Kelompok Tani Sumber Mas Kelompok Tani Rukun
Gambar 8 Persentase petani jeruk pamelo berdasarkan kepemilikan luas lahan jeruk pamelo
Luas lahan yang dimiliki petani umumnya berpengaruh terhadap pendapatan income hasil pertanian. Semakin luas lahan, semakin besar
pendapatan yang diperoleh petani. Petani yang memiliki lahan lebih dari satu hektar dapat memperoleh penghasilan hingga 70 juta rupiah saat panen tahunan.
Sedangkan petani yang berlahan 0,5-1 hektar hanya mendapatkan 5-10 juta per tahun. Sebesar 41,9 persen petani dapat memperoleh pendapatan 16-40 juta rupiah
per tahun dari hasil panen jeruk pamelo. Pendapatan ini dapat diperoleh jika kondisi cuaca mendukung, buah berkembang normal tanpa ada gangguan hama
atau penyakit tanaman.
Sebesar 29 persen petani memperoleh pendapatan antara 0-15 juta tahun, umumnya adalah petani yang lahan pertanian jeruknya tidak terlalu luas.
Sedangkan petani yang memiliki lahan luas, dapat memperoleh pendapatan lebih dari 40 juta per tahun.
Gambar 9 Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan usahatani jeruk pamelo
Budidaya jeruk pamelo sebagian besar dikerjakan oleh unit analisis rumah tangga dimana suami, istri, dan anak terlibat dalam mengelola lahan, mulai dari
pembibitan, pemeliharaan, pemanenan, hingga pemasaran. Keterlibatan seluruh anggota keluarga ditujukan untuk menghemat pengeluaran pemeliharaan jeruk
pamelo. Jika mempekerjakan buruh tani untuk mengelola kebun, perlu digaji sekitar Rp 35.000-Rp 50.000hari, bagi petani dengan luas lahan yang terbatas
33,9 56,5
9,7 0,5 ha
0,5- 1 ha 1 ha
29 42
29
0-15 jutatahun 16-40 jutatahun
40 jutatahun
jumlah tersebut tidak sebanding dengan pendapatan saat panen, sehingga biaya tenaga kerja perlu ditekan.
Meskipun seluruh anggota rumah tangga petani terlibat, pengelola utama dalam budidaya jeruk pamelo adalah laki-laki umumnya bapak atau anak laki-
laki, yakni sebesar 98,4 persen. Hanya sebesar 1,6 persen wanita yang berperan sebagai pengelola utama jeruk pamelo, karena suaminya sudah wafat sehingga
digantikan oleh istrinya.
Petani jeruk pamelo sebagian besar berada pada rentang usia 40- 64 tahun, bahkan terdapat 9,7 persen petani yang berusia lebih dari 64 tahun. Data tersebut
menunjukkan bahwa sumberdaya manusia yang menjadi pengelola utama pertanian didominasi oleh generasi yang sudah berusia tua, sedangkan generasi
muda lebih tertarik bermigrasi ke kota dan mencari pekerjaan di sektor non- pertanian, seperti pedagang, buruh pabrik, guru, atau karyawan di sektor formal.
Pada pagi hari dapat terlihat sebagian besar bapak dan ibu tani yang sudah tua berjalan, mengayuh sepeda, atau mengendarai motor menuju lahan kebun.
Mereka akan bekerja hingga pukul 12.00, kemudian beristirahat hingga pukul 13.00, dan kembali ke lahan hingga sore hari. Kondisi ini menyebabkan tingkat
produktivitas petani di Desa Tambak Mas cukup tinggi meskipun sudah berusia lanjut.
Gambar 10 Persentase petani jeruk pamelo berdasarkan tingkat usia petani Tingkat pendidikan petani jeruk pamelo terbagi dalam tiga kategori, yakni
kategori “rendah” bagi petani yang berpendidikan setingkat Sekolah Dasar SD, kategori “sedang” bagi petani yang berpendidikan setingkat Sekolah Menengah
Dasar SMP, dan kategori “tinggi” bagi petani yang berpendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas SMA atau lebih. Petani jeruk pamelo yang
berpendidikan rendah cukup tinggi, yakni sebesar 40,3 persen. Hal ini karena rendahnya kesadaran akan pentingnya pendidikan, dan mengaggap sebagai petani
tidak perlu mengenyam pendidikan tinggi. Sebesar 45,2 persen petani sudah berpendidikan tinggi, umumnya petani yang berpendidikan tinggi memiliki
profesi ganda, tidak hanya sebagai petani namun bekerja sebagai pegawai di sektor formal.
6,5 56,5
37,0
20-39 tahun 40-64 tahun
64 tahun
Gambar 11 Persentase petani jeruk pamelo berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat kekosmopolitan merupakan frekuensi petani untuk mencari informasi
mengenai budidaya jeruk pamelo ke luar lingkungannya desa. Semakin banyak informasi yang diperoleh seperti metode pembibitan, cara pemberantasan hama,
atau jenis pupuk yang sebaiknya digunakan dapat mendukung berkembangnya usahatani jeruk pamelo petani. Namun, sebagian besar petani di Desa Tambak
Mas tergolong memiliki tingkat kekosmopolitan “rendah”, yakni petani tidak pernah berusaha mencari informasi mengenai budidaya jeruk pamelo ke luar
lingkungannya. Petani mengandalkan ilmu budidaya jeruk pamelo secara konvensional yang diperoleh secara turun temurun, dibandingkan mencari
informasi terbaru kepada PPL, atau tokoh lain diluar lingkungannya. Petani saling bertukar informasi mengenai budidaya jeruk pamelo umumnya dengan rekan satu
kelompok tani atau rekan satu desa.
Gambar 12 Persentase petani jeruk pamelo berdasarkan tingkat kekosmopolitan Sebesar 33,9 persen petani jeruk pamelo tergolong memiliki tingkat
kekosmopolitan “sedang”, yakni jarang mencari informasi mengenai budidaya jeruk pamelo ke luar lingkungan Desa Tambak Mas. Sebagian kecil petani 12,9
persen tergolong aktif mencari informasi mengenai budidaya jeruk pamelo keluar desa, umumnya merupakan ketua kelompok tani, ketua gapoktan, atau tokoh
masyarakat yang aktif berkoordinasi di Badan Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Sukomoro.
40,3
14,5 45,2
Rendah Sedang
Tinggi
53,2 33,9
12,9
Rendah Sedang
Tinggi
7 ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM PRODUKSI DAN PEMASARAN JERUK PAMELO
Analisis Jaringan Komunikasi dalam Penanaman Jeruk Pamelo
Penanaman jeruk pamelo merupakan tahap awal dalam budidaya pamelo, yakni melakukan pembibitan dan menanamnya di lahankebun. Terdapat dua
metode pembibitan yang dapat dilakukan dalam budidaya jeruk pamelo, yakni dengan metode okulasi dan cangkok. Okulasi merupakan suatu teknik perbaikan
kualitas tanman secara vegetatif buatan yang dilakukan dengan menempelkan mata tunas dari tanaman yang unggul ke batang tanaman lainnya, sedangkan
metode cangkok yakni menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm kemudian dipindahkan ke dalam
wadah lain saat akar telah tumbuh.
