BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kantor Search and Rescue yang selanjutnya disebut Kantor SAR adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang pencarian dan pertolongan search and rescue yang
berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional. Kantor SAR Medan beralamat di Jalan Bunga Sedap Malam No 9 Medan.
Kantor SAR Medan mengadakan tugas siaga komunikasi dan siaga tim SAR, baik di Kantor Medan di Kapal dan di Pos SAR Tanjung Balai, Sibolga dan Nias. Jumlah
petugas siaga Komunikasi 2 orang setiap shift dan petugas siaga tim SAR 5 orang setiap shift. Wilayah Tanggungjawab Kantor SAR Medan adalah sesuai dengan
wilayah administrasi Propinsi Sumatera Utara. Jumlah pegawai Kantor SAR Medan saat ini adalah : 85 orang. 36 orang
diantaranya memiliki kualifikasi Tim SAR dan 49 orang merupakan petugas siaga dan pegawai administrasi. Kantor SAR Medan memiliki 3 Pos SAR yaitu Pos SAR
TanjungBalai, Pos SAR Sibolga dan Pos SAR Nias Gunung Sitoli. Sarana SAR yang dimiliki Kantor SAR Medan saat ini antaralain : Kapal
Rescue Boat ukuran 36 m yang berada di Belawan. Rescue Truck, 1 buah, Rescue Car 4 buah, peralatan evakuasi, peralatan medis, perahu karet, peralatan komunikasi
radio, peralatan selam. sumber; Kantor SAR Medan.
40
Universitas Sumatera Utara
4.2 Karakteristik Petugas SAR
Karakteristik petugas SAR dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Petugas SAR di Kantor SAR Medan
No Karakteristik Petugas SAR
Jumlah n Persentase
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 30
83,3 Perempuan
6 16,7
Total 36
100,0 2 Pendidikan
Tamatan SMU Sederajat 24
66,7 Tamatan
Diploma 4
11,1 Tamatan
Sarjana 8
22,2 Total
36 100,0
3 Masa Kerja
1 - 10 Tahun 25
69,4 11 - 20 Tahun
7 19,4
21 - 30 Tahun 4
11,1 Total
36 100,0
Tabel 4.1. di atas menunjukkan bahwa mayoritas petugas SAR adalah laki- laki yaitu sebanyak 30 orang 83,3, dengan pendidikan mayoritas tamatan SMU
sederajat yaitu sebanyak 24 orang 66,7 dengan masa kerja mayoritas 1-10 tahun yaitu sebanyak 25 orang 69,4.
4.3
Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi secara tunggal seluruh variabel yang diteliti yaitu variabel persepsi dan
sikap petugas SAR serta penerapan K3 pada kegiatan operasi SAR.
Universitas Sumatera Utara
4.3.1 Persepsi Petugas SAR
Persepsi petugas SAR didasarkan pada skala ordinal dari 20 pertanyaan dengan alternatif jawaban Setuju, Kurang Setuju dan Tidak Setuju. Hasil penelitian
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Indikator Persepsi Petugas SAR di Kantor SAR Medan
Setuju Kurang
Setuju Tidak
Setuju Pernyataan Persepsi
n n n
Musibah merupakan
