Diagnosis Acute Decompensated Heart Failure ADHF

Menurut The Consensus Guideline in The Management of Acute Decompensated Heart Failure tahun 2006, manifestasi klinis acute decompensated heart failure antara lain tertera dalam tabel berikut. 1 Tabel 3. Gejala dan Tanda Acute Decompensated Heart Failure 1 Volume Overload - Dispneu saat melakukan kegiatan - Orthopnea - Paroxysmal nocturnal dyspnea PND - Ronchi - Cepat kenyang - Mual dan muntah - Hepatosplenomegali, hepatomegali, atau splenomegali - Distensi vena jugular - Reflex hepatojugular - Asites - Edema perifer Hipoperfusi - Kelelahan - Perubahan status mental - Penyempitan tekanan nadi - Hipotensi - Ekstremitas dingin - Perburukan fungsi ginjal

1.6 Diagnosis Acute Decompensated Heart Failure ADHF

Pasien dengan gagal jantung umumnya datang di instalasi gawat darurat dengan manifestasi klinis volume overload atau hipoperfusi atau keduanya tabel 4. Pasien yang datang dengan keluhan volume overload relatif mudah untuk didiadnosis. Mereka umunya memiliki tanda dan gejala kongesti paru dispneu saat melakukan kegiatan, Orthopnea, Paroxysmal Nocturnal Dyspnea PND, dan Ronchi. Sedangkan manifestasi cepat kenyang, mual dan muntah merupakan akibat dari edema traktus gastrointestinal GI. Kongesti pada hepar dan spleen atau keduanya menyebabkan Hepatosplenomegali, hepatomegali, atau 6 splenomegaly. Pasien juga menunjukan adanya peningkatan tekanan vena jugular dengan atau tanpa peningkatan reflex hepatojugular. Asites dan edema perifer juga muncul akibat akumulasi cairan pada kavitas peritoneum dan perifer. 1.5 Gagal jantung dengan hipoperfusi sulit untuk didiagonosis karena kebanyakan gejala dan tanda tidak spesifik tabel 4. Hipotensi dan perburukan fungsi ginjal merupakan tolok ukur objektif terhadap hipoperfusi. 1 Kesulitan mendiagnosis gagal jantung berdasarkan gejala dan tanda memicu berkembangnya usaha untuk mengidentifikasikan biomarker terhadap penyakit ini. Pemeriksaan dengan katerisasi jantung kanan dengan menggunakan Swan Ganz Catheter yang merupakan gold standart untuk pengukuran tekanan intrakardiak dan cardiac output, sayangnya katerisasi jantung merupkan prosedur invasif yang mungkin menimbulkan komlokasi nantinya. Namun pemeriksaan biomarker terhadap gagal jantung seperti B – Type Natriuretic Peptide BNP, yaitu suatu neurohormonal yang dilepaskan dari ventrikel jantung miokardium sebagai respon terhadap overload cairan dan peningkatan ketegangan dinding misalnya perenggangan, merupakan penunjang dignostik untuk ADHF dan merupakan prediksi terhadap keparahan dan mortalitas yang dikaitkan dengan gagal jantung. Jantung selain berfungsi sebagai pompa juga berfungsi sebagai organ endokrin yang berfunsi bersama dengan sistem fisiologi lainnya untuk mengatur volume cairan. Miokardium dalam hal ini menghasilkan natriuretic peptide, salah satunya B – Type Natriuretic Peptide , suatu hormone diuretik, natriuretic dan bekerja menrelaksasi otot polos vascular. 1.3.5.6 Pengukuran level B – Type Natriuretic Peptide BNP memiliki kaitan terhadap kondisi klinis tertentu antara lain yaitu : Tabel 4. Kegunaan klinis terhadap level BNP serum 6 Serum BNP 100 - Normal atau gagal jantung terkompensasi baik Serum BNP 100 – 200 - Gagal jantung terkompensasi baik - Normal Usia lanjut, Wanita, Pengunaan Beta Blocker - Cor pulmonal gagal jantung kanan - Hipertensi, disfungsi diastolic 7 - Penyakit jantung iskemik Serum BNP 200 – 400 - Gagal jantung dekompensasi ringan sedang - Gagal jantung kronik terkompensasi Serum BNP 400 - Gagal jantung kongetif yang berat hipervolemia

1.7 Penatalaksanaan Acute Decompensated Heart Failure ADHF