38
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa hakikat dari perjanjian baku adalah perjanjian yang telah distandarisasi isinya oleh pihak ekonomi
kuat sedangkan pihak lainnya konsumen hanya diminta untuk menerima atau menolak isinya.
Apabila konsumen menerima isi perjanjian tersebut maka ia menandatangani perjanjian tersebut, apabila ia menolak maka perjanjian
itu dianggap tidak ada.
3.1.2 Jenis-jenis Kontrak Baku
Meriam Darus Badrulzaman membagi jenis perjanjian baku
menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Perjanjian baku sepihak, yaitu perjanjian yang isinya ditentukan
oleh pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu. Pihak kuat di sini ialah pihak kreditur yang lazimnya mempunyai posisi
ekonomi kuat dibandingkan pihak debitur. b.
Perjanjian baku timbal balik, yaitu perjanjian baku yang isinya ditentukan oleh kedua belah pihak, misalnya perjanjian baku yang
terdiri dari pihak majikan kreditur dan pihak buruh debitur. Keuda pihak lazimnya terikat dalam organinasi, misalnya
perjanjian buruh kolektif. c.
Perjanjian baku yang ditetapkan oleh Pemerintah yaitu perjanjian baku yang isinya ditentukan Pemerintah terhadap perbuatan-
perbuatan hukum tertentu, misalnya perjanjian yang mempunyai objek hak-hak atas tanah.
39
d. Perjanjian baku yang ditentukan di likungan notaris atau advokat,
yaitu perjanjian-perjanjian yang konsepnya sejak semula sudah disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat
yang diminta bantuan notaris atau advokat yang bersangkutan.
97
3.1.3 Bentuk Klausula Baku Dalam Perjanjian
Di dalam Pasal 18 UU No. 8 Tahun 1999, pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan
dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen danatau perjanjian, antara lain:
a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.
b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan
kembali barang yang dibeli konsumen. c.
Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan atau jasa yang
dibeli konsumen. d.
Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
melakukan segela tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli konsumen secara angsuran.
e. Mengatur perihal pembukian atas hilangnya kegunaan barang atau
pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen.
97
Salim, Hukum Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, cet. 4, hal. 109.
40
f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat
jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa.
g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturannya berupa
aturan baru, tambahan, lanjuran danatau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen
memanfaatkan jasa yang dibelinya. h.
Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak
jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
98
Di dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13SEOJK.072014 dijelaskan klausula dalam perjanjian baku yang
dilarang adalah yang memuat: a
Klausula eksonerasieksemsi yaitu yang sisinya menambah hak danatau mengurangi kewajiban PUJK, atau mengurangi hak
danatau menambah kewajiban Konsumen. b
Penyalahgunaan keadaan yaitu suatu kondisi dalam Perjanjian Baku yang memiliki indikasi penyalahgunaan keadaan. Contoh
terhadap kondisi ini misalkan memanfaatkan kondisi Konsumen yang mendesak karena kondisi tertentu atau dalam keadaan
darurat dan secara sengaja atau tidak sengaja PUJK tidak
98
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
41
menjelaskan manfaat, biaya dan risiko dari produk danatau layanan yang ditawarkan.
99
Di dalam
Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan
Nomor 1POJK.072013 Pasal 22 dijelaskan perjanjian baku yang dilarang
adalah perjanjian yang memuat hal-hal sebagai berikut: a.
Menyatakan pengalihan tanggung jawab atau kewajiban Pelaku Usaha Jasa Keuangan kepada Konsumen.
b. Menyatakan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak menolak
pengembalian uang yang telah dibayar oleh Konsumen atas produk danatau layanan yang dibeli.
c. Menyatakan pemberian kuasa dari Konsumen kepada Pelaku
Usaha Jasa Keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan segala tindakan sepihak atas barang
yang digunakan oleh Konsumen, kecuali tindakan sepihak tersebut dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
d. Mengatur tentang kewajiban pembuktikan oleh Konsumen, jika
Pelaku Usaha Jasa Keuangan yang menyatakan bahwa hilangnya kegunaan produk danatau layanan yang dibeli oleh Konsumen
bukan merupakan tanggung jawab Pelaku Usaha Jasa Keuangan. e.
Membeli hak kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk mengurangi kegunaan produk danatau layanan atau mengurangi
99
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13SEOJK.072014 Tentang Perjanjian Baku.
42
harta kekayaan Konsumen yang menjadi obyek perjanjian produk dan layanan.
f. Menyatakan bahwa Konsumen tunduk pada peraturan baru,
tambahan, lanjutan danatau perubahan yang dibuat secara sepihak oleh Pelaku Usaha Jasa Kuangan dalam masa Konsumen
memanfaatkan produk danatau layanan yang dibelinya. g.
Menyatakan bahwa Konsumen memberi kuasa kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk pembebanan hak tanggungan, hak
gadai, atau hak jaminan atas produk danatau layanan yang dibeli oleh Konsumen secara angsuran.
100
3.1.4 Dasar Hukum Kontrak Baku