takdir 3 8,3 16 44,4 17 47,2
APD penting
bagi petugas
SAR 14 38,9 16 44,4 6 16,7
APD digunakan ketika sedang bertugas 17
47,2 6
16,7 13
36,1 Manajemen Kantor SAR perlu Sosialisasi APD
2 5,6
6 16,7
28 77,8
Manajemen Kantor
SAR wajibkan
petugas memakai
APD 12 33,3 12 33,3 12 33,3
Istilah K3 sudah umum di Lingkungan Kantor SAR 11
30,6 5
13,9 20
55,6 Perlu kurikulum K3 dalam Diklat SAR
3 8,3
20 55,6
13 36,1
Lingkungan kerja petugas SAR tidak selalu berisiko 6
16,7 10
27,8 20
55,6 SOP sering efektif dengan praktek dilapangan
2 5,6
4 11,1
30 83,3
Petugas SAR tidak harus ikuti Prosedur kerja 12
33,3 4
11,1 20
55,6 Setiap anggota SAR perlu pelajari K3
1 2,8
18 50,0
17 47,2
APD yang lengkap dalam operasi SAR tidak nyaman 10
27,8 6
16,7 20
55,6 Ketersediaan SOP akan kurangi Kecelakaan 13
36,1 3 8,3
20 55,6
Ilmu P3K
bagian dari
petugas SAR
11 30,6 14 38,9 11 30,6 Beban kerja petugas SAR berisiko terhadap Kecelakaan
8 22,2
11 30,6 17 47,2 Faktor utama kecelakaan kerja kerena tidak ada SOP
5 13,9
21 58,3 10 27,8 TRT adalah hal utama dalam upaya K3
13 36,1
4 11,1
19 52,8
Penilaian risiko penting memastikan tindakan yang dilakukan 9
25,0 8
22,2 19
52,8 Perlu
penetapan Pengawas
K3 10 27,8 17 47,2 9 25,0
Kantor SAR Mendukung K3 pada operasi SAR 8
22,2 17
47,2 11
30,6
Tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa mayotitas responden tidak setuju bahwa musibah yang terjadi merupakan takdir, dan kurang setuju jika APD penting
bagi petugas SAR, selain itu petugas SAR juga masih tidak setuju jika manajemen Kantor SAR perlu mensosialisasikan penggunaan APD pada kegiatan SAR.
Universitas Sumatera Utara
Mayoritas petugas juga tidak setuju istilah K3 sudah umum di Kantor SAR, dan tidak setuju jika SOP efektif di lapangan serta masih ada petugas SAR yang
kurang setuju jika perlu pengawas APD dalam kegiatan SAR. Berdasarkan keseluruhan skoring, diketahui data indikator variabel persepsi
melalui uji kolmogoroof smirnov menunjukkan varibael persepsi tidak terdistribusi normal karena nilai probabilitas kurang dari 0,05 p0,05, sehingga batas nilai
kategorisasi variabel persepsi yang digunakan adalah median yaitu skor 39, maka variabel persepsi dapat dikategorikan menjadi baik jika memperoleh nilai skor
≥39 dan kurang jika memperoleh skor 39. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Variabel Persepsi Petugas SAR di Kantor SAR Medan
No Persepsi Jumlah
n Persentase
1 Baik 12
33,3 2 Kurang
24 66,7
Total 36
100,0 Tabel 4.3. di atas menunjukkan mayoritas responden mempunyai persepsi
yang kurang yaitu sebanyak 24 orang 66,7 dibandingkan responden dengan persepsi yang baik yaitu sebanyak 12 orang 33,3.
