Kajian dampak initial public offering terhadap economic value added PT Bank Tabungan Negara, Tbk

(1)

KAJIAN DAMPAK

INITIAL PUBLIC OFFERING

TERHADAP

ECONOMIC VALUE ADDED

PT BANK TABUNGAN NEGARA, Tbk

Oleh

MIA DWI FITRI

H24080043

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(2)

fulfilling their IPO on December 27, 2009. In order to evaluate their success of the IPO, the performance seen based economic value added that BTN has been created. The aims of this research are: (1) analyze the growth of capital structure BTN Bank and COC (cost of capital) generated before and after the IPO, (2) analyze the financial performance of BTN Bank growth by comparing the value of economic value added (EVA) before and after the IPO, and (3) analyze the impact of the IPO to the cost of equity and the resulting impact on EVA (economic value added) Bank BTN. There are three result from this study. First, the percentage of the average amount of capital structure (long-term debt and equity) Bank BTN after IPO has discreas and the cost of capita Bank BTN after IPO has increase. Second, economic value added (EVA) of Bank BTN after IPO has decreased. Third, IPO of BTN Bank in 2009 resulted the value of cost of equity increases and it has significant effect on economic value added (EVA) Bank BTN after the IPO.


(3)

Economic Value Added PT Bank Tabungan Negara, Tbk. Dibawah bimbingan

BUDI PURWANTO.

PT Bank Tabungan Negara merupakan bank yang berfokus pada kredit perumahan rakyat yang melaksanakan IPO pada 17 Desember 2009. Ketetapan Bank BTN melaksanakan IPO tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat struktur modal perusahaan. Hal ini didasarkan pada adanya masalah yang dihadapi oleh bank ini yaitu resiko mismatch kredit yang disebabkan karena tidak sinkronnya sumber dana yang diterima dengan kredit yang disalurkan, dimana Bank BTN harus memberikan pinjaman jangka panjang sementara sumber dana yang didapat bersifat jangka pendek. Setelah melaksanakan IPO, kinerja Bank BTN mengalami kemajuan baik dalam hal aset dan dana pihak ketiga, serta jumlah laba operasional. Setelah IPO, tujuan Bank BTN sebagai bank go public ialah menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Namun, harga saham Bank BTN semenjak diperjualbelikan pada pasar modal mengalami fluktuasi dan cenderung menurun, padahal penciptaan nilai atau kekayaan saham biasanya tercermin pada kenaikan harga saham. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah IPO Bank BTN telah memberi nilai tambah bagi investor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana IPO Bank BTN memberikan nilai tambah ekonomis bagi investor. Penelitian lebih rinci menganalisa (1) perkembangan struktur modal Bank BTN dan COC (cost of capital) yang dihasilkan saat sebelum dan sesudah IPO, (2) pertumbuhan kinerja keuangan Bank BTN dengan membandingkan nilai EVA (economic value added) sebelum dan sesudah IPO, dan (3) dampak IPO kepada biaya modal ekuitas (BME) yang dihasilkan dan seberapa besar pengaruhnya terhadap EVA (economic value added) Bank BTN.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari pencarian data keuangan serta data bulanan pergerakan saham Bank BTN melalui internet dan kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 17. Berdasarkan hasil penelitian, presentase kewajiban jangka panjang Bank BTN mengalami penurunan sesudah IPO dan sebaliknya presentase ekuitas mengalami peningkatan. Presentase jumlah rata-rata struktur modal (kewajiban jangka panjang dan ekuitas) Bank BTN sesudah IPO mengalami penurunan dibandingkan struktur modal sebelum IPO. Nilai biaya modal (COC) Bank BTN mengalami peningkatan sesudah IPO. Hal ini mengakibatkan nilai rata-rata EVA Bank BTN sesudah IPO (2010-2012) mengalami penurunan dibandingkan nilai EVA Bank BTN sebelum IPO (2007-2009). Berdasarkan hasil analisis regresi variabel dependen EVA sesudah IPO dan variabel independen biaya modal ekuitas (BME) sesudah IPO, diperoleh nilai -t hitung < -t tabel yaitu -27,651 < -2,262 dan nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa biaya modal ekuitas sesudah IPO berpengaruh signifikan terhadap EVA sesudah IPO. Dengan persamaan EVA = 544.845,78 – 0,996 BME. Hal ini berarti jika biaya modal ekuitas diasumsikan tidak ada maka EVA bernilai Rp 544.845,78 juta dan setiap peningkatan biaya modal ekuitas sebesar Rp 1.000.000,00 maka EVA akan menurun sebesar Rp 996.000,00.


