Analisis Jaringan Komunikasi Kelompok Tani Rukun

Struktur jaringan berdasarkan klasifikasi Rogers dan Kincaid 1981 membentuk struktur interlocking personal network, dimana struktur jaringan lebih terpusat, dan integrasi antar anggota lebih kuat karena setiap anggota berpatisipasi aktif dalam diskusiproses komunikasi mengenai aspek pemeliharaan jeruk pamelo. Pada proses pemasaran, hampir seluruh petani anggota poktan tani rukun menjual hasil panennya kepada tengkulak. Diseminasi informasi mengenai pemasaran jeruk pamelo tidak berlangsung dalam pertemuan rutin poktan, diskusi mengenai pemasaran terjadi dalam pertemuan informal di warung kopi, kebun, atau salah satu rumah anggota poktan. Struktur jaringan komunikasi yang terbentuk seperti pola roda, dimana aktor nomor 36 dan 43 sebagai pusat atau aktor sentral dalam jaringan. Tidak seluruh anggota poktan berkomunikasi satu sama lainberpatisipasi aktif dalam diskusi mengenai pemasaran jeruk pamelo. Aktor nomor 36 merupakan petani berpengalaman sekaligus tengkulak besar yang membeli dan mendistribusikan hasil panen jeruk petani ke pedagang besar di Jakarta. Sebagian besar anggota poktan tani rukun memilih mencari informasi mengenai harga pasar, jenis jeruk pamelo yang diinginkan pasar, dan menawarkan hasil panen kepada aktor nomor 36. Hal ini karena harga beli jeruk cukup tinggi jika dibandingkan tengkulak lain, dan membayar hasil panen petani sesuai kesepakatan harga. Selain itu, anggota poktan tani rukun memilih berdiskusi dan memasarkan hasil panen melalui aktor nomor 36 karena sudah mengenal dekat tempat tinggal berdekatan dan terbangun kepercayaan trust, sehingga hampir setiap panen tahunan mereka menjual kepada beliau. Aktor nomor 43 sebelumnya merupakan tengkulak besar yang cukup dikenal di Desa Tambak Mas, namun skala usahanya menurun drastis sehingga saat ini hanya mendistribusikan hasil panen petani dalam skala kecil. Namun, sebagian petani tetap sering menjadikannya sebagai rujukan informasi mengenai pemasaran. Gambar 24 Analisis jaringan komunikasi Kelompok Tani Rukun dalam diseminasi informasi pemasaran jeruk pamelo Struktur jaringan dalam diseminasi informasi pemasaran menurut Rogers dan Kincaid 1981 membentuk pola interlocking personal network, karena struktur jaringan cenderung memusat pada aktor sentral, integrasi dalam kelompok cukup kuat, dan latar belakang anggota cenderung homofili. Densitas pada jaringan diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo di Poktan Tani Rukun, yaitu sebesar 0,05. Nilai tersebut menunjukkan rendahnya kepadatan jaringan poktan dalam mendiseminasikan informasi mengenai penanaman jeruk pamelo. Struktur jaringan pada Gambar 21 menunjukkan interaksi yang umumnya berjalan satu arah, terpusat pada aktor nomor 39. Interaksi tersebut umumnya hanya terkait distribusi bantuan bibit jeruk pamelo kepada anggota yang membutuhkan. Terdapat lima petani anggota poktan yang menjadi isolate dalam jaringan. Densitas pada jaringan diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo lebih tinggi, yaitu 0,129. Dapat terlihat pada Gambar 22 bahwa jaringan lebih membentuk struktur semua saluran pola bintang, dimana hampir seluruh anggota aktif berinteraksi mengenai aspek pemeliharaan jeruk pamelo. Hal ini karena teknik pemeliharaan jeruk pamelo terus berkembang dari waktu ke waktu, jenis pupuk, pestisida, teknik pengairan, dapat berubah dan berkembang untuk menghasilkan produksi yang optimal. Densitas pada jaringan diseminasi informasi pemasaran bernilai 0,104. Nilai tersebut tergolong rendah, namun relatif lebih tinggi dibandingkan densitas pemasaran pada poktan lainnya. Hal ini karena di Poktan Tani Rukun terdapat tiga orang tengkulak yang menjadi sumber informan mengenai informasi pemasaran sehingga struktur yang terbentuk memusat kepada aktor nomor 36, 38, dan 43.

