46 Gambar 22. Kelimpahan larva ikan pada bulan Juli
Gambar 23. Kelimpahan larva ikan pada bulan Agustus
4.4 Distribusi Larva Ikan Hubungannya dengan Kondisi Lingkungan
Untuk mengetahui pola distribusi dan preferensi larva ikan tersebut terhadap kelompok habitat dibuat matrik hubungan antara hasil pengelompokan
habitat dan larva ikan dan dilakukan analisa nodul memakai indeks constancy dan fidelity. Analisis diawali dengan melakukan pengelompokan cluster
terhadap habitat stasiun pengamatan dan kelompok genus larva ikan. Hasil analisis cluster terhadap stasiun pengamatan menghasilkan 2
kelompok yaitu kelompok 1 yang terdiri dari stasiun I, kelompok 2 terdiri dari stasiun II,III, IV, V dan VI Gambar 24.
50 100
150 200
250 300
350
I II
III IV
V VI
ind 100
m
3
Parasyngnathus Rhinogobius
Tridentiger sp Gobiidae sp 2
Gobiidae sp1 Sardinella
Herklotsichthys Omobranchus
50 100
150 200
250 300
350 400
450 500
I II
III IV
V VI
ind 100
m 3
Parasyngnathus Rhinogobius
Tridentiger Gobiidae sp 2
Gobiidae sp1 Stolephorus
Engraulis Omobranchus
47
Tree Diagram for 6 Variables Complete Linkage
Euclidean distances
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 DlinkDmax100
ST 3 ST 5
ST 6 ST 4
ST 2 ST 1
Gambar 24. Pengelompokan stasiun berdasarkan parameter biofisika kimia perairan
Dari pengelompokkan tersebut terlihat bahwa stasiun I berdiri sendiri, sedangkan stasiun II,III, IV,V dan VI membentuk satu kelompok, artinya bahwa
stasiun I memiliki karakteristik yang berbeda dengan stasiun lainnya. Seperti diketahui bahwa stasiun I terletak di mulut estuaria dimana karakteristik
parameter kualitas air masih sangat kuat dipengaruhi oleh massa air laut, hal tersebut terlihat dari nilai salinitas yang relatif lebih tinggi dibandingkan stasiun
lainnya sedangkan stasiun II, III, IV, V dan VI merupakan bagian dari aliran sungai yang mendapatkan pengaruh air laut dan terletak lebih jauh dari mulut
estuaria sehingga kisaran nilai salinitas lebih rendah dibandingkan dengan stasiun I. Sedangkan hasil analisis cluster untuk komunitas larva ikan Gambar
25 menghasilkan 6 kelompok sebagai berikut.
48
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 DlinkDmax100
Parasyngnathus Gobiidae sp 2
Stolephorus sp Eleotris
Engraulis sp Pomacentrus
Gerres Gobiidae sp1
Hypoatherina Sardinella
Upeneus sp Silago
Herklotsichthys Tetraodontidae sp
Liza Caranx
Omobranchus Mugil
Parachaeturichthys sp Acentrogobius
Cynoglossus Ostracidae sp
Rhinogobius Tridentiger sp
Secutor oostethus
Rediogobius Glossogobius
Pomachantidae sp Parapercis
Eleutheronema Ambassis
Gambar 25. Pengelompokan larva ikan dengan analisis cluster Tabel 7. Kelompok Larva Ikan Hasil Analisis Cluster
A B
C D
E F
Ambassis Eleutheronema
Parapercis Pomachantus
Glossogobius Oosthetus
Secutor Tridentiger
Rhinogobius Ostraciidae
spp Cynoglossus
Acentrogobius Mugil
Omobranchus Caranx
Liza Tetraodon
Herklotsichthys Silago
Upeneus Sardinella
Hypoatherina Gobiidae
spp1 Gerres
Pomacentrus Engraulis
Eleotris Stolephorus
Gobiidae spp2
Parasyngnathus
Analisis dengan indeks constancy dan fidelity digunakan untuk melihat keberadaan larva ikan pada habitatnya. Hasil analisis untuk indeks constancy
dan fidelity tertera pada Gambar 26 dan 27 di bawah ini.