(4)

KAJIAN DAMPAK

INITIAL PUBLIC OFFERING

TERHADAP

ECONOMIC VALUE ADDED

PT BANK TABUNGAN NEGARA, Tbk

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

MIA DWI FITRI

H24080043

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(5)

Judul Skripsi : Kajian Dampak Initial Public Offering Terhadap Economic Value Added PT Bank Tabungan Negara, Tbk

Nama : Mia Dwi Fitri

NIM : H24080043

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Budi Purwanto, ME NIP. 19630705 199403 1003

Mengetahui, Kepala Departemen

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP. 19610123 198601 1002


(6)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Mei 1990. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Wempi Yedri dan Netty Herawati. Penulis mengawali pendidikan di TK Semboja Sari Bogor pada tahun 1995-1996. Pada tahun 1996-2002, penulis meneruskan pendidikannya di SDN Empang 2 Bogor dan pendidikan menengah pertama ditempuh dari tahun 2002-2005 di SMP Negeri 3 Bogor. Penulis menempuh pendidikan menengah atas pada tahun 2005-2008 di SMA Negeri 1 Bogor. Pada tahun 2005-2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kepecintaalaman KAREMATA FEM IPB sebagai bendahara pada tahun 2010-2011 dan sebagai anggota divisi mountaineering pada tahun 2011-2012. Penulis juga aktif pada bebagai kepanitian seperti Politik Ceria BEM FEM IPB, IPB Art Contest, MPD MPF FEM IPB, dan lain-lain. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan IPB Goes To Field 2011 yang dilaksanakan di Klaten, Jawa Barat.


(7)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Kajian Dampak Initial Public Offering Terhadap Economic Value Added PT Bank Tabungan Negara, Tbk”.

Pelaksanaan IPO Bank BTN pada tahun 2009 bertujuan untuk memperkuat struktur modal Bank BTN. Setelah IPO, tujuan Bank BTN sebagai bank go public ialah menciptakan nilai tambah bagi para investornya. Namun, harga saham Bank BTN semenjak diperjualbelikan pada pasar modal mengalami fluktuasi dan cenderung menurun, padahal penciptaan nilai biasanya tercermin pada kenaikan harga saham. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana IPO Bank BTN telah memberikan nilai tambah ekonomis bagi para investornya dengan membandingkan nilai EVA (economic value added) Bank BTN sebelum dan sesudah pelaksanaan IPO.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan, maka kritik dan saran diharapkan untuk penyempurnaan dan bahan referensi, sehingga bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2013


(8)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini tidak dapat lepas dari peran banyak pihak yang telah memberi saran, bimbingan, bantuan, dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta (Alm. Bapak Wempi Yedri dan Ibu Netty Herawati), kakak dan adik (Risdina dan Selly), serta keponakan (Liwa, Roya, dan Fajar) yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan semangat selama ini.

2. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan, kritik, saran, motivasi, serta pengarahan dalam penyempurnaan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos, ME selaku dosen penguji skripsi yang bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji dalam ujian skripsi dan memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh dosen di Departemen Manajemen FEM IPB yang telah memberikan banyak ilmu serta membuka wawasan saya.

5. Seluruh staf di Departemen Manajemen FEM IPB yang telah membantu diri saya hingga bisa sampai ke tahap kelulusan.

6. Sahabat sekaligus saudara tercinta (Sheila, Mega, Icha, Nika, Yuti, Ira, Ismi, Angga) yang selalu mengajarkan pengalaman kebersamaan dan saling membantu dalam suka maupun duka.

7. Seluruh keluarga KAREMATA FEM IPB yang telah memberikan semangat dan berbagi canda, tawa, sedih, duka, serta bahagia selama ini.

8. Teman satu bimbingan (Harya, Aidil, dan Aulia) yang telah bersama-sama berjuang dalam menyusun skripsi, serta telah memberikan dorongan, masukan, dan bantuan.