4. Analisis Jaringan Komunikasi Kelompok Tani Gotong Royong

Kelompok Tani Gotong Royong memiliki jumlah anggota sebanyak 75 petani, namun tidak semua anggota aktif dalam kegiatan poktan. Anggota Poktan Gotong Royong yang membudidayakan jeruk pamelo hanya berjumlah lima orang, anggota lainnya memilih membudidayakan komoditas lain karena semakin sulit melakukan pemeliharaan jeruk pamelo. Pada proses penanaman atau pembibitan sebagian kecil anggota poktan menerima bantuan bibit yang didistribusikan melalui Gapoktan, namun sebagian petani lainnya memilih menggunakan bibit cangkok buatan sendiri dan menolak bantuan bibit. Struktur jaringan komunikasi dalam diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo di Poktan Gotong Royong membentuk struktur rantai. Pola yang terbentuk menyerupai rantai, dimana aktor yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin dibandingkan aktor yang berada diposisi lain. Aktor sentral dalam jaringan adalah aktor nomor 58. Aktor nomor 58 merupakan petani jeruk pamelo yang sudah berpengalaman sekaligus sebagai tengkulak besar di Desa Tambak Mas, sehingga anggota poktan yang melakukan budidaya jeruk pamelo memilih berdiskusi dengan beliau mengenai budidaya jeruk pamelo, termasuk dalam hal pembibitan. Terdapat dua aktor yang merupakan isolate dalam jaringan, karena tidak pernah berkomunikasi dengan anggota poktan lain terkait pembibitan. Proses pembibitan sudah cukup dikuasai sehingga tidak perlu bertanya atau berdiskusi. Struktur jaringan dalam diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo di Poktan Gotong Royong berdasarkan klasifikasi Rogers dan Kincaid 1981 membentuk pola radial network dimana pola jaringan tidak terpusat, dan integrasi antar anggota relatif lemah untuk mendiskusikan aspek penanaman. Gambar 25 Analisis jaringan komunikasi Kelompok Tani Gotong Royong dalam diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo Proses pemeliharaan jeruk pamelo mengalami banyak tantangan dalam tiga tahun terakhir, sehingga proses pemeliharaan harus lebih intensif agar panen yang dihasilkan tetap optimal. Proses komunikasi dalam bentuk diskusi atau obrolan ringan mengenai pemeliharaan jeruk pamelo membentuk struktur Y berdasarkan konsep Devito 1997. Pada struktur Y terdapat seorang aktor sentral pemimin yang jelas, tetapi satu anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua orang kedua dari bawah. Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Sedangkan ketiga anggota lain komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya. Jika dibandingkan dengan struktur roda, struktur Y relatif kurang tersentralisasi, namun termasuk lebih tersentralisasi dibandingkan dengan pola lainnya. Aktor sentral dalam jaringan adalah aktor nomor 58, sedangkan aktor yang berperan sebagai pemimpin kedua adalah aktor nomor 60 yang merupakan ketua Poktan Gotong Royong. Berdasarkan sosiogram yang terbentuk dalam diseminasi informasi penanaman dan pemeliharaan dapat telihat peran aktor nomor 56 sebagai petani dan tengkulak lebih besar dibandingkan aktor nomor 60 sebagai ketua poktan. Hal ini karena selain berperan sebagai ketua poktan, aktor nomor 60 merupakan Pegawai Negeri Sipil di kantor desa, sehingga memiliki rutinitas kesibukan dan sulit ditemui anggotanya. Struktur jaringan komunikasi pada diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo menurut klasifikasi Rogers dan Kincaid 1981 membentuk struktur interlocking personal network karena pola jaringan cenderung memusat, setiap anggota terlibat dalam proses komunikasi sehingga integrasi cukup kuat, dan latar belakang anggota yang relatif sama homofili. Pada diseminasi informasi pemasaran, aktor nomor 58 tetap memiliki posisi sentral dalam jaringan. Aktor tersebut yang membeli dan mendistribusikan hasil panen sebagian petani di Desa Tambak Mas atau dikenal sebagai tengkulak yang sudah berpengalaman. Hal ini menyebabkan petani jeruk pamelo anggota poktan gotong royong akan langsung bertanya atau berdiskusi langsung kepada aktor nomor 58, tanpa melalui perantara.Oleh karena itu, struktur komunikasi yang terbentuk berdasarkan konsep Devito 1997 adalah pola roda. Gambar 26 Analisis jaringan komunikasi Kelompok Tani Gotong Royong dalam diseminasi informasi pemeliharaan jeruk pamelo Pada struktur roda, seorang aktor sentralpemimpin yakni aktor nomor 58 mampu mengendalikan aliran informasi pemasaran. Aktor tersebut merupakan satu-satunya orang yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua petani jeruk pamelo anggota Poktan Gotong Royong. Berdasarkan klasifikasi struktur jaringan menurut Rogers dan Kincaid 1981, proses diseminasi informasi pemasaran pada Poktan Gotong Royong membentuk struktur interlocking network karena jaringan memusat pada aktir sentral, latar belakang anggota relatif sama tengkulak merupakan anggota poktan, dan integrasi yang cukup kuat karena setiap anggota terlibat dalam proses komunikasi. Densitas pada jaringan diseminasi informasi penanaman jeruk pamelo sebesar 0,1 nilai tersebut menunjukkan densitas kelompok yang terkategori rendah. Proses komunikasi mengenai aspek penanaman berjalan secara linier membentuk struktur rantai, dan hanya melibatkan tiga aktor sedangkan dua aktor lainnya menjadi isolate tidak terlibat dalam proses komunikasi. Densitas pada jaringan diseminasi informasi pemeliharaan cenderung lebih tinggi, seperti pada poktan lainnya, yakni sebesar 0,2. Pada jaringan pemeliharaan semua aktor terlibat dalam proses komunikasi dengan membentuk struktur Y. Jaringan informasi pemasaran pun memiliki nilai densitas yang sama, sebesar 0,2. Kepadatan jaringan ini terkategori sedang, interaksi mengenai pemasaran cukup baik karena terdapat anggota poktan aktor nomor 58 yang berprofesi sebagai tengkulak. Anggota poktan akan berkomunikasi langsung kepada aktor nomor 58 mengenai informasi pemasaran terbaru.