2. Lingkungan politis ekonomi makro
Bahwa seringkali tatanan yang ada menghasilkan efek samping dalam skala yang begitu besar, sehingga orang cenderung menerima keadaan tersebut dan
bersikap apatis. Salah satu masalah yang dihadapi Negara berkembang dalam hal ini adalah fleksibilitas keputusan hukum serta masalah korupsi yang notabene berkaitan
dengan birokrasi yang dibentuk. Dengan demikian penerapan CSR secara konsisten merupakan tantangan sekaligus kesempatan bagi pelaku usaha, terutama untuk
membangun corporate value di mata stakeholdersnya.
B. Hambatan Pelaksanaan CSR pada PT. Inalum
Hambatan CSR sering di temukan dalam internal perusahaan itu sendiri, kendala yang dialami sebuah perusahaan dalam melaksanakan CSR terletak pada
komitmen dari perusahaan itu sendiri. Apakah perusahaan bersangkutan mempunyai komitmen untuk turut bertanggung-jawab terhadap lingkungan sekitarnya atau tidak.
Sebab, jika perusahaan itu tidak memiliki komitmen terhadap lingkungan sekitarnya, maka tanggung jawab dan kepedulian sosial itu pun juga tidak ada.
Hal itu, juga berdampak pada dukungan perusahaan bersangkutan untuk mewujudkan kepedulian tersebut. Selain komitmen dan dukungan dari perusahaan,
kendala yang juga dihadapi sebuah perusahaan dalam menjalankan kepedulian sosial tersebut adalah program yang akan dilaksanakan. Banyak perusahaan yang memiliki
komitmen tinggi terhadap masalah-masalah sosial, namun program yang
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan tidak berdasarkan pada ketulusan hati nurani. Artinya, bentuk kepedulian sosial hanya ditujukan pada popularitas semata.
CSR merupakan keharusan bagi perusahaan bila ingin terus maju dan berkembang. Komitmen perusahaan terhadap masyarakat yang diimplementasikan
dalam bentuk program CSR dapat mencegah munculnya gesekan sosial yang dapat merugikan perusahaan maupun masyarakat. Bila CSR dilaksanakan dengan baik,
akan berdampak positif terhadap keberlangsungan usaha. Selain itu, CSR pun dapat menjadi bagian dari pembangunan citra perusahaan. Di negara-negara maju, CSR
merupakan salah satu prasyarat bagi sebuah perusahaan untuk mendapatkan pinjaman dari bank.
146
Indonesia belum sejauh itu, namun berbagai kejadian negatif yang menimpa berbagai perusahaan seharusnya menjadi pelajaran bagi para pemilik dan manajemen
perusahaan untuk segera menerapkan CSR, Saat ini masih banyak perusahaan yang melakukan CSR hanya sebagai pemadam kebakaran. Begitu terjadi kasus keributan
dengan masyarakat, buru-buru mereka melakukan penanangan, misalnya dengan memberikan bantuan dana kepada masyarakat sekitar.
147
Program peredam gejolak atau pemadam kebakaran ini mempunyai banyak risiko negatif, seperti menciptakan ketergantungan, menciptakan psikologi tak
pernah cukup, dan tidak mendidik. Selain itu, tidak terprogram, serta tidak akan berkelanjutan. Apa pun tujuan dan kebutuhannhya, perancangan dan perencanaan
146
Irfan, CSR Antara Tuntutan Dan Kebutuhan, Republika 10 maret 2007
147
Ibid
Universitas Sumatera Utara
program CSR tetap memerlukan pemahaman yang benar atas kondisi dan perubahan masyarakat, serta tujuan yang ingin dicapai perusahaan melalui program tersebut.
Salah pendekatan akan menyebabkan ketentraman dan keamanan terganggu dalam menjalankan usaha.
148
Mendapatkan beberapa temuan penyebab kurang berhasilnya program pengembangan komunitas CSR. Pertama, rendahnya komitmen perusahaan. Kedua,
kekeliruan perancanan program dan miskonsepsi. Ketiga, penempatan personel yang kurang tepat. Keempat, penempatan fungsi dalam struktur organisasi perusahaan,
sehingga menjadi marjinal dan pengambilan keputusan sangat lambat.
149
CSR yang selama ini dilakukan oleh korporasi yang mendasarkan pada prinsip sukarela voluntary dan kedermawanan philanthropy dianggap tidak efektif.
Demikian kegelisahan yang disampaikan Sekjen PBB dalam pertemuan UN Global Compact di Jenewa. Korporasi dianggap tidak mempunyai kepedulian terhadap
persoalan sosial seperti lingkungan hidup, HAM, dan community development. Terbukti dengan meningkatnya krisis pemanasan global global warming,
ketimpangan ekonomi extreme poverty, mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan serta persoalan sosial lainnya. Demikian pula di Indonesia, pengaturan kewajiban
CSR dalam UUPT dan UUPM justru banyak ditentang oleh pelaku usaha.