49 Gambar 26. Analisis nodul berdasarkan indeks constancy
Gambar 27. Analisa nodul berdasarkan indeks fidelity
Hasil analisis nodul menunjukkan bahwa larva ikan dari jenis kelompok A memiliki nilai constancy yang tinggi di semua kelompok stasiun namun nilai
fidelity yang cenderung rendah. Tingginya nilai constancy di kedua kelompok habitat menunjukkan bahwa larva ikan dari kelompok tersebut memiliki
kecenderungan terdistribusi di seluruh habitat perairan estuaria tersebut. Kelompok larva ikan A terdiri dari family Gobiidae seperti Glossogobius,
Tridentiger, Rhinogobius ; famili Polynemidae Eleutheronema, Ambassidae
≥ ,7: sangat tinggi ≥ , : tinggi
0,1: sangat rendah ≥ , : rendah
≥ , :sedang
keterangan
1 sangat rendah ≥ 1 rendah
≥ sedang ≥ tinggi
≥ sangat tinggi
I II
A B
C D
E F
keterangan I
II
F E
B A
D C
50 Ambassis, Mugiloididae Parapercis, Leioghnatidae Secutor, Syngnathidae
Oosthesus Pomachanthidae Pomachanthus dan Ostraciidae. Dilihat dari tingginya nilai constansy di kedua kelompok habitat menunjukkan bahwa larva
ikan tersebut memiliki sebaran yang luas di perairan estuaria Pelawangan Timur. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kondisi lingkungan di perairan estuaria
mendukung kehidupan larva tersebut. Sebagian besar dari ikan tersebut merupakan ikan-ikan khas daerah estuaria dan mangrove yang berada di
estuaria selama hidupnya seperti Gobiidae, Mugiloididae, Polynemidae dan Ambassidae Leis andCartson-Ewart, 2000; Strydom and
d’Hotman, 2005. Larva ikan dari kelompok B terdiri dari Cynoglossidae Cynoglossus,
Gobiidae Acentrogobius, Mugiliidae Mugil dan Blenniidae Omobranchus ditemukan di kelompok habitat 1 stasiun I dan 2 stasiun II,III, IV, V dan VI.
Larva tersebut memiliki kecenderungan berada di kelompok habitat II yang ditunjukkan dengan tingginya nilai constancy pada kelompok habitat tersebut.
Namun demikian nilai fidelity tergolong rendah di habitat tersebut. Larva ikan dari kelompok C terdiri dari Caranx, Liza, Tetraodon,
Herklotsichthys, Silago, Upeneus dan Sardinella. Jenis ikan dari kelompok
tersebut merupakan ikan-ikan dengan habitat pesisir dan laut. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok larva ikan tersebut memiliki nilai indeks
constancy dan fidelity yang sangat tinggi di kelompok habitat 1 dan rendah di kelompok habitat 2. Hal tersebut menunjukkan keberadaan kelompok larva
tersebut di habitat 1 stasiun I yang merupakan bagian terluar dari estuaria dan masih memiliki pengaruh masa air laut yang cukup besar. Stasiun I merupakan
perairan yang terletak di mulut estuaria terluar, dimana pengaruh massa air laut masih cukup kuat. Jenis ikan dari kelompok C tersebut merupakan ikan-ikan
dengan habitat pesisir dan laut yang menggunakan ekosistem estuaria sebagai daerah asuhan nursery ground bagi larvanya Carpenter and Niem,1999;
Criales et al., 2002; Strydom and d’Hotman, 2005. Ikan-ikan yang memiliki
affinitas dengan laut seperti famili Clupeidae Sardinella cenderung memilih lower estuary
yang masih memiliki karkateristik massa air laut yang kuat untuk memijahkan telur dan membesarkan anak-anaknya. Hal tersebut diperkuat pula
dengan melimpahnya larva fase preflexion di habitat tersebut. Fase preflexion merupakan fase awal perkembangan larva setelah menetas dan cadangan
makanan berupa kuning telurnya habis.
51 Larva ikan dari kelompok D terdiri dari Hypoatherina dan Gobiidae spp.
Larva kelompok D memiliki konsistensi yang sedang dikelompok habitat 2 namun rendah di habitat 1 sedangkan nilai fidelity rendah di kedua kelompok habitat
tersebut. Larva kelompok D cenderung terdistribusi ke tipe habitat 2 yang merupakan aliran sungai dan daerah hulu di sekitar vegetasi mangrove.
