Analisis Isi Kontrak Baku Perspektif Hukum Pelindungan Konsumen

71 Pasal 22 Subrigasi, Pasal 23 Pembayaran Gati Rugi, Pasal 24 Pemulihan Harga Pertanggungan, Pasal 25 Hilangnya Hak Ganti Rugi, Pasal 26 Mata Uang, Pasal 27 Penghentian Pertanggungan, Pasal 28 Pengembalian Kontribusi, Pasal 29 Perselisihan, Pasal 30 Penutup.

4.6 Analisis Isi Kontrak Baku Perspektif Hukum Pelindungan Konsumen

Perlindungan Konsumen adalah ruh asuransi syariah berjalan dengen baik atau tidak. Sebab semakin baik perlindungan konsumen maka secara otomatis kepuasaaan dan tingkat keprcayaan konsumen akan semakin meningkat. Walaupun demikian masih banyak ditemukan pelanggaran kontrak baku yang dikeluarkan asauransi syariah. Pelanggaran ini dapat terjadi memanfaatkan posisi peserta asuransi yang lemah secara ekonomi dan kesempatan mereka untu mempelajari polis yang ditawarkan kepada mereka. Pengaturan mengenai ketentuan polis baku telah diatur oleh UUPK pasal 18 dalam empat ayat dan OJK dalam aturannya Nomor 1POJK.072013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan pasal 22 ayat 3 menjelaskan ada 7 tujuh larangan dicantumkan dalam polis standar yang dibuat.

1. Pengalih tanggung jawab atau kewajiban perusahaan kepada

konsumen Usaha perusahaan asuransi untuk melespakan tanggung jawabnya kejadian kejadian yang seharusnya menjadi tanggung jawab perusahan untuk ditanggung serig kali dihindari dengan menyantumkan dalam 72 kontrak baku yang mereka buat. Perbuatan ini dilarang oleh undang- undang oleh UUPK dan POJK. Larangan tersebut jeas diatur dalam UUPK pasal 18 ayat 1 huruf a dan POJK pasal 22 ayat 3 yang intinya mengatur bahwa: “menyatakan pengalihan tanggung jawab atau kewajiban Pelaku Usaha Jasa Keuangan kepada Konsumen. pada Asuransi Tugu pratama,Asuransi Tripakarta, Asuransi Mitra Syariah, Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi Takaful General, tidak adanya klausula atas pengalihan tanggung jawab pelaku usaha jasa keungan kepada konsumen yang ada didalam polis, pada 5 perusahaan tersebut sesuai dengan Hukum perlindungan konsumen dan POJK.

2. Menyatakan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak menolak

pernyerahakan kembalian uang yang dibayarkan atas barangjasa yang dibeli oleh konsumen. Aturan yang melarang pencantuman klausula yang mengatur penolakan pengembalian uang yang telah diberikan oleh pemegang polis atas premi yang telah dibayarkan dilarang dalam peraturan perundang-undangan. Larangan ini tercantum dalam UUPK pasal 18 ayat 1 huruf b dan POJK pasal 22 ayat 3 huruf b yang mengatur: “Menyatakan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak menolak pernyerahaan kembalian uang yang dibayarkan atas barangjasa yang dibeli oleh konsumen”. 73 Dalam polis Asuransi Tugu pratama,Asuransi Tripakarta, Asuransi Mitra Syariah, Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi Takaful General, klausula menyatakan adanya Pelaku Usaha menyatakan berhak menolak kembali uang yang dibayarkan atas barang danatau jasa yang dibeli oleh konsumen jadi pelaku usaha dilarang untuk menerima kembali barang yang sudah dijualnya dantidak mengembalikan uang yang telah diterimanya sebagai pembayaran atas barang tersebut tetapi tentu saja jika pengembalian barang tersebut dengan alasan-alasan yang dibenarkan oleh hukum. Maka pada polis yang diterbitkan tidak ada klausul yang bertentangan dengan peraturan diatas. 3. Menyatakan pemberian kuasa yang tidak terbatas dari konsumen kepada PUJK untuk melakukan tindakan sepihak Pemberian kuasa kepada perusahaan asuransi yang dapat melakukan secara sepihak hal-hal yang dapat mengurangi hak konsumen tidak dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Hal ini diatur dalam UUPK pasal 18 ayat 1 huruf c dan POJK pasal 22 ayat 3 huruf c. Kecuali pembuatan tersebut diperoleh undang-undang, sebagai berikut. “Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan segala tindakan sepihak atas barang yang digunakan oleh konsumen , kecuali tindakan sepihak tersebut dilakukan berdasarkan peraturan perundang- undagan”. 74 Dalam polis Asuransi Tugu pratama,Asuransi Tripakarta, Asuransi Mitra Syariah, Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi Takaful General, pada klausul tidak menyatakan pemberian kuasa yang tidak terbatas dari konsumen kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk melakukan tindakan sepihak, jadi larangan UUPK pasal 18 ayat 1 huruf c dan POJK pasal 22 ayat 3 huruf c sudah tepat karna klausula baku yang berisikan pemberia kuasa dari konsumen ke pelaku usaha untuk melakukan segala tindakan sepihak adalah tindakan yang tidak adil samping itu dapat dikualifikasika sebagai penyalahgunaan keadaaan konsumen. Maka pada polis yang diterbitkan tidak ada klausul yang bertentangan dengan peraturan diatas.

