Analisis Jaringan Komunikasi Dalam Diseminasi Informasi Produksi Dan Pemasaran Jeruk Pamelo.

(1)

ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI DALAM DISEMINASI

INFORMASI PRODUKSI DAN PEMASARAN JERUK

PAMELO

ALFI RAHMAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Jaringan Komunikasi dalam Diseminasi Informasi Produksi dan Pemasaran Jeruk Pamelo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Alfi Rahmawati


(4)

RINGKASAN

ALFI RAHMAWATI. Analisis Jaringan Komunikasi dalam Diseminasi Informasi Produksi dan Pemasaran Jeruk Pamelo. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO dan SARWITITI SARWOPRASODJO.

Kabupaten Magetan memiliki potensi sebagai sentra produksi jeruk pamelo di Indonesia, namun kendala dalam produksi dan pemasaran jeruk pamelo adalah kurangnya ketersediaan informasi terbaru mengenai teknologi budidaya dan pemasaran yang dapat mendukung petani. Petani hanya mengandalkan pengetahuan budidaya pamelo secara konvensional yang diperoleh secara turun temurun. Ketidaktersediaan informasi mengenai teknologi produksi jeruk pamelo yang berkualitas dan sistem pemasaran yang mendukung pada akhirnya membuat posisi tawar petani lemah. Petani jeruk pamelo sebagian besar hanya memasarkan hasil panen jeruk pamelo melalui tengkulak atau pemborong dengan harga yang rendah.

Tujuan penelitian antara lain: (1) Menganalisis hubungan antara karakteristik individu petani dengan jaringan komunikasi interpersonal antar individu petani dalam diseminasi informasi produksi dan pemasaran jeruk pamelo; (2) Menganalisis struktur jaringan komunikasi yang terbentuk dalam diseminasi informasi produksi dan pemasaran jeruk pamelo; (3) Menganalisis struktur jaringan komunikasi kelompok tani dalam diseminasi informasi produksi dan pemasaran jeruk pamelo; (4) Menganalisis hubungan antara jaringan komunikasi interpesonal dengan efektivitas diseminasi informasi produksi dan pemasaran jeruk pamelo. Responden ditentukan menggunakan metode quasi sociomentry dan snowball sampling. Penelitian dilakukan melalui pengamatan (observasi) dan wawancara mendalam menggunakan instrumen kuisioner. Penelitian ini menggunakan metode free recall untuk menganalisis jaringan komunikasi antar petani jeruk pamelo, dimana responden diminta mengingat (recall) dan menyebutkan dengan siapa ia berkomunikasi atau memperoleh informasi mengenai pemasaran jeruk pamelo.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktor yang berperan penting dalam diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo di Desa Tambak Mas adalah PPL. Pada jaringan diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo, mantri tani, PPL, dan ketua Poktan Sekar Mulyo merupakan aktor sentral yang dijadikan rujukan. Sedangkan pada diseminasi informasi pemasaran tengkulak merupakan aktor sentral dalam jaringan. Analisis jaringan komunikasi pada kelompok tani menggambarkan struktur komunikasi yang berbeda antar kelompok, secara umum aktor sentral dalam kelompok adalah ketua poktan. Kohesivitas kelompok (densitas) tertinggi umumnya terjadi dalam diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo.

Analisis hubungan antar variabel menggunakan uji korelasi Rank Spearman

menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara variabel karakteristik individu dengan variabel analisis jaringan komunikasi dalam diseminasi informasi penanaman, pemeliharaan, dan pemasaran jeruk pamelo, kecuali pada variabel tingkat kekosmopolitan dengan outdegree centrality dalam diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo. Selain itu, Tidak terdapat hubungan signifikan antara variabel analisis jaringan komunikasi dengan efektivitas diseminasi informasi penanaman, pemeliharaan, dan pemasaran jeruk pamelo. Tingginya efektivitas petani pada diseminasi informasi penanaman dan pemeliharaan jeruk pamelo tidak dipengaruhi oleh proses komunikasi dan aktor dengan derajat sentralitas tertinggi. Hal ini karena petani sudah mengetahui


(5)

teknik penanaman dan pemeliharaan jeruk pamelo secara konvensional yang diajarkan orangtua secara turun temurun. Pada jaringan pemasaran, efektivitas diseminasi informasi pemasaran tergolong “sedang”, karena petani tidak memiliki sumber informasi selain tengkulak.

Kata kunci: jaringan, petani, proses komunikasi


(6)

SUMMARY

ALFI RAHMAWATI. Communication Network Analysis in Dissemination of Pummelo Fruits Production and Marketing Information. Supervised by PUDJI MULJONO and SARWITITI SARWOPRASODJO.

Magetan is one of the central production of pummelo fruits in Indonesia, but the constraints in production and marketing of pummelo is the lack of technology and marketing information that can support farmers to optimize their productivity. Farmers rely on conventional knowledge about production pummelo fruits from their ancestors. Unavailability of production technology and marketing information for farmers, make bargaining position of farmers weaks. Most of pummelo farmers sell their pummelo crops through middlemen at a low price.

The purpose of this study are 1) analyze the correlation between individual characteristics with interpersonal communication network in dissemination of pummelo production and marketing information; 2) analyze communication network structure that formed in dissemination of pummelo production and marketing information; 3) analyze communication network structure of farmer groups in dissemination of pummelo production and marketing information; 4) analyze the correlation between interpersonal network communication with the effectiveness of dissemination pummelo production and marketing information. Respondents were determined using the method of quasi sociometry and snowball sampling. The study was conducted through observation and in-depth interview using questionnaire instruments. This research using free recall method to analyze the communication network of pummelo farmers, respondents werw asked to recall and mention with whom they communicate or obtain the information about pummelo production and marketing information.

The result of this research showed that the central actor in dissemination of nursery information is extension worker (PPL). In dissemination of pummelo maintenance information “mantri tani”, extension worker (PPL), and chairman of Poktan Sekar Mulyo are the central actors in communication network. Middlemen are the central actor in dissemination of marketing information among pummelo farmers. Communication network analysis in farmer groups showed the different structure among farmers group, generally the central actor in farmers group is the chaiman. The highest group cohesiveness (density) occurs in dissemination of pummelo maintenance information network.

Variable correlation analysis using Rank Spearman showed that there’s no significant correlation between individual characteristics variable with the communicatin network in dissemination of pummelo nursery, maintenance, and marketing information, except the farmers cosmopolity with outdegree centrality in dissemination of pummelo maintenance information. In addition, there’s no significat correlation between variable of communication network analysis with the effectiveness of pummelo nursery, maintenance, and marketing information variables. The high score of effectiveness in dissemination pummelo nursery and maintenance information didn’t affected by the communication process through the central actor in the network. This is because farmers already knew the nursery and maintenance technique from their experience and agricultural knowledge from their ancestors. The effectiveness of


(7)

marketing information classified as “moderate” because farmers didn’t have a formal information sources.


(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(9)

ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI DALAM DISEMINASI

INFORMASI PRODUKSI DAN PEMASARAN JERUK PAMELO

ALFI RAHMAWATI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016


(10)

(11)

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul Analisis Jaringan Komunikasi dalam Diseminasi Informasi Produksi dan Pemasaran Jeruk Pamelo. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015 di Desa Tambak Mas Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan. Penulisan tesis ditujukan untuk memenuhi syarat dalam perolehan gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah memfasilitasi proses perkuliahan melalui kesempatan Beasiswa Pendidikan Dalam Negeri (BPPDN) periode 2013-2015. Penyelesaian tesis ini tidak lepas dari bimbingan, arahan, dan dukungan yang diberikan dosen pembimbing Dr Ir Pudji Muljono MSi dan Dr Sarwititi Sarwoprasodjo MSi, terimakasih atas curahan waktu, kesabaran, dan ilmu yang telah dicurahkan selama proses penyelesaian tesis.

Selanjutnya, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Keluarga Bapak Sukimin di Desa Tambak Mas yang telah membantu mendampingi penulis dalam pengambilan data penelitian di lapangan. Ibu Pur dan Ibu Atut selaku PPL Kecamatan Sukomoro, dan ketua kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Wijaya Kusuma. Terimakasih atas informasi, dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama proses penelitian.

Terimakasih nan tulus kepada ibunda Dr Ir Arifah Rahayu MSi atas kasih sayang, bimbingan, dukungan, dan doa bagi ananda untuk menyelesaikan tesis ini. Ayahanda Ir Iwan Ridwan, MM (alm) terimakasih telah menjadi penguat, sumber inspirasi,dan role model bagi penulis. Hassan Afif SPt, suami tercinta yang telah mendampingi dan mendukung penulis untuk tidak mudah menyerah dan selalu bersemangat menulis tesis. Salsabila Shaqila Afif, buah hati tercinta yang menjadi kekuatan dan motivasi penulis, terimakasih telah menemani di setiap tahap penyelesaian tesis, sejak dalam kandungan hingga terlahir di dunia.

Terimakasih kepada sahabat seperjuangan KPM 2013 Puput, Mila, Testa, Afni, Mas Yuni, Bang Haris, Kia, Agus, Mia, Meylin, Ani yang selalu mendukung, menjadi tempat berbagi ilmu dan tawa. Ka Asri Sulistiawati yang telah mengajarkan ilmu pengolahan analisis jaringan komunikasi dan memberikan berbagai masukan kepada penulis, terimakasih atas ilmu yang diberikan.

Akhir kata, Saya dedikasikan tulisan ini untuk semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelsaian tesis ini yang belum Saya ucapkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi sejumlah pihak.

Bogor, Januari 2016


(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Kegunaan Penelitian 5

2 TINJAUAN PUSTAKA 6

Karakteristik Individu 6

Kinerja Kelompok Tani 7

Analisis Jaringan Komunikasi 9

Efektivitas Diseminasi Informasi Produksi dan Pemasaran Jeruk Pamelo

18

3 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 21

Kerangka Pemikiran 21

Hipotesis Penelitian 23

4 METODE PENELITIAN 23

Lokasi dan Waktu 23

Populasi dan Sampel 24

Validitas dan Reliabilitas Instrumen 24

Metode Pengumpulan Data 25

Pengolahan dan Analisis Data 26

Definisi Operasional 27

5 GAMBARAN UMUM DAN PROFIL KELEMBAGAAN

PERTANIAN DESA TAMBAK MAS

32

Kondisi Geografis dan Topografi 32

Gambaran Umum Penduduk 33

Profil Kelembagaan Pertanian di Desa Tambak Mas 34

6 KARAKTERISTIK INDIVIDU PETANI JERUK PAMELO 40

7 ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM PRODUKSI DAN PEMASARAN JERUK PAMELO

44 Analisis Jaringan Komunikasi dalam Penanaman Jeruk Pamelo 44 Analisis Jaringan Komunikasi dalam Pemeliharaan Jeruk Pamelo 48 Analisis Jaringan Komunikasi dalam Pemasaran Jeruk Pamelo 52 Analisis Jaringan Komunikasi Kelompok Tani di Desa Tambak

Mas

57

8 HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN

ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

80 Hubungan Karakteristik Individu dengan Derajat Sentralitas

(Outdegree Cebtrality, Indegree Centrality, dan Closeness centrality) dalam Diseminasi Informasi Penanaman Jeruk Pamelo