4.3.2 Sikap Petugas SAR
Sikap petugas SAR didasarkan pada skala ordinal dari 25 pertanyaan dengan alternatif jawaban Setuju, Kurang Setuju dan Tidak Setuju. Hasil penelitian dapat
dilihat pada Tabel 4.4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Indikator Sikap Petugas SAR di Kantor SAR Medan
Setuju Kurang
Setuju Tidak
Setuju Pernyataan Sikap
n n n
Kantor SAR wajib menyediakan APD yang lengkapcukup 17
47,2 5
13,9 14
38,9 Petugas SAR wajib menggunakan APD ketika bertugas
17 47,2
11 30,6
8 22,2
APD Tim SAR mencakup seluruh anggota tubuh 16
44,4 12
33,3 8
22,2 APD bagi tim SAR sudah menjadi kebutuhan utama
0,0 17
47,2 19
52,8 Cepatnyaman
bertugas lebih
penting daripada
menggunakan APD
16 44,4 8 22,2 12 33,3 APD
perlu diuji
coba kelayakannya
17 47,2 6 16,7 13 36,1 Kantor
SAR penting
menerapkan SOP
K3 12 33,3 7 19,4 17 47,2
Lokasi musibah
selalu berisiko
9 25,0 12 33,3 15 41,7 Petugas SAR perlu persiapkan sendiri perlengkapan kerja
17 47,2
8 22,2
11 30,6
Penggunaan setiap peralatan SAR dilengkapi dengan prosedur kerja 15
41,7 7
19,4 14
38,9 Petugas SAR Wajib mempelajari standar K3 dalam kegiatan SAR
16 44,4
10 27,8
10 27,8
Sebelum tim SAR bertugas, perlu pengarahan terlebih dahulu 12
33,3 15
41,7 9
25,0 Prinsip kehati-hati lebih penting daripada pelaksanaan SOPJuknis
15 41,7
9 25,0
12 33,3
Memenuhi perlengkapan K3 berdampak terhadap keberhasilan SAR 14
38,9 10
27,8 12
33,3 Perlu
penunjukkan pengawas
K3 15 41,7 8 22,2 13 36,1
Kantor SAR penting menyiapkan P3K pada setiap kegiatan SAR 13
36,1 14
38,9 9
25,0 Kantor SAR perlu menjamin K3 petugas SAR dengan regulasi
17 47,2
10 27,8
9 25,0
Kesiapan secara
tehnis sangat
penting diperhatikan
8 22,2 13 36,1 15 41,7 Kecerobohan petugas SAR harus diberi sanksi
12 33,3
7 19,4 17 47,2 Petugas SAR perlu melakukan penilaian situasi yang berisiko
14 38,9
8 22,2
14 38,9
Petugas SAR harus mengutamakan APD dibandingkan peralatan lain 15
41,7 11
30,6 10
27,8 Juknis Pengoperasian setiap peralatan harus ada dan dipahami
12 33,3
14 38,9
10 27,8
Faktor manusia merupakan faktor utama Kecelakaan Kerja 12
33,3 11 30,6 13 36,1
Petugas SAR wajib melaporkan setiap kegiatan yang berkaitan dengan K3 16
44,4 10
27,8 10
27,8 Latihan Fisik perlu untuk tingkatkan stamina untuk mengurangi resiko K3
10 27,8
15 41,7
11 30,6
Tabel 4.4. di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak setuju jika kantor SAR mewajibkan petugas SAR menggunakan APD dan manajemen Kantor
SAR penting menerapkan SOP K3. Selain itu petugas SAR setuju jika kecepatan dan kenyamanan bertugas lebih penting dari pada manfaat menggunakan APD, dan
setuju jika penggunaan setiap peralatan SAR dilengkapi dengan prosedur kerja serta setuju jika petugas SAR wajib mempelajari standar K3 dalam kegiatan SAR.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan keseluruhan
skoring, diketahui data indikator variabel sikap melalui uji kolmogorof smirnov menunjukkan tidak terdistribusi normal karena nilai
probabilitas kurang dari 0,05 p0,05, sehingga batas nilai kategorisasi variabel sikap yang digunakan adalah median yaitu 50, maka variabel sikap dapat
dikategorikan menjadi baik jika memperoleh nilai ≥50 dan kurang jika memperoleh
skor 50. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Variabel Sikap Petugas SAR di Kantor SAR Medan
No Sikap Jumlah
n Persentase
1 Baik 16
44,4 2 Kurang
20 56,6
Total 36
100,0
Tabel 4.5. di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai sikap kategori kurang yaitu sebanyak 44,6 dibandingkan sikap yang baik yaitu
sebanyak 20 orang 44,4.