Hypotherina merupakan famili Atherinidae yang mendiami habitat perairan
pesisir dan mangrove. Larva kelompok E yang terdiri dari Gerres dan Pomacentrus
memiliki nilai constancy yang sedang di kelompok habitat 1, artinya bahwa kedua jenis larva tersebut lebih cenderung ditemukan di habitat 1.
Gerres merupakan jenis ikan yang hidup di perairan pantai dan menyukai
perairan dangkal, jernih dengan dasar berpasir dan terkadang masuk ke perairan estuaria. Pomacentrus menyukai perairan pesisir laut terutama daerah laguna
dan karang. Larva ikan dari kelompok F terdiri dari Stolephorus, Engraulis, Eleotris
dan Parasyngnathus. Larva ikan tersebut cenderung berada di kelompok habitat 2 terutama di perairan Sungai Donan. Larva ikan Engraulidae memiliki
keterkaitan yang tinggi dengan ekosistem estuaria. Hasil penelitian Morais et al., 2010 menunjukkan bahwa ikan Engraulidae memilih daerah estuaria untuk
memijahkan telur sehingga larvanya akan berkembang di daerah tersebut terutama pada salinitas yang lebih rendah dan bermigrasi ke daerah dengan
salinitas yang lebih tinggi pada fase dewasa. Hasil analisa pada kelompok larva ikan tersebut di atas menghasilkan
nilai indeks constancy yang jauh berbeda dengan nilai indeks fidelity seperti pada kelompok A dimana nilai constancy tinggi sementara fidelitynya rendah, demikian
juga yang terjadi pada kelompok lainnya. Indeks constancy menunjukkan keberadaan menunjukkan kemunculan kelompok larva ikan pada suatu
habitattempat dalam setiap kemungkinan kejadian, sedangkan fidelity lebih berkaitan dengan ketetapan larva ikan dalam memilih tipe habitat yang sesuai
untuk kehidupannya. Perbedaan nilai indeks constancy dan fidelity yang jauh tersebut disebabkan karena larva ikan masih bersifat planktonik sehingga
keberadaannya di suatu habitat perairan lebih ditentukan karena arus yang membawanya sehingga dalam hal ini larva ikan belum memiliki kemampuan
untuk berenang memilih perairan yang sesuai untuk hidupnya. Hal tersebut yang menyebabkan nilai fidelity yang rendah.
52 Larva Tridentiger, Rhinogobius, Omobranchus tersebar luas di perairan
estuaria Pelawangan Timur. Keberadaan Tridentiger di stasiun IV dan III cukup besar ditandai dengan kelimpahannya yang tinggi dibandingan di stasiun lainnya.
Berdasarkan hasil Analisis Komponen Utama terhadap parameter lingkungan dan stasiun pengamatan, stasiun III dicirikan oleh parameter suhu air sedangkan
stasiun IV dicirikan oleh kecerahan yang tinggi atau turbiditas yang rendah. Sedangkan hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa suhu air dan
kekeruhan berkorelasi positif terhadap kelimpahan larva tersebut dengan nilai korelasi masing-masing 0,25 dan 0,33 P0,05 Lampiran 9. Sementara itu
hasil analisis korelasi antara kelimpahan larva dan parameter lingkungan menunjukkan bahwa suhu air merupakan faktor yang berkorelasi positif dengan
kelimpahan larva Rhinogobius. Beberapa jenis dari Gobiidae menyukai perairan dengan suhu yang hangat untuk melakukan pemijahan dan perkembangan telur
serta larva. Korelasi positif antara kekeruhan dan kelimpahan larva Tridentiger menunjukkan bahwa kondisi perairan estuaria yang keruh tidak menjadi
penghalang bagi keberadaan larva Tridentiger. Kekeruhan juga memberikan ruang gerak yang terbatas bagi predator untuk memangsanya. Hasil analisis
korelasi antara kelimpahan larva Omobranchus dengan parameter kualitas lingkungan menunjukkan bahwa salinitas, kecerahan dan fitoplankton berkorelasi
positif terhadap kelimpahan larva Omobranchus. Hasil analisis nodul menunjukkan bahwa larva Stolephorus memiliki
constancy yang tinggi di kelompok habitat 2 stasiun II, III, IV V dan VI. Kelimpahan larva Stolephorus paling tinggi terdapat di stasiun II Donan.