80 Hubungan Karakteristik Individu dengan Derajat Sentralitas 88


(14)

(Outdegree Centrality, Indegree Centrality, dan Closeness Centrality) pada Jaringan Diseminasi Informasi Pemeliharaan Jeruk Pamelo

Hubungan Karakteristik Individu dengan Derajat Sentralitas (Outdegree Centrality, Indegree Centrality, dan Closeness Centrality) pada Jaringan Diseminasi Informasi Pemasaran Jeruk Pamelo

95

9 HUBUNGAN ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI

INTERPERSONAL DENGAN EFEKTIVITAS DISEMINASI INFORMASI PRODUKSI DAN PEMASARAN JERUK PAMELO

104

Hubungan Analisis Jaringan Komunikasi Penanaman Jeruk Pamelo dengan Efektivitas Diseminasi Informasi Penanaman Jeruk Pamelo

104 Hubungan Analisis Jaringan Komunikasi Pemeliharaan Jeruk

Pamelo dengan Efektivitas Diseminasi Informasi Pemeliharaan Jeruk Pamelo

106 Hubungan Analisis Jaringan Komunikasi Pemasaran Jeruk Pamelo

dengan Efektivitas Diseminasi Informasi Pemasaran Jeruk Pamelo

108 10 HUBUNGAN ANALISIS JARINGAN KELOMPOK DENGAN

EFEKTIVITAS DISEMINASI INFORMASI PRODUKSI DAN PEMELIHARAAN JERUK PAMELO

110

11 SIMPULAN DAN SARAN 113

Simpulan 113

Saran 114

DAFTAR PUSTAKA 115

LAMPIRAN 118


(15)

DAFTAR TABEL

1 Definisi analisis jaringan 10

2 Unit analisis dalam jaringan komunikasi 12

3 Unit analisis jaringan komunikasi berdasarkan hasil penelitian 13 4 Konsep pengukuran analisis jaringan komunikasi dan dalam

penelitian

16 5 Definisi operasional variabel karakteristik individu 28 6 Definisi operasional analisis jaringan komunikasi interpersonal 30 7 Definisi operasional analisis jaringan komunikasi kelompok 31 8 Definisi operasional efektivitas diseminasi informasi produksi 32 9 Jumlah anggota kelompok tani dan kode individu petani (nodes)

dalam jaringan

47 10 Derajat sentralitas pada jaringan diseminasi informasi penanaman

jeruk pamelo

48 11 Derajat sentralitas pada jaringan diseminasi informasi

pemeliharaan jeruk pamelo

52 12 Struktur jaringan komunikasi kelompok tani dalam diseminasi

informasi penanaman jeruk pamelo

77 13 Struktur jaringan komunikasi kelompok tani dalam diseminasi

informasi pemeliharaan jeruk pamelo

77 14 Struktur jaringan komunikasi kelompok tani dalam diseminasi

informasi pemasaran jeruk pamelo

78 15 Persentase karakteristik individu dengan outdegree centrality

dalam jaringan diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo

80 16 Hasil uji korelasi Rank Spearman karakteristik individu dengan

outdegree centrality dalam jaringan diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo

81 17 Persentase karakteristik individu petani dengan indegree centrality

pada jaringan diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo

82 18 Hasil uji korelasi Rank Spearman karakteristik individu dengan

indegree centrality dalam jaringan diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo

83 19 Persentase karakteristik individu dengan closeness centrality

dalam diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo

84 20 Hasil uji korelasi Rank Spearman karakteristik individu dengan

closeness centrality dalam jaringan diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo

85 21 Hasil uji korelasi Rank Spearman karakteristik individu dengan

outdegree centrality dalam jaringan diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo

87 22 Persentase karakteristik individu dengan outdegree centrality

dalam diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo

88 23 Hasil uji korelasi Rank Spearman karakteristik individu dengan

indegree centrality dalam jaringan diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo


(16)

24 Persentase karakteristik individu dengan indegree centrality dalam diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo

90 25 Persentase karakteristik individu dengan closeness centrality

dalam diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo

93 26 Hasil uji korelasi Rank Spearman karakteristik individu dengan

closeness centrality dalam diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo

93 27 Hasil uji korelasi Rank Spearman karakteristik individu dengan

outdegree centrality dalam jaringan diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo

95 28 Persentase karakteristik individu dengan outdegree centrality

dalam diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo

96 29 Hasil uji korelasi Rank Spearman karakteristik individu dengan

indegree centrality dalam jaringan diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo

98 30 Persentase karakteristik individu dengan indegree centrality dalam

diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo

99 31 Hasil uji korelasi Rank Spearman karakteristik individu dengan

closeness centrality dalam jaringan diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo

100 32 Persentase karakteristik individu dengan closeness centrality

dalam jaringan diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo

101 33 Hasil uji korelasi Rank Spearman variabel analisis jaringan

penanaman jeruk pamelo dengan efektivitas diseminasi informasi penanaman pamelo

103 34 Persentase analisis jaringan penanaman jeruk pamelo dengan

efektivitas diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo

104 35 Persentase analisis jaringan pemeliharaan jeruk pamelo dengan

efektivitas diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo

106 36 Hasil uji korelasi Rank Spearman variabel analisis jaringan

pemeliharaan jeruk pamelo dengan efektivitas diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo

106 37 Hasil uji korelasi Rank Spearman variabel analisis jaringan

pemasaran jeruk pamelo dengan efektivitas diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo

108 38 Persentase analisis jaringan pemasaran jeruk pamelo dengan

efektivitas diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo


(17)

DAFTAR GAMBAR

1 Paradigma variabel jaringan dan perubahan perilaku (Rogers dan Kinchaid 1981)

7 2 Sintesis unit analisis dalam jaringan komunikasi 12 3 Struktur jaringan komunikasi (De Vito 1997) 19

4 Kerangka pemikiran 23

5 Persentase jumlah penduduk Desa Tambak Mas berdasarkan tingkat pendidikan

35 6 Persentase penduduk Desa Tambak Mas berdasarkan mata

pencaharian

35 7 Persentase petani berdasarkan tingkat pengalaman usahatani

jeruk pamelo

41 8 Persentase petani jeruk pamelo berdasarkan kepemilikan luas

lahan jeruk pamelo

42 9 Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan usahatani

jeruk pamelo

42 10 Persentase petani jeruk pamelo berdasarkan tingkat usia petani 43 11 Persentase petani jeruk pamelo berdasarkan tingkat pendidikan 44 12 Persentase petani jeruk pamelo berdasarkan tingkat

kekosmopolitan

44 13 Analisis jaringan komunikasi dalam diseminasi informasi

penanaman jeruk pamelo

46 14 Analisis jaringan komunikasi dalam diseminasi informasi

pemeliharaan jeruk pamelo

50 15 Analisis jaringan komunikasi dalam diseminasi informasi

pemasaran jeruk pamelo

55 16 Analisis jaringan komunikasi poktan sekar mulyo dalam

diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo

59 17 Analisis jaringan komunikasi poktan sekar mulyo dalam

diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo

60 18 Analisis jaringan komunikasi poktan sekar mulyo dalam

diseminasi informasi pemasaran

61 19 Analisis jaringan komunikasi poktan sumber mas dalam

diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo

63 20 Analisis jaringan komunikasi poktan sumber mas dalam

diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo

64 21 Analisis jaringan komunikasi poktan sumber mas dalam

diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo

65 22 Analisis jaringan komunikasi poktan tani rukun dalam

diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo

66 23 Analisis jaringan komunikasi poktan tani rukun dalam

diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo

67 24 Analisis jaringan komunikasi poktan tani rukun dalam

diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo

68 25 Analisis jaringan komunikasi poktan gotong royong dalam 69


(18)

diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo

26 Analisis jaringan komunikasi poktan gotong royong dalam diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo

70 27 Analisis jaringan komunikasi poktan gotong royong dalam

diseminasi informasi pemasaran

71 28 Analisis jaringan komunikasi poktan tawang rejo dalam

diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo

72 29 Analisis jaringan komunikasi poktan tawang rejo dalam

diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo

73 30 Analisis jaringan komunikasi poktan tawang rejo dalam

diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo

73 31 Analisis jaringan komunikasi poktan mekar sari dalam

diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo

75 32 Analisis jaringan komunikasi poktan mekar sari dalam

diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo

76


(19)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan agroindustri jeruk nasional harus berjalan secara holistik, mulai dari hulu (produksi) hingga hilir (distribusi dan pemasaran). Jeruk pamelo sebagai salah satu kultivar khas Indonesia memiliki potensi untuk berkembang menjadi agribisnis yang menguntungkan. Hal tersebut perlu didukung dengan sumberdaya manusia dan kelembagaan petani yang tangguh. Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Pertanian adalah menggunakan pendekataan kelompok untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses penyuluhan. Selain itu, kelompok berperan sebagai wahana kerjasama antar petani, unit produksi yang menunjang pengembangan usaha agribisnis, dan sumber informasi budidaya hingga pemasaran pertanian.

Kabupaten Magetan merupakan salah satu sentra produksi jeruk pamelo di Jawa Timur. Data BPS tahun 2013 menunjukkan tingkat produksi jeruk pamelo di Provinsi Jawa Timur sebesar 20.792 ton/tahun. Jumlah tersebut menempatkan Provinsi Jawa Timur sebagai sentra produksi jeruk pamelo kedua terbesar di Indonesia. Tingginya tingkat produksi jeruk pamelo di Magetan belum didukung dengan kualitas jeruk pamelo dan sistem pemasaran yang efektif. Salah satu kendala dalam produksi jeruk pamelo dari hulu ke hilir adalah ketersediaan informasi teknologi produksi dan pemasaran yang mendukung petani.

Proses komunikasi dan pertukaran informasi mengenai teknologi produksi dan pemasaran produk jeruk pamelo merupakan hal yang penting bagi petani. Infomasi yang memadai dapat membantu meningkatkan pengetahuan petani untuk memproduksi produk yang berkualitas dan memasarkan hasil produknya dengan daya jual yang lebih tingi. Ketersediaan informasi pasar bagi petani dapat meningkatkan produktivitas, sehingga pendapatan petani dapat meningkat tidak hanya dengan meningkatkan produksi tetapi juga dengan memasarkan produk dengan baik untuk memperoleh harga yang lebih tinggi (Judd, et al. 1986; Schuh 1987 dalam Adesoji SA 2009). Soekartawi (2002) menambahkan bahwa ”semakin majunya tingkat pengetahuan produsen, lembaga pemasaran, dan konsumen terhadap penguasaan informasi pasar, maka semakin merata distribusi keuntungan yang diterima”.

Petani jeruk pamelo di Kabupaten Magetan memproduksi jeruk pamelo tanpa standar kualitas yang dibutuhkan pasar, khususnya pasar internasional. Standar kualitas produk yang dihasilkan beragam (tidak homogen), dan tidak memenuhi standar produk hortikultura berkualitas, yakni produk jeruk pamelo yang aman di konsumsi, bermutu baik serta cara produksinya ramah terhadap lingkungan (Prima 1). Namun, jumlah produksi jeruk pamelo melonjak tinggi pada saat panen. Ketidaktersediaan informasi mengenai teknologi produksi jeruk pamelo yang berkualitas dan sistem pemasaran yang mendukung pada akhirnya membuat posisi tawar petani lemah. Petani jeruk pamelo di Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan sebagian besar hanya memasarkan hasil panen jeruk pamelo melalui tengkulak lokal atau pemborong. Kendala pemasaran ini dapat menyebabkan rendahnya margin keuntungan yang diperoleh petani bahkan kerugian karena harga jual tidak sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan


(20)

petani. Jarak yang mengantarkan produksi pertanian dari produsen ke konsumen menyebabkan perbedaan besarnya keuntungan pemasaran. Keberadaan pedagang pengumpul, pedagang perantara, pemborong, dan sebagainya membuat harga di tingkat petani jauh lebih rendah (Soekartawi 2002).

Penelitian Mahaliyanaarachi (2007) di Sri Lanka menunjukkan bahwa petani tidak memiliki bargaining power untuk menentukan harga produk, hanya pengumpul dan pemborong yang memiliki kekuatan pengambilan keputusan harga. Begitupula dengan sistem pemasaran sayur dan buah di Turki yang tidak rasional, dimana keuntungan lebih banyak diperoleh oleh perantara dibandingkan produsen atau konsumen (Kaptangil 1980; Vural 1983; Gunes, et al. 1986 dalam Yilmaz dan Yilmaz 2008).

Keterdesakan ekonomi petani jeruk pamelo dan jangka waktu panen yang lama (panen jeruk pamelo satu tahun sekali), membuat mereka menjual produk jeruk pamelo sebelum waktu panen (saat buah masih mentah di pohon) dengan harga yang jauh lebih rendah. Sistem ini dikenal dengan sistem ijon, sistem ini menurut Sayogyo (1982) jelas menimbulkan kerugian yang jauh lebih besar dibandingkan manfaat, bahkan dapat menindas petani penjual yang umumnya merupakan petani miskin. Selain itu, petani jeruk pamelo di Desa Tambak Mas menjual hasil panen dengan sitem “borongan”, dimana pemborong atau tengkulak akan membeli jeruk pamelo per luas lahan bukan per jumlah buah pamelo. Pembayaran dengan sitem “borongan” juga dilakukan jauh sebelum waktu panen tiba, sehingga petani tidak memiliki posisi tawar terhadap harga.

Kendala pemasaran jeruk pamelo salah satunya dapat disebabkan lemahnya daya saing petani (bargaining position) dalam pemasaran produk pertaniannya. Petani hanya berperan sebagai price taker (penerima harga), sedangkan price maker (penentu harga) berada ditangan tengkulak atau pemborong. Hal ini tidak hanya berdampak terhadap rendahnya pendapatan dan kesejahteraan petani. Namun, akhirnya melemahkan gairah petani untuk meningkatkan produksi lebih lanjut (Sumodiningrat 2000).

Terhambatnya pengembangan produksi dan pemasaraan jeruk pamelo juga dipengaruhi oleh rendahnya akses informasi petani terhadap teknologi dan harga pasar. Petani jeruk Pamelo di Kecamatan Sukomoro sebagian besar tergabung dalam kelompok tani dan gapoktan dibawah pendampingan Dinas Pertanian Kabupaten Magetan. Selama ini sudah terdapat pendampingan dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) terhadap petani melalui pendekatan kelompok tani (Poktan) dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Hal yang perlu diteliti lebih lanjut adalah sejauhmana keberadaan kelompok dan pendampingan dari PPL dapat mendiseminasikan informasi produksi dan pemasaran jeruk pamelo kepada petani.

Beberapa penelitian di bidang pertanian menunjukkan bahwa petani di negara berkembang lebih memilih sumber informal dibandingkan sumber formal (petugas penyuluh) sebagai penyedia informasi produksi dan pemasaran pertanian. Sebagian besar petani Sri Lanka menjadikan sumber-sumber informal seperti pemborong sebagai sumber informasi utama mengenai pemasaran, diikuti oleh tengkulak lokal dan petani sekitar (Mahaliyanaarachi 2007). Begitupula mayoritas petani singkong di Negieria menyatakan sumber informasi pasar diperoleh dari pedagang (middlemen). Hanya sebagian kecil responden yang memperoleh informasi pasar dari agen penyuluh (6,3 persen) dan asosiasi koperasi (1,6


(21)

persen). Shepherd (2011) menyatakan bahwa informasi yang disediakan oleh pedagang, pemborong, dan sesama petani tidak reliabel atau bukan merupakan sumber yang dapat diandalkan dibandingkan sumber informasi pasar yang berasal dari agen penyuluh (Ogunleye dan Abidogun 2014).

Proses komunikasi dan pertukaran informasi antar stakeholder yang terlibat dalam produksi dan pemasaran produk jeruk pamelo dapat dianalisis lebih dalam menggunakan pendekatan analisis jaringan komunikasi. Analisis jaringan komunikasi berperan dalam mengidentifikasi aliran informasi, dan mengetahui peran dari masing-masing individu (aktor) dalam jaringan, termasuk mengidentifikasi aktor sentral yakni pemimpin opini (opinion leader) yang berperan penting dalam diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo. Selain itu, analisis jaringan dapat memberikan gambaran struktur komunikasi dalam kelompok tani dan menganalisis tingkat kohesivitas kelompok tani jeruk pamelo.

Perumusan Masalah

Peningkatan produksi Jeruk Pamelo sebagai kultivar khas Indonesia sedang diupayakan oleh stakeholder Dinas Pertanian, akademisi, dan pemerintah daerah Magetan. Peningkatan produksi ditujukan untuk memperluas pasar konsumsi jeruk Pamelo bagi masyarakat domestik maupun internasional, sehingga hasil produksi jeruk harus memenuhi standar kebutuhan pasar (bersertifikasi Prima). Terdapat cukup banyak penelitian mengenai aspek teknologi produksi jeruk pamelo yang efektif bagi petani. Namun, hasil penelitian mengenai teknologi produksi jeruk pamelo sebagian besar belum didiseminasikan menjadi informasi yang bermanfaat bagi petani jeruk pamelo. Hal ini terlihat dalam hasil produksi jeruk pamelo petani di Kecamatan Sukomoro yang sebagian besar belum memiliki sertifikat standarisari produk dari BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian), sehingga jeruk pamelo yang dihasilkan belum terjamin tingkat keamanan untuk dikonsumsi, dan menggunakan sistem produksi ramah lingkungan.

Aspek sosial seperti pengembangan kapasitas petani jeruk pamelo dan ketersediaan aliran informasi mengenai pemasaran produk jeruk pamelo juga, belum dijadikan faktor penting dalam mendukung pengembangan agribisnis jeruk pamelo di Kecamatan Sukomoro Magetan. Keterbatasan petani akan informasi mengenai pemasaran produk jeruk pamelo yang efisien membuat sumber informasi pasar dan saluran penawaran jeruk pamelo terbatas pada tengkulak di desa. Hal tersebut menyebabkan tengkulak yang memperoleh margin keuntungan paling tinggi dibandingkan petani sebagai produsen. Ogunleye dan Abidogun (2014) menyatakan bahwa permasalahan utama yang dirasakan petani singkong di Nigeria adalah ketidaktersediaan informasi pasar dari sumber yang terpercaya. Permasalahan lainnya antara lain infomasi pasar yang diperoleh tidak tepat waktu (timeliness), tidak dapat diandalkan (unrealibility), bahasa yang digunakan tidak sesuai bahasa lokal, dan relevansi dari informasi yang disampaikan dengan kebutuhan informasi petani.

Selain itu, sistem pemasaran produk jeruk pamelo secara ijon bahkan masih dilakukan oleh sebagian petani di Kecamatan Sukomoro Magetan. Ijon

adalah suatu bentuk kredit yang dapat dibayar kembali dengan hasil pertanian yang pada waktu pijaman itu diberikan tanaman masih pada tahap hijau di sawah


(22)

(Sajogyo 1982). Dapat dikatakan petani menjual jeruk pamelo sebelum masa panen atau ketika buah masih mentah di pohon. Hal ini umumnya dilakukan karena keterdesakan ekonomi petani jeruk pamelo, yakni membutuhkan uang dalam waktu cepat dan petani tidak memiliki akses terhadap pinjaman perbankan. Namun, menurut Sajogyo (1982) biaya kredit ijon bagi petani kecil terlalu tinggi, sedangkan pembeli ijon sebagian besar memperoleh margin keuntungan 25-30 persen per bulan. Oleh karena itu, dapat dikatakan sistem ijon merupakan sistem pemasaran negatif yang dapat menindas petani jeruk pamelo berskala kecil, yakni lebih menimbulkan kerugian daripada manfaat.

Keberadaan kelompok tani dapat berperan sebagai wadah diseminasi informasi mengenai produksi maupun pemasaran bagi petani. Penelitian Churi (2012) petani cenderung lebih senang memperoleh informasi melalui komunikasi interpersonal dan diskusi dengan penyuluh atau sesama rekan petani, karena mereka dapat membantu menerjemahkan informasi teknis, dan mendampingi proses pengambilan keputusan petani. Menurut kajian Nuryanti dan Swastika (2011) kebanyakan kelompok tani tidak dibentuk atas inisiatif petani dalam memperkuat diri, melainkan sebagai respon dari program-program pemerintah yang mengharuskan petani berkelompok, seperti program penyaluran pupuk bersubsidi, penyuluhan teknologi pertanian, kredit usahatani bersubsidi, dan program pemerintah lainnya. Hal tersebut menyebabkan kelompok tani belum dapat berperan maksimal sebagai wadah pertukaran informasi bagi anggota. Anggota kelompok tani cenderung menjadikan sumber informasi informal seperti tengkulak atau pemborong.

Analisis jaringan komunikasi dalam produksi pemasaran jeruk pamelo perlu dilakukan untuk mengetahui proses diseminasi informasi produksi dan pemasaran kepada petani jeruk pamelo. Bagaimana struktur komunikasi antar petani pamelo maupun pihak diluar petani dalam mendiseminasikan informasi produksi dan pemasaran? Bagaimana struktur komunikasi dalam kelompok tani? Siapa saja aktor yang terlibat dan berperan penting dalam produksi dan pemasaran jeruk pamelo? Kemudian apa pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan aktor- aktor sentral terhadap diseminasi informasi produksi dan pemasaran terhadap sesama petani pamelo? Variabel analisis jaringan tersebut akan diukur menggunakan analisis sosiometrik dan penghitungan derajat sentralitas jaringan (Prell 2012). Selain itu, indikator jaringan seperti densitas dapat dihadirkan sebagai alat ukur melihat tingkat kohesivitas kelompok tani yang selama ini menjadi kelembagaan pertanian di tingkat desa.

Jaringan dan diseminasi informasi memiliki keterkaitan, dimana jaringan dapat mempermudah tersampaikannya informasi antar aktor, termasuk informasi teknologi produksi dan pemasaran jeruk pamelo seperti prosedur penanaman, pemupukan, pemeliharaan, hingga informasi pemasaran seperti fluktuasi harga pasar, kualitas dan kuantitas produk jeruk yang dibutuhkan pasar. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar petani terhadap pasar.