Akademisi dosen dan peneliti yang menekuni jeruk pamelo dan Petugas Penyuluh Lapangan PPL merekomendasikan metode okulasi dalam penanaman
jeruk pamelo. Dibandingkan dengan cangkok, tanaman yang diperoleh dari okulasi akan memberikan kualitas yang lebih baik karena okulasi dapat
menggabungkan dua sifat unggul dari masing-masing bagian tanaman yang diokulasikan yakni sifat unggul batang bawah perakaran yang kuat dan sifat
unggul dari tanaman entres buah yang lebat. Metode ini disosialisaikan kepada petani melalui penyuluhan dan pemberian bibit jeruk pamelo dalam bentuk
okulasi secara gratis.
Bibit dalam bentuk okulasi didistribusikan melalui Gapoktan Wijaya Kusuma kepada seluruh kelompok tani. Petani menerima bantuan bibit tersebut,
namun mereka lebih memilih metode cangkok. Hal ini karena mereka sudah berpengalaman bertahun-tahun melakukan pembibitan secara cangkok, dan
dinilai terbukti menghasilkan tanaman yang kokoh dan buah yang baik. Selain itu, beberapa petani pernah mencoba menanam bibit bantuan jeruk pamelo di lahan,
dalam 1-3 tahun pertama pertumbuhan tanaman jeruk pamelo sangat pesat, namun setelah setelah lima tahun tanaman tersebut rusakmati. Hal ini membuat petani
tidak mempercayai kualitas dari bibit okulasi yang dibagikan oleh PPL. Sedangkan tanaman yang dibudidayakan melalui pembibitan cangkok dapat
bertahan puluhan tahun.
Sosialisasi, dan komunikasi antar petani, maupun dengan pihak eksternal dalam penanaman jeruk pamelo dapat membentuk struktur jaringan komunikasi
pada Gambar 13. Struktur jaringan yang terbentuk dalam diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo berdasarkan teori Rogers dan Kincaid 1981 yakni
berbentuk radial personal network. Hal ini karena jaringan komunikasi yang terbentuk berukuran besar, memiliki integrasi kecil, diversitas tinggi, dan terbuka
terhadap informasi dari luar seperti PPL, mantri tani, atau Dinas Pertanian.
Analisis jaringan komunikasi pada Gambar 13 dapat menggambarkan aktor sentral atau opinion leader yang dijadikan rujukan bagi petani untuk bertanya
mengenai penanaman jeruk pamelo, seperti metode pembibitan, distribusi bantuan bibit okulasi, dan sebagainya. Opinion leader dalam jaringan diidentifikasi
menggunakan pengukuran derajat sentralitas degree centrality menurut Prell 2012, yakni indegree centrality, outdegree centrality, dan closeness centrality.
Gambar 13 Analisis jaringan komunikasi dalam diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo
Ket: Petani anggota poktan
Ketua poktan Ketua gapoktan PPL
Poktan Sumber Mas Poktan Sekar Mulyo Poktan Mekar Sari
Poktan Tani Rukun Poktan Gotong Royong Poktan Tawang Outdegree centrality adalah jumlah pertalian yang diberikan salah satu
aktor terhadap aktor lainnya dalam jaringan, digunakan untuk mengukur tingkat ekspansiketerluasan seorang aktor. Aktor yang memiliki nilai outdegree
centrality tinggi berarti memiliki jaringan komunikasi yang dengan masyarakat luas. Berdasarkan pengukuran menggunakan UCINET 6, diperoleh hasil
pengukuran outdegree centrality antara 0,016 sampai 0,587. Dapat teridentifikasi aktor yang memiliki nilai outdegree centrality tertinggi adalah aktor nomor 63
nilai 0,587, 64 nilai 0,159, 16 nilai 0,079, dan 18 nilai 0,079. Aktor nomor 63 merupakan Petugas Penyuluh Lapangan PPL dan aktor nomor 64
merupakan mantri tani yang bertugas membina kelompok tani di Desa Tambak Mas.
PPL dan mantri tani di Desa Tambak Mas tidak secara intensif membina kelompok dengan menghadiri pertemuan kelompok tani, hanya jika ada program
atau keperluan tertentu. Pembagian bibit jeruk pamelo dan sosialisasi metode okulasi merupakan bagian dari program Dinas Pertanian Kabupaten Magetan
sehingga peran PPL dan matri tani cukup intensif dalam mendiseminasikan informasi, dan dinilai memiliki prestige paling tinggi oleh petani jeruk pamelo di
Desa Tambak Mas. Sedangkan aktor nomor 16 merupakan ketua kelompok tani Sekar Mulyo dan merangkap sebagai sekretaris Gapoktan Wijaya Kusuma yang
bertugas mengkoordinir distribusi bibit jeruk pamelo okulasi kepada seluruh kelompok tani. Setiap ketua atau perwakilan kelompok tani umumnya
berkomunikasi dengan aktor nomor 16. Sedangkan aktor 18 merupakan anggota
kelompok tani Sekar Mulyo yang aktif membudidayakan bibit jeruk pamelo secara cangkok dan menjualnya kepada petani lain karena bibit jeruk pamelo
buatannya dinilai berkualitas.
Tabel 9 Jumlah anggota kelompok tani dan kode individu petani nodes dalam jaringan
No. Nama Kelompok tani
Jumlah petani jeruk pamelo
Kode individu nodes
1. Sumber Mas
13 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13 2.
Sekar Mulyo 10
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23
3. Mekar Sari
11 25, 26, 27, 28, 29, 30,
31, 32, 33, 34, 35 4.
Tani Rukun 15
36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47,
48, 49, 50
5. Tawang Rejo
11 24, 52, 53, 54, 55, 56,
57 6.
Gotong Royong 5
58,59,60,61,62
Indegree centrality adalah jumlah pertalian ties yang diterima seseorang
dari aktor lain dan umumnya digunakan untuk mengukur prestige atau popularitas seorang aktor. Nilai indegree centrality tertinggi sebesar 0,571 merupakan aktor
nomor 63 yakni Petugas Penyuluh Lapangan PPL. Aktor nomor 16 dengan nilai 0,127. Aktor nomor 17 merupakan anggota kelompok Tani Rukun yang
merupakan pensiunan Dinas Pertanian yang tetap aktif dalam penyuluhan dan membuat bibit jeruk pamelo. Sedangkan aktor nomor 64 merupakan mantri tani
yang aktif melakukan penyuluhan mengenai budidaya jeruk pamelo, dan mengadakan pelatihan kepada petani sehingga cukup dikenal dan dijadikan
rujukan untuk mencari informasi mengenai budidaya jeruk pamelo.
Closeness centrality mengukur tingkat independensi dari seorang aktor. Aktor yang memiliki nilai closeness centrality tinggi, mampu menjangkau aktor
lainnya tanpa melalui perantara, atau dapat menjangkau setiap orang dalam jaringan, dan dapat terlihat sebagai seseorang mudah bermobilisasi dalam
jaringan. Berdasarkan hasil penghitungan UCINET 6, dapat diidentifikasi aktor yang memiliki nilai closeness centrality tertinggi adalah aktor nomor 16, aktor
nomor 18, dan aktor nomor 63. Aktor nomor 16 dan 18 dapat menjangkau sebagian besar aktor dalam jaringan komunikasi penanaman jeruk pamelo, karena
terlibat langsung dalam distribusi bibit jeruk pamelo dan cukup dikenal oleh petani di Desa Tambak Mas karena berperan aktif dalam berbagai kegiatan
pertanian di desa, sehingga sering berkomunikasi baik secara formal maupun informal. Sedangkan aktor nomor 63 yakni PPL memiliki nilai closeness
centrality tinggi karena mampu menjangkau individu-individu petani di Desa Tambak Mas tanpa harus melalui perantara, seperti dalam melakukan penyuluhan
ataupun diskusi langsung dengan petani.
Tabel 10 menunjukkan bahwa aktor teridentifikasi sebagai opinion leader dalam diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo antara lain aktor nomor 63,
64, 16, dan 18 dilihat dari tingginya nilai indegree centrality, outdegree centrality, dan closeness centrality dibanding aktor lainnya dalam jaringan.
Tabel 10 Derajat sentralitas pada jaringan diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo
Derajat sentralitas
Aktor Skor
Peran Indegree
centrality Aktor nomor 63
Aktor nomor 64 Aktor nomor 18
Aktor nomor 16 0,587
0,159 0,079
0,079 PPL
Mantri tani Petani anggota Poktan
Ketua Poktan
Outdegree centrality
Aktor nomor 63 Aktor nomor 16
Aktor nomor 17 Aktor nomor 64
0,571 0,317
0,238 0,175
PPL Ketua Poktan
Anggota poktan Mantri tani
Closeness centrality
Aktor nomor 63 Aktor nomor 16
Aktor nomor 18 0,366
0,303 0,301
PPL Ketua Poktan
Petani anggota poktan
Sosiogram pada Gambar 13 menunjukkan nodes-nodes dengan nilai derajat sentralitas tertinggi terhubung dengan banyak nodes lainnya banyaknya anak
panah yang menuju nodes tersebut atau berbentuk memusat. PPL dan mantri tani sebagai pihak eksternal dijadikan tempat berdiskusi atau bertanya mengenai
pembibitan jeruk pamelo secara okulasi, sedangkan opinion leader yang berasal dari internal gapoktan adalah aktor yang mampu membudidayakan bibit secara
cangkok dan menjualnya kepada petani lain di Desa Tambak Mas.
Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam suatu organisasi yang menghubungkan kelompoknya dengan anggota kelompok lain, sehingga ia
berperan sebagai penjembatan informasi antar kelompok. Pada jaringan komunikasi penanaman jeruk pamelo, aktor nomor 16, 12, 39, dan 59 berperan
sebagai bridge. Aktor nomor 12 merupakan ketua Gapoktan Wijaya Kusuma yang mengkoordinir distribusi bantuan bibit dan mendiseminasikan informasi
pembibitan secara okulasi dari PPL kepada masing-masing ketua kelompok tani di Desa Tambak Mas. Aktor nomor 16 membantu aktor 12 dalam mendistribusikan
bantuan bibit kepada anggota kelompoknya, dan ketua kelompok lain. Sedangkan aktor nomor 39 dan 59 merupakan ketua kelompok tani yang menjadi
penjembatan informasi dari PPL dan ketua gapoktan kepada anggota kelompok tani nya.
Isolate adalah anggota organisasi yang tidak memiliki kontakinteraksi dengan individu lain. Terdapat tiga petani yang merupakan isolate dalam jaringan,
yakni tidak menjalin komunikasi dengan petani atau pihak eksternal lainnya mengenai penanaman jeruk pamelo. Aktor nomor 30 merupakan petani jeruk
pamelo yang memiliki lahan luas 1 hektar, selain berprofesi sebagai petani beliau memiliki kesibukan lain dalam mengelola pengajian dan madrasah
sehingga jarang mengikuti pertemuan kelompok tani maupun berkomunikasi secara informal dengan sesama petani. Sedangkan aktor nomor 31 dan 33
merupakan petani yang mengelola jeruk pamelo di lahan pekarangan, sehingga
tidak terdorong untuk memperbesar produksi jeruk pamelo dan tidak pernah berkomunikasi atau bertukar informasi dengan petani jeruk pamelo lainnya.
Analisis Jaringan Komunikasi dalam Pemeliharaan Jeruk Pamelo
Proses penanaman jeruk pemelo dimulai dari pembibitan yang berkualitas. Bibit yang berkualitas harus dilakukan perawatan agar tumbuh dan menghasilkan
produksi yang optimal. Perawatan jeruk pamelo meliputi pengairan, pemangkasan, pemupukan, dan pemberian pestisida. Jeruk pamelo pada awalnya
banyak dibudidayakan oleh petani karena perawatan yang mudah dibanding melakukan budidaya padi. Menurut sebagian besar petani saat ini perawatan jeruk
pamelo semakin sulit karena serangan berbagai penyakit seperti penyakit blendok dan serangan lalat buah. Selain itu, lahan kebun di Desa Tambak Mas merupakan
tadah hujan, sehingga pengairan bergantung pada musim hujan, atau sebagian petani mengairi dengan menggunakan air PAM agar hasil panen tidak terganggu
dan lebih optimal.
Hasil panen jeruk pamelo pun dirasakan semakin menurun terutama pada panen tahun 2015. Penurunan produksi terjadi cukup drastis, yakni berkisar 50-70
persen dari jumlah panen musim lalu. Beberapa faktor diduga mempengaruhi menurunnya hasil panen, seperti serangan penyakit blendok, pengaruh musim
cuaca yang tidak menentu seperti telatnya musim hujan, dan siklus tahunan dimana penurunan produksi seringakali terjadi dalam siklus lima tahun sekali.
Seiring dengan semakin banyaknya tantangan dalam produksi jeruk pamelo, petani berupaya mencari teknik pemeliharaan yang tepat yakni, memilih jenis
pestisida yang aman namun tetap efektif membunuh hama, teknik pemangkasan yang dapat mendorong tumbuhnya tunas-tunas baru, dan teknik pengairan seperti
volume dan waktu pengairan.
Petani jeruk pamelo di Desa Tambak Mas umumnya beromunikasi dan berdiskusi terkait pemeliharaan jeruk pamelo, baik dalam pertemuan kelompok
ataupun diskusi secara non formal di warung kopi, rumah warga, atau di kebun. Komunikasi antar petani membentuk polastruktur komunikasi seperti pada
Gambar 14. Jaringan komunikasi dalam diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo membentuk struktur jaringan interlocking Rogers dan Kincaid 1981. Hal
ini karena setiap individu petani yang terhubung memiliki latar belakang yang relatif sama homofili yakni sama-sama petani jeruk pamelo yang menggunakan
teknik pemeliharaan jeruk pamelo yang hampir sama, dan terdapat integrasi kesatuan yang kuat antar satu individu dengan individu lainnya dalam melakukan
pemeliharaan jeruk pamelo yang baik.
Pada Gambar 14 terlihat beberapa nodes yag menjadi pusat dari nodes lainnya. Nodes tersebut dapat diidentifikasi sebagai opinion leader dalam diseminasi
informasi mengenai pemeliharaan jeruk pamelo, karena aktor-aktor lain dalam jaringan berkomunikasi dengan opinion leader tersebut. Opinion leader juga
dapat diidentifikasi menggunakan konsep derajat sentralitas Prell 2012, yakni outdegree centrality, indegree centrality, dan closeness centrality.
Nilai outdegree centrality dalam jaringan komunikasi pemeliharaan jeruk pamelo berkisar antara 0,031-0,484. Aktor yang memiliki nilai outdegree
centrality tertinggi, antara lain aktor nomor 64 nilai 0,484, aktor nomor 16 nilai 0,188, aktor nomor 12 nilai 0,156, dan aktor nomor 52 nilai 0,141. Tingginya
nilai outdegree centrality menggambarkan aktor tersebut memiliki jaringan komunikasi yang luas atau dapat menjangkau sebagian besar individu petani
dalam jaringan.
Gambar 14 Analisis jaringan komunikasi dalam diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo
Ket: Petani anggota poktan
Ketua poktan Ketua gapoktan PPL
Poktan Sumber Mas Poktan Sekar Mulyo Poktan Mekar Sari
Poktan Tani Rukun Poktan Gotong Royong Poktan Tawang Aktor nomor 64 berprofesi sebagai mantri tani yang bertugas di Desa Tambak
Mas. Individu-individu petani di Desa Tambak Mas umumnya bertanya mengenai pemeliharaan jeruk pamelo kepada beliau karena dianggap memiliki kapabilitas
dalam bidang pertanian. Umumnya yang menjadi bahan diskusi atau pertanyaan petani adalah pemupukan dan pemberantasan hama pestisida. Aktor nomor 64
selaku mantri tani, umumnya mengarahkan petani beralih menggunakan pupuk organik yang berasal dari pengolahan kotoran sapi. Kotoran sapi cukup mudah
didapatan di desa karena sebagian besar petani memelihara sapi. Pemberantasan hama pun diarahkan menggunakan teknik pemberantasan hama secara alami
organik seperti pembuatan bubur california. Profesi sebagai mantri tani Kecamatan Sukomoro menyebabkan jangkauan jaringan komunikasi dengan
petani yang luas karena membina bebeapa desa.
Aktor nomor 16 merupakan ketua Kelompok Tani Sekar Mulyo, beliau banyak dijadikan rujukan berdiskusi mengenai pemeliharaan jeruk pamelo karena
kelompok tani yang dipimpinnya dianggap sebagai kelompok tani teladan di Desa Tambak Mas. Kelompok Tani Sekar Mulyo dapat membudidayakan jeruk pamelo
Prima 3 dengan teknik pemeliharaan secara organik. Pemeliharaan jeruk pamelo secara organik tergolong baru dilakukan di Desa Tambak Mas, dimana pupuk
yang digunakan merupakan pupuk organik pupuk kandang, dan tidak
menggunakan penyemprotan pestisida kimia tetapi menggunakan teknik pembungkusan buah, sehingga menghasilkan jeruk pamelo yang aman untuk
dikonsumsi tidak mengandung residu kimia. Hal ini membuat para petani lain tertarik mempelajarinya.
Aktor nomor 12 merupakan Ketua Gapoktan Wijaya Kusuma sekaligus petani senior di Desa Tambak Mas. Hal ini membuat jangkauan komunikasi cukup luas,
karena dikenal oleh hampir seluruh anggota kelompok tani di Desa Tambak Mas dan pihak eksternal seperti PPL, Dinas Pertanian, dan mantri tani. Informasi
mengenai pemeliharaan jeruk pamelo yang diperoleh dari pertemuan maupun penyuluhan di tingkat kabupaten atau kecamatan, kemudian disampaikan kembali
dalam pertemuan gapoktan kepada perwakilan kelompok tani umumnya ketua kelompok tani, dan kepada anggota kelompok secara langsung.
Aktor nomor 52 merupakan ketua Kelompok Tani Tawang Rejo. Beliau merupakan petani senior yang berpengalaman dalam budidaya jeruk pamelo,
sehingga Desa Tambak Mas sering menjadi tempat berdiskusi mengenai pemeliharaan jeruk pamelo. Selain itu, sebagai ketua kelompok tani aktor nomor
52 juga aktif mengikuti rapat, penyuluhan, maupun diskusi dengan pihak eksternal seperti PPL, mantri tani, atau Dinas Pertanian. Hal ini yang membuat jangkauan
komunikasi yang dimiliki cukup luas.
Nilai indegree centrality tertinggi dimiliki oleh aktor nomor 63 nilai 0,5, aktor nomor 17 nilai 0,406, aktor nomor 12 nilai 0,297, aktor nomor 64 nilai
0,266, dan aktor nomor 16 nilai 0,266. Nilai indegree centrality menggambarkan bahwa aktor tersebut memiliki tingkat popularitas yang tinggi
dalam diseminasi informasi mengenai pemeliharaan jeruk pamelo. Aktor nomor 63 merupakan Penyuluh Pertanian Lapang PPL memiliki popularitas yang tinggi
dalam mendiseminasikan informasi mengenai pemeliharaan jeruk pamelo, karena PPL memiliki tugas memberikan penyuluhan dan membina petani di Kecamatan
Sukomoro. Diseminasi informasi oleh PPL dan mantri tani aktor nomor 64 umumnya dilakukan melalui pertemuan kelompok tani, rapat koordinasi dengan
ketua kelompok tani se-Kecamatan, atau pada kegiatan insidental tertentu, seperti pelatihan pembuatan pupuk organik dan pembuatan bubur california untuk
membasmi hama pada tanaman jeruk secara alami.
Meskipun PPL jarang berdiskusi dan berinteraksi langsung, namun PPL dianggap masyarakat memiki kapabilitas mengenai perkembangan teknologi
pemeliharaan jeruk pamelo Aktor nomor 17 merupakan petani jeruk pamelo senior yang berpengalaman dan mengembangkan produksi pupuk organik dalam
skala yang cukup besar, umumnya petani di Desa Tambak Mas membeli pupuk atau berdiskusi tentang pemupukan jeruk pamelo. Beliau juga merupakan
pensiunan Dinas Pertanian, sehingga seringkali berperan sebagai jembatan informasi antara Dinas Pertanian dengan para petani di desa. Hal ini membuat
tingkat popularitas dan jangkauan komunikasi beliau luas.
Aktor nomor 12 selain berperan sebagai ketua gapoktan, beliau dianggap para petani sebagai tokoh masyarakat dan petani senior yang memiliki lahan dan
pengetahuan yang luas, sehingga dalam pertemuan poktan dan gapoktan, ataupun diskusi informal sering dijadikan tempat bertanya mengenai pemeliharaan jeruk
pamelo.
Aktor nomor 16 aktif dalam kepengurusan Poktan Sekar Mulyo dan Gapoktan Wijaya Kusuma, beliau juga aktif menjalin kerjasama dengan pihak eksternal
seperti akademisi, Dinas Pertanian, dan Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sukomoro. Hal ini dapat berpengaruh terhadap nilai indegree centrality yang
tinggi, yakni menggambarkan tingat popularitas aktor yang tinggi.
Nilai closeness centrality tertinggi pada jaringan komunikasi dalam diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo dimiliki oleh aktor nomor 64
nilai 0,474, aktor nomor 65 nilai 0,395, dan aktor nomor 16 nilai 0,399. Aktor nomor 64 dan 16 memiliki nilai indegree centrality dan outdegree
centrality yang tinggi, sehingga selain memiliki tingkat popularitas yang tinggi mereka juga memiliki tingkat independensi yang tinggi. Aktor tersebut dapat
menjangkau para petani atau aktor lainnya tanpa melalui perantara. Sedangkan aktor nomor 65 merupakan PPL yang sudah menjalani masa pensiun, namun tetap
sering berdiskusi dengan petani mengenai pemeliharaan jeruk pamelo.
Tabel 11 menunjukkan bahwa aktor-aktor sentral atau opinion leader yang berperan dalam diseminasi informasi menganai pemeliharaan jeruk pamelo
berdasarkan indikator indegree centrality, outdegree centrality, dan closeness centrality adalah aktor nomor 64, aktor nomor 16, aktor nomor 12, dan aktor
nomor 52. Petani di Desa Tambak Mas sebagian besar menjadikan aktor-aktor sentral tersebut sebagai rujukan atau tempat berdiskusi mengenai pemeliharaan
jeruk pamelo, seperti pemupukan, pengairan, pemangkasan, dan pemberantasan hama.
Derajat Sentralitas
Aktor Skor
Peran Indegree
centrality Aktor nomor 64
Aktor nomor 16 Aktor nomor 12
Aktor nomor 52 0,484
0,188 0,156
0,141 Mantri tani
Ketua Poktan Sekmul Ketua Gapoktan
Ketua Poktan Tarjo
Outdegree centrality
Aktor nomor 64 Aktor nomor 16
Aktor nomor 12 Aktor nomor 52
0,484 0,188
0,156 0,141
Mantri tani Ketua Poktan Sekmul
Ketua Gapoktan Ketua Poktan Tarjo
Closeness centrality
Aktor nomor 64 Aktor nomor 16
0,474 0,399
PPL Ketua Poktan Sekmul
Tabel 11 Derajat sentralitas pada jaringan diseminasi informasi pemeliharaan
jeruk pamelo
Aktor nomor 64 merupakan aktor sentral yang berprofesi sebagai mantri tani, sedangkan aktor nomor 16, 12, dan 52 merupakan petani jeruk pamelo senior yang
berpengalaman dan aktif sebagai ketua kelompok tani. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar petani berusaha mencari informasi atau menjalin komunikasi
terhadap sumber informasi formal seperti mantri tani dan sumber informasi informal seperti sesama petani jeruk pamelo untuk meningkatkan kualitas produksi
jeruk pamelo melalui tata cara pemeliharaan yang efektif.
Aktor nomor 64 merupakan aktor sentral yang berprofesi sebagai mantri tani, sedangkan aktor nomor 16, 12, dan 52 merupakan petani jeruk pamelo senior
yang berpengalaman dan aktif sebagai ketua kelompok tani. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar petani berusaha mencari informasi atau
menjalin komunikasi terhadap sumber informasi formal seperti mantri tani dan sumber informasi informal seperti sesama petani jeruk pamelo untuk
meningkatkan kualitas produksi jeruk pamelo melalui tata cara pemeliharaan yang efektif.
Aktor nomor 16 berperan sebagai bridge, penjembatan informasi mengenai aspek pemeliharaan jeruk pamelo antara aktor nomor 52 dari Kelompok Tani
Tawang Rejo dengan aktor nomor 41 dari Kelompok Tani Rukun. Sedangkan aktor nomor 12 berperan menjembatani informasi antara Kelompok Tani Sumber
Mas dengan Kelompok Tani Gotong Royong. Pada jaringan diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo tidak terdapat isolates, yakni aktor yang tidak
menjalin komunikasi atau berinteraksi dengan aktor lainnya dalam jaringan.
Analisis Jaringan Komunikasi dalam Pemasaran Jeruk Pamelo
Pemasaran merupakan aspek penting dalam rantai usahatani. Hasil produksi pertanian yang tinggi dan berkualitas, tanpa didukung dengan sistem pemasaran
yang baik tidak dapat memberikan pendapatan income yang tinggi bagi petani. Proses pemasaran jeruk pamelo dari petani di Desa Tambak Mas bertumpu pada
peran tengkulak. Tengkulak membeli jeruk pamelo petani sebelum musim panen tiba buah masih di pohon, yakni dengan keliling mencari petani pemilik
lahan jeruk pamelo, kemudian terjadi proses tawar menawar dengan petani pemiliki lahan mengenai harga “borongan”, misalnya satu petak kebun jeruk
petani dengan luasan tertentu di hargai lima juta rupiah. Namun, petani dapat memperkirakan jumlah jeruk pamelo yang akan dijual dengan menghitung jumlah
buah saat pembungkusan.
Jeruk tidak dihargai per buah seperti komoditas pertanian lainnya. Jika sudah dicapai kesepakatan harga, tengkulak akan memberikan uang muka sebagai
“tanda jadi” kepada petani. Jeruk akan diambil oleh tengkulak ketika musim panen tiba, yakni pada bulan Mei-Juli. Sistem pemasaran seperti ini dapat
dikatakan sebagai sistem ijon, dimana hasil pertanian dijual sebelum waktu panen tiba. Selanjutnya tengkulak akan memasarkan hasil panen petani menggunakan
mobil truk ke kota- kota besar di Jawa Tengah, Jawa Timur Madiun, Surabaya dan Jakarta sebagai pasar utama. Pemasaran jeruk pamelo dengan sistem ijon
merugikan petani, karena tengkulak berperan dalam menentukan harga price maker sedangkan petani tidak memiliki posisi tawar yang kuat dalam
menentukan harga jual. Jika petani menawar harga jual jeruk pamelo yang tinggi maka tengkulak tidak akan membeli, dan petani akan semakin rugi karena hasil
panen tidak terjual.
Tengkulak pun seringkali melanggar kesepakatan harga “borongan” dengan petani. Saat musim panen jeruk pamelo dan waktunya tengkulak melunasi
pembayaran, maka tengkulak akan berdalih harga pasar sedang jatuh sehingga terdapat pemotongan harga dari kesepakatan sebelumnya. Hal ini tentu semakin
merugikan petani.
Pemasaran jeruk pamelo selain melalui tengkulak, juga dilakukan melalui “tombong” yakni pedagang jeruk pamelo eceran yang membeli jeruk dalam skala
kecil. Tombong umumnya membeli jeruk pamelo dengan harga yang lebih tinggi dibanding tengkulak, yakni dihargai per jumlah buah. Selain itu, beberapa anggota
Kelompok Tani Sekar Mulyo sudah memasarkan jeruk pamelo berstandar Prima 3 melalui perusahaan Carrefour. Pemasaran melalui Carrefour dihargai cukup
tinggi, jika penjualan di tengkulak hanya sekitar Rp 3.000-4.000buah, dan tombong Rp 5.000buah, Carrefour dapat membeli dengan harga Rp 7.500- 8.000
buah. Namun, pembayaran tidak langsung dilakukan saat pembelian jeruk di petani, tetapi dua minggu hingga sebulan kemudian.
Petani membutuhkan modal cukup besar agar dapat memasarkan jeruk pamelo miliknya ke Carrefour, karena tempo pembayaran cukup lama. Selain itu,
Carrefour melakukan sortir atau pemilihan buah dengan ukuran standar tertentu besar sama, dan berkualitas baik, sehingga jeruk yang tidak sesuai standar tidak
terjual. Hal ini yang menyulitkan petani, karena saat panen pamelo, ukuran buah umumnya tidak seragam, terdapat buah berukuran besar, sedang, dan kecil.
Carrefour hanya menerima buah berukuran besar, sedangkan buah berukuran kecil milik petani tidak terjual, sehingga petani merugi.
Kekurangan dari sistem pemasaran jeruk pamelo berstandar Prima 3 adalah biaya produksi yang cukup tinggi karena dibudidayakan secara organik, namun
jika dijual ke pasar konvensional dihargai sama dengan buah jeruk pamelo non organik. Beberapa tengkulak bahkan lebih memilih jeruk pamelo non organik
yang baru disemprot pestisida seminggu sebelum panen, karena buah akan lebih awet dan tidak mudah busuk. Namun, dari sisi keamanan pangan hal ini tentu
membahayakan konsumen karena tingginya residu pestisida dalam buah.
Petani tidak memiliki posisi tawar yang kuat terhadap harga price taker yang ditentukan tengkulak. Ketika musim panen, karena jumlah produksi
meningkat maka harga pun akan cenderung turun. Namun, kendala terbesar adalah saat mulai masuknya jeruk pamelo dari Kabupaten Pangkep Sulawesi
Selatan ke Pasar Jakarta. Buah jeruk pamelo dari Pangkep dikirim menggunakan container dalam skala besar. Jeruk pamelo tersebut memiliki karakteristik ukuran
yang jauh lebih besar, dan harga yang jauh lebih murah. Harga jeruk pemelo Sulawesi berkisar Rp 2.000-3.000buah. Harga jeruk pamelo Pangkep yang jauh
lebih murah dikarenakan petani menanam jeruk dalam skala besar, yakni dengan luasan lahan 3-5 hektar. Sedangkan petani jeruk pamelo Magetan umumnya
menanam dalam skala yang lebih kecil, yakni kurang dari satu hektar. Harga yang murah dan ukuran yang lebih besar membuat pedagang pengecer dan konsumen
lebih tertarik, sehingga harga jeruk pamelo dari Magetan jatuh. Padahal dari segi kualitas rasa, jeruk pamelo magetan lebih unggul.
Informasi pemasaran seperti harga pasar, kuantitas produk yang dibutuhkan pasar, dan standar kualitas yang diinginkan pasar berperan penting bagi petani.
Poulton, et al 2000 menyatakan bahwa informasi pemasaran sangat bermanfaat dalam memberikan informasi kepada petani dalam pengambilan keputusan
penjualan dan meningkatkan efisiensi arbitrase pembelian barang yang lebih murah disuatu tempat untuk dijual kembali ke tempat yang lebih mahal.
Diseminasi informasi pemasaran di Desa Tambak Mas bertumpu pada tengkulak sebagai sumber informan utama.
Petani umumnya berdiskusi dan bertukar informasi pemasaran dengan tengkulak yang juga berperan sebagai petani. Sedangkan sumber informan formal
seperti PPL atau mantri tani tidak pernah memberikan informasi terkait pemasaran jeruk pamelo. Struktur komunikasi antar petani dalam diseminasi informasi
Sosiogram jaringan komunikasi dalam diseminasi informasi pemasaran ditunjukkan pada Gambar 15.
Gambar 15 Analisis jaringan komunikasi dalam diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo
Ket: Petani anggota poktan
Ketua poktan Ketua gapoktan PPL
Poktan Sumber Mas Poktan Sekar Mulyo Poktan Mekar Sari
Poktan Tani Rukun Poktan Gotong Royong Poktan Tawang Pada Gambar 15 dapat terlihat beberapa aktor nodes yang menjadi
pusat dalam jaringan dilihat dari jumlah anak panah path yang tertuju pada nodes tersebut, seperti aktor nomor 57, aktor nomor 9, aktor nomor 64, aktor
nomor 36, dan aktor nomor 43. Aktor sentral dalam diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo diidentifikasi menggunakan pengukuran derajat
sentralitas, yakni indegree centrality, outdegree centrality, dan closeness centrality. Indegree centrality merupakan jumlah pertalian ties yang diterima
seseorang dari aktor lain. Nilai indegree centrality dalam jaringan diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo berkisar antara 0,00-0,492. Nilai 0,00
menunjukkan aktor nodes dalam jaringan tersebut tidak ditunjuk oleh aktor lain atau tidak menjalin komunikasi terkait informasi pemasaran jeruk pamelo dengan
orang lain. Aktor yang memiliki nilai indegree centrality tertinggi, yaitu aktor nomor 36 nilai 0,492, aktor nomor 57 nilai 0,410, aktor nomor 9 nilai 0,213,
dan aktor nomor 43 nilai 0,148.
Aktor nomor 36 merupakan petani jeruk pamelo, sekaligus tengkulak besar yang membeli dan memasarkan hasil panen petani jeruk pamelo di Desa Tambak
Mas. Hasil panen petani sebagian besar dipasarkan ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. Petani memilih memasarkan hasil panennya melalui aktor nomor 36
karena dinilai memiliki kepribadian yang ramah, sering berinteraksi dengan rekan-rekan di lingkungannya, harga jual yang cukup tinggi, dan berkomitmen
membeli hasil panen petani sesuai dengan kesepakatan harga tidak melakukan pemotongan harga pembayaran secara sepihak. Hal ini menimbulkan
kepercayaan trust, sehingga sebagian besar petani sudah secara rutin setiap panen tahunan menjual hasil panennya pada aktor nomor 36.
Di luar kepentingan terkait pemasaran jeruk pamelo, aktor nomor 36 pun sering dijadikan rujukan atau tempat diskusi terkait pemasaran jeruk pamelo.
Beliau memberikan masukan seperti jenis varietas pamelo mana yang sedang disukai pasar dan mudah dijual, sehingga petani dapat menanam sesuai dengan
keinginan pasar seperti jeruk pamelo jenis Bali Merah dan Adas Nambangan. Selain itu, aktor nomor 36 pun aktif dalam kelompok tani dan cukup terbuka
memberikan informasi terkait perkembangan pasar, seperti fluktuasi harga, peluang lokasi pemasaran baru dan sebagainya. Hubungan yang terjalin antara
petani dan tengkulak aktor nomor 36 tidak berupa hubungan patron client yang mengikat, dimana petani sebagai client dan tengkulak sebagai patron. Petani
berhak memilih untuk menjual hasil panen kepada tengkulak manapun, kepercayaan trust yang membuat petani rutin menjual hasil panen tahunannya
pada aktor nomor 36.
Aktor nomor 9 merupakan petani sekaligus tengkulak berskala kecil, beliau menampung jeruk pamelo beberapa petani kemudian dijual kepada rekanan
pedagang di Madiun dan Jakarta. Beliau tidak dapat menampung jeruk pamelo dalam jumlah besar karena keterbatasan modal. Namun, sebagian petani di Desa
Tambak Mas memilih menjual hasil panennya pada beliau karena selain ditawar dengan harga yang cukup tinggi, beliau juga dikenal memiliki kepribadian yang
amanah, dan mudah bergaul dengan lingkungannya. Ketika harga di pasar jatuh, tidak jarang beliau merugi karena tetap harus membayar hasil panen petani sesuai
kesepakatan. Selain sebagai tengkulak, aktor nomor 9 merupakan petani yang aktif dalam kegiatan Kelompok Tani Gotong Royong, sehingga cukup sering
berdiskusi terkait informasi pemasaran dan budidaya jeruk pamelo.
Aktor nomor 57 merupakan tengkulak yang skalanya lebih besar dibanding aktor nomor 36, beliau dapat menampung penjualan jeruk pamelo
dalam jumlah besar dan mendistribusikan ke Jakarta, Semarang, Bali, dan Surabaya. Sebelum musim panen beliau akan berkeliling ke kebun-kebun jeruk
pamelo petani, tidak hanya di Desa Tambak Mas, namun ke desa-desa tetangga seperti Desa Tamanan, Desa Sukomoro, Desa Duwet, dan sebagainya. Kebun
yang buahnya lebat dan bagus, akan ditawarkan kepada pemiliknya untuk dibeli dengan harga tertentu. Harga yang ditawarkan cukup tinggi dibandingkan
tengkulak lain, namun menurut beberapa petani aktor nomor 57 terkadang memotong harga jual pada saat panen. Contohnya saat penawaran sebelum panen
sudah disepakati akan dibeli dengan sistem borongan sebesar Rp 6.000.000, namun saat panen dipotong menjadi Rp 4.500.000. Alasannya karena harga di
jeruk pamelo di pasaran sedang turun, dan petani tidak dapat melakukan apa-apa karena hasil panen sudah terlanjur terjual dan diberi uang muka sebelumnya.
Aktor nomor 43 merupakan tengkulak yang cukup dikenal di Kecamatan Sukomoro. Beliau dikenal sebagai tengkulak besar yang mampu menampung
puluhan ton jeruk pamelo hasil panen petani. Namun, karena beberapa kendala dalam penjualan dengan pedagang penampung di Jakarta, beliau mengalami
kerugian dalam jumlah yang besar. Hal ini menyebabkan selama beberapa tahun sempat berhenti menjadi tengkulak, kemudian merintis kembali dalam skala kecil.
Pada panen tahun ini beliau tidak membeli hasil panen petani karena jumlah produksi yang rendah, dan harga jual yang tinggi sehingga sangat beresiko.
Nilai indegree centrality tertinggi dimiliki oleh nodes yang merupakan tengkulak. Hal ini menunjukkan bahwa tengkulak memiliki tingkat popularitas
tertinggi dalam diseminasi informasi pemasaran dibandingkan aktor lain dalam jaringan. Petani lebih menyukai berdiskusi atau mencari informasi pemasaran
terhadap tengkulak, dibandingkan kepada rekan dalam kelompok tani atau PPL, karena tengkulak berhubungan langsung dengan pasar dan berperan penting
dalam menentukan harga jual jeruk pamelo.
Nilai closeness centrality dari setiap aktor dalam jaringan cukup merata, yakni berkisar antara 0,250-0,276. Nilai tersebut menggambarkan bahwa tidak
terdapat aktor sentral yang memiliki kedekatan paling tinggi dengan aktor lainnya. Setiap aktor dapat menjangkau informasi mengenai pemasaran langsung kepada
tengkulak atau sesama petani, tanpa melalui perantara. Jika individu petani ingin mengetahui harga jual jeruk pamelo, mereka akan langsung bertanya atau
berdiskusi dengan tengkulak, tanpa harus melalui rekan sesama petani.
Berdasarkan analisis tersebut dapat teridentifikasi opinion leader atau star dalam diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo antara lain aktor nomor 36,
aktor nomor 57, aktor nomor 9, dan aktor nomor 43. Seluruh aktor tersebut berperan sebagai tengkulak yang membeli dan mendistribusikan hasil panen
petani ke pedagang besar di pasar. Penyebaran informasi pemasaran jeruk pamelo di Desa Tambak Mas dilakukan secara tatap muka melalui pertemuan kelompok
tani atau berdiskusi langsung dengan sesama petani dan tengkulak. Informasi pasar melalui media radio, televisi, atau koran tidak menyentuh petani di
DesaTambak Mas. Keberadaan Gapoktan dan kelompok tani poktan belum dapat memfasilitasi informasi pemasaran jeruk pamelo kepada petani.
Analisis tersebut sesuai dengan hasil penelitian Mahaliyanaarachchi 2003 yang menunjukkan bahwa mayoritas petani sayuran di Srilanka 64 persen
menjadikan pemborong wholeseller sebagai sumber informasi pasar. Sebesar 19,7 persen memperoleh informasi dari tengkulak lokal local collector.
Sedangkan 11 persen petani memperoleh informasi pasar dari sesama petani yang berada di lingkungan mereka. Sumber informasi formal seperti radio, koran,
televisi, atau organisasi petani tidak memainkan peran yang signifikan atau tidak mampu menjalani peran sebagai penyedia informasi pasar. Petani memilih
pemborong sebagai sumber informaasi pasar karena harga jual produk mereka ditentukan oleh pemborong.
Poole dan Lynch 2003 menyatakan bahwa informasi pemasaran adalah barang publik public goods. Pedagang yang paling menguasai informasi pasar di
lapangan. Tidak seperti petani atau lembaga formal, pedagang akan menyimpan informasi-informasi yang dianggapnya penting dan menguntungkan dirinya,
sehingga dapat terjadi miskomunikasi dari informasi yang disampaikannya kepada petani produsen. Berdasarkan alasan tersebut, menurut Poole dan Lynch 2003
sebaiknya informasi sebagai barang publik semestinya disediakan oleh lembaga pemerintah.
Lembaga pemerintah yang bertugas dalam menangani pertanian yakni Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sukomoro, Dinas Pertanian Kabupaten
Magetan. Namun, sebagian besar petani belum merasakan peran keberadaan lembaga formal pemerintah dalam memfaslitasi informasi pemasaran jeruk
pamelo. Hal ini menyebabkan opinion leader atau star dalam jaringan merupakan sumber informal seperti tengkulak.
Tidak terdapat bridge dalam jaringan yang menghubungkan satu poktan dan poktan lainnya. Dalam diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo, setiap aktor
petani mencari informasi secara langsung, baik kepada sesama rekan petani atau kepada tengkulak tanpa harus melalui perantara aktor lain. Selain itu, terdapat
beberapa aktor yang menjadi isolate dalam jaringan, seperti aktor nomor 1, 2, 3, 4, 5, 8, 18,19, 20, 23, 25, 26, 27, 30, 31, 32, 33, 55, dan 68. Aktor- aktor tersebut
tidak terlibat dalam jaringan komunikasi pemasaran jeruk pamelo di Desa Tambak Mas, karena mereka tidak aktif berkomunikasi atau mencari informasi mengenai
pemasaran kepada aktor lain di Desa Tambak Mas. Seperti aktor nomor 1, 2, 3,4,5 30, 31, 32, 33, dan 55 yang memilih mencari informasi dan memasarkan
sendiri hasil panen kepada pedagang atau langsung kepada konsumen.
Analisis Jaringan Komunikasi Kelompok Tani di Desa Tambak Mas 1.
Analisis Jaringan Komunikasi Kelompok Tani Sekar Mulyo
Kelompok Tani Sekar Mulyo terdiri dari 42 orang yang diketuai oleh Bapak Djoko, namun hanya terdapat sepuluh anggota poktan yang aktif melakukan
budidaya jeruk pamelo. Poktan Sekar Mulyo sudah menerapkan pola penanaman jeruk pamelo secara organik. Proses penanaman jeruk pamelo sebagian besar
menggunakan cangkok, dan sebagian kecil petani yang menanam menggunakan okulasi bibit dari Dinas Pertanian. Proses diseminasi informasi mengenai
penanaman jeruk pamelo terjadi melalui diskusi atau komunikasi antar anggota poktan, sehingga membentuk struktur jaringan komunikasi tertentu. Analisis
jaringan komunikasi dalam proses penanaman jeruk pamelo terdapat pada Gambar 16. Struktur jaringan komunikasi dalam diseminasi informasi penanaman
jeruk pamelo berdasarkan Devito 1997 membentuk struktur roda. Pada struktur roda, terdapat seorang aktor sentral pemimpin yang mengendalikan aliran
informasi. Aktor sentral yang mengendalikan informasi adalah aktor nomor 16, yakni ketua Poktan Sekar Mulyo.
Ketua poktan berperan aktif dalam mendiseminasikan informasi penanaman dan mendistribusikan bantuan bibit jeruk pamelo kepada anggota
poktan, dan kepada anggota poktan lainnya yang tergabung dalam Gapoktan Wijaya Kusuma. Anggota poktan sebagian besar bertanya dan berdiskusi
mengenai bantuan pembibitan dan cara penanaman jeruk pamelo langsung kepada aktor nomor 16, tanpa melalui perantara. Anggota poktan pun memilik
berkomunikasi secara langsung tanpa melalui perantara, sedangkan aktor nomor 18 yang menjadi rujukan empat orang rekan kelompok, karena aktif memproduksi
bibit jeruk pamelo cangkok dan menjual kepada sesama petani.
Struktur jaringan menurut Rogers dan Kincaid 1981 membentuk interlocking network karena proses komunikasi terpusat, memiliki integrasi yang
cukup kuat, dan latar belakang anggota yang relatif sama.
Gambar 16 Analisis jaringan komunikasi Kelompok Tani Sekar Mulyo dalam diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo
Pada proses pemelihararaan jeruk pamelo, seperti pemupukan, pemangkasan, pembungkusan, dan pemberian pestisida. Aspek pemeliharaan
jeruk pamelo yang didiskusikan sebagian besar sudah mengerucut pada teknis pemeliharaan secara organik untuk menghasilkan jeruk pamelo berstandar Prima-
3. Anggota poktan umumnya bertukar informasi saat pertemuan kelompok tani satu bulan sekali. Terdapat proses tanya jawab atau sharing dimana setiap
anggota poktan yang memiliki pengalaman atau pengetahuan pun dapat memberikan jawaban. Struktur komunikasi yang terbentuk dalam diseminasi
informasi pemeliharaan jeruk pamelo ditunjukkan pada Gambar 17.
Struktur jaringan komunikasi pada diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo di Kelompok Tani Sekar Mulyo membetuk pola bintang semua saluran,
dimana semua anggota kelompok memiliki posisi dan peran yang sama saat berdiskusi. Aktor nomor 16 berperan memimpin proses diskusi saat pertemuan
kelompok atau menjadi rujukan bagi anggota lain untuk melakukan teknis pemeliharaan secara organik karena beliau cukup sering berinteraksi langsung
dengan pihak Dinas Pertanian Kab. Magetan, sehingga cukup banyak anak panah edges yang tertuju pada nodes nomor 16. Seluruh anggota kelompok pun
berpartisipasi aktif dalam proses komunikasi, sehingga tidak ada aktor yang menajdi isolate dalam jaringan. Struktur jaringan berdasarkan klasifikasi Rogers
dan Kincaid 1981 membentuk struktur interlocking network karena setiap individu yang terhubung memiliki latar belakang yang relatif sama homofili,
memiliki anggota yang relatif sedikit dan terdapat integrasi kesatuan yang kuat antar satu individu dengan individu lainnya saat berdiskusi mengenai aspek
pemeliharaan jeruk pamelo. Struktur ini memungkinkan tercapainya komunikasi yang lebih efektif.
.
Gambar 17 Analisis jaringan komunikasi Kelompok Tani Sekar Mulyo dalam
diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo Pada proses pemasaran jeruk pamelo, diskusi atau pertukaran informasi
pemasaran jarang terjadi di Poktan Sekar Mulyo. Umumnya petani mencari atau memperoleh informasi pemasaran langsung kepada tengkulak. Diskusi mengenai
pemasaran jeruk pamelo umumnya berlangsung secara informal dengan rekan petani yang rumah atau lokasi kebunnya berdekatan, sedangkan dalam pertemuan
poktan jarang terdapat diskusi khusus mengenai pemasaran. Struktur jaringan komunikasi yang terbentuk dalam diseminasi informasi pemasaran ditunjukkan
pada Gambar 18.
Gambar 18 Analisis jaringan komunikasi Kelompok Tani Sekar Mulyo dalam diseminasi informasi pemasaran
Struktur yang terbentuk tidak persis menyerupai kategorisasi berdasarkan konsep Devito 1997, namun mendekati pola Y, dimana aktor nomor 15 dan 16
menjadi nodes yang dijadikan tempat berdiskusi oleh anggota lain. Informasi
mengalir dari mulut ke mulut pada aktor nomor 14, 15, 16, 17, 18, dan 21. Sedangkan aktor nomor 19, 20, 22, dan 23 tidak terlibat dalam proses komunikasi
mengenai informasi pemasaran dengan anggota Poktan Sekar Mulyo karena memilih berkomunikasi langsung dengan tengkulak diluar kelompok atau diluar
Desa Sekar Mulyo, atau dapat dikatakan sebagai isolate dalam jaringan. Struktur jaringan komunikasi berdasarkan klasifikasi Rogers dan Kincaid 1981
membentuk radial personal network, dimana jaringan cenderung menyebar tidak terpusat pada satu aktor, terbuka terhadap masuknya informasi pemasaran dari
luar kelompok, dan integrasi antar anggota saat berdiskusi mengenai pemasaran tidak kuat cenderung individualis.
Densitas density menghitung berapa banyak hubungan pertalian ties yang terjadi dalam jaringan, dan mengekspresikan jumlah tersebut sebagai
proporsi dari hubungan pertalian yang potensial terjadi dalam jaringan. Semakin tinggi nilai densitas, semakin padat jaringan, sehingga dapat dikatakan semakin
tinggi tingkat kohesivitas dalam jaringan Prell 2012. Nilai densitas dalam jaringan penanaman jeruk pamelo sebesar 0,133. Nilai tersebut menunjukkan
kepadatan dalam jaringan penanaman jeruk pamelo rendah. Dapat terlihat dari sedikitnya jumlah anak panah yang menunjukkan rendahnya jumlah interaksi
komunikasi antar anggota mengenai penanaman jeruk pamelo.
Nilai densitas pada jaringan pemeliharaan jeruk pamelo sebesar 0,467. Nilai densitas tersebut lebih besar dibandingkan nilai densitas pada jaringan
penanaman jeruk pamelo. Dapat terlihat dalam Gambar 17 bahwa jaringan lebih padat, dan lebih banyak interaksikomunikasi antar anggota poktan mengenai
aspek pemeliharaan jeruk pamelo. Tingginya nilai densitas menggambarkan kohesivitas kelompok yang tinggi dalam diseminasi informasi pemeliharaan jeruk
pamelo. Dapat terlihat bahwa semua anggota poktan aktif berdiskusi dan bertukar informasi mengenai pemeliharaan jeruk pamelo.
Nilai densitas pada jaringan pemasaran jeruk pamelo sebesar 0,067. Nilai tersebut terkategori rendah, jika dibandingkan nilai densitas pada jaringan
penanaman dan pemeliharaan jeruk pamelo. Hal ini karena interaksi mengenai pemasaran hanya melibatkan lima orang anggota poktan, sedangkan empat orang
anggota lainnya tidak berinteraksi sama sekali isolate. Rendahnya densitas dalam jaringan pemasaran menunjukkan rendahnya kohesivitas antar anggota
dalam mendiskusikan pemasaran jeruk pamelo. Anggota poktan cenderung individualis untuk membahas pemasaran jeruk pamelo, mereka memilih untuk
berdiskusi mengenai pemasaran jeruk pamelo langsung dengan tengkulak diluar poktan, dibandingkan dengan rekan sesama anggota poktan.