Berdasarkan hasil Analisis Komponen Utama sebelumnya menunjukkan bahwa stasiun II dicirikan oleh kadar oksigen dan kekeruhan yang tinggi. Namun hasil
analisis korelasi menunjukkan bahwa parameter lingkungan yang berkorelasi positif dengan kelimpahan larva adalah suhu, kekeruhan dan arus berkorelasi
positif dengan masing-masing nilai koreasi adalah 0,39; 0,31 dan 0,40 P0,05 Lampiran 10. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Tzeng et al. 2008, yang
menyatakan bahwa rekrument larva Stolephorus insularis meningkat pada saat musim panas ketika suhu perairan tinggi, sedangkan menurut Arockiamary et al.
2011, kelimpahan telur Engraulidae berkorelasi posistif dengan suhu air. Sedangkan arus air berperan membawa larva ikan masuk ke perairan estuari.
Namun dalam penelitian ini belum tergambar dengan jelas peran arus terhadap distribusi larva di perairan estuari. Korelasi positif antara kekeruhan dan
53 kelimpahan larva Stolephorus menunjukkan bahwa larva Stolephorus masih
dapat bertahan hidup pada perairan yang keruh. Larva Engraulis ditemukan melimpah pada tempat yang sama dengan
Stolephorus. Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat
korelasi antara kekeruhan dengan kelimpahan larva tersebut. Kiddeys et al., 1999 menyatakan bahwa distribusi telur dan larva anchovy Engraulis
berkorelasi secara nyata dengan salinitas, suhu dan zooplankton. Namun dengan melihat adanya korelasi antara larva Engraulis dengan kekeruhan
menunjukkan bahwa larva tersebut masih dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang keruh.
Sardinella dan Herklotsichtys merupakan larva yang memiliki constancy
dan fidelity tinggi di kelompok habitat 1 stasiun I. Berdasarkan analisis komponen utama, stasiun I dicirikan oleh parameter salinitas dan kelimpahan
fitoplankton yang tinggi. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa salinitas dan fitoplankton berkorelasi positif terhadap kelimpahan larva Sardinella dengan
masing-masing nilai korelasi 0,26 dan 0,36 p0,05, demikian pula dengan larva Herklotsichthys
memiliki korelasi positif dengan salinitas 0,253, p0,05. Famili Clupeidae menyenangi perairan dengan kadar salinitas yang lebih tinggi
dibandingkan perairan tawar, bahkan Cupeidae akan masuk ke perairan estuaria yang dekat dengan laut dimana pengaruh massa air laut masih cukup
besar ditandai dengan salinitas yang masih tinggi untuk melakukan pemijahan dan pengasuhan bagi larvanya Carpenter and Niem, 1999.
Larva ikan Tridentiger dan Rhinogobius ditemukan di seluruh lokasi penelitian pada setiap waktu pengamatan dengan berbagai bentuk tahapan
perkembangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keduanya merupakan penghuni tetap perairan estuari Pelawangan Timur dan melakukan pemijahan
sepanjang bulan pengamatan. Sedangkan jenis ikan lainnya seperti Sardinella, Herklotsichthys, Stolephorus
dan Engraulis yang hanya ditemukan melimpah pada waktu dan lokasi tertentu merupakan ikan yang masuk ke perairan estuaria
berkaitan dengan aktivitas pemijahan serta pengasuhan larvanya. Menurut penelitian Morais and Morais 1994, larva Engraulidae selalu ditemukan di
perairan estuari. Beberapa jenis ikan laut memiliki ketergantungan terhadap ekosistem estuaria dalam siklus hidupnya terutama pada fase larva. Pada saat
memijah, beberapa jenis ikan laut akan masuk ke perairan estuaria sehingga larva-larva ikan yang baru menetas akan berada di perairan tersebut hingga
54 berkembang menjadi juvenil. Beberapa jenis ikan dari famili Clupeidae, akan
masuk ke perairan estuaria terutama di bagian muara upper estuary untuk memijah dan larva-larva yang ditetaskan akan berkembang di perairan tersebut.