“Network emerge as a coordinating mechanism for the transmission of information and, most important, they improve the quality of information because it flows between people who trust each other. Network can be a more effective mechanism of coordination than traditional alternatives of


(23)

the market and the vertically integrated firm” (Casson dan Cox 1993 dalam Mc Naughton dan Green 2002).

Penelitian analisis jaringan komunikasi yang dilakukan oleh sebagian besar peneliti melihat hubungan variabel jaringan komunikasi dengan variabel perubahan perilaku yakni adopsi inovasi. Penelitian Rangkuti (2009) melihat peran jaringan komunikasi petani dalam adopsi inovasi traktor tangan; Kim, et al 2007 menganalisis jaringan komunikasi dalam difusi teknologi E-Choupal di India; Nash, et al. 2013 meneliti jaringan komunikasi dalam penipuan skala besar; dan Cho, et al. 2012 meneliti peran opinion leader dalam jaringan komunikasi terhadap difusi teknologi. Namun, belum terdapat penelitian analisis jaringan komunikasi petani tanaman semusim, seperti jeruk pamelo yang dikaitkan dengan permasalahan empiris yang dirasakan petani yakni informasi pemasaran.

Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan permasalahan yang menjadi fokus penelitian, antara lain:

a. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik individu petani dengan jaringan komunikasi interpersonal dalam diseminasi informasi produksi dan pemasaran jeruk pamelo?

b. Bagaimana struktur jaringan komunikasi antar petani (interpersonal) yang terbentuk dalam diseminasi informasi produksi dan pemasaran jeruk pamelo? c. Bagimana struktur jaringan komunikasi kelompok tani dalam diseminasi

informasi produksi dan pemasaran jeruk pamelo?

d. Bagaimana hubungan antara jaringan komunikasi interpersonal dengan efektivitas diseminasi informasi produksi dan pemasaran jeruk pamelo?

Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini antara lain:

a. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu petani dengan jaringan komunikasi interpersonal antar individu petani dalam diseminasi informasi produksi dan pemasaran jeruk pamelo.

b. Menganalisis struktur jaringan komunikasi interpersonal dalam diseminasi informasi produksi dan pemasaran jeruk pamelo.

c. Menganalisis struktur jaringan komunikasi kelompok tani dalam diseminasi informasi produksi dan pemasaran jeruk pamelo.

d. Menganalisis hubungan antara jaringan komunikasi interpesonal dengan efektivitas diseminasi informasi produksi dan pemasaran jeruk pamelo.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan agar dapat berguna bagi akademisi, pemerintah daerah Magetan, dan petani jeruk pamelo.

1. Akademisi: Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi ataupun acuan bagi akademisi mengenai aspek sosial dalam produksi Jeruk Pamelo, khususnya mengenai analisis jaringan komunikasi dalam diseminasi informasi produksi dan pemasaran jeruk pamelo berkualitas yang belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya.


(24)

2. Pemerintahan: Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi penentu kebijakan, khususnya pemerintah daerah Magetan dalam menyusun strategi pemasaran Jeruk Pamelo secara menyeluruh, dan dilakukan pedampingan pemasaran produk secara terpadu.

3. Petani Jeruk Pamelo: Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai aliran informasi dalam produksi dan pemasaran jeruk pamelo, sehingga dapat dijadikan masukan dalam menyususn strategi komunikasi antar petani dengan stakeholder terkait.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Individu

Karakteristik invidu merupakan variabel non-jaringan komunikasi yang menggambarkan aspek demografis seseorang, seperti usia, pendidikan, atau pekerjaan (Rogers dan Kincaid 1981). Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku (Lewin 1951 dalam Azwar 2013). Sedangkan Monge dan Contractor (2003) memposisikan karakteristik individu sebagai variabel eksogen (exogenous variabel), yakni atribut seorang aktor yang diukur berdasarkan usia, jenis kelamin, tipe organisasi, dan tingkat pendidikan yang dimilikinya.

Karakteristik individu diposisikan oleh Rogers dan Kincaid (1981) sebagai variabel independen yang mampu memberikan gambaran perubahan perilaku individu (dependent variable) setelah terlibat dalam sebuah jaringan komunikasi. Kincaid (1972 dalam Rogers dan Kincaid 1981) menyimpulkan hasil investigasinya di daerah kumuh Mexico, bahwa variabel jaringan komunikasi (seperti keterhubungan individu, integrasi, dan diversitas) memiliki hubungan dengan variabel sosial demografi dan variabel sosial psikologis.

Monge dan Contractor (2003) mengkaitkan Teori Homofili (Homophily Theory) untuk menggambarkan hubungan antara karakteristik individu dengan jaringan komunikasi. Hubungan pertalian (ties) kemungkinan besar akan terjadi jika aktor yang terlibat dalam jaringan memiliki karakteristik individu yang sama, seperti latar belakang pendidikan, usia, atau jenis kelamin. Hal ini diperkuat oleh pernyataan (Rogers with Shoemaker 1971), yaitu “if all communication dyads were completely homophilus on socio-economic status, the new ideas would be no “trickle down”. Hasil penelitian yang dilakukan Ellyta (2006), Rangkuti (2007), dan Cindoswari (2012) menunjukkan bahwa karakteristik petani/karakteristik individu memiliki hubungan dengan jaringan komunikasi.

Karakteristik individu menurut Fern (2001) berperan penting dalam menentukan kohesivitas dan kolektivitas dalam kelompok. Karakteristik individu tersebut antara lain: 1) Status sosial seseorang, merujuk pada prestige, kepentingan, atau nilai atribut dari anggota kelompok. Atribut dari status sosial terdiri dari persepsi mengenai karakteristik individu seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pekerjaan dan kekayaan. Dampak status sosial seseorang


(25)

dalam kelompok adalah individu yang memiliki status sosial lebih tinggi memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik dan cenderung patuh pada norma kelompok dibandingkan individu dengan status sosial yang lebih rendah; 2) Umur, semakin dewasa umur seseorang maka relasi sosial yang dimilikinya sudah terbentuk sehingga mampu mendorong kolektivitas kelompok; 3) Ras/etnis, perbedaan karakteristik ras/etnis dapat mempengaruhi kolektivitas kelompok; 4) Gender, komposisi gender menurut ulasan beberapa peneliti dapat mempengaruhi interaksi dan hasil dari diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion). NON- NETWORK

VARIABLES

NETWORK VARIABLES

BEHAVIOUR CHANGE VARIABLES Karakteristik Individu

(usia, sosial ekonomi)

1. Keterhubungan (Connectednesss)

2. Integrasi (Integration) 3. Diversitas

(Diversity)

4. Keterbukaan (Openness)

1.Perilaku Individu (contohnya tingkat adopsi inovasi penggunaan KB) 2.Performance

kelompok/ sistem

Gambar 1 Paradigma variabel jaringan dan perubahan perilaku (Rogers dan Kincaid 1981)

Kinerja Kelompok Tani

Pendekatan komunikasi pembangunan umumnya menekankan pada perubahan perilaku individu petani dalam mengadopsi inovasi pertanian. Selain pendekatan individu, pendekatan kelompok dalam pembangunan pertanian diperlukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan penyuluhan. Kelompok dapat didefinisikan sebagai sekumpulan perorangan yang berjumlah cukup kecil (5-12 orang) sehingga semua anggota bisa berkomunikasi dengan mudah sebagai pengirim maupun penerima untuk mencapai tujuan yang sama (Devito 1997).

Pendekatan kelompok dioperasionalisasikan oleh Departemen Pertanian dalam pembentukan kelompok tani dan gabungan kelompok tani. Kelompok tani didefinisikan sebagai kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi sosial, ekonomi, dan sumberdaya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha. Karakteristik yang dimiliki kelompok tani, antara lain : 1) Saling mengenal, akrab dan saling percaya di antara sesama anggota; 2) Mempunyai pandangan dan kepentingan serta tujuan yang sama dalam berusaha tani; 3) Memiliki kesamaan dalam tradisi dan/atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi dan sosial, budaya/kultur, adat istiadat, bahasa serta ekologi.

Dibentuknya kelompok tani berfungsi tidak hanya sebagai wadah belajar mengajar mengenai aspek keterampilan berusahatani, namun juga sebagai tempat untuk memperkuat kerjasama antar sesama petani dalam mewujudkan usahatani


(26)

yang lebih maju dan menguntungkan. Namun, menurut Syahyuti (2007) kelemahan pengembangan kelompok yang dilakukan pemerintah adalah tidak dilakukan melalui proses sosial yang matang dan partisipatif. Kelompok dibentuk hanya sebagai alat kelengkapan proyek yang ditumbuhkan dengan proses top- down, sehingga partisipasi masyarakat tidak tumbuh dan kelompok tani belum berperan menjadi wadah pemberadayaan.

Kelompok tani umumnya hanya berperan sebagai wadah untuk menampung bantuan atau program-program pemerintah, seperti penyaluran pupuk bersubsidi, penyuluhan teknologi pertanian, kredit usahatani bersubsidi, dan program lainnya. Namun demikian, menurut Nuryanti dan Swastika (2011) peran kelompok tani seharusnya tidak hanya sebagai media untuk menyalurkan bantuan- bantuan pemerintah, tetapi juga sebagai agen penerapan teknologi baru. Penelitian Mwaura (2014) menyatakan bahwa keanggotaan kelompok tani tidak serta merta dapat menyebabkan tingkat adopsi teknologi dan produktivitas pertanian yang tinggi. Namun, keanggotaan kelompok tani dapat berdampak terhadap adopsi pupuk dan meningkatnya kualitas bibit yang digunakan petani.

Individu-individu petani yang tergabung dalam sebuah kelompok dapat membangun produktivitas jika dilandasi lima unsur dasar, yaitu: saling ketergantungan yang positif, pertanggungjawaban individu, interaksi, penggunaan keterampilan kelompok yang sesuai, dan proses dalam kelompok (Johnson 2012). Produktivitas yang dihasilkan kelompok tidak hanya berupa output hasil pertanian yang lebih menguntungkan dan mensejahterakan petani, namun tumbuhnya modal sosial dan kelembagaan pertanian yang tangguh.

Johnson dan Johnson (2012) juga mengungkapkan bahwa kelompok yang efektif terdiri dari anggota kelompok yang mampu 1) memastikan komitmen satu sama lain untuk memperjelas tujuan bersama yang menekankan saling ketergantungan antar anggotanya; 2) memastikan komunikasi yang tepat dan lengkap antar anggotanya; 3) memberikan sikap kepemimpinan dan pengaruh yang sesuai; 4) menggunakan prosedur pengambilan keputusan yang sesuai dengan situasinya; dan 5) memecahkan konflik yang ada dengan cara yang membangun.

Beberapa penelitian dilakukan untuk mengukur sejauhmana tingkat kinerja kelompok tani. Wahyuni (2003) menggunakan delapan tolok ukur, yaitu 1) Usia kelompok; 2) Keanggotaan; 3) Luas areal usaha tani; 4) Bidang usaha; 5) Kerjasama yang dilakukan dalam kelompok; 6) Aset yang dimiliki; 7) Hubungan petani dengan kelembagaan disekitarnya; 8) Persepsi petani terhadap usaha tani. Sedangkan Syam, et al (2000 dalam Wahyuni 2003) telah melakukan baseline survei kelompok tani di 13 propinsi di Indonesia dengan tolok ukur, antara lain 1) Usia kelompok; 2) Jumlah anggota kelompok; 3) Struktur organisasi; 4) Hamparan; 5) Tingkatan kelompok. Berdasarkan indikator tersebut, dapat terukur kinerja masing- masing kelompok tani.