(9)

vi

9. Rekan-rekan di Departemen Manajemen Angkatan ‘45 yang telah bersama-sama berjuang menuntut ilmu untuk menggapai harapan, penulis memanjatkan doa agar kita bersama-sama menjadi generasi yang sukses. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak baik yang disebutkan maupun yang tidak tersebut hingga penyusunan skripsi ini selesai pada waktunya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan skripsi ini, semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Februari 2013


(10)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Bank ... 7

2.1.1 Pengertian dan Jenis-jenis Bank ... 7

2.1.2 Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan Indonesia ... 9

2.2. IPO (Initial Public Offering) ... 9

2.2.1 Pengertian, Tahapan, dan Alasan IPO (Initial Public Offering) ... 9

2.2.2 Manfaat dan Konsekuensi IPO (Initial Public Offering) ... 11

2.3. Analisis Keuangan ... 12

2.4. Laporan Keuangan ... 12

2.5. Economic Value Added (EVA) ... 13

2.5.1 Pengertian Economic Value Added (EVA) ... 13

2.5.2 Komponen Perhitungan Economic Value Added (EVA) ... 14

a. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)/ Laba Bersih Setelah Pajak ... 14

b. Weighted Average Cost of Capital (WACC)/ Biaya Modal Rata-rata Tertimbang ... 15

c. Invested Capital (IC)/ Modal Yang Diinvestasikan ... 16

d. Cost Of Capital (COC)/ Biaya Modal ... 17

e. Economic Value Added (EVA)/ Nilai Tambah Ekonomis ... 20

2.6. Pengaruh Biaya Modal Ekuitas terhadap EVA ... 20


(11)

viii

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 23

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 23

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.3.1 Jenis dan Sumber Data ... 25

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 25

3.4.1 Metode Perhitungan EVA ... 26

3.4.2 Analisis Pengaruh Biaya Modal Ekuitas terhadap EVA ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1. Gambaran Umum Bank BTN ... 32

4.1.1 Sejarah Bank BTN ... 32

4.1.2 Visi, Misi, dan Nilai Bank BTN ... 34

4.1.3 Manajemen dan Struktur Organisasi Bank BTN ... 35

4.1.4 Kegiatan Usaha Bank BTN ... 35

4.1.5 Proses IPO Bank BTN ... 36

4.2. Struktur Modal Bank BTN ... 37

4.2.1 Struktur Modal Bank BTN Sebelum IPO ... 37

4.2.2 Struktur Modal Bank BTN Sesudah IPO ... 38

4.3. Biaya Modal Bank BTN ... 41

4.3.1 Biaya Ekuitas (Ke) Bank BTN ... 41

4.3.2 Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC), Modal yang Diinvestasikan (IC), dan Biaya Modal (COC) Bank BTN Sebelum IPO ... 43

4.3.3 Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC), Modal yang Diinvestasikan (IC), dan Biaya Modal (COC) Bank BTN Sesudah IPO ... 44

4.4. EVA (Economic Value Added) Bank BTN ... 46

4.4.1 EVA Bank BTN Sebelum IPO ... 46

4.4.2 EVA Bank BTN Sesudah IPO ... 47

4.5. Analisis Dampak IPO Terhadap EVA Bank BTN ... 48

4.5.1 Uji Normalitas ... 48

4.5.2 Analisi Pengaruh Biaya Modal Ekuitas terhadap EVA... 49

4.6. Implikasi Manajerial ... 50

KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

1. Kesimpulan ... 51

2. Saran...52

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(12)

ix

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Komposisi sumber pendanaan Bank BTN 2006-2008 ... 1

2. Posisi 10 besar bank dalam hal total aset dan DPK (2012)... 2

3. Laba Bank BTN sejak tahun 2007-2011 ... 3

4. Langkah-langkah perhitungan EVA ... 29

5. Struktur modal Bank BTN sebelum IPO ... 37

6. Struktur modal Bank BTN sesudah IPO ... 38

7. Presentase proporsi rata-rata jumlah kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas Bank BTN ... 40

8. Nilai beta dan biaya ekuitas Bank BTN sesudah IPO ... 42

9. Nilai komponen biaya modal Bank BTN sebelum IPO ... 43

10. Nilai komponen biaya modal Bank BTN sesudah IPO ... 44

11. Nilai EVA Bank BTN sebelum IPO ... 46

12. Nilai EVA Bank BTN sesudah IPO ... 47

13. Hasil uji normalitas data dengan kolmogorov smirnov ... 49


(13)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Perkembangan saham Bank BTN (2010-triwulan ketiga 2012) ... 3

