Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman Makrozoobentos

terjadinya pencemaran perairan sungai, yang akan memberikan tekanan yang berat terhadap kehidupan organisme plankton yang terdapat di dalamnya. Menurut Yusuf 2011 bahwa limbah kegiatan domestik dapat meningkatkan kandungan bahan organik, lemak-minyak di dalam perairan serta bahan non organik yang sulit terdegradasi seperti sampah plastik.

4.4. INDEKS KEANEKARAGAMAN DAN KESERAGAMAN

MAKROZOOBENTOS DAN PLANKTON

4.4.1. Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman Makrozoobentos

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman H’ makrozoobentos kelima lokasi pengamatan yaitu kurang dari 2 Tabel 4.5.. Indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun 2 yaitu sebesar 1.472 dan terendah pada stasiun 5 sebesar 0.673. Hal ini menunjukkan bahwa di semua stasiun pengamatan indeks keanekaragaman termasuk dalam kategori rendah menurut LIPI 1997. Nilai indeks keanekaragaman pada kategori rendah tersebut mungkin disebabkan oleh keberadaan individu species pada semua stasiun pengamatan relatif tidak merata, tidak ada species yang mendominasi tiap stasiun pengamatan. Selain itu rendahnya nilai indeks H’ tersebut, menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di daerah penelitian dianggap kurang atau tidak mampu mendukung bagi berlangsungnya kehidupan organisme perairan secara baik. Universitas Sumatera Utara Bahan pencemar yang masuk ke badan sungai yang berasal dari berbagai aktifitas yang terdapat pada daerah disepanjang aliran sungai seperti perkebunan kelapa sawit, pemukiman, tangkahan kapal merupakan sumber utama penghasil limbah organik maupun anorganik. Kondisi ini sangat mempengaruhi kualitas perairan sungai, hal ini dapat dilihat dari nilai indeks keanekaragaman bentos yang rendah. Odum 1993 menyebutkan bahwa keanekaragaman spesies cenderung rendah dalam ekosistem yang mengalami tekanan secara fisik maupun kimia. Tingginya faktor pembatas fisik kimia perairan menyebabkan organisme tertentu saja yang mengalami kesintasan. Rendahnya indeks keanekaragaman H’ pada stasiun 1 yaitu pada daerah muara diduga bukan hanya dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia perairan melainkan juga oleh faktor biologi sebagaimana dinyatakan Gosling 2003, selain faktor fisik, faktor biologi juga berperan dalam pembatasan kepadatan benthos. Predator, penyakit dan kompetisi antar makhluk hidup dapat membatasi penyebaran organisme di sebuah kawasan. Hal ini dapat dimengerti dengan keberadaan kepiting bakau, ikan-ikan predator dan beberapa jenis burung air seperti bangau yang berada di muara sungai tersebut. Sebagaimana menurut Fadli et al 2012 bahwa kepiting dan burung merupakan predator yang utama di kawasan estuary. Ditambahkan Zaleha et al 2009, Makrozoobentos juga merupakan sumber makanan utama bagi organisme lainnya seperti ikan demersal. Menurut Noortiningsih et al. 2008, makrozoobentos adalah organisme yang hidup pada dasar perairan, dan merupakan bagian dari Universitas Sumatera Utara rantai makanan yang keberadaannya bergantung pada populasi organisme yang tingkatnya lebih rendah. Lain halnya dengan indeks keanekaragaman yang rendah pada stasiun 5, dimana faktor fisika dan kimia perairan mempengaruhi keberadaan makrozoobentos seperti kecepatan arus dan kecerahan, dimana dengan adanya kegiatan penambangan pasir yang mempengaruhi tingkat kecerahan suatu perairan secara tidak langsung mengganggu keberadaan makrozoobentos di perairan tersebut sehingga menyebabkan terganggunya kelangsungan hidup hewan makrobenthos di lokasi tersebut . Nilai indeks keanekaragaman menurut Warwick 1993 menggambarkan kondisi yang berkaitan dengan fungsi masing-masing species atau genus terhadap kelestarian dan daya dukung ekosistem. Nilai indeks keseragaman pada semua stasiun pengamatan maupun di setiap lokasi berkisar antara 0,708 – 0, 971, Berdasarkan kriteria menurut Michael 1984, nilai indeks keseragaman makrozoobentos di lokasi penelitian menunjukkan keseragaman tinggi E0,6. M enurut Brower et al., 1990 termasuk dalam kategori keseragaman populasi tinggi. Kategori tersebut secara umum menunjukkan bahwa komposisi di semua stasiun dan lokasi penelitian tidak memperlihatkan adanya dominasi species 1. Umumnya bila indeks dominansi rendah, selalu diikuti oleh indeks keseragaman yang tinggi. Nilai indeks keseragaman dapat dilihat pada semua lokasi disajikan pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.2. Universitas Sumatera Utara Nilai indeks keanekaragaman H’ pada stasiun 1 dan 5 berada dibawah 1 satu, hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut sudah tercemar berat. Sedangkan pada stasiun 2, 3 dan 4 mengindikasikan perairan tersebut tercemar sedang. Menurut Barus 2004, klasifikasi pencemaran dengan menggunakan indeks diversitas hendaknya diinterpretasikan dengan sangat kritis dan hati-hati, mengingat tidak selamanya suatu perairan yang tidak tercemar mempunyai keanekaragaman species yang tinggi dan sebaliknya tidak selamanya perairan yang keanekaragaman speciesnya rendah telah mengalami pencemaran yang berat. Berdasarkan hasil analisis nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman di kelima lokasi menunjukkan bahwa tidak ada yang mendominasi. Pada setiap lokasi di mana rendahnya keanakeragaman, nilai indeks keseragamannya tinggi, tidak ada dominasi dan secara keseluruhan kualitas air yang masih bagus maka diduga rendahnya nilai keanekaragaman yang mengindikasikan perairan tersebut tercemar sedang dan tercemar berat adalah adanya tekanan ekologis yang mengganggu keberadaan makrozoobentos dilokasi penelitian. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6. Indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman makrozoobentos STASIUN 1 STASIUN 2 STASIUN 3 STASIUN 4 STASIUN 5 Indeks Keanekaragaman H’ 0.866 1.472 1.401 1.135 0.673 Indeks Keseragaman E 0.788 0.708 0.782 0.819 0.971 Gambar 4.2. Grafik indeks keanekaragaman h’ dan indeks keseragaman e makrozoobentos pada lokasi penelitian 4.4.2. Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman Plankton Universitas Sumatera Utara Kisaran indeks keanekaragaman plankton pada penelitian ini digunakan dalam penentuan kriteria kualitas perairan dalam ruang lingkup perairan yang terkait. Hasil analisis indeks keanekaragaman H’ plankton di perairan sungai Singkil berkisar antara 2.368 – 3.288 indl Tabel 4.5 dan Gambar 4.2. Indeks keanekaragaman H’ terendah ditemukan pada stasiun 1 dan indeks keanekaragaman tertinggi ada pada stasiun 5. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan stasiun penelitian memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Tingginya tingkat keanekaragaman plankton pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa faktor fisika – kimia perairan mendukung pertumbuhan plankton. Menurut Odum 1993, bahwa indeks keanekaragaman yang tinggi menunjukkan lokasi tersebut sangat cocok dengan pertumbuhan plankton dan indeks keanekaragaman yang rendah menunjukkan lokasi tersebut kurang cocok bagi pertumbuhan plankton. Menurut Barus 2004, kriteria dari indeks keanekaragaman Shanon- Wiener adalah bila H’ 2 menunjukkan perairan tidak tercemar, H’ : 1,6 – 2 menunjukkan perairan tercemar ringan, H’ : 1 – 1,5 menunjukkan perairan tercemar sedang dan H’ 1 menunjukkan perairan tercemar berat. Mengacu pada indeks Shannon-Wiener tersebut, secara umum perairan sungai Singkil pada saat penelitian dalam kondisi perairan tidak tercemar. Tabel 4.7. Indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman plankton Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Universitas Sumatera Utara 1 2 3 4 5 Indeks Keanekaragaman H’ 2.368 2.682 3.235 2.959 3.288 Indeks Keseragaman E 0.690 0.928 0.942 0.944 0.958 Gambar 4.3. Grafik indeks keanekaragaman h’ dan indeks keseragaman e plankton pada lokasi penelitian Indeks keseragaman E plankton berkisar antara 0.690 – 0.958 indl. indeks keseragaman tertinggi ada pada stasiun 5 dan terendah pada stasiun 1. Universitas Sumatera Utara Tingginya nilai indeks keseragaman pada stasiun 5 disebabkan karena adanya ketersediaan nutrisi yang cukup untuk penyebaran plankton dan sebaliknya. Dari Tabel 4.6. dapat dilihat bahwa masing-masing indeks keseragaman E cenderung mendekati 1 satu, dengan kriteria menurut Michael 1984, 0E0,4 menunjukkan keseragaman rendah, 0,4E0,6 menunjukkan keseragaman sedang dan E0,6 menunjukkan keseragaman tinggi berarti keseragaman plankton relatif tinggi artinya penyebaran individu tiap jenis atau genera semakin merata dan tidak ada spesies yang mendominasi. Menurut sastra wijaya 1991 bahwa kondisi yang seimbang adalah jika indeks keseragaman dan indeks keanekaragaman tinggi. Ketersediaan nutrisi dan pemanfaatan nutrisi yang berbeda menyebabkan nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman menjadi bervariasi.

4.5. INDEKS BIOTIK