4.3.3 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Operasi SAR
Penerapan K3 pada kegiatan Operasi SAR didasarkan pada skala ordinal dari 18 pertanyaan dengan alternatif jawaban Ya, Kadang-kadang dan Tidak. Hasil
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Indikator Penerapan K3 pada Petugas SAR di Kantor SAR Medan
Ya Kadang-
kadang Tidak
Penerapan K3 n n n
Kantor SAR senantiasa menyediakan APD yang cukup 12
33,3 15
41,7 9
25,0 Ada arahan untuk menggunakan APD setiap kali
operasi SAR 12 33,3 14 38,9 10 27,8
Petugas SAR selalu disiplin menggunakan APD lengkap sesuai kondisi
9 25,0 21 58,3 6 16,7 Petugas SAR sering mengalami gangguan
Kesehatan saat bertugas 5 13,9 12 33,3 19 52,8
Petugas SAR sering mengalami cidera saat bertugas 5
13,9 18
50,0 13
36,1 Petugas SAR sering mengalami kecelakaan saat bertugas
1 2,8
18 50,0 17 47,2 APD mengganggu kenyamanan dan hambatan kerja
19 57,6
11 33,3
3 9,1
Ada upaya pencegahan penyakit sebelum atau sesudah kontak dengan korban meninggal
7 19,4 10 27,8 19 52,8 Diklat SAR selalu ada materi khusus tentang K3
13 36,1
21 58,3
2 5,6
Operasi SAR akan dihentikanditunda jika APD personil belum lengkap
5 13,9 16 44,4 15 41,7 Skenario latihan SAR meliputi masalah K3
personil dalam tugas 11 30,6 13 36,1 12 33,3
Pemeriksaan kesehatan sudah menjadi program kesehatan petugas SAR selesai bertugas
2 5,6 10 27,8 24 66,7 Ada pemeriksaan Khusus keayakan peralatan
yang digunakan 13 36,1 11 30,6 12 33,3
Ada riwayat pemakaian setiap peralatan 10
27,8 11
30,6 15
41,7 Selalu ada tandaperingatanhimbauan
kehati-hatian dilokasi tugas 11 30,6 14 38,9 11 30,6
Manajemen kantor SAR mensosialisasi pemberian sanksi Bagi petugas yang tidak ikuti prosedur kerja
10 27,8 6 16,7 20 55,6 Ada upaya melengkapi diri jika kantor belum
mendukung K3 9 25,7 19 54,3 7 20,0
Ada evaluasi jika personil cidera, kecelakaansakit ketika bertugas
12 33,3 18 50,0 6 16,7
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan kadang-kadang kantor SAR menyediakan APD, kadang-kadang manajemen kantor
SAR melakukan arahan dalam penggunaan APD setiap kali dilakukan operasi SAR, dan mayoritas petugas SAR mengakui tidak mengalami gangguan kesehatan saat
bertugas pada kegiatan SAR, serta menyatakan kadang-kadang manajemen Kantor SAR ada melakukan evaluasi jika personil cidera,kecelakaan kerja atau sakit.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu mayoritas responden menilai tidak ada riwayat perawatan peralatan SAR dan APD, dan menyatakan manajemen kantor SAR tidak mensosialisasikan
pemberian sanksi bagi petugas SAR yang tidak mengikuti prosedur kerja. Berdasarkan keseluruhan skoring, diketahui data indikator variabel penerapan
K3 pada kegiatan operasi SAR melalui uji kolmogorof smirnov juga variabel sikap tidak terdistribusi normal karena nilai probabilitas kurang dari 0,05 p0,05,
sehingga batas nilai kategorisasi variabel sikap yang digunakan adalah median yaitu skor 34, maka variabel persepsi dapat dikategorikan menjadi baik jika memperoleh
skor ≥34 dan kurang jika memperoleh skor 34, seperti pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Variabel Penerapan K3 pada Kegiatan Operasi di Kantor SAR Medan
No Penerapan K3
Jumlah n Persentase
1 Baik 15
41,7 2 Kurang
21 58,3
Total 36
100,0 Tabel 4.7 di atas menunjukkan penerapan K3 pada kegiatan operasi SAR
mayoritas termasuk kurang yaitu sebanyak 21 orang 58,3 dibandingkan penerapan K3 yang baik yaitu sebanyak 15 orang 41,7.