2. Kerangka pemikiran penelitian ... 24

3. Struktur modal Bank BTN (2007-2012) ... 41

4. Pergerakan nilai cost of capital Bank BTN (2007-2012) ... 45


(14)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Tingkat pengembalian indeks harga saham Gabungan (IHSG) dan tingkat

suku bunga Indonesia 2010-2012 ... 57

2. Tingkat pengembalian saham Bank BTN (Rit) ... 58

3. Perhitungan beta (β) Bank BTN (2010-2012) ... 59

4. Market risk premium setiap negara ... 60

5. Perhitungan biaya ekuitas Bank BTN (2010-2012) ... 61

6. Perhitungan net operating profit after tax (NOPAT) Bank BTN (2007-2012) ... 62

7. Perhitungan biaya hutang (Kd*) Bank BTN 2007-2012 ... 63

8. Perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) Bank BTN (2007-2012) ... 65

9. Perhitungan modal yang diinvestasikan (IC) Bank BTN (2007-2012)...67

10. Perhitungan biaya modal (COC) Bank BTN (2007-2012)...68

11. Perhitungan EVA Bank BTN (2007-2012)...69


(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT Bank Tabungan Negara merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berperan dalam menyediakan pembiayaan perumahan terutama bagi warga masyarakat menengah ke bawah. Pada tanggal 17 Desember 2009, Bank BTN menerbitkan 2.360.057.000 lembar saham, setara dengan 27,08% dari total saham Bank BTN, dan tercatat sebagai emisi IPO terbesar di tahun 2009 dengan nilai dana sebesar Rp 1,88 triliun (annual report Bank BTN, 2011).

Pertumbuhan berkesinambungan merupakan fokus dalam setiap keputusan bisnis Bank BTN. Demi mengupayakan hal tersebut, Bank BTN memperkuat komposisi permodalan melalui proses IPO (initial public offering). Ketetapan Bank BTN melaksanakan IPO tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat struktur modal perusahaan yang didasarkan karena adanya resiko mismatch kredit yang dihadapi Bank BTN (annual report Bank BTN, 2009). Hal tersebut disebabkan karena tidak sinkronnya sumber dana yang diterima dan dikelola dengan kredit yang disalurkan. Bank BTN harus memberikan pinjaman jangka panjang sementara sumber dana yang didapat bersifat jangka pendek.

Tabel 1. Komposisi sumber pendanaan Bank BTN 2006-2008

Sumber Pendanaan Komposisi (%)

2006 2007 2008

Giro 5,3 6,5 6,7

Tabungan 19,6 20,7 17,4

Deposito 45,0 42,9 50,0

Total DPK 70,0 70,1 74,1

Simpanan bank lain 2,1 1,9 5,0

Pinjaman+surat berharga 22,2 19,9 13,6

Ekuitas 5,7 8,1 7,3

Total Hutang Jangka Panjang dan Ekuitas 30,0 29,9 25,9 Total Pendanaan 100,0 100,0 100,0

Sumber: Laporan Keuangan Bank BTN (2006-2008)

Oleh karena itu, demi tujuan jangka panjang dan meningkatkan kinerja perusahaannya, Bank BTN melaksanakan initial public offering pada Desember 2009 untuk memperkuat struktur modal perusahaannya.


(16)

Setelah melaksanakan IPO pada akhir tahun 2009 lalu, kinerja Bank BTN mengalami kemajuan. Berdasarkan laporan statistik perbankan Indonesia 2012, sejak tahun 2009 hingga 2012 Bank BTN menduduki posisi ke 10 besar dalam hal aset dan dana pihak ke tiga (Tabel 2). Sebelumnya, sebelum tahun 2009 Bank BTN tidak termasuk salah satu dari 10 bank terbesar dari segi aset dan dana pihak ketiga, baru kemudian mulai tahun 2009 hingga tahun 2012 Bank BTN masuk pada jajaran 10 peringkat bank terbesar.Pencapaian yang telah didapat tersebut mencerminkan perkembangan modal yang dimiliki dalam rangka pencapaian kinerja yang lebih baik.