150
Isu CSR dapat disimpulkan sebagai parameter kedekatan era kebangkitan masyarakat civil society. Maka dari itu, sudah seharusnya CSR tidak hanya bergerak
148
Oky Syeiful R. Harahap, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Pikiran Rakyat Rabu 11 Januari 2007
149
Nur Ayani, CSR Bukab Sekedar Tren, Sinar Harapan, 25 Maret 2009
150
Mukti Fajar, CSR : Tindakan A Moral Perusahaan? http:www2.umy.ac.id200811csr- tindakan-a-moral-perusahaan, Diakses tanggal 10 April 2012.
Universitas Sumatera Utara
dalam aspek philantropy maupun level strategi, melainkan harus merambat naik naik ke tingkat kebijakan policy yg lebih makro dan riil. Dunia usaha harus dapat
mencontoh perusahaan-perusahaan yg telah terlebih dahulu melaksanakn program CSR sbgi salah satu policy dari manjemen perusahaan.
151
PT. Inalum Asahan dalam pelaksanaan CSR-nya telah mengangkat pelaksanaan CSR sebagai bentuk kebijakan perusahaan yang berkelanjutan sebagai
kewajiban perusahaan terlepas dari pandangan sebagai kewajiban moral ataupun kewajiban yuridis. Namun dalam pelaksanaan program-program CSR-nya, PT.
Inalum Asahan bukan tidak menghadapi hambatan-hambatan yang dapat menjadikan pelaksanaan CSR menjadi hilang dan lepas dari sasarannya.
Adapun beberapa hambatan-hambatan dalam upaya pelaksanaan CSR oleh PT. Inalum Asahan antara lain:
152
1. Pandangan negatif dari sebagian masyarakat mengenai kegiatan CSR sebagai
bentuk promosi perusahaan. PT. Inalum Asahan dalam pelaksanaan CSR-nya sering dikait-kaitkan dengan
promosi dari perusahaan sehingga dalam pelaksanaanya CSR PT. Inalum Asahan sering dibiaskan oleh pihak-pihak tertentu untuk menjatuhkan citra PT. Inalum
Asahan terlebih lagi untuk menggagalkan tujuan dari pelaksanaan CSR itu sendiri. Padahal dalam setiap kegiatan CSR-nya, PT. Inalum Asahan benar-benar secara
profesional telah memisahkan kebijakan-kebijakan di setiap event, baik itu yang
151
Yesa, CSR Antara Tuntutan dan Kebutuhan, http:yesalover.wordpress.com20070310 csr-antara-tuntutan-dan-kebutuhan Diakses tanggal 10 April 2012.
152
Hasil Wawancara dengan Julian Faisal Amirsal, Seksi Hubungan Masyarakat dan CSR, Pada Tanggal 2 Mei 2012
Universitas Sumatera Utara
bersifat marketing ataupun yang bersifat sosial seperti CSR. Hal ini terlihat dari adanya penggunaan logo khusus dalam setiap pelaksanaan event-event CSR yang
sangat berbeda dengan event lainnya. 2.
Pemaksaan pelaksanaan kegiatan sosial oleh masyarakat kepada PT. Inalum Asahan
Pelaksanaan CSR PT. Inalum Asahan tentu saja telah ditentukan secara mendetail, terencana dan berkelanjutan. Sehingga ada beberapa program CSR yang
menjadi perhatian besar PT. Inalum Asahan yakni olahraga, pendidikan, dan lingkungan. Pada kenyataannya banyak masyarakat memaksakan keinginannya
kepada PT. Inalum Asahan dalam pelaksanaan suatu kegiatan terlebih lagi apabila kegiatan tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan kegiatan sosial sehingga
berujung pada penolakan. Tentu saja setiap kegiatan harus mendapat persetujuan dan pertimbangan yang independent dari PT. Inalum Asahan, sehingga dalam setiap event
PT. Inalum Asahan sangat selektif untuk melihat esensi dan manfaat setiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
3. Tidak adanya arahan dari produk hukum yang menunjang pelaksanaan CSR.
Pemerintah telah mengeluarkan UUPT sebagai landasan mengenai CSR yang terlihat pada Pasal 74 UUPT, namun peraturan tersebut tidak memiliki suatu arahan
yang jelas mengenai bentuk dan sanksi tentang pelaksanaan CSR. Bahkan sampai saat ini belum ada Peraturan Pemerintah dalam menjalankan Pasal 74 UUPT tersebut.
Hal ini mengakibatkan tidak adanya perbedaan yang jelas di hadapan hukum antara pelanggar hukum dan pihak yang taat terhadap hukum. Terlebih lagi program CSR
Universitas Sumatera Utara
PT. Inalum Asahan sering di copy oleh perusahaan lain karena tidak mempunyai arahan dalam pelaksanaan CSR.
4. Lemahnya penegakan hukum dalam pelakasanaan CSR.
Pungutan Liar, iklim usaha yang tidak sehat, banyaknya korupsi, kolusi dan nepotisme membuat perusahaan sangat terbebani dalam pelaksanaan CSR sehingga
tujuan dari pelaksanaan CSR terasa kurang maksimal. Implementasi pengawasan terhadap segala sesuatu yang menyangkut tentang CSR yang sudah dilakukan tidak
ada, perlu pengetuaran terhadap hal tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN