44
c. Prinsip kewajiban membaca duty to read
Dalam ilmu hukum kontrak diajarkan bahwa ada kewajiban membaca duty to read bagi setiap pihak yang akan
menandatangani kontrak. Dengan demikian, jika dia telah menandatangani
kontrak yang
bersangkutan, hukum
mengasumsikan bahwa dia telah membacanya dan menyetujui apa yang telah dibacanya.
d. Prinsip kontrak mengikuti kebiasaan
Kontrak sebagai role yang mengatur apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan para pihak bukan bearti apa
yang tidak dicantumkan dalam kontrak boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Ada prinsip kebiasaan juga yang mengikat para
pihak dalam perjanjian. Pasal 1339 mengatakan bahwa:
Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala
sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan undang-undang. Ketentuan pasal ini
ditujukan untuk memenuhi rasa keadilan disamping kepastian hukum.
102
3.1.6 Pencantuman Klausul Eksonerasi
3.1.6.1 Klausul Eksonerasi
Dalam kontrak baku yang merupakan sumber malapetaka dalam kontrak tersebut adalah terdapatnya beberapa klausula
102
Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 85.
45
yang sangat memberatkan salah satu pihak. Salah satu klausula berat sebelah tersebut adalah klausula eksonerasi.
Klausula eksonerasi adalah klausula yang dicantumkan dalam suatu perjanjian, di mana satu pihak menghindarkan diri
untuk memenuhi kewajibannya membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas, yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan
melawan hukum.
103
Rijken mengatakan bahwa klausul eksonerasi adalah klausul yang dicantumkan di dalam suatu perjanjian dengan
mana satu pihak menghindarkan diri untuk memenuhi kewajibannya dengan membayar ganti rugi seluruhnya atau
terbatas, yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melawan hukum.
104
Menurut Meriam Darus Badrulzaman, perjanjian baku dengan klausula eksonerasi yang meniadakan atau membatasi
kewajiban salah satu pihak kreditur untuk membayar ganti kerugian kepada debitur, memiliki ciri sebagai berikut:
a. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang
posisinya relatif kuat daripada debitur. b.
Debitur sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian itu.
103
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Prenada Media Group, 2013, cet. 67.
104
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Bandung: P.T. Alumni, 2005, cet. Ke 2, hal. 47
46
c. Terdorong oleh kebutuhannya, debitur terpaksa
menerima perjanjian tersebut. d.
Bentuknya tertulis. e.
Dipersipakan terlebih dahulu secara massal atau individual.
105
Dari pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perjanjian baku dengan klausula eksonerasi pada
prinsipnya hanya menguntungkan pelaku usaha dan merugikan konsumen, karena klausulanya tidak seimbang dan tidak
mencerminkan keadilan.
3.1.6.2 ForceMajeure