Pusat-pusat Perubahan Penggunaan Lahan

43 dan diproyeksikan sebagai pusat pendidikan di Kota Bima. Sebagai kecamatan baru, Mpunda mengalami aktifitas pembangunan infrastruktur yang cukup tinggi, antara lain pembangunan kantor pemerintahan dan Puskesmas. Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Mpunda mencapai 44,2 dari total luas wilayah kecamatan, mencakup perubahan dari pertanian lahan kering dan sawah menjadi lahan permukiman serta semak belukar menjadi sawah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah laju pertumbuhan penduduk. Selama sepuluh tahun terakhir atau periode dua sensus periode tahun 2000 – 2010, rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Kota Bima adalah sebesar 2 per tahun. Kecamatan yang mengalami laju pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Mpunda sebesar 4,54, jauh diatas pertumbuhan rata-rata Kota Bima. Sedangkan, Kecamatan Raba meskipun mempunyai jumlah penduduk tertinggi di Kota Bima namun laju pertumbuhan penduduknya terendah, yaitu 0,58 BPS 2011. Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Mpunda menyebabkan pesatnya pertambahan luas lahan terbangun, baik berupa pembangunan kompleks perumahan, kantor pemerintahan dan fasilitas kesehatan, maupun kos-kosan pelajar dan mahasiswa. Gambar 10 Laju pertumbuhan penduduk Kota Bima per kecamatan periode tahun 2000-2010 Gambar 11 Contoh perubahan penggunaan lahan pertanian sawah menjadi lahan terbangun 44 4.2 Karakteristik Fisik Lahan 4.2.1 Kemiringan Lereng Kondisi kemiringan lereng di Kota Bima beragam dari 0 - 3 hingga lebih dari 65. Kemiringan lereng Kota Bima terbagi kedalam tujuh kelas yaitu: kelas lereng 0-3, 3-8, 8-15, 15-30, 30-45, 45-65, dan 65. Kelas lereng 15-30 menempati luasan terbesar, yaitu 6.222 hektar atau 28,5 dari luas wilayah Kota Bima. Luas dan penyebaran masing-masing kelas lereng disajikan dalam Tabel 7. Topografi Kota Bima dari citra ASTER GDEM, disajikan dalam Gambar 12. Gambar 12 Topografi Kota Bima dari citra ASTER GDEM Tabel 7 Kelas lereng dan relief Kota Bima Kelas Lereng Relief Luas ha Persentase 0 - 3 Datar 2.886 13,2 3 - 8 Berombak 2.596 11,8 8 - 15 Bergelombang 4.638 21,5 15 - 30 Miringberbukit 6.223 28,4 30 - 45 Agak curam 2.752 12,6 45 - 65 Curam 2.246 10,2 65 Sangat curam 522 2,3 Jumlah 21.862 100,0 45 Pada Gambar 12 terlihat bahwa permukiman, yaitu area yang berwarna putih, sebagian besar terletak pada lahan-lahan datar. Lahan-lahan datar tersebut merupakan area yang rawan banjir, karena memang merupakan endapan aluvial atau dataran yang terbentuk akibat adanya banjir.

4.2.2 Jenis Tanah

Terdapat dua jenis tanah tingkat ordo di wilayah Kota Bima, yaitu Entisol dan Inseptisol; lima jenis tanah tingkat sub-ordo yaitu Fluvent, Psamment, Orthent, Aquept, dan Ustept; enam jenis tanah tingkat great-group yaitu Ustifluvent, Ustipsamment, Ustorthent, Halaquept, Endoaquept, dan Haplustept; serta dua belas jenis tanah tingkat sub-grup, yaitu Lithic Haplustepts, Lithic Ustorthents, Typic Endoaquepts, Typic Haplustepts, Typic Endoaquepts, Typic Halaquepts, Typic Haplustepts, Typic Ustifluvents, Typic Ustipsamments, Typic Ustorthent, Typic Ustorthents, dan Typic Ustorthents. Entisol adalah tanah yang tingkat perkembangan horisonnya masih sangat sederhana tetapi berbeda dengan bahan induk karena Entisol sudah mempunyai epipedon okrik, sedang horison bawah pencirinya belum terbentuk. Tanah Entisol memiliki kedalaman dangkal sampai dalam, drainase terhambat sampai baik, tekstur halus, pH agak alkalis. Entisol dapat berasal dari bahan endapan baru yang bertekstur pasir sampai liat atau bahan-bahan volkanik muda seperti abu gunung api atau lahar. Entisol dapat juga berasal dari bahan induk tua seperti batuan liat, batuan pasir, batuan beku, dan lain-lain yang karena terus-menerus tererosi perkembangan tanah tidak dapat berjalan lanjut. Bila ditemukan horison penciri selain epipedon okrik, horison-horison tersebut ditemukan di luar penggal penentu untuk klasifikasi ordo tanah sehingga tidak dapat masuk ke dalam ordo tanah yang lain kecuali Entisol. Karena dapat berasal dari berbagai macam bahan induk dengan umur beragam dari muda sampai tua, dan sembarang iklim, relief, serta vegetasi, maka sifat Entisol juga sangat beragam. Sementara Inseptisol adalah tanah yang memiliki tingkat perkembangan yang sudah lebih matang, namun secara umum Entisol dan Inseptisol masih dikategorikan sebagai tanah muda. Pada sub-grup tanah Lithic, kedalaman solum adalah dangkal. Sementara tanah sub-grup Typic mempunyai sifat-sifat yang tidak menyimpang dari great group-