM 34/HK103/MPPT87 menyebutkan hotel adalah “suatu jenis Akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minuman, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan didalam keputusan pemerintah”.

Wisata. Menurut Soetomo (1994:25) yang di dasarkan pada ketentuan WATA (World Association of Travel Agent = Perhimpunan Agen Perjalanan Sedunia), wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan di dalam kota dan acaranya antara lain melihat – lihat di berbagai tempat atau kota baik di dalam maupun di luar negeri.

Menurut undang – undang pemerintah nomor 10 tahun 2009 tentang

kepariwisataan “Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya


(4)

Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1°-4° Lintang Utara dan 98°-100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km². Sumatera Utara pada dasarnya dapat dibagi atas Pesisir Timur, Pegunungan Bukit Barisan, Pesisir Barat, dan Kepulauan Nias. Sumatera Utara merupakan provinsi multi etnis dengan suku Melayu, Batak,Dan Nias sebagai penduduk asli wilayah ini. Daerah pesisir Timur Sumatera Utara pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai Barat dari Barus hingga Natal banyak bermukim orang Minangkabau. Wilayah tengah sekitar Danau Toba bayak dihuni suku Batak yang sebagian besarnya beragama Kristen. Suku Nias berada di Kepulauan sebelah barat.

Berdasarkan pengertian di atas, maka Hotel Wisata Sumatera Utara adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minuman dan sebagian lain untuk mendapatkan informasi tentang kebudayaan Sumatera Utara yang berupa galeri budaya dan pusat oleh-oleh.

3.2. Lokasi

3.2.1. Kriteria Pemilihan Lokasi

Tabel 3.1 Pemilihan Lokasi Site

Kriteria Pemilihan Lokasi Kriteria Penilaian

1 2 3 4

Tinjauan terhadap struktur kota

(RDTRK)

Lahan sebaiknya berdekatan dengan pemukiman

(jauh – dekat)

Status kepemilikan

Sebaiknya lahan yang izin pembangunannya mudah

(sengketa – hak milik)

Pencapaian Mudah dicapai dari


(5)

kualanamu

Akses dari luar kota menuju kualanamu melewati site Site mudah dicapai

melalui jalan primer

Kemacetan (macet – lancar)

Lingkungan

Kepadatan penduduk (tinggi - rendah) Kebisingan sekitar (bising – sepi) Fasilitas umum

1. Mesjid 2. Minimart 3. Rumah makan 4. Terminal

(jauh – dekat)

Utilitas

Jaringan listrik masuk ke dalam site

(sulit – mudah) Jaringan air masuk ke

dalam site Drainase

View View ke dalam site (buruk – bagus) View keluar site


(6)

LOKASI 1

Gambar 3.1 Lokasi 1

Lokasi lahan : Pesimpangan Jalan Batang Kuis dan Jalan Medan Raya Luas lahan : 1,5 ha

Batas site : Utara = komplek perumahan ptpn 2 Timur = tamora golf club

Selatan = kantor ptpn 2


(7)

LOKASI 2

Gambar 3.2 Lokasi 2 Lokasi lahan : Jalan Raya Medan

Luas lahan : 1,5 ha

Batas site : Utara = tamora golf club Timur = sungai

Selatan = Jalan Medan Raya Barat = tamora golf club


(8)

LOKASI 3

Gambar 3.3 Lokasi 3

Lokasi lahan : Jalan Raya Medan Luas lahan : 1,5 ha

Batas site : Utara = Jalan Medan Raya Timur = masjid ubudiyah Selatan = permukiman penduduk Barat = ruko


(9)

3.2.2 Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi

Tabel 3.2 Penilaian Lokasi Site Kriteria

Penilaian Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Tinjauan terhadap struktur kota (RDTRK) Sekitar lahan merupakan pemukiman penduduk (4) Sekitar lahan merupakan pemukiman penduduk (4) Sekitar lahan merupakan pemukiman penduduk (4) Status kepemilikan Hak milik (4) Hak milik (4) Hak milik (4) Pencapaian Mudah dicapai dari luar kota

(4)

Mudah dicapai dari luar kota

(4)

Mudah dicapai dari luar kota

(4) Tingkat kemacetan rendah (4) Tingkat kemacetan sedang (3) Tingkat kemacetan rendah (4) Lingkungan Kepadatan penduduk tinggi (1) Kepadatan penduduk rendah (4) Kepadatan penduduk sedang (3) Tingkat kebisingan sangat tinggi (1) Tingkat kebisingan rendah (4) Tingkat kebisingan sedang (3) View Dekat dengan permukiman dan perkantoran (2) Dekat dengan perkebunan dan sungai (4) Dekat dengan perkantoran, permukiman dan masjid (3)


(10)

Utilitas

Jalur utilitas mudah dijangkau

(4)

Jalur utilitas mudah dijangkau

(4)

Jalur utilitas mudah dijangkau

(4)

Total nilai 24 31 29

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa lokasi site yang berpotensi untuk dibangunnya proyek adalah lokasi site nomor 2.

3.2.3 Deskripsi Kondisi Lokasi Terpilih

Gambar 3.4 Lokasi 4 Lokasi lahan : Jalan Raya Medan

Batas site : Utara = tamora golf club Timur = sungai

Selatan = Jalan Medan Raya Barat = tamora golf club Fungsi Lahan : Ruang Terbuka Hijau

GSB : 15 m

KDB : 80%

KLB : 1 – 2 Luas lahan : 1,5 Ha


(11)

3.3 Tinjauan Fungsi

Berikut ini akan diuraikan beberapa tinjauan fungsi seperti studi banding, pengguna, kegiatan, kebutuhan ruang, dan persyaratan ruang.

3.3.1 Studi Banding Proyek Sejenis

3.3.1.1 Golden Palace Hotel, Mataram, Lombok

Gambar 3.5 Golden Palace Hotel Lombok Sumber: www.google.com

Golden Palace Hotel Lombok mewujudkan kenyamanan bintang empat dan layanan kelas pertama dengan berlokasi di jantung kota Mataram . Terletak di pusat bisnis Mataram , distrik perbelanjaan , dan entertaintment . Golden Palace Hotel Lombok menawarkan tamu semua kemewahan dan kenyamanan , luangkan waktu untuk bersantai di gimnasium , infinity tepi kolam renang atau hanya membiarkan memanjakan terapis di spa kesehatan . Golden Palace Hotel Lombok memiliki lantai 12 dengan tiga lift tamu , tertutup dan teluk parkir aman , 198 kamar mewah dilengkapi dengan lima jenis kamar dan lima makanan & minuman stopkontak . Hotel ini tertinggi di Mataram Lombok memiliki Roof Top Garden yang terletak di atas bangunan menawarkan pemandangan menakjubkan dan skylounge dengan empat kamar karaoke di lantai 11.


(12)

Berikut adalah beberapa fasilitas yang terdapat di Hotel Golden Palace Lombok :

Tabel Fasilitas Kamar Hotel Golden Palace Lombok

No. Jenis Kamar Fasilitas Ukuran Gambar

1. Superior

-Kamar Tidur -Kamar Mandi -Teras

32

2. Deluxe

-Kamar Tidur -Kamar Mandi -Teras

50

3 Suite

-Kamar Tidur -Kamar Mandi -Teras

68

4 President Suite

-Kamar Tidur -Kamar Mandi -Ruang Tamu -Teras

-Dapur


(13)

Tabel Fasilitas Pendukung Hotel Golden Palace Lombok

No. Fasilitas Keterangan Gambar

1 Meeting Room -Conference & Meeting

- Ballroom

2 Sky Lounge

3 Rooftop Grden

4 SPA - Massage


(14)

5 Fitness Center

6 Karoke Room - Standar Room

- VIP Room

7 2 Restaurant  Cendrawasih Restaurant

 Merak Restaurant


(15)

3.3.1.2 UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta

Museum Sonobudoyo adalah museum sejarah dan kebudayaan Jawa, termasuk bangunan arsitektur klasik Jawa. Museum ini menyimpan koleksi mengenai budaya dan sejarah Jawa yang dianggap paling lengkap setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Selainkeramik pada zaman Neolitik dan patung perunggu dari abad ke-8, museum ini juga menyimpan beberapa macam bentuk wayang kulit, berbagai senjata kuno (termasuk keris), dantopeng Jawa.

Museum Sonobudoyo terdiri dari dua unit. Museum Sonobudoyo Unit I terletak di Jl. Trikora No. 6 Yogyakarta, sedangkan Unit II terdapat di Dalem Condrokiranan, Wijilan, di sebelah timur Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. Museum yang terletak di bagian utara Alun-alon Lor dari kraton Yogyakarta itu pada malam hari juga menampilkan pertunjukkan wayang kulit dalam bentuk penampilan aslinya (dengan menggunakan bahasa Jawa diiringi dengan musik gamelan Jawa). Pertunjukan wayang kulit ini disajikan secara ringkas dari jam 8:00-10:00 malam pada hari kerja untuk para turis asing maupun turis domestik.


(16)

Fasilitas UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta a. Pendopo

Bila pengunjung ingin memasuki Museum Sonobudoyo, terlebih dahulu akan melewati sebuah Pintu Gerbang yangg berbentuk Semar Tinandu, dan beratapkan model joglo. Di dinding bagian dalam gapura sisi Timur terdapat

Prasasti dengan Candra Sengkala “Kayu Winayang Ing Brahmana Budha”, yang

berarti Tahun 1886 (Tahun Jawa), atau 1935 Masehi, dimana Museum Sonobudoyo didirikan.

