Metode Pengambilan Data Analisis Biaya Manfaat Perdagangan Karbon Bagi Petani Gerakan Menabung Pohon (Studi Kasus: Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta)

siklus menabung pohon RGMP memerlukan dana bantuaninvestasi hijau dari donatur, adopter dan logger. Agar pendanaan dapat berlangsung lancar dan akuntabel, maka setiap tahapan menabung pohon 0-11 harus dilakukan pendataansertifikasi, verifikasi dan pengunggahan database ke sosial media www.twitgreen.com.

5.4 Gerakan Menabung Pohon di Desa Neglasari

Gerakan Menabung Pohon GMP di desa Neglasari sudah berlangsung sejak bulan Desember 2012 dan melibatkan 50 petani. GMP telah berhasil menanam 875.891 bibit pohon sengon dengan luas lahan 106,4 ha. Seluruh petani yang terlibat berada di bawah koordinator Hilman Fauzi dan relawan GMP Auh Solehuddin. Biaya untuk penanaman, pemeliharaan hingga masa pemanenan berasal dari dana himpunan petani. Pertamina Foundation PF memberikan dana sponsor sebesar Rp 2500pohon. Setiap lot lahan milik petani diverifikasi oleh pihak Pertamina Foundation dan terdaftar di situs twitgreen.com untuk dipantau perkembangannya. Terdapat 50 lot dengan luas bervariasi antara 0,7-3,4 ha. Setiap 1 ha lahan rata- rata ditanami 8.200 pohon. Jumlah ini lebih banyak daripada jumlah tanam ideal yaitu 2500 pohonha. Di lahan tersebut juga terdapat tumpang sari berupa teh, sehingga petani dapat memperoleh penerimaan dari hasil kebun setiap 3 bulan sekali masa tanam teh. Status lahan yang digunakan adalah milik petani. Pohon sengon yang ditanam di Desa Neglasari dapat dipanen setelah 5 tahun. Hasil kayu dijual dengan sistem kubikasi. Jarak tanam pohon di lapangan dilakukan 1x1 m. Sehingga diameter pohon yang dihasilkan tidak mencapai lebar optimum. Apabila pada kondisi optimum 1 pohon Sengon berusia 5 tahun dapat menghasilkan 0,8-1 m 3 , berbeda kondisinya dengan lahan di Desa Neglasari. Berdasarkan keterangan petani, butuh 3 pohon untuk dapat menghasilkan 1 kubik kayu. Harga jual kayu yaitu Rp 900.000,- sampai Rp 1.200.000,- per kubik. Hasil kayu sengon digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas, karena umur sengon yang masih muda atau tergolong juvenile wood. Sengon diperkirakan dapat berumur hingga 15 tahun, dan memasuki tahap dewasa pada umur 7-8 tahun. 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Estimasi Nilai Ekonomi Penyerapan Karbon Gerakan Menabung Pohon di Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta Gerakan Menabung Pohon GMP di Desa Neglasari, Kabupaten Purwakarta berhasil menanam 875.891 bibit sengon di lahan seluas 106,4 ha. GMP melibatkan 50 petani dan mempekerjakan setidaknya 120 buruh tani di Desa Neglasari. Pohon Sengon merupakan pohon bernilai ekonomis yang dapat dipanen pada usia 5-6 tahun. Pohon sengon juga memiliki kemampuan menyerap karbon yang sangat baik. Kemampuan tanaman dalam penyerapan karbon ini dapat dilihat dari perubahan biomassa. Biomassa merupakan bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis, sehingga terdapat unsur karbon di dalamnya. Perubahan biomassa tanaman dicari dengan menggunakan persamaan allometrik sebagai berikut: Y = aD b Y : biomassa a : konstanta D : diameter batang setinggi dada b : konstanta dalam bentuk pangkat Persamaan allometrik setiap tanaman berbeda-beda sesuai kandungan karbon yang terdapat di dalamnya. Persamaan allometrik ini merangkum seluruh kandungan biomassa tumbuhan mulai dari dahan hingga ke akar. Untuk pohon sengon persamaan allometrik untuk mencari biomassa adalah Y = 0,1479 D 2,2989 Persamaan allometrik ini diambil dari hasil penelitian Siringoringo dan Siregar 2006 dalam jurnal mengenai pohon Sengon oleh Krisnawati 2011. Satuan dari biomassa ini adalah kilogram kg. Persamaan ini diperoleh dari pohon Sengon yang terdapat di Sukabumi. Melihat persamaan kondisi lingkungan antara Sukabumi dengan Purwakarta, maka peneliti menggunakan persamaan allometrik pohon Sengon di Sukabumi. Memprediksi besar diameter pohon setinggi dada DBH berdasarkan umur A, peneliti menggunakan rumus berikut di halaman selanjutnya.