Pendekatan Klinis Nyeri Dada

Gambar 5. Abnormalitas EKG pada Unstable Angina dan NSTEMI 8 Gambar 6. Evolusi EKG selama STEMI 8

2.5.1 Pendekatan Klinis Nyeri Dada

Nyeri dada dapat disebabkan oleh gangguan bermacam organ seperti jantung, paru, pembuluh darah hingga organ pencernaan. Infark miokard menjadi diagnosis utama pasien yang datang ke rumah sakit karena nyeri dada. Selain infark miokard, kelainan pada saluran cerna seperti refluks gastroesofagus, kelainan motilitas esofagus, ulkus peptikus dan batu empedu rupanya menjadi diagnosis utama pasien nyeri dada yang datang ke rumah sakit. Selain itu, ada penyakit jantung iskemik, sindrom dinding dada, perikarditis, pleuritis, pneumonia, emboli paru, kanker paru, aneurisma aorta, stenosis aorta dan herpes zoster. 9 Terdapat beberapa karakteristik nyeri dada yang dapat membantu kita untuk mengarahkan pada penyebab nyeri tersebut, antara lain adalah 9 :  Nyeri kostokondral atau dinding dada: nyeri terlokalisir, terasa seperti ditusuk-tusuk, tajam atau bisa juga nyeri tumpul dan persisten. Nyeri muncul apabila dilakukan tekanan pada area yang nyeri.  Penyakit tulang belakang toraks dan leher dengan kompresi radiks saraf: nyeri tajam, dapat tersebar sesuai distribusi radikular. Nyeri diperberat dengan pergerakan leher dan punggung.  Nyeri esofagus atau lambung: berkaitan dengan adanya disfagia atau GERD. Nyeri dapat diperberat dengan alkohol, aspirin, makanan tertentu, posisi supinasi. Nyeri seringkali mereda dengan pemberian antasida.  Nyeri bilier: Berkaitan dengan intoleransi makanan berlemak, tenderness pada perut kanan atas. 15  Iskemia Miokardium: Nyeri diperberat dengan aktivitas atau saat terjadi emosi. Pada pemeriksaan EKG, didapatkan adanya deviasi segmen ST. Nyeri dapat mereda dengan cepat, hanya sekitar 5 menit dengan pemberian TNG.  Diseksio aorta: nyeri seperti robek tearing atau ripping dan menjalar dari dinding anterior dada ke bagian punggung sisi tengah. Diseksio aorta berkaitan sekali dengan hipertensi dan sindrom marfan. Pulsasi melemah dan dapat terjadi ketidaksimetrisan pulsasi perifer.  Perikarditis akut: nyeri seperti diremas-remas, tajam, pleuritik, dan membaik apabila duduk condong ke depan. Perikarditis berkaitan dengan riwayat infeksi saluran nafas atas, atau kondisi lain yang menjadi predisposisi perikarditis.  Emboli paru: nyeri pada emboli paru bersifat tajam, pleuritik, dan dapat disertai dengan batuk dapat berdarah atau tidak. Seringkali berkaitan dengan imobilisasi atau riwayat operasi.  Pneumotoraks akut: nyeri sangat tajam dan pleuritik. Berkaitan dengan riwayat trauma sebelumnya, atau penyakit paru obstruktif kronis.  Ruptur esofagus: nyeri intens pada substernal dan epigastrium; biasanya disertai dengan muntah atau pun hematemesis. Kondisi ini berkaitan dengan riwayat muntah berulang sebelumnya.

2.5.2 Stratifikasi Risiko dengan TIMI Score