4.4 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini melakukan analisis secara proporsi melalui tabulasi silang antara variabel independen dengan variabel dependen dan
diketahui keeratan pengaruh antara kedua variabel melalui uji chi square.
Universitas Sumatera Utara
4.4.1 Pengaruh Persepsi Petugas SAR dengan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Operasi SAR
Tabel 4.8. Pengaruh Persepsi petugas SAR terhadap Penerapan K3 pada
Kegiatan Operasi SAR di Kantor SAR Medan Penerapan K3
Baik Kurang No Persepsi
n n Nilai X
2
Nilai p
1 Baik 9 75,0 3 25,0
2 Kurang 6 25,0 18 75,0
8,229 0,004
signifikan pada tingkat kepercayaan 95
Tabel 4.8. di atas menunjukkan proporsi responden dengan persepsi yang baik 75,0 mempunyai penerapan K3 yang baik, dan responden dengan persepsi
yang kurang 75,0 mempunyai penerapan K3 yang kurang. Hasil uji chi square menunjukkan terdapat pengaruh signifikan sikap petugas SAR terhadap Penerapan
K3 pada operasi SAR dengan nilai p=0,004 p0,05.
4.4.2 Pengaruh Sikap Petugas SAR terhadap Penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Operasi SAR
Tabel 4.9. Hubungan sikap petugas SAR dengan Penerapan K3 pada Kegiatan
Operasi SAR di Kantor SAR Medan Penerapan K3
Baik Kurang No Sikap
n n Nilai X
2
Nilai p
1 Baik 13 81,3 3 25,0
2 Kurang 2 10,0 18 90,0
18, 566 0,001
signifikan pada tingkat kepercayaan 95
Tabel 4.9. di atas menunjukkan proporsi responden dengan sikap yang baik 81,3 mempunyai penerapan K3 yang baik, dan responden dengan sikap yang
kurang 90,0 mempunyai penerapan K3 yang kurang. Hasil uji chi square variabel
Universitas Sumatera Utara
49
sikap petugas SAR mempunyai pengaruh signifikan terhadap Penerapan K3 pada operasi SAR dengan nilai p=0,001 p0,05.
4.5
Analisis Multivariat
Analisis multivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis bivariat yang ditujukan untuk mengetahui variabel paling dominan dari variabel independen yang
berhubungan atau berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, dengan ketentuan variabel independen pada analisis bivariat mempunyai nilai p0,25.
Adapun uji yang digunakan dalam analisis multivariat adalah uji regresi logistik. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui kedua variabel independen yaitu
persepsi p=0,004 dan sikap p=0,001 layak sebagai kandidat untuk dianalisis dalam analisis multivariat karena nilai p0,25, seperti pada Tabel 4.10
Tabel 4.10. Hasil Uji Regresi Logistik Pengaruh Persepsi dan Sikap petugas
SAR terhadap Penerapan K3 di Kantor SAR Medan
No Variabel Nilai
B Nilai B
exp Nilai
p Nilai CI 95
1 Persepsi
1,555 4,737
0,146 0,582 - 38, 544
2 Sikap
3,351 28,545
0,001 3,888 - 209,594
Konstanta - 7,481
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa variabel sikap adalah variabel yang besar mempengaruhi penerapan K3p ada kegiatan Operasi SAR dengan nilai
B=3,351 dan p=0,001 pada konstanta – 7,481.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kegiatan Operasi
SAR
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 dalam penelitiann ini adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh petugas SAR untuk menjaga keselamatan
diri dan kesehatan saat melakukan kegiatan-kegiatan SAR yang mencakup lingkungan kerja, alat kerja dan bahan adalah ketersediaan fasilitas kerja yang
mendukung pelaksanaan kegiatan SAR berbasis kesehatan dan keselamatan kerja, dan cara melakukan pekerjaan.
