Kelompok Tani Mekarsari Efektivitas Diseminasi Informasi Produksi dan Pemasaran
6 KARAKTERISTIK INDIVIDU PETANI JERUK PAMELO
Petani di Desa Tambak Mas sudah membudidayakan komoditas jeruk pamelo sejak tahun 1980-an. Budidaya jeruk pamelo kemudian berkembang dan
diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya, sehingga sebagian besar petani jeruk pamelo di Desa Tambak Mas sudah berpengalaman.
Gambar 7 Persentase petani berdasarkan tingkat pengalaman usahatani jeruk pamelo
Gambar 7 menunjukkan tingginya tingkat pengalaman usahatani jeruk pamelo di Desa Tambak Mas, dimana 54,8 persen petani telah berpengalaman
membudidayakan jeruk pamelo lebih dari dua puluh lima tahun. Sebesar 33,9 persen petani sudah membudidayakan jeruk pamelo selama 11-25 tahun.
Tingginya tingkat pengalaman usahatani membuat mereka sulit menerima tata cara budidaya jeruk pamelo yang baru diperkenalkan oleh Petugas Penyuluh
Lapangan PPL, atau akademisi.
Petani umumnya lebih memilih menggunakan cara budidaya jeruk pamelo secara konvensional yang sudah diturunkan dari orangtua. Contohnya pembibitan
jeruk pamelo yang diperkenalkan oleh PPL dan akademisi peneliti dan dosen adalah menggunakan okulasi agar tanaman yang dihasilkan memiliki perakaran
yang kuat. Bibit jeruk pamelo dalam bentuk okulasi pun dibagikan secara gratis kepada petani, namun bibit tersebut tidak digunakan oleh petani. Petani cenderung
lebih meyakini sistem pembibitan menggunakan cangkok yang telah diajarkan secara turun temurun, dan sudah diaplikasikan puluhan tahun di lahan jeruk
pamelo mereka.
Sebagian besar petani jeruk pamelo di Desa Tambak Mas 56,5 persen memiliki luas lahan antara 0,5 hektar hingga 1 hektar, dan sebesar 33,9 persen
petani hanya memiliki luas lahan kurang dari 0,5 hektar. Sejumlah 9,7 persen petani jeruk pamelo berskala besar memiliki lahan lebih dari satu hektar. Lahan
usahatani di Desa Tambak Mas umumnya dimiliki oleh orangtua, dikelola bersama- sama anggota keluarga, dan diturunkan dari generasi ke generasi. Selain
ditanam secara khusus di lahan kering kebun, jeruk pamelo juga ditanam di pekarangan rumah petani.
11,30 33,9
54,8
1-10 tahun 11-25 tahun
25 tahun
Gambar 8 Persentase petani jeruk pamelo berdasarkan kepemilikan luas lahan jeruk pamelo
Luas lahan yang dimiliki petani umumnya berpengaruh terhadap pendapatan income hasil pertanian. Semakin luas lahan, semakin besar
pendapatan yang diperoleh petani. Petani yang memiliki lahan lebih dari satu hektar dapat memperoleh penghasilan hingga 70 juta rupiah saat panen tahunan.
Sedangkan petani yang berlahan 0,5-1 hektar hanya mendapatkan 5-10 juta per tahun. Sebesar 41,9 persen petani dapat memperoleh pendapatan 16-40 juta rupiah
per tahun dari hasil panen jeruk pamelo. Pendapatan ini dapat diperoleh jika kondisi cuaca mendukung, buah berkembang normal tanpa ada gangguan hama
atau penyakit tanaman.
Sebesar 29 persen petani memperoleh pendapatan antara 0-15 juta tahun, umumnya adalah petani yang lahan pertanian jeruknya tidak terlalu luas.
Sedangkan petani yang memiliki lahan luas, dapat memperoleh pendapatan lebih dari 40 juta per tahun.
Gambar 9 Persentase petani berdasarkan tingkat pendapatan usahatani jeruk pamelo
Budidaya jeruk pamelo sebagian besar dikerjakan oleh unit analisis rumah tangga dimana suami, istri, dan anak terlibat dalam mengelola lahan, mulai dari
pembibitan, pemeliharaan, pemanenan, hingga pemasaran. Keterlibatan seluruh anggota keluarga ditujukan untuk menghemat pengeluaran pemeliharaan jeruk
pamelo. Jika mempekerjakan buruh tani untuk mengelola kebun, perlu digaji sekitar Rp 35.000-Rp 50.000hari, bagi petani dengan luas lahan yang terbatas
33,9 56,5
9,7 0,5 ha
0,5- 1 ha 1 ha
29 42
29
0-15 jutatahun 16-40 jutatahun
40 jutatahun