4. Pemberian kewenangan untuk mengurangi kegunaan produk atau

layanan Pemberian kewenangan kepada perusahaan asuransi untuk mengurangi produk danatau layanan tidak boleh dicantumkan dalam polis standar.Ketentuan dijelaskan dalam UUPK pasal 18 ayat 1 dan POJK pasal 22 ayat 3 huruf e sebagai berikut. “Mewajibkan konsumen untuk membuktikan dalil PUJK untuk mengurangi kegunaan produk danatau layanan atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek perjanjian produk dan layanan”. Dalam polis Asuransi Tugu pratama,Asuransi Tripakarta, Asuransi Mitra Syariah, Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi Takaful General, pada klausul tidak adanya penjelasan pemberian 75 kewenangan untuk menguragi kegunaan produk atau layanan. Maka pada polis yang diterbitkan oleh perusahaan tidak klausula yang bertentangan dengan peraturan diatas.

5. Menyatakan Konsumen tunduk pada perubahan danatau lanjutan

perjanjian secara sepihak. Perbuatan yang dilarang selanjutnya adalah menyatakan pemegang polis untuk tunduk pada peraturan baru yang dibuat secara sepihak oleh perusahaan tanpa pemberian tahunan terlebih dahulu oleh perusahaan.Larangan ini dinyatakan dalam UUPK pasal 18 ayat 1 huruf f dan POJK pasal 22 ayat 3 huruf f yang menyatakan bahwa. “Menyatakan bahwa Konsumen tunduk pada peraturan baru, tambahan, lanjutan danatau perubahan yang dibuat secar sepihak oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan dalam masa Konsumen memanfaatkan produk danatau layanan yang dibelinya. Dalam polis Asuransi Tugu pratama,Asuransi Tripakarta, Asuransi Mitra Syariah, Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi Takaful General, pada klausul tidak menyatakan Konsumen tunduk pada perubahan danatau lanjutan perjanjian secara sepihak, pada kenyataanya banyak perusahaan yang melakukan perubahan yang tersebut khususnya terhadap besaran biaya pengelola, klaim dan kon tribusi yang akan diterimannya. Pada sebagian polis dinyatakan bahwa perusahaan tersebut dapat dilakukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu kemudian pihak pemegang polis menyatakan persetujuan atau tidaknya, akan tetapi ada juga yang tidak demikian. 76 Jika polis tersebut menyatakan konsumen tunduk pada perubahan danatau lanjutan perjanjian secar sepihak dalam klausula pernyataan tersebut tidak adil karna tidak memberikan kesempatan kepada pemegang polis untuk memilih melanjutka atau tidak. Padahal dapatmerugikan pihak pemegang polis sebab apabila peserta tidak mampu uintuk membayar maka konsekkuensinya yang diterima akan berbeda dengan pengakhiran. Maka pada polis yang diterbitkan tidak ada klausul yang bertentangan dengan peraturan diatas.

6. Pelaku usaha dilarang menyatumkan klausula baku yang letaknya

atau bentuknya sulliter lihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapan yang sulit dimengerti. Kalasula yang sulit dipahami sepertinya sudah menjadi kebiasaan dalam polis yang dikeluarkan perusahaan asuransi. Kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh bahasa yang berbelit-belit seperti yang tercantum pada Asurnasi Tugu pratama, Tripakarta, Mitra Syariah, Bumida Syariah, terdapat kata- kata yang “sulit” dimengerti yaitu kata “Viadutc dan Endosemen” kata tersebut bisa salah arti dalam bahasa dan sulit dimengerti oleh peserta asuransi. Selain pengguna bahasa diatas, yang paling sering juga dilakukan pada perusahaan tersebut adalah mencantumkan polis dengan huruf yang sangat kecil dan sulit untuk dibaca serta susunan yang tidak beraturan, polis yang seperti ini merupakan polis yang dikeluarkan oleh Asuransi Tugu Pratama. 77 Pada Asuransi Takaful General polis yang dikeluarkan cukup jelas dan beraturan, polis tersebut tidak menggunakan kata bahasa yang sulit dimengerti dan huruf yang tertera dalam klausul cukup jelas. 7. Klausula Eksonerasi Eksemsi, menambah mengurangi kewajiban hak PUJK maupun konsumen Pada Analisis Asuransi Tugu Pratama, Pada Asuransi Tripakarta, Asuransi Mitra Syariah, Asuransi Bumida Syariah, Pada Asuransi Takaful General tidak adaanya kalusula yang menyantumkan dengan berkaitan kecurangan pada kalusla Eksonerasi Eksemsi, menambah mengurangi kewajiban hak PUJK maupun konsumen. Maka pada polis yang diterbitkan tidak ada klausul yang bertentangan dengan peraturan diatas.

4.7 Hal-hal yang terkait dengan Akad yang harus dicantumkan dalam polis