Berdasarkan komposisi, kelimpahan, distribusi dan analisis nodul indeks constancy dan fidelity serta beberapa pustaka mengenai siklus hidup dan
habitat ikan, beberapa Genus ikan yang berada di Estuaria Pelawangan Timur terdiri dari ikan yang merupakan penghuni tetap estuaria resident, ikan yang
melakukan migrasi ke estuaria dalam siklus hidupnya migratory atau pun ikan yang hanya sesekali berada di estuaria selama siklus hidupnya occasional
Tabel 8. Tabel 8. Kelompok ikan berdasarkan siklus hidupnya di ekosistem estuaria
Genus Kelompok
Keterangan
Ambassis estuaria
komersial Hypoatherina
estuaria non komersial
Omobranchus estuaria
non komersial Cynoglossus
sesekali di estuaria non komersial
Caranx sesekali di estuaria
komersial Sardinella
bermigrasi ke estuaria komersial
Herklotsichthys bermigrasi ke estuaria
komersial Stolephorus
bermigrasi ke estuaria komersial
Engraulis bermigrasi ke estuaria
komersial Eleotris
estuaria non komersial
Gerres sesekali di estuaria
non komersial Tridentiger
estuaria non komersial
Rhinogobius estuaria
non komersial Glossogobius
estuaria non komersial
Secutor sesekali estuaria
non komersial Leioghnathus
sesekali di estuaria komersial
Mugil estuaria
komersial Parapercis
estuaria non komersial
Upeneus sesekali di estuaria
komersial Ostraciidae spp
sesekali di estuaria non komersial
Pomacentrus sesekali di estuaria
non komersial Pomachantus
estuaria non komersial
Eleutheronema estuaria
komersial Silago
sesekali di estuaria komersial
Parasyngnathus estuaria
non komersial Tetraodontidae spp
sesekali di estuaria non komersial
4.5.Komposisi Jenis Ikan di Estuaria Pelawangan Timur
Perairan estuaria Pelawangan Timur merupakan kawasan perairan yang dimanfaatkan oleh nelayan setempat sejak lama untuk menangkap ikan.
Beberapa lokasi yang merupakan daerah penangkapan meliputi Sapuregel,
55 Kembang Kuning dan Karang Bolong di sekitar Muara Donan. Alat tangkap
yang digunakan oleh nelayan setempat meliputi apong Fyke net dan jaring. Alat tangkap dominan yang beroperasi di kawasan tersebut adalah apong. Apong
merupakan alat tangkap pasif yang dioperasikan dengan mengandalkan kondisi pasang surut air laut. Ketika kondisi pasang, banyak ikan yang masuk ke
perairan estuaria dan masuk ke dalam perangkap apong. Ketika air surut nelayan setempat akan mengambil hasil tangkapan dari apong tersebut.
Perairan Pelawangan Timur memiliki berbagai jenis ikan yang dimanfaatkan oleh nelayan setempat. Selain ikan, hasil tangkapan nelayan
tersebut adalah udang. Jenis ikan di kawasan Pelawangan Timur didominasi oleh ikan teri Engraulidae. Komposisi jenis ikan di estuaria Pelawangan Timur
yang diperoleh dari hasil tangkapan nelayan setempat adalah sebagai berikut: Tabel 9. Jenis dan komposisi ikan hasil tangkapan nelayan di Pelawangan Timur,
Segara Anakan.
Nama Daerah Jenis
Famili Proporsi
Teri Stolephorus sp
Engraulidae 51,20
Petek Leiognathus sp; Secutor sp
Leioghnatidae 4,73
Layur Trichurus sp
Trichluridae 3,27
Mursia Sardinella sp
Clupeidae 8,10
Leak Thryssa sp
Engraulidae 4,40
Kiper Scatophagus argus
Scatophagidae 3,14
Belanak Mugil cephalus
Mugilidae 3,22
Cangkek Caranx
sp Carangidae
3,01 Rek rekan
Pomadasys argenteus Pomadacidae
0,16 Kapasan
Gerres sp
Gerreidae 2,41
Pempreng Apogon
sp Apogonidae
5,44 Lendra
Cynoglossus sp
Cynoglossidae 2,12
Kuro Eleutheronema tetradactylum
Polynemidae 0,31
Bojor Silago sihama
Silaginidae 1,15
Tiga waja Johnius
sp Scianidae
0,23 Kuniran
Upeneus sp
Mullidae 1,50
Tungon Trypauchen
sp Gobiidae
3,14 Buntal
Tetraodon sp
Tetraodontidae 0,20
Terogan Therapon theraps
Theraponidae 0,16
Pelus Anguilla
sp Anguillidae
2,11
4.6 Implikasi Penelitian Larva Ikan di Estuaria Pelawangan Timur bagi