Kemampuan Lahan Tingkat Sub Kelas

57 Tabel 15 Kemampuan lahan Kota Bima tingkat sub kelas Kemampuan Lahan Luas ha Persentase II e 500 2,4 II l 434 2,0 II t, l, k 283 1,3 II t, d 1.342 6,3 II t, l 145 0,7 II t, l, d 376 1,8 III k 1.515 7,1 III l, e 246 1,2 III l, k, e 4.392 20,7 III t, d 218 1,0 IV l, e 6.223 29,4 VI l, e 2.752 13,0 VII l 2.246 10,6 VIII l 522 2,5 Jumlah 21.194 100,0 Keterangan faktor pembatas: t : tekstur l : lereng d : drainase k : kedalaman efektif e : bahaya erosi Keterangan: Luas total tidak sama dengan luas wilayah, karena terdapat area yang tertutupi oleh lahan terbangun 669 hektar dan tidak tersurvei sehingga tidak memiliki atribut dalam peta tanah Puslittanak 1997.

4.3 Kesesuaian Penggunaan Lahan dengan Kemampuan Lahan

Dalam penentuan kesesuaian penggunaan lahan yang dikaitkan dengan kemampuan lahan diperlukan proses interpretasi. Pilihan sesuai atau tidak sesuai sebenarnya belum mampu menggambarkan kondisi penggunaan aktual terkait dengan usaha perbaikan lahan, misalnya sudah diterapkannya teknologi atau belum, atau adanya perbedaan kuantitatif antara satu pilihan penggunaan lahan dengan penggunaan lainnya walaupun tetap termasuk dalam satu kategori. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah pemahaman hubungan antara aktual penutupanpenggunaan lahan dengan kelas kemampuan, mengingat aktual penutupan lahan dapat mempunyai makna ganda jika diletakkan dalam konteks sesuai kemampuan atau tidak. Teknologi dapat mengubah kelas kemampuan lahan, misalnya lahan tertentu menjadi kelas IV karena drainase sangat buruk 58 d4. Dengan pemanfaatan teknologi, lahan tersebut dapat didrainasekan sehingga drainasenya menjadi baik, dan oleh karenanya kelas kemampuan lahannya pun meningkat. Dalam hal ini kelasnya berubah menjadi kelas III atau II. Kondisi ini membuat pencocokan atau evaluasi penggunaan lahan menjadi sesuatu yang kompleks. Pertimbangan penggunaanpenutupan diletakkan pada kelas tertentu membutuhkan pertimbangan yang seksama. Untuk keperluan praktis, sebelum dilakukan proses pencocokan penggunaan lahan dengan kemamppuan lahan, maka perlu disusun matriks kecocokan seperti disajikan dalam Tabel 16. Dalam penelitian ini, evaluasi kesesuaian antara penggunaan lahan dengan kemampuan lahan hanya dilakukan pada penggunaan lahan sawah, rumput padang penggembalaan, tambak, dan pertanian lahan kering, karena keempat penggunaan lahan inilah yang menghasilkan nilai produksi terkait dengan penentuan daya dukung lahan berbasis produktivitas. Dalam hal ini terdapat empat kategori kesesuaian penggunaan lahan yaitu: Sesuai, Sesuai Bersyarat, Tidak Sesuai, dan Tidak Dinilai. Yang dimaksud Sesuai Bersyarat adalah bahwa lahan tersebut dapat digunakan untuk tipe penggunaan lahan tertentu setelah dilakukan perbaikan terhadap salah satu atau beberapa faktor penghambat, misalnya perbaikan kelerengan dan bahaya erosi dengan melakukan terasering atau membuat guludan. Penentuan keputusan Sesuai atau Tidak Sesuai setiap tipe penggunaan lahan dilakukan dengan melihat beberapa faktor pembatas, yaitu erosi, lereng, tekstur, kedalaman efektif, dan drainase. Untuk penggunaan lahan sawah, misalnya, lahan harus memiliki kemiringan lereng 5, sehingga pada lahan pada kelas kemampuan II dengan faktor pembatas lereng dinyatakan sesuai bersyarat bagi penggunaan lahan sawah Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007. Namun demikian, pada lahan kelas II dengan faktor pembatas yang lebih banyak, yaitu kedalaman efektif dan tekstur, dinilai sesuai untuk penggunaan lahan sawah. Hal ini kembali kepada atribut tekstur, drainase, dan kedalaman. Pada lahan kelas II t, d, drainase tanahnya agak buruk dan tekstur liat berdebu. Karakteristik ini sesuai untuk sawah. Untuk lebih jelasnya, kriteria kesesuaian lahan untuk sawah, tambak, padang penggembalaan, perkebunan, dan tanaman pangan lahan kering disertakan dalam lampiran.