Hasil penelitian menunjukkan 58,3 penerapan K3 pada kegiatan operasi SAR termasuk kurang. Hal ini menunjukkan bahwa upaya mewujudkan keselamatan
dan kesehatan kerja pada petugas SAR setiap operasi SAR belum diperhatikan secara komprehensif, sehingga dalam pelaksanaan tugas-tugas petugas SAR dalam operasi
SAR berisiko terhadap kecelakaan kerja bahkan kematian dalam melakukan pertolongan pada korban musibah.
Indikasi rendahnya penerapan K3 pada kegiatan operasi SAR dapat diketahui dari penyediaan APD yang dilakukan hanya kadang-kadang, manajemen kantor SAR
melakukan arahan dalam penggunaan APD setiap kali dilakukan operasi SAR. Selain tidak ada riwayat perawatan peralatan SAR dan APD, tidak mensosialisasikan
pemberian sanksi bagi petugas SAR yang tidak mengikuti prosedur kerja dan
50
Universitas Sumatera Utara
manajemen kantor SAR belum melakukan evaluasi jika personil cidera, kecelakaan kerja atau sakit.
Penerapan K3 dalam suatu pekerjaan mencakup banyak faktor yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Secara umum, K3 mencakup pengendalian bahaya-
bahaya di tempat kerja dengan sasaran lingkungan kerja dan manusia yang bersifat teknis dan medis Suma’mur, 1992. Secara rinci, ruang lingkup K3 meliputi 1
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, 2 ergonomi 3 pengendalian bahan beracun dan berbahaya, 4 prosedur kerja tetap, 5 pencegahan dan
penanggulangan kebakaran, 6 pertolongan pertama pada kecelakaan, 7 gizi dan produktivitas, 8 alat perlindungan diri. Hal ini juga dapat merupakan tindakan
aplikatif dalam pelaksanaan tugas-tugas operasi SAR. Kegiatan operasi SAR pada dasarnya mempunyai risiko kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja bahkan kematian akibat kerja, karena bekerja di lingkungan yang risiko tinggi karena bekerja dilokasi bencana alam seperti lokasi banjir, gempa,
tanah longsor, dan berhadapan reruntuhan bangunan, lumpur, bahkan berhadapan dengan mayat dan korban yang luka. Hal ini dapat diperparah jika dalam pelaksanaan
kegiatan SAR tidak mengikuti prosedur kerja, seperti penggunaan APD dan langkah- langkah tehnis lainnya.
Menurut Boediono 2003 Kesehatan dan Keselamatan kerja sebagai upaya untuk menekan atau mengurangi resiko penyakit akibat kerja, penyakit akibat
hubungan kerja atau kecelakaan kerja. Jadi pengertian pelaksanaan protap K3 adalah suatu usaha untuk pencegahan timbulnya kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
Universitas Sumatera Utara
penyakit akibat kerja yang tidak diduga dan tidak dikehendaki sehingga mengganggu proses yang diatur dalam aktivitas di perusahaan.
Menurut Anoraga 2005 aspek-aspek K3 meliputi a lingkungan kerja, yaitu tempat dimana seseorang atau pekerja dalam beraktifitas bekerja.
Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya, b alat kerja dan bahan, yaitu suatu hal yang pokok
dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang alat-alat kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam
melakukan kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan- bahan utama yang akan dijadikan barang,c cara melakukan pekerjaan, yaitu prosedur atau
cara-cara melakukan pekerjaan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh pekerja. Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh pekerja dalam melakukan semua
aktifitas pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut
dan memahami cara menggunakan alat pendukung pekerjaan.
5.2. Pengaruh Persepsi Petugas SAR terhadap Penerapan Keselamatan dan