daerah muara sungai. Perubahan salinitas yang sangat besar akan mengakibatkan jumlah makrobenthos sedikit Nybakken, 1988.
2.7.2.3. Oksigen terlarut DO
Oksigen terlarut merupakan variabel kimia yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan biota air sekaligus menjadi faktor pembatas bagi
kehidupan biota. Daya larut oksigen dapat berkurang disebabkan naiknya suhu air dan meningkatnya salinitas. Konsentrasi oksigen terlarut dipengaruhi oleh proses
respirasi biota air dan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Pengaruh ekologi lain yang menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut menurun adalah
penambahan zat organik buangan organik Connel dan Miller, 1995. Berkurangnya oksigen terlarut mengakibatkan masalah yang cukup serius
pada kehidupan hewan makrobenthos. Demikian pula berkurangnya oksigen terlarut biasanya dikaitkan dengan tingginya bahan organik yang masuk ke dalam
perairan. Besarnya kandungan oksigen terlarut sangat dipengaruhi oleh laju
fotosintesis, respirasi, temperatur, salinitas, dan dekomposisi Odum, 1971. 2.7.2.4. Kebutuhan Oksigen Biologis
Biological Oxygen Demand BOD
Menurut Wardhana 2004 bahwa Biological Oxygen Demand BOD merupakan kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan di dalam
air oleh mikroorganisme yang ada dalam perairan tersebut. BOD dapat pula
Universitas Sumatera Utara
digambarkan sebagai jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air oleh mikroba aerob.
Menurut Effendi 2003 BOD dapat menggambarkan jumlah bahan organik yang dapat didekomposisi secara biologi dan bahan organik tersebut
berasal dari pembusukan tumbuhan dan hewan yang telah mati atau merupakan hasil buangan limbah domestik dan industri.
2.7.2.5. Total Padatan Tersuspensi Total Suspended Solid TSS
Zat padat tersuspensi Total Suspended Solid adalah semua zat padat pasir, lumpur, dan tanah liat atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan
dapat berupa komponen hidup biotik seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati abiotik seperti detritus dan partikel-partikel
anorganik Tarigan dan Edward, 2003. TSS merupakan material yang halus di dalam air yang mengandung lanau,
bahan organik, mikroorganisme, limbah industri dan limbah rumah tangga yang dapat diketahui beratnya setelah disaring dengan kertas filter ukuran 0.042 mm.
Nilai konsentrasi TSS yang tinggi dapat menurunkan aktivitas fotosintesa dan penambahan panas di permukaan air sehingga oksigen yang dilepaskan tumbuhan
air menjadi berkurang dan mengakibatkan ikan-ikan menjadi mati Murphy, 2007 dalam
Herfinalis, 2008. Selanjutnya Wirasatriya 2011 menambahkan bahwa kandungan TSS juga sangat menentukan kondisi kesuburan suatu perairan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif. Penelitian ini meliputi kegiatan observasi lapangan, penentuan stasiun, pengambilan sampel biota,
pengukuran parameter fisika dan kimia air, analisis data dan penyusunan laporan hasil penelitian.
3.2. Penentuan Stasiun Penelitian
Lokasi pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Random Sampling yang ditetapkan berdasarkan keterwakilan lokasi penelitian. Secara keseluruhan
terdapat 10 titik pengambilan sampel yang masuk ke dalam 5 stasiun penelitian. Pengulangan dalam pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 tiga kali yang
dilakukan secara acak untuk tiap-tiap titik pengambilan sampel. Pengambilan sampel air maupun sedimen dilakukan dipinggir sungai dan dari atas kapal kecil
yang disewa dari nelayan . Posisi stasiun ditetapkan berdasarkan GPS Global Positioning System.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menentukan 5 stasiun pengambilan sampel yang berada disepanjang Sungai Singkil mulai dari muara sampai ke hulu sungai
dengan tingkat pemanfaatan yang berbeda-beda yaitu:
Universitas Sumatera Utara