Daya Dukung Lahan Berbasis Produktivitas

Tabel 19 Daya dukung lahan berbasis produktivitas pada tahun 2005 dan 2010 Tabel 20 Nilai produksi per penggunaan lahan Penggunaan Lahan Nilai Produksi Rp Tahun 2005 Tahun 2010 Sawah 54.735.500.000 181.377.700.000 Pertanian lahan kering 101.714.823.000 459.915.015.000 Perikanan 2.527.930.000 63.850.000.000 Padang penggembalaan dan Permukiman 42.662.730.000 52.548.630.000 Budidaya keramba 8.014.900.000 250.793.250.000 Jumlah 209.655.883.000 1.008.484.595.000 Kecamatan Total Nilai Produksi Rp Ketersediaan Lahan ha Kebutuhan Lahan ha Status Daya Dukung ha Tahun 2005 Tahun 2010 Tahun 2005 Tahun 2010 Tahun 2005 Tahun 2010 Tahun 2005 Tahun 2010 Mpunda - 17.286.316.915 - 3.675,33 - 5.594,38 - Defisit Raba - 59.752.844.854 - 11.026,00 - 8.517,62 - Surplus Rasanae Barat 36.199.872.000 229.414.675.000 10.513,45 8.085,73 20.560,90 6.246,26 Defisit Surplus Rasanae Timur 152.564.776.000 519.507.508.231 7.359,41 10.290,93 14.392,63 7.949,78 Surplus Surplus Asakota 20.891.235.000 182.523.250.000 3.154,03 3.675,33 6.168,27 2.839,21 Defisit Surplus Kota Bima 209.655.883.000 1.008.484.595.000 21.026,89 36.753,33 41.121,81 31.147,26 Defisit Surplus 64

4.5 Penentuan Arahan Penggunaan Lahan Sesuai Kemampuan Lahan

Lahan yang mempunyai kelas kemampuan yang rendah akan mempunyai pilihan penggunaan yang lebih banyak, baik untuk pertanian, kehutanan, atau tujuan lain. Umumnya lahan yang kelas kemampuannya rendah juga baik untuk keperluan non pertanian seperti permukiman, industri, sarana infrastruktur, dan lainnya. Sebaliknya lahan yang mempunyai kelas kemampuan tinggi mengindikasikan banyaknya kendala untuk penggunaannya. Jika lahan tersebut dipaksakan digunakan tidak sesuai kemampuannya, maka lahan akan mudah rusak, dan hal ini bisa menghasilkan bahaya yang pada akhirnya menimbulkan kerugian bahkan menjadi bencana. Lahan yang kelas kemampuannya tinggi diorientasikan ke penggunaan yang tidak intensif atau sama sekali dilarang dimanfaatkan untuk pengambilan produk secara langsung. Bentuk produk yang diharapkan pada lahan yang memiliki kelas kemampuan tinggi adalah jasa lingkungan. Dengan kata lain, lahan yang kelas kemampuannya tinggi disarankan menjadi daerah perlindungan atau kawasan lindung. Penggunaan suatu lahan seharusnya sesuai dengan kemampuan atau sesuai daya dukung. Untuk pemanfaatan lahan yang baik, maka diperlukan suatu perencanaan yang baik. Perencanaan ruang biasanya diletakkan dalam peta RTRW, yang di dalamnya terdapat ruang yang direncanakan untuk penggunaan tertentu. Perencanaan penggunaan ruang yang baik adalah perencanaan yang berbasis kemampuan, yang berarti berbasis daya dukung. Kemampuan lahan juga dapat dipakai untuk keperluan bahan petunjuk untuk pemanfaatan atau untuk pengendalian ruang. Berdasarkan kemampuan lahan, terdapat 16.342 hektar atau 74,8 dari wilayah Kota Bima yang dapat dijadikan sebagai lahan budidaya berupa pertanian intensif, 2.752 hektar 12,6 sebagai hutan produksi, dan 2.768 hektar 12,6 yang perlu dipertahankan sebagai kawasan lindung. Menurut Undang-Undang Penataan Ruang, proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 dari luas wilayah kota. Ruang terbuka hijau tersebut dapat bersifat publik dan privat. Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Sementara yang termasuk ruang terbuka 65 hijau privat antara lain adalah kebun atau halaman rumahgedung milik masyarakatswasta yang ditanami tumbuhan. Berdasarkan peta arahan penggunaan lahan Kota Bima dalam penelitian ini, proporsi ruang tebuka hijau dari kawasan lindung dan hutan produksi telah mencakup 25,2 dari luas wilayah. Proporsi 30 yang disyaratkan dalam Undang-Undang Penataan Ruang dapat dipenuhi dengan melakukan sosialisasi pada masyarakat untuk mengalokasikan sebagian dari lahan pekarangannya untuk ditanami tumbuhan. Peta arahan peruntukan penggunaan lahan sesuai kemampuan lahan disajikan pada Gambar 24. Gambar 24 Peta arahan penggunaan lahan berbasis kemampuan lahan Kota Bima Untuk menganalisis kemungkinan penerapannya, peta arahan tersebut kemudian di-overlay dengan peta penggunaan lahan aktual. Terdapat beberapa penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peta arahan. Penggunaan lahan yang sesuai adalah 19.461 hektar 89,02, sementara yang tidak sesuai seluas 2.401 hektar 10,98. Keterangan penggunaan lahan yang tidak sesuai ini disajikan dalam Tabel 21, sementara sebaran spasialnya disajikan dalam Gambar 25.