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kelompok tani, berdasarkan penelitian Sonam dan Martwanna (2012) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja kelompok peternak susu di Bhutan, yakni partisipasi anggota dan komitmen anggota untuk terlibat dalam kegiatan kelompok mempengaruhi kinerja kelompok sampel penelitian. Dimana kelompok yang memiliki anggota yang aktif berpartisipasi dan komitmen yang kuat menunjukkan


(27)

kinerja yang lebih sukses. Sedangkan usia kelompok, bukan merupakan faktor yang menentukan kinerja kelompok seperti yang diasumsikan sebelumnya.

Analisis Jaringan Komunikasi Definisi Analisis Jaringan

Analisis jaringan komunikasi merupakan metode kuantitatif yang berkontribusi penting bagi penelitian di berbagai bidang keilmuan, karena dapat menvisualisasikan struktur jaringan dan aliran informasi secara keseluruhan. Tabel 1 Menampilkan definisi analisis jaringan menurut para ahli.

Tabel 1 Definisi analisis jaringan berdasarkan pendapat ahli

No. Penulis (Sumber) Definisi Keterangan

1. Chistina Prell 2012, Sage Publication: Singapore

Jaringan sosial (social network) dapat didefinisikan sebagai seperangkat relasi/ hubungan yang terdiri dari sekelompok “aktor”, dimana akan terjadi pertukaran informasi antar aktor dalam relasi tersebut.

Relasi/ Hubungan antar aktor

2. Everett M. Rogers& Lawrence Kincaid. 1981. The Free Press: New York

Analisis jaringan komunikasi adalah metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam sistem, dimana aliran komunikasi dianalisis menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisis.

Struktur komunikasi

3. Wasserman dan

Fraust 1994; Wellman dan Gulia

1999 (dalam Prell, et al 2009)

Analisis jaringan sosial melihat atribut individu untuk

menganalisis hubungan antar aktor, bagaimana aktor

diposisikan dalam jaringan, dan bagaimana struktur hubungan dalam pola keseluruhan jaringan.

Posisi dan hubungan antar aktor

4. John Scoot (2000) Analisis jaringan sosial

merupakan seperangkat metode untuk menganalisis struktur sosial, metode ini secara khususnya menganalisis aspek hubungan (relation) dari struktur

tersebut.

Relasi/hubungan; struktur sosial


(28)

Prell (2012), dan Scoott (2000) menekankan definisi analisis jaringan sebagai bentuk hubungan/relasi antar aktor. Rogers dan Kincaid (1981), Scoott (2009) dan Mc Linden (2013) menambahkan bahwa tujuan dari analisis jaringan adalah untuk mengidentifikasi struktur sosial. Oleh karena itu, analisis jaringan dapat didefinisikan sebagai metode kuantitatif untuk menganalisis struktur sosial dan pola hubungan/ relasi antar aktor dalam struktur sosial yang direpresentasikan secara visual dalam bentuk sosiogram. Wiliiamson (1985 dalam Mc Naughton dan Green 2002) mendefinisikan prinsip utama jaringan terkait dengan bagaimana mendapatkan, memproses, dan menyebarkan informasi.

Teori analisis jaringan komunikasi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Jacob Moreno merupakan ahli psikologi yang pertama kali mengembangkan teori analisis jaringan komunikasi. Moreno mengkaji bagaimana kondisi psikologis individu terhubung dengan relasi/ hubungan sosial. Moreno dan Jennings kemudian mengembangkan bagaimana hubungan sosial (social relation) mempengaruhi kondisi psikologis individu, dalam proses ini mereka mengembangkan teknik sosiometri. Teknik sosiometri menggunakan metode kuantitatif untuk mempelajari struktur kelompok dan posisi individu dalam kelompok (Moreno dan Jennings 1934 dalam Rogers Kincaid 1981; Prell 2012).

Analisis jaringan komunikasi digunakan oleh ahli sosiologi untuk menganalisis lebih dalam mengenai hubungan dan interaksi sosial. Freeman (2004) mengembangkan teknik matematika untuk menemukan struktur dalam hubungan sosial, sehingga dapat tergambarkan hubungan antara dua individu lemah atau kuat berdasarkan perhitungan matematis terhadap kualitas maupun kuantitas interaksi.

Analisis jaringan juga digunakan dalam berbagai bidang keilmuan seperti Nash, et al (2013) yang menggunakan analisis jaringan dalam bidang hukum (kriminalitas) yakni mengenai jaringan penipuan skala besar dan Kenney, et al (2013) yang menganalisis jaringan komunikasi terorisme. Gayen dan Raeside (2007) menggunakan analisis jaringan dalam bidang kesehatan, khususnya penyampaian informasi kesehatan kepada masyarakat tradisional Bangladesh. Selain itu, sebagian besar peneliti menggunakan analisis jaringan dalam difusi inovasi berupa teknologi, program, maupun produk seperti penelitian Kim, et al (2007) mengenai difusi inovasi E- Chupal; Nash, et al (2013) menganai difusi penipuan investasi berskala besar; Feder dan Savastano (2006) dalam difusi pengetahuan pengendalian hama terpadu, dan Rangkuti (2009) mengenai difusi inovasi traktor tangan.

Unit Analisis Jaringan Komunikasi

“A communication network consist of interconnected individuals who are linked by patterned flows of information”(Rogers dan Kincaid 1981). Rogers dan Kincaid (1981) sebagai peneliti yang memandang analisis jaringan berasal dari model komunikasi konvergen berpendapat bahwa unit analisis dalam model komunikasi konvergen adalah hubungan pertukaran informasi antara dua individu (diadik), atau kesatuan dari hubungan diadik yang terhubung dengan tingkat jaringan komunikasi personal, klik, atau sistem. Kemudian Rogers dan Kincaid (1981) menyebutkan bahwa dalam analisis jaringan komunikasi terdapat lima tipe


(29)

unit analisis, yaitu individu, komunikasi personal, diadik, klik, dan sistem (jaringan).

Klasifikasi Rogers dan Kincaid hampir sama dengan Monge dan Contractor (2003) yang membagi unit analisis jaringan komunikasi mulai dari tingkat individu, diadik, klik dan jaringan. Prell (2012) dan Scott (2000) mengelompokkan unit analisis jaringan komunikasi ke dalam tiga level, yakni diadik dan triadik, klik, dan jaringan. Tabel 2 menampilkan perbandingan unit analisis yang digunakan Rogers dan Kincaid (1981), Scoot (2000), dan Prell (2012).

Tabel 2 Unit analisis dalam jaringan komunikasi No. Penulis (Sumber) Tingkat Analisis Jaringan

1. Chistina Prell 2012, Sage Publication: Singapore

a. Individu

b. Diadik dan Triadik c. Klik

d. Jaringan 2. Everett M. Roger& Lawrence

Kincaid. 1981. The Free Press: New York

a. Individu b. Diadik

c. Jaringan komunikasi personal d. Klik

e. Jaringan

3. John Scott (2000) a. Hubungan interpersonal b. Klik

c. Jaringan 4. Monge PR, dan Contractor NS

(2003)

a. Individu b. Diadik c. Klik

d. Global/ jaringan

Unit analisis individu menurut Monge dan Contractor (2003) dapat berupa seseorang, kelompok, atau organisasi dalam kasus jaringan interorganisasi. Unit analisis individu terkait dengan Theory of Structural Holes, yang menyatakan bahwa individu cenderung mempertinggi otonomi strukturalnya dengan membangun hubungan terhadap dua atau lebih individu lain yang sebelumnya tidak terhubung (Burt 1992 dalam Monge dan Contractor 2003).

Unit analisis diadik cenderung melihat hubungan pertalian antara dua individu, seperti sumberdaya apa yang dipertukarkan antara sepasang aktor, resiprositas (hubungan timbal balik), dan kekuatan pertalian (strength of tie). Oleh karena itu, unit analisis diadik menurut Monge dan Contractor (2003) terkait dengan Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory) yang berpendapat bahwa dua individu lebih memungkinkan terlibat dalam interaksi jika mereka mampu mempertukarkan atau memiliki hubungan timbal balik sumberdaya yang setara. Unit analisis triadik, terdiri dari tiga aktor berikut seluruh hubungan yang memungkinkan antara ketiga aktor tersebut. Unit analisis triadik erat kaitannya dengan konsep trasitivitas (transitivity), yakni sebuah situasi dimana aktor A berhubungan dengan aktor B, aktor B berhubungan dengan aktor C, dan aktor A juga berhubungan dengan aktor C. dalam terminologi sosial, transitivitas triadik menggambarkan bahwa “teman dari teman saya, juga merupakan teman saya”.


(30)

Tabel 3 Unit analisis jaringan komunikasi berdasarkan hasil penelitian

No Judul Penelitian Unit Analisis

1. Jaringan Sosial, Pengaruh Normatif, dan Penyampaian Informasi Kesehatan di Pedesaan Bangladesh

(Kaberi Gayen, Robert Raeside 2007)

Klik (kelompok wanita yang dibantu& tidak dibantu tenaga medis professional)

2. Sentralitas Jaringan dan Pergerakan Sosial dalam Pemberitaan Media: Dua Bentuk Pendekatan Analisis.

(Todd E. Malinick, D.B Tindall, Diani)

Individu, Jaringan

3. Identifikasi Pemimpin Opini (Opinion leader) yang efektif dalam Difusi Inovasi Teknologi: Pendekatan Jaringan Sosial

(Youngsang Cho, Junseok Hwang, Daeho Lee, 2012)

Individu, Jaringan

4. Peran Jaringan Sosial dalam Difusi Penipuan Skala Besar

(Rebecca Nash, martin Bouchard, Aili Malm, 2013)

Jaringan

5. Analisis Jaringan Sosial mengenai Kolaborasi Ilmiah antar Bidang yang Berbeda (Hamparsum Bozdogam, Oguz Akbilgic 2013)

Jaringan 6. Kepemimpinan Opini (Opinion leadership) di

Pedesaan India dan Difusi E- Choupal (Do Kyun Kim, et al. 2007)

Individu, Klik, Jaringan 7. Dampak Kompetensi Komunikasi dan Sentralitas

Jaringan Sosial terhadap Performance Siswa H- Hyun Jo, Stephanie Kang, dan Meehyun Yoon (2014)

Klik (kelas)

8. Adaptasi Organisasional dalam Jaringan Aktivis: Jaringan Sosial, Kepemimpinan, dan Perubahan di Muhajiroun. (Michael Kenney,et al.)

