Jenis dan Sumber Data

menghasilkan jasa lingkungan seperti penyerapan emisi karbon di udara. Tahap 9- 11, maksimal dijalankan dalam 1 tahun, sudah dapat memberikan manfaat ekonomi dari hasil penjualan kayu. Pohon sengon yang sudah siap tebang kemudian dijual agar petani memperoleh manfaatnya. Bagi hasil untuk penjualan disesuaikan dengan peran petani selama siklus GMP, yaitu: 1. Petani berbagi hasil 70 berkewajiban melakukan “Persiapan Lahan” dan “Pemeliharaan” 2. Petani berbagi hasil 60 berkewajiban melakukan “Persiapan Lahan” 3. Petani berbagi hasil 60 berkewajiban melakukan “Pemeliharaan” 4. Petani berbagi hasil 50 Pelaksana sistem ini disebut “Sobat Bumi” yang terdiri dari : 1. Relawan Gerakan Menabung Pohon RGMP sebagai pelaksana 12 tahap dan penerima manfaat ekonomi 2. DonaturAdopterGreen Investor sebagai donaturinvestor setiap tahapan dan penerima klaim manfaat sosial-lingkungan serta minoritas ekonomi berdasar kesepakatan dengan RGMP 3. Pendukung RGMP ini adalah orang-orang yang berperan sebagai Pengembang Lot, Petani, Pembibit, Transporter, Penanam, Land-Clearing, Manajemen dan Penggalang Dana, Pengembang Situs Twitgreen, Tenaga Ahli, Verifikator, Pencari Lahan, Kelompok Tani, dan kegiatan kewirausahaan lainnya. Pembiayaan pada tahap 0-6 berasal dari donatur. Mereka mendanai kegiatan menanam bibit pohon minimal 1 lot. Bila donatur ingin melanjutkan membantu pembiayaan pemeliharaan tahap 7-8 maka RGMP bisa menawarkan sebagian manfaat ekonomi dalam bentuk sharing maksimal 20 berdasar kesepakatan yang berbasis sukarela dengan RGMP. Aksi membantu pembiayaan pemeliharaan ini disebut adopsi pohon adopter. Seorang adopter dapat berasal dari luar donatur. Peran Green Investor diperlukan pada tahap 9-11 yaitu sebagai “Logger”. Seorang logger membeli pohon yang sudah bernilai ekonomi sekaligus bertanggung jawab menanam kembali dari setiap pohon yang ditebang. Logger ini sebaiknya pemodalpabrik pengolahan kayubuah atau pelaku pasar perkayuanbuah. Dengan demikian 1 siklus menabung pohon RGMP memerlukan dana bantuaninvestasi hijau dari donatur, adopter dan logger. Agar pendanaan dapat berlangsung lancar dan akuntabel, maka setiap tahapan menabung pohon 0-11 harus dilakukan pendataansertifikasi, verifikasi dan pengunggahan database ke sosial media www.twitgreen.com.

5.4 Gerakan Menabung Pohon di Desa Neglasari

Gerakan Menabung Pohon GMP di desa Neglasari sudah berlangsung sejak bulan Desember 2012 dan melibatkan 50 petani. GMP telah berhasil menanam 875.891 bibit pohon sengon dengan luas lahan 106,4 ha. Seluruh petani yang terlibat berada di bawah koordinator Hilman Fauzi dan relawan GMP Auh Solehuddin. Biaya untuk penanaman, pemeliharaan hingga masa pemanenan berasal dari dana himpunan petani. Pertamina Foundation PF memberikan dana sponsor sebesar Rp 2500pohon. Setiap lot lahan milik petani diverifikasi oleh pihak Pertamina Foundation dan terdaftar di situs twitgreen.com untuk dipantau perkembangannya. Terdapat 50 lot dengan luas bervariasi antara 0,7-3,4 ha. Setiap 1 ha lahan rata- rata ditanami 8.200 pohon. Jumlah ini lebih banyak daripada jumlah tanam ideal yaitu 2500 pohonha. Di lahan tersebut juga terdapat tumpang sari berupa teh, sehingga petani dapat memperoleh penerimaan dari hasil kebun setiap 3 bulan sekali masa tanam teh. Status lahan yang digunakan adalah milik petani. Pohon sengon yang ditanam di Desa Neglasari dapat dipanen setelah 5 tahun. Hasil kayu dijual dengan sistem kubikasi. Jarak tanam pohon di lapangan dilakukan 1x1 m. Sehingga diameter pohon yang dihasilkan tidak mencapai lebar optimum. Apabila pada kondisi optimum 1 pohon Sengon berusia 5 tahun dapat menghasilkan 0,8-1 m 3 , berbeda kondisinya dengan lahan di Desa Neglasari. Berdasarkan keterangan petani, butuh 3 pohon untuk dapat menghasilkan 1 kubik kayu. Harga jual kayu yaitu Rp 900.000,- sampai Rp 1.200.000,- per kubik. Hasil kayu sengon digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas, karena umur sengon yang masih muda atau tergolong juvenile wood. Sengon diperkirakan dapat berumur hingga 15 tahun, dan memasuki tahap dewasa pada umur 7-8 tahun.