b. Tipe-B biasanya disebut sebagai literatur abu-abu, yaitu laporan teknis,
thesis, dan dokumen pemerintah. c.
Tipe-C adalah penelitian sekunder yang merangkum literature dari data primer.
Tipe-A adalah tipe jurnal yang terbaik meski sulit untuk ditemukan. Tipe- B adalah jenis yang paling banyak digunakan karena mudah dicari. Tipe-C bisa
berasal dari jurnal maupun skripsi yang sebelumnya menggunakan metode BT. Meskipun metode ini tidak membutuhkan banyak biaya namun tetap memerlukan
kecermatan dalam mengkaji sumber literatur dan mentransfer nilai ekosistem yang dipelajari.
Teknik BT sebaiknya tidak digunakan secara berlebihan karena akan menyebabkan terjadinya “used and abused” Fauzi, 2014. Dampaknya nilai
ekosistem yang ditransfer tidak mewakili nilai real. BT dapat digunakan sebagai langkah awal untuk menduga nilai prediksi dari ekosistem lingkungan yang
diteliti.
2.4 Metode Deskriptif
Metode deskriptif merupakan metode pengumpulan informasi mengenai suatu fenomena atau permasalahan yang ada. Penelitian menggunakan metode
deskriptif bertujuan untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat. Selain menjelaskan suatu peristiwa, metode ini juga digunakan untuk
komparasi dan korelasi dari beberapa variabel dalam penelitian. Melalui analisa deskriptif, peneliti merumuskan dan mengkaji sumber data yang diperoleh untuk
menjawab permasalahan. Sumber data bisa berupa hasil wawancara, literatur dari buku, internet, berita atau hasil penelitian.
Tujuan dari penelitian deskriptif ialah menggambarkan realita sosial yang kompleks sehingga dapat dianalisa lebih lanjut. Penelitian deskriptif
memanfaatkan maupun menciptakan konsep-konsep ilmiah sekaligus melakukan klasifikasi terhadap fenomena sosial yang dipermasalahkan. Penelian ini mencoba
menempatkan realitas social yang diteliti ke dalam konsep-konsep yang telah dikembangkan oleh ahli. Vredenbergt, 1983
2.5 Analisis Biaya Manfaat
Analisis biaya manfaat merupakan alat untuk melihat apabila suatu proyek layak dijalankan atau tidak. Analisis biaya manfaat dapat digunakan untuk
memperbaiki efisiensi proyek, membandingkan keuntungan antara dua proyek yang berbeda, memilih prioritas dalam proyek, juga memilih alternatif proyek
yang bermanfaat bagi individu atau masyarakat. Selain itu berguna untuk menghindari korbanan modal atau sumber daya yang tidak berguna.
Metode ini terdiri dari serangkaian teknik perhitungan untuk mengambil keputusan. Teknik perhitungan meliputi Net Present Value NPV, Net Benefit
Cost Net BC, Internal Return of Rate IRR, dan Switching Value. Teknik perhitungan tersebut untuk menentukan apakah proyek layak dijalankan, melihat
perbandingan besar pemasukan dan pengeluaran, serta nilai proyek. Berikut ini akan dibahas satu per satu teknik perhitungan.
2.5.1 Net Present Value
Net present value NPV adalah selisih pemasukan dan pengeluaran yang telah didiskon dengan social opportunity cost of capital per tahun. Dalam NPV
terdapat compounding factor untuk menghitung nilai proyek per tahun di masa datang, serta discounting factor untuk menghitung nilai proyek per tahun di masa
lalu. Apabila NPV ≥ 0 maka proyek layak dijalankan, sementara bila NPV 0 maka proyek tidak layak dijalankan. Gittinger, 2008
Formula dari NPV adalah ∑
B
t
= Penerimaan pada tahun ke-t C
t
= Pengeluaran pada tahun ke-t i = discount rate
t = tahun
2.5.2 Net Benefit Cost Ratio
Net Benefit Cost Ratio Net BC yaitu perbandingan antara besar pemasukan dengan besar pengeluaran. Net BC adalah besar manfaat bersih yang
diterima untuk setiap 1 satuan biaya yang dikeluarkan. Apabila nilai Net BC ≥ 1
maka usaha layak dijalankan, jika Net BC 1 maka usaha tidak layak dijalankan. Gittinger, 2008