Gerbang dan Pendopo UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta

Interior Pendopo

UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta

Selanjutnya menuju ruang Pendopo yang berbentuk Limas Lambang Tumpang Sari, mirip bangunan Masjid Kanoman Cirebon.Fungsi pendopo adalah sebagai tempat untuk menerima pengunjung dalam jumlah banyak. Didalam ruang ini dipamerkan dua perangkat Gamelan, antara lain :Gamelan Kyai Mega Mendung, yang bernada Pelog dan slendro.berasal dari daerah Cirebon pada abad 19. Pada gamelan tersebut terdapat hiasan yang bermotifkan Mega Mendung.


(17)

Gamelan Kyai dan Nyai Ririrs Manis, Gaya Yogyakarta yang bernada Slendro dan Pelog.

b. Auditorium

Masyarakat pada umumnya telah mengenal adanya Museum Negeri Sonobudoyo dengan Benda Koleksi yang dipamerkan, akan tetapi belum kenal betul tentang aktifitas dan fasilitas yang ada dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, adapun nama ruang tersebut adalah Ruang Auditorium dan Ruang Serbaguna.Ruang Auditorium, terletak didalam kompleks Gedung Museum Sonobudoyo Unit I, Jl. Trikora No 6 Yogyakarta, dibagian sisi sebelah Barat. Gedung terdiri dua lantai, adapun pengunaannya adalah untuk menyelenggarakan kegiatan seperti Seminar, Sarasehan, Ceramah, Workshop, Rapat Kerja, dan lain sebagainya.

Kapasitas ruang : Lantai pertama 75 orang Lantai dua 100 orang

Sarana yang tersedia dalam ruang : AC, Sound System, Kursi kuliah, dan Meja Seminar.Ruang Serbaguna, terletak Di Museum Negeri Sonobudoyo Unit II, Jl. Mijilan No I , Dalem Condrokiranan Yogyakarta (Sebelah Tenggara Museum Negeri Sonobudoyo Unit I). Pengunaan ruang tersebut adalah untuk acara Upacara Pernikahan Gaya Yogyakarta, Seminar, Ceramah, Sarasehan, Rapat - Rapat dan lain sebagainya.Kapasitas Gedung : 500 OrangSarana yang tersedia : AC, Sound system, kursi lipat , meja seminar dan ruang untuk transit dengan kapasitas 15 Orang.

c. Laboratorium Konservasi

Pada Tahun 1975 Ruang Laboratorium Konservasi Museum Negeri Sonobudoyo telah selesai dibangun, adapun fungsi ruang tersebut adalah untuk mengantisipasi semua benda koleksi museum yang segera untuk mendapat penanganan pengamanan secara rutin. Kegiatan ini sesuia dengan tugas pokok dari museum, yaitu, mengumpulkan, memelihara, merawat dan mengawetkan benda


(18)

koleksi, sehingga keselematan benda koleksi tersebut akan lebih terjamin keamanannya dari kerusakan yang diakibatkan karena faktor iklim maupun usia. Beberapa peralatan telah dimiliki oleh laboratorium baik untuk analisa maupun melakukan treatment terhadap koleksi.

3.3.2 Deskripsi Penggunaan Dan Kegiatan

Berdasarkan deskripsi pengguna dan kegiatannya, pengguna bangunan galeri ini terdiri dari tiga kelompok besar, yaitu:

Pengunjung galeri

a. Pengunjung adalah warga yang berdomisili di kota Medan serta turis dalam dan luar negri

b. Kegiatan yang dilakukan pengunjung:

 Menonton pertunjukan atau melihat pameran

 Rekreasi

Diagram 3.1 Kegiatan Pengunjung  Pengelola galeri

Pengelola adalah kelompok pengguna yang mengendalikan kegiatan bangunan. Terdiri dari manager, staf (promosi, publikasi, reparasi koleksi museum, dsb).


(19)

Diagram 3.2 Kegiatan Pengelola

Pelayanan servis

Pelayanan servis adalah kelompok pengguna bangunan yang kegiatannya berhubungan dengan kebersihan bangunan, merawat fasilitas dan utilitas bangunan.


(20)

3.3.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang Dan Besaran Ruang

Tabel 3.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Zona Kelompok

Kegiatan

Unit

Kegiatan Pengguna

Jenis Kegiatan Kebutuhan Ruang Zona Ruang

Penerima Penerima

Pengunjung Menerima pengunjung Lobby penerima Publik Pengelola Memberikan informasi Menerima pengunjung Penjualan

tiket Ruang loket Menitip barang Ruang penitipan barang Kegiatan

utama Penginapan

Pengelola Menerima pesanan kamar Lobby hotel Semi publik Pengunjung Resepsionis Menginap Kamar

hotel Menggunaka n fasilitas penginapan Gym Spa & sauna Restoran Kegiatan

penunjang Galeri Pengunjung

Melihat produk pameran Ruang pamer Publik Mengakses informasi Puang pamer cara


(21)

yang berkaitan dengan koleksi pembuatan kerajinan Mini

amphitheater Pengunjung

Menonton pertunjukkan Panggung Publik Area duduk Pusat oleh-oleh Penyewa retail

Menjual oleh

– oleh kerajinan dan

makanan khas

retail

Membeli oleh

– oleh kerajinan dan makanan khas retail Pelayanan / Utilitas Pelayanan

umum Staff

Bongkar muat barang Loading dock Servis Ruang penyimpanan alat Gudang Menyimpan barang karyawan Loker karyawan Pelayanan

teknis Staff

Memantau keamanan R. keamanan Servis Perlengkapan

servis Janitor Genset R. genset


(22)

R. pengatur

udara R. chiller Mekanikal

elektrikal R. AHU Penampunga

n air Reservoir Transportasi

vertikal barang

Lift

3.4 Elaborasi Tema

Tema yang akan dipakai di dalam perancangan pusat oleh – oleh dan kebudayaan Sumater Utara ini adalah tema arsitektur Neo-Vernakular.

3.4.1 Studi Banding Proyek dengan Tema Sejenis 3.4.1.1 Mesjid Kudus

Sejarah Singkat Masjid Kudus Jawa Tengah

Masjid ini didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. Hal ini dapat diketahui dari inskripsi (prasasti) pada batu yang lebarnya 30 cm dan panjang 46 cm yang terletak pada mihrab masjid yang ditulis dalam bahasa Arab.

Bagian-bagian masjid kudus

Masjid Menara Kudus ini memiliki 5 buah pintu sebelah kanan, dan 5 buah pintu sebelah kiri. Jendelanya semuanya ada 4 buah. Pintu besar terdiri dari 5 buah, dan tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayu jati ada 8 buah. Namun masjid ini tidak sesuai aslinya, lebih besar dari semula karena pada tahun 1918-an telah direnovasi. Di dalamnya terdapat kolam masjid, kolam yang merupakan "padasan" tersebut merupakan peninggalan kuna dan dijadikan sebagai tempat wudhu.


(23)

Di dalam masjid terdapat 2 buah bendera, yang terletak di kanan dan kiri tempatkhatib membaca khutbah. Di serambi depan masjid terdapat sebuah pintu gapura, yang biasa disebut oleh penduduk sebagai "Lawang Kembar".

Gambar 3.13 Penyanggah kubah masjid kudus

Di komplek Masjid juga terdapat pancuran untuk wudhu yang berjumlah delapan buah. Di atas pancuran itu diletakkan arca. Jumlah delapan pancuran, konon mengadaptasi keyakinan Buddha, yakni ‘Delapan Jalan Kebenaran’ atau Asta Sanghika Marga.

Masjid kudus di Jawa Tengah ini memiliki menara yang merupakan bangunan kuno hasil dari akulturasi antara kebudayan islam dan hindu di jawa , menara ini memiliki ketinggian sekitar 18meter yang dihiasi denga piring-piring bergambar sebanyak 32 buah, yang dua puluh berwarna biru berlukisa masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma dan yang 12 lainnya berwarna merah putih bergambar kembang, tidak hanya itu sobat bisa menyaksikan tangga yang dibuat dari kayu jati yang dibangun pada tahun 1895M, selain menara, Masjid Kudus ini terdapat makam yaitu makam sunan kudus dan para ahli warisnya dan tokoh islam lainnya.


(24)

Gambar 3.14 makam sunan kudus jawa tengah

Gambar 3.15para peziarah di makam sunan kudus

Makam sunan sunan kudus ini berada di belakang menara kudus yang selalu ramai dikunjungi para peziarah yang ingin mendoakan dan membaca tahlilan untuk kanjeng sunan kudus, di makam sunan kudus ini juga ada tradisi yang dilakuka pada setiap tanggal 10 muharram yang dikenal dengan bukak luwur atau mengganti kain selambu makam, pada saat itulah puncak keramaian di masjid menara kudus ini.


(25)

3.4.2 Pengertian Arsitektur Neo Vernakular

Arsitektur neo-vernakular, tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain.

Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material dan adat istiadat. (Leon Krier).

Neo berasal dari bahasa yunani dan digunakan sebagai fonim yang berarti baru. Jadi neo-vernacular berarti bahasa setempat yang di ucapkan dengan cara baru, arsitektur neo-vernacular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosopi, tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mangalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat.

Arsitektur Neo-Vernacular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernacular merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan.

“Pada intinya arsitektur Neo-Vernacular merupakan perpaduan antara

bangunan modern dengan bangunan bata pada abad 19”

Batu-bata dalam kutipan diatas ditujukan pada pengertian elemen-elemen arsitektur lokal, baik budaya masyarakat maupun bahan-bahan material lokal.

