Keadaan Geografis Analisis Biaya Manfaat Perdagangan Karbon Bagi Petani Gerakan Menabung Pohon (Studi Kasus: Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta)

7.347.171.020,-. Besar pemasukan ini dapat menjadi alternatif kedua selain hasil panen teh dari tumpang sari. Nilai ekonomi total dari potensi penyerapan karbon pohon Sengon di Desa Neglasari pada harga US 8, US 10, US 12 berturut-turut yaitu Rp 23.903.745.768,-; Rp 29.879.682.098,-; Rp 35.855.618.517,-. Nilai ekonomi tersebut adalah total harga karbon per tahun apabila dihitung pada tahun 2014. Sehingga memperhitungkan tingkat kenaikan suku bunga sebesar 15. 6.2 Analisis Biaya Manfaat Gerakan Menabung Pohon di Desa Neglasari tanpa dan dengan Klaim Karbon Di Desa Neglasari ada 875.891 bibit pohon sengon yang ditanam sejak Desember 2012 dengan luas area tanam 106,4 ha. Program GMP melibatkan 50 petani dengan status kepemilikan lahan milik pribadi. Rata-rata kerapatan lahan tanam yaitu 8.200 pohonha. Terdapat tanaman tumpang sari berupa teh dengan area tanam setengah dari area Gerakan Menabung Pohon GMP. Tanaman teh sudah lebih dulu dipelihara sebelum penanaman Sengon, usia tanaman the di lahan tersebut rata-rata 8-10 tahun. Rincian mengenai biaya input dan pemasukan dari output pada GMP di Desa Neglasari diperoleh dari wawancara depth- interview menggunakan kuesioner pada Lampiran 1. Teh dipanen setiap 3 bulan sekali dengan produktivitas 625 kgha. Harga jual teh adalah Rp 2.300kg. Perkiraan usia tebang pohon Sengon adalah 5 tahun. Setiap 3 pohon dapat menghasilkan 1 m 3 kayu. Pada kondisi optimum, di mana pohon berjumlah 4500 pohonha dengan jarak tanam 2x2 m, 1 pohon dapat menghasilkan 0,8-1 m 3 kayu Soerianegara, 1994. Namun karena lahan GMP di Desa Neglasari berada pada kondisi sub-optimum, dengan jarak tanam 1x1 m, volume kayu yang dihasilkan tidak optimal. Kondisi ini dibenarkan oleh I Wayan Susi Dharmawan, selaku Project Manager ASEAN-Korea Forest Cooperation dari Puslitbang Kehutanan, yang menilai jarak tanam tersebut akan menghasilkan volume kayu yang kecil. Harga jual kayu adalah Rp 900.000 – Rp 1.200.000m 3 . Dalam penelitian ini menggunakan harga jual Rp 900.000m 3 . Petani GMP diberikan waktu maksimal satu tahun untuk menebang dan menjual hasil kayu. Dalam penelitian ini diasumsikan seluruh pohon terjual. Sehingga total volume kayu yang terjual setelah dikurangi jumlah pohon yang mati sebanyak 6 setiap tahun, yaitu sebanyak 204.374 m 3 . Petani memperoleh 70 dari hasil penjualan, sementara 20 untuk relawan, 5 untuk pembangunan desa dan 5 untuk Pertamina Foundation dalam menjalankan program GMP. Tingkat kematian pohon Sengon rata-rata 6 per tahun, ini diperoleh dari hasil wawancara dengan koordinator petani GMP di Desa Neglasari. Tingkat kematian ini diperhitungkan untuk selisih jumlah pohon dan besar penyerapan karbon di area Gerakan Menabung Pohon di Desa Neglasari. Komponen biaya meliputi biaya pemeliharaan pohon Segon dan tanaman teh. Rincian biaya untuk pohon Sengon sebagai berikut: 1. Pupuk organik 1 kg per pohon, dengan harga Rp 500kg. Pemberian pupuk organik hanya dilakukan untuk 3 bulan pertama. 2. Pembibitan yaitu Rp 1.200bibit. 3. Pemberian pupuk urea ketika pohon Sengon berumur 3 bulan, sebanyak 0,4 kg per pohon. Umur 6 bulan, pupuk urea diberikan sebanyak 0,8 kg per pohon. Setelah berumur 1 tahun, Sengon diberikan 1,6 kg pupuk urea. 4. Pemberian insektisida setiap 3 bulan sekali yaitu sebanyak 4 kalengha 5. Pemberian fungisida setiap 3 bulan sekali yaitu 1 kgha. 6. Opportunity cost yang dikeluarkan dihitung berdasar biaya sewa lahan yaitu Rp 25 jutahektartahun. Sementara rincian biaya tenaga kerja dan peralatan yang digunakan untuk pohon Sengon adalah sebagai berikut: 1. Biaya pembukaan lahan disatukan karena Sengon dan teh menggunakan lahan yang sama. Biaya pembukaan lahan yaitu Rp 2.500.000 per hektar. 2. Biaya perlubangan yaitu Rp 500lubang. Hanya dikeluarkan di awal penanaman. 3. Biaya ajir dan pupuk Rp 1000pohon. Hanya dikeluarkan di awal penanaman. 4. Pemeliharaan dilakukan setiap 7 hari per bulan dengan biaya Rp 50.000 per hari.