36 tidak mendukung perkembangannya, misalnya lokasi dengan kondisi salinitas
yang ekstrim, turbiditas tinggi atau banyak predator.
4.2.2 Kondisi Biofisika Kimia Perairan Pelawangan Timur Secara Spasial dan Temporal
Hasil pengamatan terhadap parameter lingkungan setiap bulan di perairan Pelawangan Timur menunjukkan hasil yang bervariasi. Nilai kecerahan setiap
bulannya berfluktuasi namun memiliki pola yang sama yaitu pada stasiun III nilai kecerahan lebih rendah dari stasiun lainnya Gambar 11. Hal tersebut dapat
disebabkan karena di sekitar stasiun III merupakan vegtasi mangrove dan bagian hulu dari perairan tersebut merupakan daratan dimana saat terjadi hujan partikel-
partikel tanah akan terbawa air hujan masuk ke perairan tersebut. Rata-rata nilai kecerahan pada bulan Juni lebih tinggi daripada bulan lainnya, hal ini disebabkan
pada waktu pengamatan tidak terjadi hujan sehingga tidak terdapat lumpur atau partikel terlarut dari daerah hulu yang terbawa masuk ke perairan.
Gambar 11. Nilai kecerahan selama waktu pengamatan pada masing- masing stasiun di Pelawangan Timur
Kecepatan arus yang terukur pada bulan Juni dan Agustus relatif lebih besar daripada bulan Juli Gambar 12. Kecepatan arus yang lebih besar
tercatat di stasiun I Muara Donan. Arus di estuaria Pelawangan Timur disebabkan oleh kegiatan pasang surut dan aliran sungai.
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
120.0
I II
III IV
V VI
cm
JUNI JULI
AGSTS
37 Gambar 12. Kecepatan arus selama waktu pengamatan pada masing-masing
stasiun di Pelawangan Timur Derajat keasaman pH di perairan Pelawangan Timur setiap bulannya
berkisar pada 7,5-7,8 Gambar 13. Rentang nilai tersebut masih termasuk normal untuk sebuah perairan yang mendukung kehidupan ikan.
Gambar 13. Nilai pH selama waktu pengamatan pada masing-masing stasiun di pelawangan timur
Nilai kekeruhan turbiditas setiap bulannya berfluktuasi Gambar 14. Nilai rataan kekeruhan di beberapa stasiun seperti stasiun II Donan dan III
Cigintung pada bulan Agustus lebih tinggi dibandingkan pada bulan lainnya. Kekeruhan yang meningkat dapat disebabkan besarnya jumlah partikel
tersuspensi dalam perairan. Partikel tersuspensi dapat berasal dari bahan organik dan anorganik yang masuk ke perairan estuaria dari aliran sungai serta
hasil aktivitas manusia. Perairan Donan merupakan jalur lalu lintas kapal dan daerah sekitarnya merupakan pemukiman penduduk yang menghasilkan limbah
ke perairan tersebut.
0.000 0.050
0.100 0.150
0.200 0.250
0.300 0.350
0.400 0.450
I II
III IV
V VI
m d
e ti
k
JUNI JULI
AGSTS
7.5 7.5
7.6 7.6
7.7 7.7
7.8 7.8
7.9 7.9
I II
III IV
V VI
JUNI JULI
AGSTS
38 Gambar 14. Nilai kekeruhan turbiditas selama waktu pengamatan pada masing-
masing stasiun di Pelawangan Timur Kadar oksigen terlarut di perairan Pelawangan Timur selama penelitian
berkisar antara 2,78-4,58 mgl Gambar 15. Kadar oksigen tertinggi terjadi pada bulan Agustus di Stasiun 2 Donan dan VI Kembang Kuning yaitu sebesar
4,58 mgl. Kadar oksigen terlarut di perairan diperoleh dari difusi udara dan aktivitas fotosintesis oleh fitoplankton. Adanya pergerakan angin dan arus
menjamin keberadaan oksigen melalui proses difusi.
Gambar 15. Kadar oksigen terlarut selama waktu pengamatan pada masing- masing stasiun di Pelawangan Timur
Salinitas merupakan parameter penting di perairan estuaria. Nilai salinitas setiap bulannya memiliki pola yang hampir serupa dimana pada stasiun I Muara
Donan, nilai salinitas lebih tinggi dibandingkan di stasiun lainnya Gambar 16. Pada bulan Agustus salinitas relatif lebih tinggi dibandingkan bulan lainnya.
Perubahan salinitas musiman di estuaria biasanya merupakan akibat perubahan penguapan musiman dan atau perubahan aliran tawar. Pada bulan Agustus
tersebut kemungkinan terjadi penguapan air yang tinggi sebagai akibat pengaruh musim kemarau dan minimnya hujan.
10 20
30 40
50 60
I II
III IV
V VI
N T
U
JUNI JULI
AGSTS
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
I II
III IV
V VI
m gl
JUNI JULI
AGSTS
39 Gambar 16. Salinitas selama waktu pengamatan pada masing-masing stasiun di
Pelawangan Timur
4.2.3 Karakteristik Kondisi Lingkungan di Stasiun Penelitian