Aliran Arsitektur Neo-Vernacular sangat mudah dikenal dan memiliki kelengkapan berikut ini : hampir selalu beratap bubungan, detrail terpotong, banyak keindahan dan bata-bata.


(26)

Arsitektur neo-vernakular, banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat modern namun dalam penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah setempat yang dikemas dalam bentuk yang modern. Arsitektur neo-vernakular ini menunjukkan suatu bentuk yang modern tapi masih memiliki image daerah setempat walaupun material yang digunakan adalah bahan modern seperti kaca dan logam. Dalam arsitektur neo-vernakular, ide bentuk-bentuk diambil dari vernakular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk modern. 3.4.3 Ciri-Ciri Gaya Arsitektur Neo Vernakular

Dari pernyataan Charles Jencks dalam bukunya “Language of Post-Modern Architecture” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernacular sebagai berikut :

Selalu menggunakan atap bumbungan

Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang di ibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan.

Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal)

Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat.

Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal.

Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan.

Warna-warna yang kuat dan kontras.

Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernacular tidak ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lebih pada keduanya.


(27)

Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh Neo-Vernacular melalui trend akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.

 Pemakaian atap miring

 Batu bata sebagai elemen local  Susunan masa yang indah.

Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat.

Ciri-ciri :

a) Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen).

b) Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non-fisik yaitu budaya , pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.

c) Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mangutamakan penampilan visualnya). 3.4.4 Tinjauan Arsitektur Neo Vernakular

Pengertian vernakular arsitektur sering juga disamakan dengan arsitektur tradisional dan dapat diartikan bahwa secara konotatif kata tradisi dapat diartikan sebagai pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau pewaris budaya yang turun temurun dari generasi ke generasi. Arsitektur dan bangunan tradisional merupakan hasil seni budaya tradisional, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia budaya tradisional, yang mampu memberikan ikatan lahir batin.


(28)

Di dunia global, kata tradisional sering digunakan untuk membedakan

dengan modern. Di indonesia, sebutan yang berasal dari kata belanda “traditionell

Architecture”, pada waktu itu istilah ini diberikan untuk karya-karya arsitektur asli daerah di indonesia, salah satu alasannya adalah untuk membedakan jenis arsitektur yang timbul dan berkembang dan merupakan karakteristik suku-suku bangsa di indonesia dari jenis arsitektur yang tumbuh dan berkembang atas dasar pemikiran dan perkembangan arsitektur di Eropa, khususnya arsitektur kolonial Belanda. Kata tradisional berasal dari kata tradisi yang di indonesia sama artinya dengan adat, kata adat ini di adopsi dari bahasa Arab. Sehingga seringkali

bangunan tradisional disebut dengan “rumah adat”. Pada prinsipnya, baik di dunia

global dan indonesia, kata tradisional diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Selain itu istilah-istilah lain sering bersentuhan arti dan maknanya dengan vernakular arsitektur yaitu arsitektur rakyat (folk architecture), arsitektur lokal atau kontekstual (indigenous architecture) bahkan ada juga yang kemiripan dengan arsitektur alamiah (spontanous architecture). Secara garis arsitektur rakyat diartikan sebagai arsitektur yang menyimbolkan budaya suatu suku bangsa dengan beberapa atribut yang melekat dengannya. Sementara itu, arsitektur lokal atau kontekstual, adalah arsitektural yang beradaptasi dengan kondisi budaya, geografi, iklim dan lingkungan, dan arsitektur alamiah adalah arsitektur yang dibangun oleh satu masyarakat berdasarkan proses alamiah seperti kebutuhan dasar manusia.

Maka dapat dipahami bahwa pada dasarnya prinsip asrsitektur Neo-vernakular adalah melestarikan unsur-unsur lokal sehingga bentuk dan sistemnya terutama yang berkaitan dengan iklim setempat, seperti penghawaan, pencahayaan alamiah, antisipasi terhadap regionalisme yang merupakan aspek mendasar.


(29)

3.4.5 Interpretasi Tema

Beberapa prinsip-prinsip desain yang terdapat dalam arsitektur Neo-Vernakular secara terperinci, yaitu :

a) Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang.

b) Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.

c) Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim

d) Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur

e) Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan datang.

Prinsip arsitektur Neo-Vernakular yang dipakai dalam perancangan ini adalah prinsip desain hubungan langsung. Yaitu perancangan yang menggunakan prinsip desain yang mengadaptasi terhadap arsitektur setempat dan disesuaikan dengan nilai – nilai/fungsi dari bangunan adat/tradisional yang terdapat di Sumatera Utara.


(30)

BAB IV METODOLOGI

Dalam perancangan Taman Wisata Budaya Sumatera Utara ini terdapat kerangka kajian yang diuraikan dalam beberapa tahap antara lain :

4.1. Pencarian Ide / Gagasan

Tahapan kajian yang digunakan dalam pencarian ide Perancangan Taman Wisata Budaya Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

1. Pencarian ide / gagasan dari sebuah pemikiran tentang sebuah tempat penginapan yang memiliki fasilitas penunjang rekreatif maupun wisata dengan mengembangkan potensi alam daerah perancangan atau site berada

2. Pemantapan ide perancangan melalui penulusuran informasi dan data – data arsitektural maupun non – arsitektural dari berbagai pustaka dan media sebagai bahan perbandingan dalam pemecahan masalah.

3. Dari pengembangan ide rancangan yang diperoleh, kemudian akan dituangkan ke dalam analisa dan konsep.

4.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pembahasan yang dipakai dalam penyusunan laporan penelitian ini adalah metode deskriptif ,yaitu memaparkan data – data, menguraikan , menjelaskan, baik itu data primer maupun data sekunder berdasarkan fakta yang ada (aktual), lalu kemudian dianalisa unntuk menghasilkan suatu kesimpulan. Oleh karena itu untuk dapat melakukan perencanaan dan perancangan sebuah Taman Wisata Budaya Sumatera Utara ini, maka diperlukan data – data :

4.2.1. Data Primer

Data yang didapat secara langsung melalui survey lapangan atau observasi. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara :


(31)

1. Survey Lapangan dengan cara melakukan penganmatan langsung mengenai objek yang akan dituju seperti lokasi tapak perencanaan.

2. Dokumentasi adalah metode yang bertujuan untuk memperkuat dari metodedi atas yang merupakan data bersifat nyata dan memperjelas data – data yang akan digunakan dalama analisa.

4.2.2. Data Sekunder

Data yang didapat dari studi literature yang berhubungan dengan pembuatan konsep bangunan taman budaya. Studi Literatur, didapat dari buku – buku dan situs resmi yang berkaitan dengan taman wisata budaya dan literature lainnya yang mendukung.

4.2.3. Analisa dan Kesimpulan

Analisa data dilakukan secara kualitatif yaitu menganalisa terhadap aspek pelaku kegiatan, kebutuhan ruang, penataan ruang dan sirkulasi, kemudian dianalisa secara kuantitatif yaitu menganalisa terhadap kapasitas ruang dan besaran ruang serta pendekatan mengenai lokasi dan tapak. Adapun analisis yang dapat mempengaruhi perancangan Taman Wisata Budaya Sumatera Utara ini antara lain :

1. Analisa Tapak

Untuk tapak taman wisata budaya di kualanamu kabupaten Deli Serdang penentuan lokasi tapak disesuaikan dengan tata guna lahan yaitu kawasan ruang terbuka hijau.

2. Analisa Fungsi

Fungsi utama Hotel Wisata Sumatera Utara adalah sebagai wadah yang menyediakan layanan penginapan, peristirahatan dan rekreasi bagi wisatawan yang datang ke Sumatera Utara khususnya yang melalui pintu masuk Bandar Udara Kualanamu. Area hotel juga ditunjang dengan fungsi rekreasi wisata budaya yang menampilkan daya tarik wisata Sumatera Utara yang dikemas dalam Galeri Sumatera Utara dan juga dilengkapi dengan Pusat Oleh – Oleh yang


(32)

memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk membawa buah tangan ke tempat asalnya.

3. Analisa Aktivas Penguna

Pelaku aktivitas pada Hotel Wisata Sumatera Utara dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu :

 Kelompok Pengelola  Kelompok Penyewa  Kelompok Pengunjung 4. Analisa Ruang

Dalam menyusun program ruang hotel digunakan data statistic perhotelan dan wisatawan untuk menentukan jumlah pengunjung dan kebutuhan kamar. Selain itu juga dilakukan studi banding terhadap bangunan hotel wisata yang mempunyai kesamaan tema dan fungsi untuk membantu dalam penentuan fasilitas dan ruang yang dibutuhkan pada hotel.Sama halnya dengan taman budaya dan pusat oleh – oleh.

5. Analisa Struktur

Persyaratan struktur meliputi struktur pondasi, struktur badan bangunan dan struktur atap dengan pertimbangan fungsi ruang, keamanan, keawetan, kekokohan, dan estetika bangunan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan.

Kesimpulan adalah proses penggabungan dari hasil analisis yang menghasilkan sebuah konsep, yang nantinya akan menjadi pedoman di dalam perancangan.


(33)

(34)

BAB V ANALISA 5.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan 5.1.1 Lokasi

Lokasi site terletak di Kabupaten Deli Sedang, tepatnya di simpang Jl. Batangkuis dan Jl. Medan – Lubuk Pakam, Kelurahan Buntu Bedimbar, Kecamatan Tanjung Morawa, Provinsi Sumatera Utara.

