Latar Belakang Composition, Abundance and Distribution of Fish Larvae in Pelawangan Timur Esturine, Segara Anakan Cilacap

1 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan hidup pada fase larva menentukan keberhasilan rekrutmen dan ukuran stok sehingga menjamin keberlanjutan sumberdaya ikan. Fase larva merupakan bagian dalam siklus hidup ikan yang rentan terhadap gangguan lingkungan seperti perubahan kualitas perairan. Dengan demikian kajian mengenai larva ikan beserta habitat dan dinamikanya menjadi salah satu unsur yang diperlukan bagi pengelolaan perikanan diantaranya dalam penentuan kawasan fisheries refugia ikan, pemantauan kelimpahan populasi ikan, pengembangan budidaya ikan, serta pemantauan kualitas lingkungan perairan Mitchell, 1994; Quist et al.,2004; UNEP, 2007 Sebagian besar kelangsungan hidup ikan laut pada fase larva tidak dapat dipisahkan dengan ekosistem estuaria. Estuaria merupakan wilyah pesisir semi tertutup yang memiliki hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Ekosistem estuaria dengan produktivitas yang tinggi merupakan salah satu habitat yang memiliki daya dukung untuk berkembangbiaknya berbagai jenis biota akuatik termasuk ikan. Ekosistem estuaria seringkali berasosiasi dengan hutan mangrove yang secara ekologi berperan sebagai habitat asuhan nursery ground, habitat pemijahan spawning ground dan habitat mencari makan feeding ground bagi biota akuatik seperti ikan, udang dan gastropoda Beck et al., 2001; Elliot and Hemingway, 2002; Tse et al. , 2008. Pelawangan Timur merupakan bagian timur dari ekosistem estuaria Segara Anakan, Cilacap. Segara Anakan merupakan ekosistem yang unik sebagai hasil interaksi antara ekosistem perairan laguna, hutan mangrove, daratan termasuk Pulau Nusa Kambangan dan ekosistem laut. Estuaria Pelawangan Timur dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan mendapat pasokan air tawar yang berasal dari Sungai Sapuregel, Donan dan Sungai Kembang Kuning. Selain itu, estuaria Pelawangan Timur juga memiliki vegetasi mangrove yang masih cukup baik. 2 Masukan air tawar dari beberapa aliran sungai di Pelawangan Timur membawa sedimen serta nutrien berupa bahan-bahan organik dan anorganik tersuspensi yang menyebabkan kondisi perairan menjadi keruh dan mempercepat pendangkalan. Perubahan kualitas perairan karena sedimentasi serta pencemaran dari hasil aktivitas antropogenik dan industri berpengaruh terhadap perkembangan telur dan larva ikan sehingga mengganggu keberhasilan rekrutmen dan keberlanjutan sumberdaya ikan Griffin et al., 2009; Mc Kinley, et al., 2011. Penelitian mengenai larva ikan di Segara Anakan telah dilakukan oleh Nursid 2002 dan Sugiharto 2005. Hasil penelitian Nursid 2002 menyebutkan bahwa sebanyak 23 famili dan 38 genus larva ikan ditemukan di perairan laguna Segara Anakan dengan komposisi terbesar adalah larva Gobiidae kemudian Engraulidae dan Apogonidae. Menurut Nursid 2002 beberapa parameter lingkungan yang secara nyata berperan dalam kehidupan larva ikan adalah salinitas dan kekeruhan. Penelitian yang dilakukan Sugiharto 2005 mendapatkan sebanyak 12 jenis dari 4 famili larva ikan dengan komposisi yang terbesar adalah dari famili Gobiidae. Menurut Sugiharto 2005, kecepatan arus memegang peranan dalam keberadaan dan sebaran larva ikan sedangkan faktor fisik-kimia air lainnya seperti kekeruhan, salinitas, oksigen terlarut dan temperatur belum merupakan faktor yang berpengaruh pada distribusi larva. Perubahan kondisi perairan dan dinamika lingkungan memungkinkan adanya perubahan terhadap kehidupan larva termasuk jenis, kelimpahan dan sebarannya di estuaria, sehingga adanya penelitian berikutnya diharapkan dapat memberikan informasi terkini mengenai sumberdaya larva ikan dan fungsi ekologis ekosistem tersebut sebagai daerah asuhan.

1.2 Perumusan Masalah