Tabel 2. Posisi 10 besar bank dalam hal total aset dan DPK (2012)

No. Nama Bank Total Aset

(juta rupiah)

Total DPK (juta rupiah) 1. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 493.050 380.236

2. PT BRI (Persero) Tbk 456.383 372.126

3. PT Bank Central Asia Tbk 380.927 323.457

4. PT BNI (Persero) Tbk 289.458 224.902

5. PT Bank CIMB Niaga Tbk 164.247 131.794

6. PT Bank Danamon Tbk 127.128 88.665

7. PT Pan Indonesia Bank Tbk 118.991 85.537

8. PT Bank Permata Tbk 101.540 82.925

9. PT BII Tbk 91.335 70.479

10. PT BTN (Persero) Tbk 89.277 61.992

Sumber: Statitik perbankan Indonesia (Bank Indonesia, 2012)

Setelah go public Bank BTN terus memperbaiki pelaksanaan tata kelola perusahaan atau good corporate governance (GCG) yang telah ditetapkan oleh Bapepem-LK dan Bank Indonesia serta mengacu pada international best practices (annual report Bank BTN, 2011). Hal tersebut memberikan dampak bagi perkembangan kinerja bank ini. Perkembangan kinerja keuangan yang telah dicapai Bank BTN dapat dilihat dari pencapaian Bank BTN sebelum dan setelah melakukan IPO pada Tabel 3.

Nilai pendapatan bunga dan bagi hasil, pendapatan operasional lainnya, laba operasional, dan laba bersih setelah pajak mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun persentase pertumbuhan pos-pos tersebut mengalami fluktuasi. Persentase pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun pertama setelah dilakukan IPO, yaitu pada tahun 2010. Semua pos pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan


(17)

presentase secara signifikan dibanding dengan tahun lainnya. Selanjutnya pada tahun 2011 pencapaian nilai pos-pos tersebut mengalami kenaikan, meskipun presentase pertumbuhannya menurun.

Tabel 3. Laba Bank BTN sejak tahun 2007-2011

Pos (miliar rupiah) Sebelum IPO IPO Sesudah IPO

2007 2008 2009 2010 2011

Pendapatan Bunga dan

Bagi Hasil Bersih 1.753 1.960 2.302 3.355 3.789 Persentase Pertumbuhan(%) 11,81 17,45 45,74 12,94 Pendapatan Operasional

Lainnya 227 217 265 488 512

Persentase Pertumbuhan(%) -4,4 22,12 84,15 4,92

Laba Operasional 591 669 739 1.264 1.526

Persentase Pertumbuhan(%) 13,19 10,46 71,04 20,73 Laba Bersih setelah Pajak 402 430 490 916 1.119 Persentase Pertumbuhan(%) 6,96 13,95 86,94 22,16 Sumber: Laporan keuangan tahunan Bank BTN, 2007-2011

Meskipun upaya memaksimalkan laba merupakan tujuan yang logis bagi setiap perusahaan, semua pakar korporasi sepakat bahwa tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan bukan memaksimalkan laba, melainkan memaksimalkan kekayaan pemegang saham (stock holder’s wealth) atau memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm) (Mardiyanto, 2009). Berdasarkan laporan keuangan tahunan Bank BTN 2009, setelah melaksanakan IPO, tujuan dari Bank BTN sebagai bank go public adalah menciptakan nilai (value creation) bagi para investornya. Pengukuran penilaian kinerja perusahaan mulai diarahkan kepada penciptaan nilai atau kekayaan saham yang biasanya tercermin pada kenaikan harga saham. Namun pada kenyataanya, harga saham Bank BTN semenjak diperjualbelikan pada pasar modal mengalami fluktuasi dan cenderung menurun (Gambar 1).


(18)

Perkembangan harga saham yang cenderung menurun semenjak IPO hingga kini menimbulkan pertanyaan bagaimana sebenarnya penciptaan nilai Bank BTN. Apakah perkembangan yang terlihat pada kinerja keuangan konvensional juga menciptakan penciptaan nilai bagi investor. Perkembangan kinerja keuangan yang tercermin dalam kinerja keuangan konvensional yang ada belum cukup untuk memberikan informasi mengenai penciptaan kekayaan serta nilai perusahaan yang telah dicapai Bank BTN. Angka-angka tersebut tidak mencakup biaya modal dan nilai pasar yang terbentuk terkait dengan modal yang didapat setelah melakukan IPO. Hal ini dikarenakan, suatu usaha yang menguntungkan disebut menguntungkan secara ekonomis jika mampu memberikan laba operasi yang lebih besar dibandingkan biaya modalnya.