Klik 9. Analisis Stakeholder dan Analisis Jaringan Sosial

dalam Manajemen Sumberdaya Alam (Christina Prell, et al. 2009)

Individu, jaringan 10. Analisis Peran Jaringan Komunikasi Petani dalam

Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Kabupaten Cianjur (Parlaungan Adi Rangkuti 2009)

Diadik, Klik, jaringan 11. Peran Pemimpin Opini (Opinion leader) dalam

Difusi Pengetahuan: Studi Kaus Pengendalian Hama Terpadu (Feder dan Savastano 2006)

Individu

Berdasarkan Tabel 2 dapat disintesiskan bahwa unit analisis dalam jaringan komunikasi dapat dimulai dari tingkat terkecil, yakni individu, hubungan diadik dan triadik, klik, hingga jaringan sebagai unit analisis terbesar. Unit


(31)

analisis klik oleh Warner dan Lunt (1941 dalam Prell 2012) didefinisikan sebagai pengelompok aktor secara informal yang didasari oleh adanya perasaan keintiman, dan terdapat kehadiran norma kelompok atau sub budaya. Perbedaan utama dari klik dengan struktur analisis jaringan yang lebih besar adalah perasaan kohesivitas yang kuat.

Pada tingkat unit analisis yang paling besar adalah jaringan, unit analisis jaringan berhubungan erat dengan konsep densitas. Densitas (density) menghitung berapa banyak hubungan pertalian (ties) yang terjadi dalam jaringan, dan mengekspresikan jumlah tersebut sebagai proporsi dari hubungan pertalian yang potensial terjadi dalam jaringan. Semakin tinggi nilai densitas, semakin padat jaringan, sehingga dapat dikatakan semakin tinggi tingkat kohesivitas dalam jaringan (Prell 2012).

Gambar 2 Sintesis unit analisis dalam jaringan komunikasi Konsep Pengukuran Analisis Jaringan Komunikasi

Rogers dan Kincaid (1981) sebagai ilmuan yang mengembangkan dasar teori analisis jaringan komunikasi, merumuskan empat konsep pengukuran analisis jaringan, antara lain: 1) Indeks Keterhubungan (Connectedness Index) adalah derajat keeratan hubungan antara anggota jaringan yang satu dengan yang lainnya. 2) Indeks Intergrasi (Integration Index) adalah keadaan anggota suatu jaringan yang dapat berhubungan dengan anggota lain dalam jaringan komunikasi yang ditunjukkan melalui langkah-langkah hubungan komunikasi. 3) Indeks Keragaman (Diversity Index) adalah derajat keheterogenan anggota dalam jaringan komunikasi. 4) Indeks Keterbukaan (Openness Index), yaitu tingkat keterbukaan hubungan anggota- anggota klik terhadap individu lain yang berada di luar klik tersebut dalam suatu jaringan komunikasi.

Penelitian Ellyta (2006) menunjukkan nilai Indeks Keterhubungan (Connectedness Index) yang sangat rendah dalam jaringan pemasaran petani lidah buaya, nilai ini menggambarkan hubungan komunikasi antar aktor untuk bertukar informasi mengenai pemasaran jarang terjadi. Begitupula dengan Indeks Keterbukaan (Openness Index) yang sangat rendah, karena persaingan usaha antar aktor membuat mereka menutup informasi pemasaran kepada aktor lainnya.

Teori analisis jaringan komunikasi terus berkembang, dengan ditemukannya berbagai konsep pengukuran analisis jaringan, salah satunya adalah pengukuran sentralitas. Sentralitas merupakan konsep yang tergolong baru dalam

Individu

Diadik

Triadik

Klik

Jaringan


(32)

analisis jaringan sosial. Konsep yang sebelumnya digunakan adalah konsep “star”, yaitu aktor yang paling popular dan menjadi pusat perhatian (Rogers dan Kincaid 1981). Pengukuran sentralitas dapat digunakan untuk mengidentifikasi “siapa aktor yang paling penting/ berperan dalam jaringan”. Sentralitas dalam analisis jaringan umumnya didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki posisi utama dan “muncul/terlihat”, ia mengenal banyak aktor dan dikenal oleh banyak aktor. Ia mungkin merupakan seorang pemimpin, sumber informasi pertama, dan sebagainya (Prell 2012).

Scott (2000) mengkategorikan sentralitas ke dalam konsep sentralitas lokal dan sentralitas global. Sentalitas lokal (local centrality) adalah pengukuran derajat sentralitas yang melihat bagaimana keterhubungan seorang aktor dengan lingkungan lokalnya, dengan kata lain aktor fokal yang terkemuka di lingkungan dekatnya saja. Terdapat dua pengukuran sentralitas lokal, yaitu “indegree centrality” dan “outdegree centrality”. Pengukuran sentralitas lokal memiliki kekurangan, yaitu ketika membandingkan nilai sentralitas lokal akan memiliki arti hanya jika jumlah individu dalam grafik sama dengan grafik yang akan dibandingkan. Tidak bisa membandingkan derajat sentalitas lokal antara dua grup yang jumlahnya berbeda nyata (salah satu lebih besar).

Sentralitas global adalah pengukuran untuk mengidentifikasi aktor yang terkemuka/dikenal oleh keseluruhan jaringan. Freeman (1980 dalam Prell 2012) mengusulkan pengukuran sentralitas global berdasarkan konsep kedekatan (closeness) antar titik. Pengukuran direpresentasikan dalam bentuk jarak (distances) antara beragam titik. Hasil pengukuran Sentralitas global dalam jaringan kemudian dapat dikategorikan dalam “in- closeness” dan “out- closeness”. Nilai sentralitas global menunjukkan jumlah ikatan yang seseorang butuhkan untuk menghubungi semua individu dalam jaringan. Semakin kecil nilai sentralitas global menunjukkan semakin mudah bagi seseorang untuk menghubungi semua individu dalam jaringan.

Penelitian Cindoswari (2012) menggunakan indikator sentralitas lokal dan sentralitas global untuk mengukur jaringan komunikasi petani dalam penerapan teknologi produksi ubi kayu. Hasilnya, nilai rata-rata sentralitas lokal petani adalah 6,4, berarti petani ubi kayu rata-rata menghubungi enam orang mengenai teknologi produksi ubi kayu. Sedangkan nilai sentralitas global berkebalikan dengan nilai sentralitas lokal, dimana individu yang memiliki nilai sentralitas global yang rendah merupakan individu yang sama yang memiliki sentralitas lokal yang tinggi. Artinya nilai sentralitas global yang rendah menunjukkan sedikitnya jarak (distance) yang harus dilalui seseorang untuk menghubungi semua individu lain dalam jaringan.

Derajat sentralitas (degree centrality) secara umum merupakan bentuk intuitif dari sentralitas (centrality). Prell (2012) mendefinisikan beberapa konsep dalam pengukuran sentralitas, yaitu indegree centrality, outdegree centrality, betweeness centrality, dan closeness centrality. Indegree centrality adalah jumlah pertalian (ties) yang diterima seseorang dari aktor lain, sedangkan

Outdegree centrality adalah jumlah pertalian yang diberikan salah satu aktor terhadap aktor lainnya dalam jaringan. Indegree centrality umumnya digunakan untuk mengukur prestige atau popularitas seorang aktor, sedangkan outdegree centrality digunakan untuk mengukur tingkat ekspansi/keterluasan seorang aktor. Jaringan komunikasi betweeness centrality dapat diukur dari seberapa banyak


(33)

konrol seorang aktor dalam mengalirkan/menyebarkan informasi. Closeness centrality mengukur tingkat independensi dari seorang aktor. Aktor yang mampu menjangkau aktor lainnya tanpa melalui perantara, dapat menjangkau setiap orang dalam jaringan, dan dapat terlihat sebagai seseorang mudah bermobilisasi dalam jaringan. Kedekatan (closeness) dapat diukur dengan melihat jarak terpendek dari garis yang menghubungan aktor. Semakin dekat jarak antar aktor, semakin tinggi derajat kedekatannya (closeness centrality).

Konsep sentralitas yang dikembangkan oleh Christina Prell, banyak diaplikasikan oleh berbagai penelitian di jurnal internasional mengenai analisis jaringan komunikasi. Sedangkan pada jurnal penelitian mengenai analisis jaringan di Indonesia, sebagaian besar masih menggunakan indikator pengukuran Rogers dan Kincaid (1981). Pengukuran sentralitas digunakan oleh Hyun Jo, et al. (2014) dalam bidang pendidikan khususnya kompetensi komunikasi siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa jika kompetensi komunikasi (communication competence) siswa di dalam kelas tinggi, maka derajat sentralitas dari pertukaran pengetahuan (degree centrality of knowledge) juga tinggi, sehingga hasil (outcomes) dari proses pembelajaran kolaboratif meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa derajat sentralitas jaringan pengetahuan dapat memprediksi hasil dari pembelajaran kolaboratif.

Konsep pengukuran sentralitas sebagian besar digunakan oleh beberapa peneliti untuk mengidentifikasi aktor sentral atau opinion leader dalam jaringan. Youngsang Cho,et al. (2012) mendefinisikan Opinion leader sebagai aktor dalam jaringan yang memiliki pengaruh terbesar dalam difusi produk dan teknologi terhadap aktor lain. Hasil penelitian menyatakan bahwa opinion leader yang efektif dapat diidentifikasi dengan beberapa pengukuran sentralitas yaitu sent nomination, receive nomination, sociality, distance, dan rank nomination centrality.

Penelitian Nash, et al. (2013) tentang analisis jaringan dalam difusi inovasi penipuan skala besar, menunjukkan bahwa indegree centrality merupakan pengukuran paling valid untuk melihat opinion leader berdasarkan survey sampling terhadap populasi jaringan.

Nilai indegree centrality akan tinggi jika seorang aktor mampu mempengaruhi individu lain untuk berinvestasi. Kim, et al (2007) dalam penelitiannya mengenai kepemimpinan opini dalam difusi inovasi E- Choupal menggunakan pengukuran derajat sentralitas (degree of centrality), keterhubungan (betweeness centrality), dan kedekatan (closeness centrality). Opinion leader

merupakan individu yang memiiki skor tertinggi dalam ketiga derajat pengukuran tersebut. Borgatti (2006) berpendapat bahwa opinion leader bukan hanya seseorang yang memiliki derajat sentalitas tinggi, tetapi juga memiliki posisi strategis untuk menjangkau setiap orang dalam jaringan.

Derajat sentralitas (centrality) berdasarkan aplikasi pada beberapa penelitian dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk mengidentifikasi aktor yang memiliki posisi utama dan terlihat lebih menonjol, ia mengenal banyak aktor dan dikenal oleh banyak aktor. Aktor tersebut kemungkinan besar merupakan seorang pemimpin opini (opinion leader) yang menjadi sumber informasi bagi aktor lainnya dalam jaringan. Selain menggunakan konsep pengukuran sentralitas menurut Prell (2012), Monge dan Contractor (2003), dan Scoott (2000). Rogers


(34)

dan Kincaid (1981) mengidentifikasi opinion leadership menggunakan pendekatan sosiometrik.

Tabel 4 Konsep pengukuran analisis jaringan komunikasi dan aplikasi dalam penelitian

No. Penulis (Sumber)

Konsep Pengukuran Analisis Jaringan

Aplikasi dalam Penelitian 1. Everett M.

Rogers& Lawrence Kincaid. 1981. The Free Press: New York 1. Connectedness 2. Integration 3. Diversity 4. Openness

1.Ellyta (2006): Analisis Jaringan Komunikasi Petani dalam Pemasaran Lidah.