Gambar 5.1 Peta Lokasi Site Sumber : https://www.google.com/earth/


(35)

Lokasi berada di Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini berada di LubukPakam.

Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 33 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan.

Bandar udara baru untuk kota Medan yang menggantikan Polonia, Bandara Kuala Namu, terletak di kabupaten ini.

5.1.2. Kondisi dan Potensi Lahan  DESKRIPSI PROYEK

Gambar 5.2 Deskripsi Site (1)


(36)

Gambar 5.3 Deskripsi Site (2)

 ANALISA SIRKULASI


(37)

Gambar 5.5 Analisa Sirkulasi (2)  ANALISA VIEW

Gambar 5.6 Analisa View


(38)

 ANALISA KEBISINGAN

Gambar 5.7 Analisa Kebisingan

 ANALISA IKLIM


(39)

 ANALISA UTILITAS DAN VEGETASI

Gambar 5.9 Analisa Utilitas dan Vegetasi

 ANALISA PENCAPAIAN


(40)

 KEISTIMEWAAN SITE / POTENSI

Gambar 5.11 Analisa Potensi Site 5.2 Analisa Fungsional

5.2.1 Analisa Pengunjung

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, jumlah tamu pada hotel bintang di Sumatera Utara pada tahun 2009 – 2014 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Jumlah Tamu pada Hotel Bintang di Provinsi Sumatera Utara, 2013 -2014

Deli Serdang

Tamu pada Hotel Bintang (Jiwa)

2009 2010 2011 2012 2013 2014

878.500 893.700 926.500 1.303.800 2.643.400 2.956.400 Sumber : BPS Sumatera Utara


(41)

Sedangkan Tingkat Penghunian Kamar Hotel dan Akomodasi Lainnya di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat di tabel yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara ini.

Tabel 5.2 Tingkat Penghunian Kamar Hotel dan Akomodasi Lainnya Tingkat Penghunian Kamar Hotel dan Akomodasi Lainnya Deli

Serdang

2009 2010 2011 2012 2013

45,31% 53,06% 52,06% 43,59% 37,80% Sumber : BPS Sumatera Utara

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa perkiraan jumlah tamu hotel yang datang ke Sumatera Utara dan menginap di hotel di Kabupaten Deli Serdang (pada tahun 2013) adalah sebesar 37,80% dari 2.643.400 jiwa adalah sebanyak 999.205 jiwa.

Serta lamanya waktu menginap tamu hotel di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat di tabel yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara ini.

Tabel 5.3 Rata – rata Lama Inap Tamu Hotel dan Akomodasi Lainnya (hari) Rata – rata Lama Inap Tamu Hotel dan Akomodasi Lainnya (Hari) Deli

Serdang

2009 2010 2011 2012 2013

1,37 1,24 1,38 1,23 1,01

Sumber : BPS Sumatera Utara

Menurut data dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa setiap tahunnya Sumatera Utara mengalami kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel berbintang. Dan setiap tahun rata – rata waktu menginap wisatawan juga semakin meningkat. Jumlah wisatawan yang diharapkan mengunjungi Hotel Wisata Sumatera Utara sebesar 20%. Dari perkiraan jumlah tamu hotel yang datang ke Sumatera Utara dan menginap di hotel di Kabupaten Deli Serdang (pada tahun 2013) yaitu 999.205 jiwa, maka perhitungannya : 20% x 999.205 = 199.841 wisatawan.


(42)

5.2.2 Analisa Kebutuhan Ruang, Program dan Besaran Ruang

Berdasarkan jumlah wisatawan yang diprediksi, maka jumlah kamar yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus :

Jumlah Kamar =

Keterangan :

P : Proyeksi jumlah wisatawan

l : Lama menginap (diprediksi 1 hari) 60% : Room occupancy rates

1,75 : Indeks jumlah orang per kamar 365 : Jumlah hari dalam 1 tahun Jumlah Kamar =

= 521 kamar

Dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, dapat diperoleh unit kamar hotel berbintang yang sudah tersedia di Kabupaten Deli Serdang dari tahun 2011-2013 adalah :

Tabel 5.4 Banyaknya Unit Akomodasi Tahun 2011 – 2013 Banyaknya Unit Akomodasi Kamar Hotel Deli

Serdang

Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5

- 221 - - -

Banyaknya Unit Akomodasi Kamar dan Tempat Tidur Hotel Berbintang dan Akomodasi Lainnya, 2011 – 2013

Sumber : BPS Sumatera Utara

Sampai tahun 2013, di Kabupaten Deli Serdang hotel berbintang hanya tersedia 221 unit kamar, sehingga untuk tahun mendatang, kekurangan kamar diprediksi sebanyak : 521 - 221 = 300 kamar. Hotel Wisata Sumatera Utara dirancang memiliki standarisasi ruang dan fasilitas hotel bintang 4.


(43)

Berdasarkan hasil analisa aktivitas, perhitungan yang mengacu pada data Badan Pusat Statistik tentang jumlah pengunjung, maka diperoleh kebutuhan ruang dan besaran ruang sebagai berikut.

Tabel 5.5 Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Kebutuhan

Ruang

Sub. Kebutuhan Ruang

Standart Sumber Kapasitas Luas

HOTEL Kamar Hotel Standart Room

Deluxe Room Suite Room

24 36 48 NAD NAD NAD 20 unit 12 unit 4 unit 480 432 192

Total luas kamar + sirkulasi (30%) = 1.435,2 Public

Restoran  Buffet R. Makan R. Saji Dapur Gudang

1,6 kursi 15% R. Makan 20% R. Makan 50% Dapur NAD NAD NAD NAD

100 org 160 24

40 20

Total luas restoran buffet + sirkulasi (30%) = 317,2  Coffee

Shop R. Duduk Dapur Gudang

1,2 / kursi 20% R. Duduk 50% Dapur NAD NAD NAD

100 org 120 24 12

Total luas coffee shop + sirkulasi (30%) = 202,8  Lounge &


(44)

R. Makan Bar Counter Dapur Gudang

1,5 / org 20% R. Makan 50% Gudang NAD NAD NAD

10 org 15 28 14

Total luas lounge & bar + sirkulasi (30%) = 240,5 Lobby  Entrance

Hall  Resepsionis  R. Informasi  Area Duduk  Area Lift  Bell Boy

 ATM Center  Money Changer  Toilet  Janitor

1 / org

1,2 / org 1,2 / org

1,2 / org

0,6 / org

1,6 / org

NAD NAD NAD NAD NAD NAD 50 org 3 org 3 org 20 org 5 org 50 3,6 3,6 24 64 3 6,4 9 20 4 Total luas lobby + sirkulasi (30%) = 254,8

Galeri Kantor

Administrasi Loket Informasi Musholla

Toilet

4-5 / org

1,2 / org

1,6 / org

NAD NAD NAD 4 org 3 org 4 org 20 20 3,6 20 20 Total luas area rekreasi + sirkulasi (30%) = 3228,68 Pusat

Oleh-oleh

 Informasi  R. Manager

1,2 / org 1,2 / org

NAD NAD 6 org 10 org 7,2 12


(45)

 R.

Karyawan  Toilet

1,6 / org NAD

20 org 10 org 2 org 2 org 6 org 200 30 100 90 9,6 Total luas Pusat Oleh-oleh + sirkulasi (30%) = 548,8 Fasilitas

Pendukung

 Fitness Center Area Gym Kasir & Adm. R. Mandi Toilet

1,75 / org 2 / org

NAD NAD 30 org 4 org 10 org 6 org 52,5 8 20 12

Total luas fitness center + sirkulasi (30%) = 120,25  Sauna & Spa

R. Sauna R. Spa R. Mandi

R. Ganti Pakaian Kasir

1 / org 6-8 /

bangku

0,8-1 / org

NAD NAD NAD 10 org 10 org 5 org 5 org 2 org 10 60 10 10 4 Total luas sauna & spa + sirkulasi (30%) = 122,2

Service Kantor

Pengelola

 R. General Manager  R. Asisten

GM  R. Tunggu  R. Rapat  HRD/  Manpower

14-18 / org

4-5 / org 1,6 / org 2,4 / org 4-5 / org

4-5 / org

NAD NAD NAD NAD NAD NAD 1 org 1 org 10 org 10 org 3 org 3 org 16 5 16 24 15 15


(46)

 Room Dept.  Front Office  Sales &

Marketing  Accounting  Food &

Beverages Dept.  Toilet  Pantry

4-5 / org 4-5 / org

4-5 / org 4-5 / org

NAD NAD NAD NAD 3 org 3 org 3 org 3 org 15 15 15 15 12 9

Total luas kantor pengelola + sirkulasi (30%) = 223,6 R.

Housekeeping/ Laundry

R. Cuci R. Pengering R. House

keeeping R. Linen

25 25 16

50

Total luas ruang housekeeping/laundry + sirkulasi (30%) = 150,8 Ruang ME R. Genset

R. Trafo & Shaft R. Chiller R. AHU R. CCTV R. Pompa

20 20 20 20 20 20

Total luas ruang me (termasuk sirkulasi + 30%) = 140 Total luas keseluruhan bangunan (termasuk sirkulasi + 30%) = 13.569,519


(47)

5.2.3 Analisa Fasilitas Parkir  Parkir Pengunjung

Berdasarkan prediksi diatas, jumlah pengunjung Hotel Wisata Sumatera Utara adalah 199.841 wisatawan. Dengan perhitungan jumlah kamar hotel yang

ada di “Hotel Wisata Sumatera Utara”, maka jumlah pengunjung adalah sebanyak

±500 wisatawan/hari.