Pertumbuhan kinerja perusahaan yang baik pada dasarnya juga menciptakan nilai (value) pada perusahaan yang dapat dilihat dari nilai EVA (economi value added). Bagi Bank BTN yang baru saja melakukan IPO pada 2009 lalu, penciptaan nilai tambah merupakan tolak ukur yang fundamental bagi efektivitas pengelolaannya. Pencapaian nilai melalui EVA menunjukan sejauh mana perusahaan telah fokus terhadap kinerja perusahaan, bukan hanya dalam penciptaan laba tetapi lebih kepada penciptaan nilai tambah perusahaan secara efektif untuk jangka panjang bagi para investor. Sehingga melalui nilai EVA tersebut investor dapat mengetahui kondisi sebenarnya perusahaan yaitu sejauh mana nilai tambah (value) yang telah dicapai sejak sebelum hingga sesudah dilakukannya IPO.

Bagi para investor, nilai EVA tersebut dapat memberikan masukan dan menjadi dasar pertimbangan bagi pengambilan keputusan investasi sehubung dengan rencana akan diterbitkannya right issue dan obligasi Bank BTN pada tahun 2013. Investor lebih mengutamakan nilai (value) fundamental yang telah dicapai perusahaan yang dapat tercermin melalui nilai tambah ekonomis perusahaan (economic value added).


(19)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, untuk dapat mengevaluasi sejauh mana sebenarnya keberhasilan IPO Bank BTN dalam menciptakan nilai tambah ekonomis bagi investor, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian lebih rinci sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan struktur modal Bank BTN dan COC (cost of capital) yang dihasilkan saat sebelum dan sesudah IPO?

2. Bagaimana perbandingan pertumbuhan kinerja keuangan Bank BTN berdasarkan nilai EVA (economic value added) sebelum dan sesudah IPO? 3. Bagaimana dampak IPO kepada biaya modal ekuitas yang dihasilkan dan

pengaruhnya terhadap EVA (economic value added) Bank BTN?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Menganalisa perkembangan struktur modal Bank BTN dan COC (cost of capital) yang dihasilkan saat sebelum dan sesudah IPO yaitu pada tahun 2007-2012.

2. Menganalisa pertumbuhan kinerja keuangan Bank BTN dengan membandingkan nilai EVA (economic value added) pada saat sebelum dan sesudah IPO yaitu pada tahun 2007-2012.

3. Menganalisa dampak IPO kepada biaya modal ekuitas dan pengaruhnya terhadap EVA (economic value added) Bank BTN.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih mendalam mengenai perkembangan kondisi keuangan dan struktur modal BTN pada saat sebelum dan setelah melakukan IPO. Melalui penelitian ini para pembaca dan investor dapat pula mengetahui perkembangan kinerja keuangan Bank BTN sebelum dan setelah IPO dalam hal penciptaan nilai (value) melalui nilai EVA, sehingga dapat dijadiakan referensi pengambilan keputusan investasi di masa yang akan datang.


(20)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada struktur modal dan kinerja keuangan PT. Bank BTN, Tbk sebelum dan sesudah melakukan IPO menggunakan metode EVA yang berdasarkan laporan keuangan tahun 2007-2012. Selanjutnya untuk mengetahui dampak dari initial public offering kepada biaya modal ekuitas yang tercipta dan pengaruhnya terhadap value yang tercermin dalam EVA Bank BTN.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank

2.1.1 Pengertian dan Jenis-jenis Bank

Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter (Suseno, 2003).

Kasmir (2008) mendefinisikan bank secara sederhana sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI. Nomor 10 Tahun 1998, jenis perbankan terdiri dari dua jenis bank, yaitu:

a. Bank Umum

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Termasuk bank umum menurut undang-undang tersebut ialah bank pembangunan dan bank tabungan. Subagyo (2005) memaparkan fungsi-fungsi pokok bank umum sebagai berikut:

1. Menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman

2. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang efisien dalam kegiatan ekonomi

3. Menciptakan uang melalui pembayaran kredit dan investasi

4. Menyediakan jasa pengelolaan dana dan trus atau wali amanat kepada individu dan perusahaan

5. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional


(22)

7. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain misalnya kartu kredit, cek perjalanan (traveler’s check), ATM, transfer dana, dan sebagainya.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Termasuk bank perkreditan rakyat ialah bank desa, bank pasar, lumbung desa, dan bank pegawai.

Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya menurut Kasmir (2001) adalah sebagai berikut:

a. Bank milik pemerintah

Di mana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga keuntungan bank ini dimilki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah ialah BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri. Contoh bank milik daerah ialah BPD Sumatra Utara, BPD DKI Jakarta, BPD Bali, dan lain-lain.

b. Bank milik swasta nasional

Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimilki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannnya diambil oleh swasta pula. Contoh bank milik pemerintah ialah Bank Bukopin, BCA, Bank Danamon, Bank Lippo, dan lain-lain.

c. Bank milik asing

Merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara. Contoh bank milik asing ialah ABN AMRO Bank, City Bank, Bank of Tokyo, dan lain-lain.

d. Bank milik campuran

Merupakan bank kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank milik campuran adalah Bank Merincorp, Bank PDFCI, Inter Pasific Bank, dan lain-lain.


(23)

2.1.2 Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan Indonesia

Dalam Pasal 2,3, dan 4 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 2008 tentang Perbankan, dinyatakan asas, fungsi, dan tujuan perbankan Indonesia adalah sebagai berikut:

Asas

Perbankan Indonesi dalam melaksanakan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

Fungsi

Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.

Tujuan

Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat banyak.

2.2. IPO (Initial Public Offering)

2.2.1 Pengertian, Tahapan, dan Alasan IPO (Initial Public Offering)

Semakin berkembangnya suatu perusahaan akan membawa konsekuensi pada tuntutan peningkatan pelayanan bagi pelanggannya. Peran perusahaan untuk menciptakan keunggulan dalam menghadapi persaingan amat berpengaruh terhadap pasar yang dituju. Keinginan untuk melakukan perbaikan operasi telah mendorong beberapa perusahaan melakukan privatisasi atau go public. Go public dikenal sebagai stimulasi restrukturisasi pasar. Sejauh mana tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut yang selama ini dikenal berkinerja baik. Go public diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan efisiensi perusahaan yang selanjutnya mendukung pertumbuhan ekonomi negara. Bagi perusahaan yang baru pertama kali melepaskan saham di pasar modal, idealnya go public dilakukan dengan IPO (initial public offering) (Primiana, 2009).

Initial public offering mempunyai arti perusahaan menjual saham biasa atau saham preferen, atau obligasi yang merupakan modal perusahaan (ekuitas dan utang jangka panjang) yang pertama kalinya kepada masyarakat luas (Widoatmodjo, 2009). Pada prinsipnya, ada empat tahap yang harus dilalui perusahaan bila hendak melakukan IPO, yaitu:


(24)

1. Masa Persiapan

a. Pengajuan pernyataan pendaftaran ke Bapepam-LK b. Pembuatan prospektus

2. Masa Penawaran

a. Mempublikasikan prospectus b. Melakukan penawaran perdana 3. Masa Pencatatan

4. Kewajiban setelah go public

Alasan yang mendasari suatu perusahaan menjual sahamnya kepada masyarakat (go public) menurut Sjahrir (2002), diantaranya:

1. Meningkatkan modal dasar perusahaan 2. Mencari tahu berapa nilai perusahaan 3. Menilai kemungkinan-kemungkinan lain 4. Nilai saham cenderung naik

5. Mempermudah menarik modal tambahan

6. Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain 7. Meningkatkan kredibilitas

Menurut Samsul (2006), setiap perusahaan yang akan menjual sahamnya kepada masyarakat mempunyai tujuan yang berbeda. Pada umumnya, perusahaan mempunyai tujuan seperti berikut ini:

1. Memperbaiki struktur modal 2. Meningkatkan kapasitas produksi 3. Memperluas pemasaran

4. Memperluas hubungan bisnis 5. Meningkatkan kualitas manajemen

Sedangkan pada BUMN, menurut Suta (2000), alasan penetapan suatu BUMN menjadi go public antara lain untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas BUMN dalam rangka menghadapi persaingan di pasar global dan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat guna turut serta dalam kepemilikan saham BUMN.