2.Setiawan (2008): Analisis Jaringan Komunikasi Petani pada berbagai Zona

Agroekosistem

3.Rangkuti (2009): Analisis Peran Jaringan Komunikasi Petani dalam Adopsi Inovasi Traktor Tangan

2. John Scott 1. Local Centrality 2. Global Centrality

1.Cindoswari RA (2012): Jaringan Komunikasi dalam Penerapan Teknologi Produksi Ubi Kayu. 2.Bulkis (2013): Jaringan

Komunikasi dan perilaku Berusahatani Petani Tanaman Sayuran.

3. Chistina Prell 2012, Sage Publication: Singapore 1. Centrality Measures: Degree, Indegree, and Outdegree Centrality 2. Betweeness centrality 3. Closeness centrality

1. Do Kyun Kim, et al. (2007): Kepemimpinan Opini di Pedesaan India dan Difusi E- Choupal

2. Rebecca Nash, et al. (2013): Peran Jaringan Soaial dalam Difusi Penipuan Skala Besar 3. Bozdogam dan Akbilgiz

(2013):Analisis Jaringan Sosial Kolaborasi Ilmiah

4. Prell, et al. (2009):Analisis Stakeholder dan Analisis Jaringan Sosial dalam

Manajemen Sumberdaya Alam Selain pemimpin opini (opinion leader) yang memiliki peran sentral dalam jaringan, terdapat beberapa peran individu lain yang terlibat dalam jaringan, antara lain: 1) Gate keepers adalah individu yang mengontrol arus informasi diantara anggota organisasi, sehingga gate keepers dapat mengambil keputusan apakah informasi/ pesan akan disampaikan atau tidak disampaikan kepada individu lain dalam jaringan; 2) Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam suatu organisasi yang menghubungkan kelompoknya dengan anggota


(35)

kelompok lain, sehingga ia berperan sebagai penjembatan informasi antar kelompok; 3) Liaison merupakan pengubung antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, namun ia bukan merupakan anggota dari salah satu kelompok; 4) Isolate adalah anggota organsasi yang tidak memiliki kontak/interaksi dengan individu lain.

Selain konsep sentralitas, Scoott (2000) dan Prell (2012) mengembangkan konsep densitas (density). Densitas merupakan proporsi hubungan pertalian (ties) yang terlihat dalam jaringan, dimana ia menghitung berapa banyak hubungan pertalian yang terdapat dalam jaringan dan mengekspresikan jumlah tersebut sebagai proporsi dari hubungan pertalian (ties) potensial dalam jaringan. Densitas dapat dihitung menggunakan rumus:

� = �

� (� −1)

“L” merupakan jumlah garis yang direpresentasikan dalam jaringan dan “n” merupakan jumlah titik (nodes) yang direpresentasikan dalam jaringan. Semakin tinggi nilai densitas, maka akan semakin padat jaringan, dan dapat dikatakan jaringan akan semakin kohesif. Prell (2012) menyatakan bahwa densitas (density) dapat digunakan sebagai indikator kohesivitas kelompok. Selain itu, terdapat keterkaitan antara konsep densitas dengan sentralisasi, dimana kelompok yang memiliki nilai densitas yang tinggi cenderung memiliki nilai sentralisasi yang juga tinggi.

Struktur Jaringan Komunikasi

Rogers dan Kincaid (1981) mengemukakan bahwa salah satu fungsi dari analisis jaringan komunikasi adalah dapat mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu jaringan. Struktur jaringan komunikasi dalam konteks kelompok dapat menggambarkan pola komunikasi yang digunakan kelompok untuk mendistribusikan informasi kepada seluruh anggotanya. Terdapat lima struktur jaringan komunikasi menurut Devito (2007), antara lain:

1. Struktur Lingkaran. Struktur lingkaran menggambarkan seluruh anggota kelompok berada pada posisi yang sama, mereka memiliki kewenangan atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Pada struktur ini tidak terdapat pemimpin yang berperan sentral dan setiap anggota dapat berkomunikasi dnegan dua anggota lain disisinya.

2. Struktur Roda. Pada struktur roda, terdapat seorang aktor sentral/ pemimpin yang mengendalikan aliran informasi. Aktor tersebut merupakan satu- satunya orang yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya.

3. Struktur Y. Pada struktur Y terdapat seorang aktor sentral/ pemimpin yang jelas, tetapi satu anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua (orang kedua dari bawah). Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Sedangkan ketiga anggota lain komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya. Jika dibandingkan dengan struktur roda, struktur Y relatif kurang tersentralisasi, namun termasuk lebih tersentralisasi dibandingkan dengan pola lainnya.


(36)

4. Struktur Rantai. Struktur rantai memiliki pola menyerupai rantai, dimana aktor yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin dibandingkan aktor yang berada diposisi lain. Sedangkan aktor yang memiliki posisi paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja.

5. Struktur Semua Saluran (Pola Bintang). Bentuk struktur semua saluran hampir sama dengan struktur lingkaran, dimana semua anggota berada pada posisi yang sama dan memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Namun, pada struktur semua saluran, setiap anggota kelompok dapat berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya, sehingga pola ini memungkinkan tumbuhnya partisipasi anggota secara optimum.

Gambar 3 Struktur jaringan komunikasi (Devito 1997)

Rogers dan Kincaid (1981) merumuskan dua tipe struktur jaringan komunikasi, yaitu interlocking network dan radial personal network. Pada struktur jaringan interlocking setiap individu yang terhubung memiliki latar belakang yang relatif sama (homofili), memiliki anggota yang relatif sedikit dan terdapat integrasi/kesatuan yang kuat antar satu individu dengan individu lainnya. Hal ini memungkinkan terjadinya komunikasi yang efektif dan mempengaruhi perubahan perilaku. Namun, aliran informasi tidak beragam karena jaringan cenderung tidak terbuka terhadap sumber informasi eksternal. Sedangkan radial personal network umumnya memiliki ukuran yang lebih besar, tingkat integrasi yang lebih kecil, dan memiliki karakteristik heterophili (terdiri dari individu dengan beragam latar belakang) dan memiliki diversitas yang tinggi, sehingga aliran informasi menjadi lebih kaya/beragam.

Efektivitas Diseminasi Informasi Produksi dan Pemasaran Jeruk Pamelo Informasi merupakan pesan yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima dan berperan meningkatkan pengetahuan penerima. Diseminasi informasi bagi petani jeruk pamelo berperan penting dalam mendukung proses produksi dan pemasaran jeruk pamelo. Keberadaan informasi mengenai teknologi produksi dan informasi pasar yang berkembang dengan baik dapat membantu para petani untuk merencanakan sistem produksi mereka, untuk menanam pada waktu yang paling menguntungkan, dan memutuskan ke pasar mana mereka harus


(37)

menjual produk mereka dan mampu bernegosiasi dengan pedagang (Shepheren 1997 dalam Mahaliyanaarachchi 2003).

Menurut hasil penelitian Mahaliyanaarachchi (2003), pada aspek pemasaran jenis informasi yang dibutuhkan seluruh petani (100 persen) adalah informasi harga (price information). Kemudian kebutuhan informasi kuantitas (quantity information) produk yang dibutuhkan pasar. Informasi mengenai permintaan pasar saat ini (existing market demand) dibutuhkan oleh 45,1 persen petani. Sedangkan kebutuhan informasi mengenai kualitas produk (quality information) tergolong sedikit, yakni 20,6 persen.

Informasi mengenai produksi dan pemasaran produk jeruk pamelo perlu didiseminasikan kepada petani. Diseminasi informasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan petani akan aspek produksi dan pemasaran yang baik dan mendorong perubahan perilaku bertani yang sesuai dengan perkembangan teknologi produksi dan pemasaran. Komunikasi seseorang dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Dengan kata lain komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima (Tubbs dan Moss, 1996). Sebagaimana dinyatakan oleh Goyer (1970), diacu dalam Tubbs dan Moss (1996) bila S (Sender) adalah pengirim atau sumber pesan dan R (Receiver) penerima pesan, maka komunikasi disebut mulus dan lengkap bila respons yang diinginkan S dan respons yang diberikan R identik:

� = 1

R = Makna yang ditangkap penerima S = Makna yang dimaksud pengirim

Berdasarkan formulasi di atas nilai = 1 yang menunjukkan kesempurnaan penyampaian dan penerimaan pesan, dan nilai ini jarang diperoleh. Sesuai dengan rumusan Tubbs dan Moss (1996), Mulyana (2005) mengungkapkan bahwa komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Kesamaan latar belakang sosial budaya seperti bahasa, akan membuat orang-orang yang berkomunikasi lebih mudah mencapai pengertian bersama dibandingkan dengan orang- orang yang tidak berbicara atatu memahami bahasa yang sama.

Effendy (2007) menyatakan bahwa komunikasi dapat dikatakan efektif, jika dapat menimbulkan dampak: (1) kognitif yaitu meningkatnya pengetahuan komunikan, (2) afektif yaitu perubahan sikap dan pandangan komunikan, karena hatinya tergerak akibat komunikasi dan (3) konatif yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada arah kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Pada afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap. Sedangkan efek pada konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang efektif pada pemimpin formal maupun informal adalah jika komunikasi yang dilakukan


(1)

bertanya langsung kepada aktor sentral, tanpa berdiskusi dengan anggota kelompok lainnya.

Tabel 41 Hubungan analisis jaringan komunikasi kelompok tani dengan efektivitas diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo

No. Kelompok tani Struktur jaringan

komunikasi Densitas

Efektivitas diseminasi informasi

(Skor kognitif)

1. Sekar Mulyo Y 0,06 47,44

2. Sumber Mas Roda 0,06 55

3. Tani Rukun Roda 0,10 48,78

4. Gotong Royong Roda 0,20 51,87

5. Tawang Rejo Roda 0,20 84,92

6. Mekar Sari - - 80,95

Struktur jaringan komunikasi pada kelompok tani Sekar Mulyo, Sumber Mas, Tani Rukun, Gotong Royong tidak berhubungan dengan tingkat kognitif anggota kelompok yang sebagian besar terkategori rendah, dibandingkan tingkat kognitif petani mengenai aspek penanaman dan pemeliharaan jeruk pamelo. Pada Poktan Tawang Rejo rata-rata tingkat kognitif petani mengenai aspek pemasaran tergolong tinggi, yakni 84,92 karena terdapat anggota yang menjadi tengkulak berskala besar di Desa Tambak Mas. Aktor tersebut cukup aktif dalam kegiatan kelompok tani dan menjadi rujukan bagi anggota kelompok untuk bertanya mengenai aspek pemasaran jeruk pamelo, sehingga dapat disimpulkan tingkat kognitif anggota kelompok tani mengenai aspek pemasaran lebih dipengaruhi oleh keberadaan tengkulak dalam kelompok. Kelompok Tani Sekar Mulyo memiliki skor tingkat kognitif terendah mengenai aspek pemasaran, hal ini karena tidak terdapat anggota kelompok yang berperan sebagai tengkulak.

