Analisis Rasio Solvabilitas Analisis Rasio Keuangan

IPO periode tahun 1976-1988 dengan sampel penelitian sebanyak 682 perusahaan. Penelitian tersebut mengamati kinerja operasional keuangan perusahaan pada satu tahun sebelum IPO hingga tiga tahun setelah IPO. Variabel-variabel yang diteliti antara lain operating Return on Assets, operating cash flowstotal assets, sales, asset turnover, dan capital expenditures. Hasil yang diperoleh dari analisis COMPUSTAT menunjukkan terjadinya peningkatan dalam sales dan capital expenditures, serta terjadinya penurunan pada variabel operating return on asset, operating cash flowstotal assets, dan asset turnover. Dalam kesimpulan bahkan dikatakan bahwa secara substansial kinerja operasi perusahaan mengalami penurunan. Perusahaan secara keseluruhan tidak dapat mempertahankan kinerja yang telah dicapai seperti saat sebelum dilakukan proses IPO. Meskipun, hasil dari IPO menunjukkan terjadi peningkatan dalam sales dan capital expenditures, namun hasil dari IPO juga menunjukkan adanya penurunan rentabilitas. Penelitian oleh Payamta dan Machfoedz 1999 melakukan evaluasi kinerja perusahaan perbankan sebelum dan sesudah menjadi perusahaan publik. Dalam penelitiannya, Payamta dan Machfoedz 1999 menggunakan rasio-rasio CAMEL yang merupakan dasar penilaian kinerja perbankan dengan variabel-variabel antara lain CAR, RORA, NPM, ROA, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional BOPO, NCM, dan rasio kredit terhadap dana yang diterima KDN. Sampel yang digunakan adalah 22 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta hingga akhir tahun 1996, yang telah memenuhi kriteria purposive sampling. Penelitian yang menggunakan uji peringkat tanda Wilcoxon dan uji Manova, memberikan hasil bahwa kinerja rasio-rasio perbankan tersebut tidak mengalami perbedaan yang signifikan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah IPO. Meskipun beberapa di antara rasio seperti CAR, RORA, dan NCM memberikan indikasi adanya perbedaan yang signifikan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah IPO, namun Payamta dan Machfoedz 1999 menilai perbedaan kinerja tersebut hanya bersifat temporer dan tidak konsisten. Hal ini mungkin terjadi karena emiten telah menetapkan kinerja sebelum IPO yang terlalu tinggi, dengan cara melakukan window dressing. Menurut Payamta dan Machfoedz