Asumsi pembagian pengendara kendaraan adalah sebagai berikut : -Mengendarai sepeda motor : 50% (250 orang)

-Mengendarai mobil : 30% (150 orang) -Kendaraan umum/bus : 20% (100 orang) -Berjalan kaki : 10% (50 orang)

Dengan asumsi 1 mobil dapat memuat 4 orang, 1 sepeda motor dapat memuat 2 orang, dan 1 bus dapat memuat 20 orang, maka diperoleh :

-Jumlah sepeda motor yang parkir : 125 sepeda motor -Jumlah mobil yang parkir : 38 mobil

-Jumlah bus yang parkir : 5 bus

Berdasarkan standar yang diperoleh dari Neufert Data Arsitek, maka dapat diperoleh luasan parkir kendaraan pengunjung sebagai berikut :

-Parkir sepeda motor : 125 x 2 = 250 -Parkir mobil : 38 x 12,5 = 475 -Parkir bus : 5 x 20 = 100


(48)

 Parkir Pengelola

Jumlah seluruh pengelola “Hotel Wisata Sumatera Utara” adalah 75 orang. Dengan asumsi pembagian persentase pengendara kendaraan, maka :

- Pengelola dengan mobil : 25 orang - Pengelola dengan sepeda motor : 50 orang

Dengan asumsi 1 mobil memuat 1 orang dan 1 sepeda motor memuat 1 orang, berdasarkan Neufert Data Arsitek, maka diperoleh :

- Pengelola dengan mobil : 25 x 12,5 = 312,5 - Pengelola dengan sepeda motor : 50 x 2 = 100

Jadi luas lahan parkir untuk pengelola adalah : 412,5 .

Luas lahan parkir yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah 1.237,5 .

5.2.4 Analisa Bentuk

Pemilihan bentuk dasar bangunan dipertimbangkan terhadap faktor-faktor : 1. Kesesuaian bentuk site

2. Orientasi bangunan 3. Konstruksi bangunan 4. Efisiensi ruang 5. Ekonomi bangunan


(49)

Tabel 5.4 Analisa Bentuk Dasar Bangunan

Kriteria

Bentuk Dasar Bangunan

Kesesuaian

bentuk site Baik Baik Kurang baik

Orientasi bangunan

Baik, Orientasi jelas

Baik, Orientasi

ke segala arah Tidak jelas Efisiensi struktur

dan konstruksi bangunan

Lebih mudah Cukup sulit Mudah

Efisiensi ruang Efisien Kurang efisien Tidak efisien Ekonomi

bangunan Lebih hemat Hemat Tidak ekonomis Kesan yang ingin

dicapai Baik Baik Kurang baik

Tanggapan : Berdasarkan faktor-faktor di atas dan bentuk lahan, maka

bentuk pola dasar bangunan “Wisata Budaya Sumatera Utara" didominasi oleh kotak.

5.3 Analisa Teknologi 5.3.1 Struktur

Struktur bangunan terdiri dari:

a. Pondasi Bangunan (Sub Structure)

b. Badan dan atap bangunan (Upper Structure) a. Pondasi Bangunan (Sub Structure)

Dalam memilih pondasi yang sesuai untuk galeri, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:


(50)

1. Keadaan tanah pondasi

 Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah permukaan tanah, maka pondasinya yaitu pondasi telapak (spread foundation)

 Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10 meter dibawah permukaan tanah, maka dipakai pondasi tiang atau pondasi tiang apung (floating pile foundation) untuk memperbaiki kondisi tanah

 Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 meter dibawah permukaan tanah, maka dipakai pondasi tiang pancang (pile driven foundation) bila tidak terjadi penurunan

 Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 30 meter di bawah permukaan tanah, maka dipakai tiang baja atau tiang yang dicor ditempat

2. Batasan-batasan akibat konstruksi diatasnya, harus memperhatikan:  Kondisi beban

 Sifat dinamis bangunan

 Kegunaan dan kepentingan bangunan

3. Batasan-batasan dari sekelilingnya

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, khususnya bila ada di dalam kota, ada beberapa keadaan dimana diusahakan dengan cara apapun untuk memasukkan kondisi lingkungan ke dalam pertimbangan.


(51)

Tabel 5.5 Jenis Pondasi Jenis pondasi

dalam

Tanah keras

Bahan Keterangan

Pondasi tiang pancang

10m-40m Beton bertulang / baja komposit

Lapisan permukaan tanah atas labil / lunak Pondasi tiang

strauss

>15m Beton bertulang cor ditempat

Tanah mudah dibor

Pondasi tiang Franky

10m-40m Beton bertulang cor ditempat

Lubang dibuat dengan alat penumbuk

Pondasi tiang bor 10m-40m Beton bertulang cor ditempat

Besar lubang seluas penampang dasar Pondasi sumuran <4m Batu pecah / beton Sumur seluas pondasi

setempat

Pondasi terapung +/-15m Beton bertulang Berfungsi sebagai dinding basement

b. Badan dan Atap Bangunan (Upper Structure) 1. Struktur badan

Pemilihan struktur badan berdasarkan pertimbangan:  Dapat memenuhi kebutuhan fungsi bangunan

 Keuntungan struktur yang ekonomis, tahan gempa dan mudah dalam pelaksanaannya.

Berdasarkan criteria diatas, maka pada bangunan galeri ini menggunakan system struktur truss / space frame dengan konstruksi baja.

Keuntungan struktur ini:  Mudah pelaksanaan  Tahan gempa  Ekonomis

 Bukaan dan pembagian ruang yang lebih bebas karena dinding bukan sebagai struktur hanya pengisi.


(52)

5.3.2 Utilitas 5.3.2.1 Elektrikal

 Sumber arus dari PLN dan dari generator sebagai energi cadangan. Jika arus dari PLN padam, sebelum generator bekerja, digunakan satu daya bebas gangguan Uninterupted Power Supply (UPS)

 Penempatan generator di basemen  Penempatan Shaft Elektrikal pada Core

Diagram 5.4 Elektrikal 5.3.2.2Plumbing

 Air Kotor

Sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota, air kotor harus melewati proses treatment terlebih dahulu


(53)

 Air Bersih

Sumber air bersih yang berasal dari PDAM, bila mengalami kerusakan, maka sumur bor akan digunakan sebagai sumber air cadangan

Diagram 5.6 Plumbing Air Bersih  Air Buangan

Sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota, air buangan harus terlebih dahulu melalui proses treatment.


(54)

5.3.3 Sistem Pencahayaan  Pencahayaan alami

Dengan pemanfaatan sinar matahari sebagai pencahayaan alami pada ruang-ruang yang memungkinkan diberi bukaan jendela

 Pencahayaan buatan

Untuk ruang-ruang yang tertutup dan juga pada ruang-ruang tertentu yang bertujuan untuk menimbulkan suasana ruangan seperti lampu sorot (spot light)

Tabel 5.6 Perbandingan Cahaya Alami dan Buatan

Pencahayaan alami Pencahayaan buatan

- Biaya murah

- Pengaturan intensitas cahaya sulit

- Bergantung terhadap iklim dan cuaca

- Baik digunakan untuk ruangan dengan dimensi yang besar (hall atau area public)

- Biaya lebih mahal

- Intensitas cahaya dapat diatur - Sudut pencahayaan dapat dikontrol

- Baik digunakan untuk ruang-ruang khusus dan ruang-ruang dengan dimensi kecil

5.3.4 Sistem Pengkondisian Udara

Diagram 5.8 Sistem Udara Keterangan: Udara dingin


(55)

Tabel 5.7 Perbandingan Penghawaan Alami dan Buatan

Penghawaan Alami Penghawaan Buatan Keuntungan - Biaya lebih murah

- Dapat dimodifikasi untuk membentuk estetis bangunan

- Dapat merata disetiap ruangan - Tingkat kelembaban

dan suhu dapat dikontrol

- Udara yang dialirkan dapat dibersihkan Kerugian - Kenyamanan yang

tercipta tidak dapat dikontrol

- Tidak dapat merata disetiap ruang - Bergantung terhadap

iklim terhadap

- Biaya lebih mahal - Dibutuhkan ruang yang besar sebagai tempat peletakan peralatan

penghawaan - Membutuhkan

bantuan energi

Kenyamanan thermal secara alami dapat diperoleh dengan cara: - Penggunaan sun screen dan shading

- Penggunaan kaca reflektif - Penggunaan system kaca ganda - Penggunaan air pendingin

- Penggunaan blower (roof fan) untuk mempercepat aliran udara Kenyamanan thermal secara buatan dapat diperoleh dengan cara:

- Penghawaan system AC Central


(56)

BAB VI

KONSEP PERANCANGAN

Pada bab ini diuraikan mengenai hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah, serta membahas konsep dasar, perancangan tapak, struktur dan utilitas bangunan.

6.1 Konsep Dasar

Konsep dasar perancangan “Hotel Wisata Sumatera Utara” ini menginterpretasikan penerapan arsitektur neo – vernakular yang memadukan arsitektur tradisional Batak Karo dan Batak Simalungun yang dikemas dengan nuansa modern, di mana diterapkan/ditransformasikan elemen-elemen fisik tetapi juga elemen non fisik seperti nilai-nilai budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi, dan lain-lain ke dalam bentuk bangunan dan rancangan tapak. Sehingga tetap dapat melestarikan unsur-unsur budaya lokal dengan lapisan modernisasi. Dari segi tampak hotel, dapat terlihat jelas penerapan arsitektur neo – vernakular, yaitu perpaduan gaya arsitektur tradisional dan modern. Jendela pada hotel menggunakan gaya arsitektur modern dengan struktur modern namun dengan tambahan ornamen tradisional rumah adat Suku Karo.