11 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian mengenai analisis jaringan komunikasi dalam diseminasi informasi produksi dan pemasaran jeruk pamelo di Desa Tambak Mas, antara lain:

1. Analisis jaringan komunikasi dalam diseminasi informasi pembibitan, pemeliharaan, dan pemasaran dapat menggambarkan struktur komunikasi dan aktor sentral yang berperan penting dalam jaringan. Pada jaringan diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo aktor yang memiliki derajat sentralitas tertinggi adalah PPL, mantri tani, dan ketua Poktan Sekar Mulyo. Aktor sentral pada diseminasi informasi pemeliharaan jeruk


(2)

pamelo adalah mantri tani, ketua Poktan Sekar Mulyo dan Ketua Gapoktan Wijaya Kusuma. Sedangkan pada jaringan pemasaran tengkulak merupakan aktor yang memiliki derajat sentralitas tinggi.

2. Jaringan komunikasi pada tingkat kelompok tani membentuk struktur yang beragam, seperti struktur berpola roda, pola bintang (semua saluran), dan pola Y. Aktor sentral dalam diseminasi informasi penanaman dan pemeliharaan adalah ketua poktan, sedangkan pada diseminasi informasi pemasaran aktor sentral merupakan tengkulak yang menjadi anggota poktan.

3. Berdasarkan hasil uji korelasi antara variabel karakteristik individu dengan analisis jaringan komunikasi menggunakan uji korelasi Rank Spearman diperoleh hasil bahwa karakteristik individu petani tidak berhubungan variabel analisis jaringan dalam diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo (outdegree centrality, indegree centrality, closeness centrality). Sedangkan pada jaringan diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo, tingkat kekosmopolitan (karakteristik individu) berhubungan sangat signifikan dengan outdegree centrality. Pada diseminasi informasi pemasaran tingkat popularitas (indegree centrality) petani berhubungan signifikan negatif dengan tingkat pendapatan, semakin tinggi tingkat popularitas semakin rendah tingkat pendapatan petani.

4. Variabel analisis jaringan komunikasi tidak berhubungan signifikan dengan efektivitas diseminasi informasi penanaman, pemeliharaan, dan pemasaran jeruk pamelo.

Saran

1. Pengembangan produksi jeruk pamelo di sentra produksi Kabupaten Magetan tidak cukup pada tataran teknis pengembangan teknologi budidaya, namun dibutuhkan diseminasi keterbaruan teknologi dalam bentuk informasi yang aplikatif bagi petani dan stakeholder sekitar.

2. Perlu peningkatan kapabilitas aktor sentral dalam jaringan untuk mendiseminasikan informasi, baik dalam segi penguasaan materi mengenai keterbaruan teknologian budidaya jeruk pamelo, pemasaran, dan pendekatan penyuluhan yang efektif untuk mendiseminasikan informasi. 3. Hasil produksi yang optimal perlu didukung dengan pendampingan

pemasaran dari sumber informasi formal (Departemen Pertanian) agar informasi yang diperoleh lebih objektif bagi petani.

4. Perlu dibangun kelembagaan pemasaran yang mampu mewadahi hasil produksi petani jeruk pamelo dan memasarkan dengan harga yang kompetitif.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Churi. 2012. Understanding farmers information communication strategies for managing climate risks in rural Semi- Arid Areas, Tanzania. International Journal of Information and Communition Technology Research, 2 (11). Cho Y, Hwang J, Lee D. 2012. Identification of effective opinion leaders in the

diffusion of technological innovation: a socisl network approach. Technological Forecasting and Social Change Journal 79: 97-106. [internet] [diacu 10 November 2014]. Tersedia dari: http://.sciencedirect.com

Cindoswari RA. 2012. Analisis jaringan komunikasi dalam penerapan teknologi produksi ubi kayu. [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

[Departemen Pertanian]. Peraturan Menteri Pertanian No.82 Tahun 2013. [internet]. [diacu 2014 Januari 14]. Tersedia dari: http//:www.deptan.go.id De Vito J. 1997. Komunikasi antar Manusia. Jakarta [ID]: Professional Books. Digby M, Gretton RH. 1995. Agricultural Cooperative Marketing. Roma: Food

and Agriculture Organization of the United States.

Effendy OU. 2007. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung [ID]: PT Remaja Rosdakarya.

Ellyta. 2006. Analisis Jaringan komunikasi pemasaran lidah buaya. [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Fern EF. 2001. Advanced Focus Group Research. London [EN]: Sage Publications.

Feder G, Savastano S. 2006. The role of opinion leaders in the diffusion on new knowledge: the case of integrated pest management. World Development Journal. 34 (7): 1287-1300. [internet] [diacu 2014 November 7]. Tersedia dari: http://sciencedirect.com

Freeman LC. Centrality in social network. Social Network Journal. 1980. 2 (2): 119-141. [internet] [diacu 10 November 2014]. Tersedia dari: http://sciencedirect.com

Gayen K, Raeside R. 2007. Social network, normative influence and health delivery in rural Bangladesh. Social Science and Medice. 65 (5): 900-914. [internet] [diacu 7 November 2014]. Tersedia dari: http://sciencedirect.com Hariadi SS. 2011. Dinamika Kelompok Teori dan Aplikasinya untuk Analisis

Keberhasilan Kelompok Tani sebagai Unit Belajar, Kerjasama, Produksi, dan Bisnis. [ID] Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM.

Hyun Jo H, Kang S, Yoon M. 2014. Effect of communication competence and social network centralities on learner performance. Journal Educational Technology and Society, 17 (3): 108-120, 2014. [internet] [diacu 6 November 2014]. Tersedia dari: http://sciencedirect.com

Johnson DW, Johnson FP. 2012. Dinamika Kelompok Teori dan Keterampilan. Jakarta [ID]: PT Indeks.

Kim DK, Chitnis PN, Singhal A. 2007. Opinion leadership in Indian villages and diffusion of E- Choupal. Journal of Creative Communication 2 (3): 345-360. [internet] [dikutip tanggal 10 Oktober 2014]. Tersedia dari: http://sagepub.com


(4)

Kenney. 2013. Adaptasi organisasional dalam jaringan aktivis: jaringan sosial, kepemimpinan, dan perubahan di muhajiroun. Applied Ergonomics Journal. 44 : 739-747. [internet] [diacu 5 November 2014]. Tersedia dari: http://sciencedirect.com

Leewis C. 2003. Communication for rural innovation: rethinking agricultural extension. [EN] Oxford: Blackwell Publishing Company.

Mc Naughton RB, Green MB. 2002. Global Competition and Local Networks. [EN] England: Ashgate Publishing Limited.

Mahaliyanaarachchi RP. 2003. Market information system for the up-country vegetable farmers and marketers in srilanka. The Journal of Agricutural Education and Extension Edisi Maret (2003). [internet] [diacu 10 Januari 2015]. Tersedia dari: http://tandfonline.com.

Monge PR, Contractor NS. 2003. Theories of Communication Network. [US] New York: Oxford University Press.

Morrisan MA. 2010. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. [ID] Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mwaura F. 2014. Effect of farmer group membership on agricultural technology adoption and crop productivity in Uganda. African Crop Science Journal. 22: 917- 927.

Nash R, Bouchard M, Malm A.Investing in people: The role of social network in the diffusion of a large-scale fraud. Social Networks . 35: 686- 698. [internet] [diacu 10November 2014]. Tersedia dari: http://sciencedirect.com Nigel D, Lynch K. 2003. Agricultural market knowledge: system for delivery of

private and public good. The Journal of Agricultural Education and Extension 22 (7-10). [internet] [diacu 10 Januari 2015]. Tersedia dari: http://tandfonline.com

Nuryanti S, Swastika DK. 2011. Peran kelompok tani dalam penerapan teknologi pertanian. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi. 29 (2): 115-128.

Ogunleye KM, Abidogun OG. 2014. Analysis of market information sources for agricultural transformation among cassava farmers in moro local government area of Kwara State, Nigeria. Journal of Agricultural and Food Information. 15: 136-143. [internet] [diacu 10 Januari 2015]. Tersedia dari http://tandfonline.com

Poulton C, et al. 2000. Providing marketing information to smallholders in zimbabwe: what can the state usually do?. Journal Agrekon. 39 (4): 11-17. [internet] [ diacu 10 Januari 2015]. Tersedia dari: http://tandfonline.com Prell C. 2012. Social Network Analysis. [SG] Singapore: Sage Publication.

Prell, et al. 2009. Analisis stakeholder dan analisis jaringan sosial dalam manajemen sumberdaya alam. Society and Natural Resources. 22: 501-518. [internet] [diacu 10 September 2014]. Tersedia dari: http://sciencedirect.com Prihandoyo WB. 2014. Efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam pada petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Rangkuti PA. 2009. Analisis peran jaringan komunikasi petani dalam adopsi inovasi traktor tangan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Jurnal Agro Ekonomi. 27: 1.

Rogers E, Kincaid. 1981. Communication Network Analysis Toward a New Paradigm for Research. [US] New York: The Free Press.


(5)

Sajogyo. 1982. Bunga Rampai Perekonomian Desa. [ID] Yogyakarta: UGM Press.

Scott J. 2009. Social Network Analysis. India: Sage Publication.

Setiawan I. 2008. Analisis Jaringan Komunikasi pada Berbagai Zona Agroekosistem di Kabupaten Bandung. Jurnal Agrikultura. 29: 1.

Singarimbun M, Effendy. 1995. Metode Peelitian Survai. Jakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3S).

Sonam T, Martwanna N. 2012. Performance of smallholder dairy farmers groups in the east and west central Regions of Bhutan: members’ perspective. Journal of Agricultural Extension and Rural Development. 4(1): 23-29,

[internet] [diacu 2015 Maret 10]. Tersedia

dari: http://academicjournals.org/JAERD

Soekanto S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. [ID] Jakarta: UI Press.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. [ID] Jakarta: PT. RajaGrafindo.

Somodiningrat G. 2000. Pembangunan Ekonomi melalui Pengembangan Pertanian. [ID] Jakarta: PT Bina Rena Pariwara.

Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai Kelembagaan Ekonomi di Perdesaan. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. 5 (1): 15- 35.

Tufte T, dan Mefalopupos P. 2009. Participatory Commication: a Practical Guide. World bank working paper no. 170.

Wahyuni S. 2003. Kinerja Kelompok Tani dalam Sistem Usaha Tani Padi dan Metode Pemberdayaannya. Jurnal Litbang Pertanian. 22 (1). [internet] [diacu 2015 Februari 10]. Tersedia dari: http://deptan.go.id.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Alfi Rahmawati lahir di Jakarta, 31 Agustus 1990. Penulis merupakan putri pertama dari pasangan Ir. Iwan Ridwan, MM (alm) dan Dr. Ir. Arifah Rahayu, Msi. Pendidikan formal ditempuh penulis di SD Amaliah pada periode 1996- 2002, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1 Kota Bogor pada periode 2002- 2005. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kota Bogor periode 2005-2008. Pendidikan sarjana ditempuh di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor (2008- 2012). Selama menjalani perkuliahan penulis aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia dan Badan Eksekutif KM IPB.

Pada tahun 2013 penulis mendapat kesempatan sebagai salah satu penerima Beasiswa Penyelenggara Pendidikan Dalam Negeri (BPPDN) yang diperoleh dari Direktorat Jendral pendidikan Tinggi (Dikti), sehingga penulis kembali melanjutkan pendidikan pascasarjana pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Selama menempuh studi, penulis aktif menjadi sebagai peneliti dan asisten Mata Kuliah Sosiologi Umum, Pengantar Ilmu Kependudukan, dan Gender dan Pembangunan.