(57)

6.2 Konsep Perancangan Tapak 6.2.1 Sirkulasi Kenderaan

Jalur sirkulasi pengunjung dan penglola masuk melalui pintu masuk utama dan keluar melalui pintu keluar di sebelah barat site. Jalur loading dock dirancang mengitari site, masuk melalui pintu sebelah timur dan keluar melalui pintu sebelah barat.

Gambar 6.2 Konsep Sirkulasi Kenderaan 6.2.2 Parkir

Parkir pengunjung bangunan dibuat dekat dan berhubungan langsung dengan pintu masuk utama. Parkir bus dirancang tidak masuk melalui pintu gerbang dan dapat parkir menyamping di pinggir Jl. Raya Medan. Parkir loading dock terdapat di area private yaitu dibelakang bangunan.


(58)

Gambar 6.3 Konsep Zona Parkir 6.3 Konsep Perancangan Bangunan

Konsep pembagian daerah fungsi pada denah adalah sebagai berikut.


(59)

Gambar 6.5 Penzoningan Lantai 2


(60)

Gambar 6.7 Penzoningan Lantai 4 dan 5


(61)

Gambar 6.9 Penzoningan Lantai 8 6.4 Konsep Struktur Bangunan

Pada bangunan hotel, struktur yang digunakan adalah struktur rigid frame, yang memiliki kemampuan untuk menahan gaya pada arah vertikal dan horizontal dengan stabil. Dengan struktur ini, maka dapat disusun layout ruang-ruang dalam yang lebih efisien. Untuk pondasi, bangunan hotel menggunakan pondasi tiang pancang dengan bahan beton bertulang, sehingga dapat menahan beban bangunan dengan baik.


(62)

Gambar 6.11 Detail Pondasi Tiang Pancang Pada Core Bangunan 6.5 Konsep Utilitas Bangunan

6.5.1 Konsep Penyediaan Air Bersih

Sumber air bersih berasal dari PDAM, bila mengalami kerusakan maka sumur bor akan digunakan sebagai sumber air cadangan.

Diagram 6.1 Sistem Skematik Air Bersih 6.5.2 Konsep Pembuangan Air Kotor

Sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota, air buangan harus terlebih dahulu melalui proses treatment.


(63)

Diagram 6.2 Sistem Skematik Air Kotor 6.5.3 Konsep Penanggulangan Kebakaran

Pencegahan kebakaran berarti segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak terkendali, salah satunya adalah melalui sistem deteksi awal untuk mengaktifkan alarm peringatan. Sedangkan penanggulangannya adalah untuk memadamkan penyalaan api yang tidak terkendali tersebut, yaitu sistem pemadaman yang diaktifkan alarm. Sistem deteksi awal kebakaran, yaitu :

1. Alat deteksi asap (Smoke Detector)

Mempunyai kepekaan tinggi dan akan memberikan alarm bila terjadi asap di dalam ruang tempat alat itu dipasang.

2. Alat deteksi nyala api (Flame Detector)

Dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali dengan cara menangkap sinar ultra violet yang dipancarkan nyala api tersebut.

Sistem pemadaman kebakaran terbagi atas tiga bagian, yaitu : 1. Pencegahan

a. Deteksi asap b. Deteksi panas 2. Penanggulangan

a. Fire Hydrant : Melayani area seluas 500-800 2. b. Fire Extinguser : Melayani area selauas 200-250 2. c. Pilar Hydrant : Diletakkar diluar bangunan.

d. Sprinkler : Melayani area seluas 10-25 2/ sprinkler yang bekerja secara otomatis memadamkan api.


(64)

Diagram 6.3 Sistem Skematik Kebakaran 6.5.4 Konsep Sistem Elektrikal

1. Sumber arus dari PLN. 2. Generator Set (Genset)

Untuk kebutuhan listrik pada saat terjadi pemadaman listrik PLN seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Minimal genset ini dapat menyuplai listrik 50% dari listrik yang dibutuhkan yaitu mencakup tenaga listrik utama, seperti penerangan umum, AC, pompa dan lift.

3. UPS (Uninterupted Power Supply)

Merupakan baterai kering yang dapat menyuplai tenaga listrik sementara. UPS digunakan pada saat pemadaman listrik PLN dan kebakaran. UPS ini berguna untuk menyuplai listrik secara langsung pada bangunan khususnya pada fungsi yang sangat membutuhkan, seperti penerangan darurat, dan fan-fan pada saat kebakaran.


(65)

BAB VII

PERANCANGAN ARSITEKTUR 7.1 Sketsa Suasana

Dibawah ini merupakan suasana kawasan Tongging Lakeside Leisure Resort yang terdiri dari Perspektif Suasana (Gambar 7.1), Perspektif Suasana Parkir Bus (Gambar 7.2), Perspektif Suasana Bangunan Hotel (Gambar 7.3), Perspektif Suasana Entrance Bangunan (Gambar 7.4), Interior Galeri (Gambar 7.5), Perspektif Suasana Outdoor Foodcourt (Gambar 7.6).

Gambar 7.1 Perspektif Suasana


(66)

Gambar 7.3 Perspektif Suasana Bangunan Hotel


(67)

Gambar 7.5 Interior Galeri


(68)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pariwisata

2.1.1 Definisi Pariwisata

Pariwisata adalah “suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih yang diselenggarakan dalam jangka waktu yang pendek dari suatu tempat ke tempat yang lain, dengan maksud untuk bertamasya atau rekreasi”. Selain itu, dapat dikatakan bahwa orang yang melakukan perjalanan dalam berwisata akan memerlukan berbagai barang dan jasa sejak mereka pergi dari tempat asalnya sampai di tempat tujuan dan kembali lagi ke tempat asalnya. (sumber : www.wikipedia.com/pengertianpariwisata).

Munculnya produk barang dan jasa ini disebabkan adanya aktivitas rekreasi yang dilakukan oleh wisatawan yang jauh dari tempat tinggalnya. Dalam hal ini mereka membutuhkan pelayanan transportasi, akomodasi, catering, hiburan, dan pelayanan lainnya. Produk industri pariwisata adalah keseluruhan pelayananyang diterima oleh wisatawan, mulai meningggalkan tempat tinggalnya (asal wisatawan) sampai pada tujuan (daerah tujuan wisata) dan kembali lagi ke daerah asalnya. Pariwisata dikatakan sebagai industri, karena di dalamnya terdapat berbagai aktivitas yang bisa menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Akan tetapi, industri pariwisata tidak seperti pengertian industri pada umumnya, sehingga industri pariwisata disebut industri tanpa asap.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapatlah dikatakan bahwa industri pariwista adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan maupun traveller selama dalam perjalanannya.

2.1.2 Definisi Potensi Pariwisata

Pariwisata yang berpotensi adalah pariwisata yang mempunyai daya tarik yang dapat menarik minat masyarakat untuk mengunjungi tempat wisata tersebut.


(69)

Daya tarik tersebut dapat berupa keadaan alam sekitar tempat wisata maupun sarana prasarana yang ada yang dapat memberikan kenyamanan pada para pengunjung sehingga merasa betah berlama-lama di tempat wisata tersebut. Berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 2009 pengertian daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Menurut Undang-Undang tentang Kepariwisataan, daya tarik wisata merupakan salah satu usaha dalam kepariwisataan. Usaha pariwisata yang lain meliputi kawasan wisata; jasa transportasi; jasa perjalanan; jasa makanan dan minuman; penyediaan akomodasi penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; penyelenggaraan pertemuan, perjalanan intensity, konferensi, dan pameran; jasa informasi pariwisata; jasa konsultan pariwisata; jasa pramuwisata; wisata tirta; dan spa. Hal-hal tersebut merupakan komponen-komponen yang ada dalam usaha kepariwisataan. Setiap wisatawan berhak memperoleh informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata agar wisatawan lebih mengenali tempat wisata yang dikunjungi dan supaya tidak merasa kecewa karena sudah mengetahui keadaan yang sebenarnya. Selain itu wisatawan juga berhak mendapat pelayanan kepariwisataan sesuai standar seperti perlindungan hukum, perlindungan hak pribadi, pelayanan kesehatan, serta perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang beresiko tinggi.

Suatu pariwisata mempunyai faktor-faktor yang dapat membentuk daya tarik yang dapat membuat para pengunjung terarik untuk mengunjungi suatu tempat wisata. Faktor-faktor yang dapat membentuk daya tarik dalam suatu tempat wisata antara lain :

 Atraksi wisata, yaitu daya tarik wisata utama suatu obyek wisata yang mempengaruhi minat pengunjung untuk menikmatinya.

 Transportasi, yaitu sarana pencapaian ke tempat daerah tujuan wisata, hal ini berkaitan dengan kemudahan pencapaian dan tingkat aksesibilitas.

 Akomodasi, yaitu pendukung kegiatan periwisata yang bertujuan memenuhi kebutuhan wisatawan untuk mendapatkan kenyamanan dan kepuasan.


(70)

 Fasilitas penunjang, meliputi fasilitas umum seperti telepon umum, mushola/masjid, toilet, dan fasilitas lain.

 Prasarana, seperti penerangan, air bersih, dan lain-lain.

Dari uraian di atas diketahui bahwa terdapat faktor – faktor yang membuat suatu tempat wisata itu menjadi menarik. Faktor – faktor tersebut merupakan suatu potensi yang dapat menarik lebih banyak wisatawan untuk datang berkunjung ke tempat wisata. Salah satu faktor pembentuk daya tarik wisata adalah transportasi yang merupakan faktor utama dalam suatu pariwisata karena transportasi merupakan sarana untuk menuju tempat wisata tersebut. Bila sistem transportasinya bagus maka wisatawan akan merasa nyaman bila berwisata disana begitu pula dengan system akomodasi maupun sarana penunjang lain.

2.2 Tinjauan Budaya 2.2.1 Pengertian Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. (sumber : www.wikipedia.com/definisibudaya).

Pengertian kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya polapola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalan melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.2.2 Hubungan Antara Unsur-Unsur Komponen


(71)

a. Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)

Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:

- alat-alat produktif - senjata

- wadah

- alat-alat menyalakan api - makanan

- pakaian

- tempat berlindung dan perumahan - alat-alat transportasi

b. Sistem mata pencaharian

Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:

- Berburu dan meramu - Beternak

- Bercocok tanam di ladang - Menangkap ikan

c. Sistem kekerabatan dan organisasi sosial

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat


(72)

dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan.

Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.

Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.

Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

d. Bahasa

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secarakhusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.


(73)

e. Kesenian

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

f. Sistem Kepercayaan

Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.

g. Pernikahan

Agama sering kali mempengaruhi pernikahan dan perilaku seksual. Kebanyakan gereja Kristen memberikan pemberkatan kepada pasangan yang menikah; gereja biasanya memasukkan acara pengucapan janji pernikahan di hadapan tamu, sebagai bukti bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan mereka. Umat Kristen juga melihat hubungan antara Yesus Kristus dengan gerejanya.

Gereja Katolik Roma mempercayai bahwa sebuah perceraian adalah salah, dan orang yang bercerai tidak dapat dinikahkan kembali di gereja. Sementara Agama Islam memandang pernikahan sebagai suatu kewajiban. Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian, namun memperbolehkannya. h. Sistem ilmu dan pengetahuan

Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan


(74)

dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).

Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi: - pengetahuan tentang alam

- pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya

- pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah - laku sesama manusia

- pengetahuan tentang ruang dan waktu

2.2.3 Tinjauan seni dan budaya yang ada di Sumatera Utara

Sumatera Utara memiliki3 suku yang merupakan penduduk asli, antara lain :

Diagram 2.1 Suku di Sumatra Utara

Berdasarkan jenis budaya yang telah dipaparkan sebelumnya, maka berikut macam-macam kesenian dan kebudayaan berdasarkan bentuk perwujudannya :

Tabel 2.1 Macam seni dan budaya

Suku Rumah Adat Makanan Khas Kerajinan Busana Adat

Batak Karo

Siwaluh Jabu


(75)

Cimpa

Jong Labar

Cipera Manuk

Gule Kuta

Uis Teba

Batak Toba

Rumah Bolon

Arsik

Mie Gomak

Ulos Bittang Maratur

Ulos Napinunsaan

Ulos Parompa


(76)

Kue Lampet

Kue Goreng

Gadong Ulos Ragi Idup

Ulos Sadum

Ulos Sadum

Parompa

Ulos Tumtum

Ulos Pinarpusorani Pinar Lobu-Lobu


(77)

Batak Mandaili

ng

Bagas Godang

Itak Pohul

Rondang Joring

Ulos Sadum Ulos

Batak Simalung

un

Pinar Horbou

Dayok Nabinatur

Hinasumba

Ulos Bittang Maratur

Ulos Napinunsaan

Ulos

Batak Angkola

Bagas Godang

Holat Kain Tenun


(78)

Batak Pakpak

Sapo Mbelgah

Pelleng

Membayu Tikar

Kain Oles

Melayu

Rumah Kayu

Asidah

Roti Jala

Bolu Kemojo

Kerajinan Tekat

Siak Riau

Indragiri


(79)

Nias

Omo Sebua

Lehedalo Nifange

Gowi Nifufu

Gantungan

Etis Nehe

Oholu

2.3 Tinjauan Galeri 2.3.1 Pengertian Galeri Galeri adalah:

- Ruangan/ gedung tempat untuk memamerkan benda/ karya seni (Pusat Bahasa Departemen Nasional).

- Sebuah ruang kosong yang digunakan untuk pameran kesenian (www.wikipedia.com).

- Sebuah ruang yang digunakan untuk menyajikan hasil karya seni, sebuah area yang memajang aktifitas publik yang kadangkala digunakan untuk keperluan khusus (Dictionary of Architecture and Construction).

2.3.2 Bentuk Galeri

Bentuk galeri seni dapat di bagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:

1. Galeri yang merupakan bagian dari studio seorang pelukis/pematung atau seniman lainnya.Di dalam galeri ini hanya dipajang karya seniman itu sendiri. Galeri terletak dalam suatu ruangan atau terpisah dengan studionya. 2. Galeri yang merupakan bagian dari studio seniman di dalamnya juga


(80)

seperti ini banyak dilakukan oleh seniman-seniman Bali dan kegiatan ini sudah bersifat bisnis.

3. Galeri yang merupakan kegiatan dagang murni karena dikelola seorang yang bukan seniman aktif. Adakalanya pengelolaan itu bersifat pribadi, bahkan sering pula disertai kegiatan menyewa karya seni kepada orang-orang tertentu. Ada sementara pemilik galeri yang setelah kuat finansialnya, memilih karya seni tersebut untuk menjadi koleksi pribadinya, dengan harapan semoga di kemudian hari bisa menjadi museum khusus atau diserahkan pada pemerintah.

2.3.3 Jenis Galeri

Jenis galeri dalam hal ini adalah, sifat dari galeri yang lebih mengkhususkan diri dalam mengoleksi hasil kerajinan yang bersangkutan untuk dijual atau dipamerkan. Pada umumnya dilakukan oleh galeri yang sudah mengalami perkembangan /kemajuan dalam hal penyajian karya kerajinan. Seperti galeri yang mengkhususkan diri untuk mengoleksi karya kerajinan khas etnis dari daerah Sumatera Utara, dll.

2.3.4 Fungsi dan Peranan Galeri

Galeri memegang peranan besar di dalam menentukan perkembangan karya seni, khususnya seni kerajinan perunggu di masa yang akan datang untuk dipromosikan, dijual, dan diabadikan serta menyimpan karya seni tersebut.

Adapun fungsi dan peranan galeri adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tempat untuk pembelajaran kegiatan seni dan penelitian. 2. Sebagai tempat untuk melakukan pameran

3. Sebagai tempat rujukan orang ramai atau tempat untuk berekreasi.

Selain itu fungsi dan peranan galeri tersebut adalah untuk mendidik masyarakat supaya mereka lebih berminat dan prihatin kepada seni dan sebagai tempat untuk pusat latihan bagi penggiat seni dan budaya.


(81)

2.3.5 Penyajian Koleksi Galeri

Penyajian benda-benda koleksi dalam galeri memegang peranan penting, karena dengan cara ini koleksi dapat diinformasikan dan berkomunikasi dengan pengunjung, Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal penyajian koleksi, antara lain :

a. Teknik Penataan Pameran

Teknik ini dilaksanakan bila sudah memenuhi beberapa prinsip umum untuk penataan dan membuat suatu desain. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sistematika atau jalan cerita yang akan dipamerkan (story-line)

2. Tersedianya benda galeri atau koleksi yang akan menunjang jalannya cerita dalam pameran.

3. Teknik dan metode pameran yang akan dipakai dalam pameran. 4. Sarana dan prasarana yang akan dipakai, dana yang perlu disediakan. b. Metode Pameran

Dalam penyajian pameran dipergunakan tiga macam metode, yaitu (Rapini, Ni Nyoman, Tata Pameran Museum Negeri Propinsi Bali, 1995/1996, Bab III :17):

1. Metode penyajian Estetis, yaitu : cara penyajian benda-benda koleksi dengan memperhatikan segi keindahan dari benda-benda yang dipamerkan. Metode ini berlaku bagi benda-benda kebudayaan material atau benda-benda kesenian. 2. Metode penyajian Romantika, yaitu : cara penyajian benda-benda koleksi

disusun sehingga dapat mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan.

3. Metode penyajian Intelektual , yaitu : cara penyajian benda-benda koleksi disusun sehingga dapat mengungkapkan dan memberikan informasi ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan benda-benda yang dipamerkan.


(82)

Ada beberapa contoh tata ruang pameran: 1. Tata Ruang Acak

Ruang Pajangan merupakan hal yang penting pada suatu museum, dan dapat dirancang di dalam berbagai jalan. Di dalam suatu museum tradisional, pajangan sering dalam deretan ruang galeri , diatur secara acak.

2. Tata Ruang dengan Galeri Pengantar

Suatu alterntif pengaturan yang akan mengarahkan pengunjung dari pintu masuk suatu galeri pengantar, jalan/alur yang dibuat berisi suatu pajangan yang meringkas pokok dan tema dari museum. Sampai pada bagian terdalam museum yang memajang koleksi pokok dari museum. prinsip yang sama dapat diperluas lebih lanjut di dalam museum besar.

3. Pengelompokan Koleksi Khusus

Gedung yang baru dibangun khusus untuk memajang koleksi khusus yang ada. Bangunan tersebut dapat dibangun disekitar barang yang dipamerkan. Contoh: Tiang kapal laut, disediakan tempat/bangunan khusus sehingga terlihat ukuran/ketinggiannya dengan jelas.


(83)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri penting dan terbesar di dunia, banyak negara mulai menyadari pentingnya sektor pariwisata ini. Pada awal abad XXI, Joseph Pine II dan James H. Gilmore menyebutkan bahwa negara – negara industri telah mereposisi dari brand – based economy (ekonomi manufaktur berbasiskan produk – produk bermerek) menjadi experience economy (ekonomi berbasiskan pengalaman atau kesan). Data perekonomian Amerika Serikat menunjukkan bahwa pariwisata memberikan pengaruh kenaikan lapangan kerja sebesar 5,3%. Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata mempunyai peran besar dalam perekonomian. Kegiatan dalam sektor pariwisata mempunyai efek pengganda yang besar karena terkait dengan berbagai sektor dan kegiatan ekonomi lain, misalnya perhotelan, restoran, maupun sektor transportasi.

Pada 10 tahun terakhir ini, pertumbuhan pariwisata tertinggi di dunia berada di Asia Tenggara. Menurut Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sapta Nirwandar, kunjungan wisatawan ke ASEAN meningkat 12% menjadi 92,7 juta orang pada 2013 dan pertumbuhan sektor pariwisata ASEAN adalah 8,3% per tahun sementara pertumbuhan global hanya 3,6% (sumber : id.wikipedia.org /Pariwisata di Indonesia).

Di Indonesia, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa pada tahun 2009. Hal itu dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara selama tahun 2014 yang mencapai 9,44 juta kunjungan. Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 8,80 juta kunjungan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai pariwisata, sebelas provinsi di Indonesia yang paling sering dikunjungi oleh para turis adalah Bali, DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten, dan Sumatera Barat.


(84)

Sumatera Utara terdiri atas beberapa kabupaten/kota yang memiliki destinasi wisata dengan daya tarik yang mampu menarik wisatawan lokal maupun internasional bila dikelola dengan baik. Beberapa hal yang menjadi kendala baik bagi industri pariwisata dan wisatawan untuk melakukan perjalanan ke Sumatera Utara salah satunya adalah sarana dan prasarana. Potensi jumlah wisatawan Sumatera Utara naik per tahunnya, tetapi akibat sarana dan prasarana yang tidak memadai menjadi kendala bagi wisatawan dan akan berkurang jumlahnya dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan. Padahal Sumatera Utara mempunyai jumlah kedatangan wisatawan yang cukup besar dibandingkan dengan provinsi lainnya, yaitu sebanyak 197.818 kedatangan pada tahun 2015 melalui pintu masuk Bandar Udara Internasional Kualanamu.

Bandara Kualanamu merupakan bandara internasional terbesar kedua di indonesia setelah Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta. Bandara merupakan pendorong dan penunjang kegiatan industri, perdagangan dan pariwisata dalam menggerakan dinamika pembangunan nasional. Konsep pengembangan wilayah sekitar Bandara Kualanamu adalah menjadi kawasan aerotropolis. Adapun di dalam konsep aerotropolis, suatu bandara akan menjadi pusat kegiatan yang dikelilingi oleh berbagai fasilitas pendukung yang terletak di dalam pagar atau di luar pagar bandara seperti perkantoran, penginapan, area komersial, hiburan, pendidikan, layanan kesehatan berkelas, dan berbagai kawasan industri.

Berdasarkan latar belakang di atas diperlukan suatu sarana “one stop turism” yang berisikan fasilitas dan informasi tentang daya tarik wisata dan budaya Sumatera Utara agar wisatawan yang masuk melalui gerbang Bandara Kualanamu dapat merasakan “berwisata” ke daerah di Sumatera Utara dengan menghemat waktu karena semua fasilitas wisata dibangun dalam satu area dan dibangun di sekitar daerah Bandara Kualanamu.


(1)

4.2. Metode Pengumpulan Data………...………...…49

4.2.1. Data Primer ………...……...…..49

4.2.2. Data Sekunder ………...……..50

4.2.3. Analisa dan Kesimpulan ………...…...…...…..50

BAB V ANALISA 5.1. AnalisaKondisiTapakdanLingkungan ...………….…...…….53

5.1.1. Lokasi ...………..….53

5.1.2 Kondisidan Potensi Lahan .……….………..54

5.2 Analisa Fungsional ...………..……….59

5.2.1 Analisa Pengunjung ...………..59

5.2.2 Analisa Kebutuhan Ruang, Program dan Besaran Ruang ....….61 5.2.3 Analisa Fasilitas Parkir ………...….66

5.2.4 Analisa Bentuk ………...………. 67

5.3 Analisa Teknologi ...………....68

5.3.1 Struktur ...……….………….68

5.3.2 Utilitas...………...…….…...71 5.3.2.1 Elektrikal ………...….. 71 5.3.2.2 Plumbing...71

5.3.3 Pencahayaan ………..…….…...…....…..…73

5.3.4 PengkondisianUdara ...………..73

BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar ……….………...…… 75

6.2 Konsep Perancangan Tapak...76

6.2.1 Sirkulasi Kenderaan...76


(2)

6.3 Konsep Perancangan Bangunan...77

6.4 Konsep Struktur Bangunan...80

6.5 Konsep Utilitas Bangunan...81

6.5.1 Konsep Penyediaan Air Bersih...81

6.5.2 Konsep Pembuangan Air Kotor...81

6.5.3 Konsep Penanggulangan Kebakaran...82

6.5.4 Konsep Sistem Elektrikal...83

BAB VII PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1 Sketsa Suasana...84

6.2 Gambar Kerja...87 DAFTAR PUSTAKA


(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Lokasi 1 ………...…… 32

Gambar 3.2 Lokasi 2 ……….…………...…. 33

Gambar 3.3 Lokasi 3 ………. 34

Gambar 3.4 Lokasi 4 ……….…… 36

Gambar 3.5 Golden Palace Hotel Lombok ………...……… 37

Gambar 3.6 Superior Room ……….………...…… 38

Gambar 3.7 Deluxe Room ………... 38

Gambar 3.8 Suite Room ………..…... 38

Gambar 3.9 President Suite Room ………..………... 38

Gambar 3.10 Meeting Room ………...…… 39

Gambar 3.11 Ballroom ………... 39

Gambar 3.12 Sky Lounge ………..……... 39

Gambar 3.13 Rooftop Garden ………...…….. 39

Gambar 3.14 Spa Room ………...…… 40

Gambar 3.15 Sauna Room ………..……...……… 40

Gambar 3.16 Gym ………..………...…… 40

Gambar 3.17 Standar Karoke Room ………...……..……… 40

Gambar 3.18 VIP Karoke Room ………..……...……… 41

Gambar 3.19 Cendrawasih Restaurant ………...……… 41

Gambar 3.20 Merak Restaurant ………..…………...… 41

Gambar 3.21 Kolam Renang ………..…………...…. 41


(4)

Gambar 3.23 Gerbang dan Pendopo UPTD Museum Negeri Sonobudoyo

Yogyakarta...43

Gambar 3.24 UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta ………...… 43

Gambar 5.1 Peta Lokasi Site ………...…… 60

Gambar 5.2 Deskripsi Site (1) ………...……...….. 61

Gambar 5.3 Deskripsi Site (2) ………...….… 62 Gambar 5.4 Analisa Sirkulasi (1) ………...……... 62

Gambar 5.5 Analisa Sirkulasi (2) ………...…….. 63

Gambar 5.6 Analisa View ………... 63

Gambar 5.7 Analisa Kebisingan ………....…… 64

Gambar 5.8 Analisa Iklim ………...…. 64

Gambar 5.9 Analisa Utilitas dan Vegetasi ………... 65

Gambar 5.10 Analisa Pencapaian ………...…… 65


(5)

DAFTAR DIAGRAM dan TABEL

TABEL

Tabel 2,1 Macam Seni dan Budaya ………...………18

Tabel 3.1 Pemilihan Lokasi Site ………...……...31

Tabel 3.2 Penilaian Lokasi Site ………...…35

Tabel 3.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang ...……….….47

Tabel 3.4 Perbandingan arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo Vernakular...53

Tabel 5.1 Jumlah Tamu pada Hotel Bintang di Provinsi Sumatera Utara, 2013 -2014 ...…...61

Tabel 5.2 Tingkat Penghunian Kamar Hotel dan Akomodasi Lainnya………...…...…61

Tabel 5.3 Rata – rata Lama Inap Tamu Hotel dan Akomodasi Lainnya (hari)...………61

Tabel 5.4 Analisa Bentuk Dasar Bangunan ...69

Tabel 5.5 Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang ………...…....76

Tabel 5.6 Perbandingan Cahaya Alami dan Buatan ...…...79


(6)

DIAGRAM

Diagram 1.1 Kerangka Berpikir ...………...…….. 6

Diagram 2.1 Suku di Sumatra Utara ………...…..……. 18

Diagram 3.1 Kegiatan Pengunjung ……...………... 45

Diagram 3.2 Kegiatan Pengelola ………...….. 45

Diagram 3.3 Kegiatan Servis ………..…………... 46

Diagram 5.1 Elektrikal …...………...….………...…. 77

Diagram 5.2 Plumbing Air Kotor ………...………. 77

Diagram 5.3 Plumbing Air Bersih ………...…... 78

Diagram 5.4 Plumbing Air Buangan ………...………... 79