(25)

2.2.2 Manfaat dan Konsekuensi IPO (Initial Public Offering)

Go public dengan IPO akan mempercepat peningkatan tata kelola perusahaan dan kinerja ke arah yang lebih baik good corporate governance (GCG). Adanya IPO akan membuat aset-aset perusahaan dinilai lebih tinggi dan juga membuat perusahaan jauh lebih cepat berkembang. Di samping itu, peluang untuk mendapatkan dana segar akan lebih terbuka. Perusahaan yang selama ini berkinerja baik biasanya memanfaatkan dana segar melalui IPO untuk mengembangkan bisnisnya. Dengan melakukan IPO maka manfaat yang diperoleh selain dana segar dari penjualan saham juga semakin luasnya pasar serta berubahnya budaya perusahaan karena tuntutan profesionalisme (Primiana, 2009).

Menurut panduan go public yang dikeluarkan oleh IDX, IPO atau go public memiliki manfaat dan konsekuensinya masing-masing. Dengan menjadi perusahaan publik, banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh perusahaan, diantaranya:

1. Memperoleh sumber pendanaan baru yaitu dana untuk pengembangan, baik untuk penambahaan modal kerja maupun untuk ekspansi usaha

2. Memberikan competitive adventage untuk perkembangan usaha

3. Melakukan merger atau akuisis perusahaan lain dengan pembiayaan melalui penerbitan saham baru

4. Peningkatan kemampuan going cocern yaitu kemampuan untuk tetep dapat bertahan dalam kondisi apapun

5. Meningkatkan citra perusahaan 6. Meningkatkan nilai perusahaan

Dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap nilai perusahaan. Setiap peningkatan kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya akan mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.

Adapun konsekuensi yang timbul akibat IPO atau go public ialah sebagai berikut:

1. Berbagi kepemilikan


(26)

2. Mematuhi peraturan pasar modal yang berlaku

Pasar modal memang menerbitkan berbagai aturan. Namun semua ketentuan tersebut pada dasarnya justru akan membantu perusahaan untuk dapat berkembang dengan cara yang baik di masa mendatang.

2.3. Analisis Keuangan

Analisis keuangan merupakan suatu penilaian terhadap kinerja perusahaan pada waktu yang lalu dan prospek pada masa datang. Melalui analisis keuagan diharapkan dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaa dengan menggunakan informasi yang terdapat dalam laopran keuangan. Analisisj keuangan diperlukan oleh berbagai pihak, seperti para pemegang saham atau investor, kreditor, dan para manajer karena melalui hasil analisis keuangan ini mereka akan lebih mengetahui posisi perusahaan yang bersangkutan daripada perusahaan lainnya dalam suatu kelompok industri (Moeljadi, 2006).

2.4. Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap proses keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah para pemilik perusahaan, manager perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, para investor dan pemerintah dimana perusahaan tersebut berdomisili, buruh, serta pihak-pihak lainnya (Munawir, 2007).

Menurut Moeljadi (2006), laporan keuangan sangat diperlukan oleh manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Sedangkan bagi investor laporan keuangan berguna untuk mengevaluasi kemungkinan dibayarnya pinjaman dan bagi pemegang saham berguna untuk meramalkan kaba, deviden, dan harga saham. Informasi laporan keuangan diperlukan untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan perusahaan (Widoatmodjo, 2009). Laporan keuangan berisi hal-hal sebagai berikut:

1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang, dan modal pada tanggal tertentu.


(27)

2. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil biaya, laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba rugi menggambarkan hasil yang diterima perusahaan selama suatu periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya.

3. Laporan sumber penggunaan dana. Di sini dimuat sumber dana dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. Dana bisa diartikan kas bisa juga modal kerja.

4. Laporan arus kas yang merupakan ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar yang dalam format laporannya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pembayaran (Harahap, 2004).

2.5. Economic Value Added (EVA)

2.5.1 Pengertian Economic Value Added (EVA)

EVA adalah laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal (cost capital) yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut. EVA merupakan suatu tolak ukur yang menggambarkan jumlah absolut dari pemegang saham (shareholder value) yang diciptakan atau dirusak pada suatu periode tertentu, biasanya setahun. EVA yang positif menunjukan penciptaan nilai (value creation), sedangkan EVA yang negatif menunjukan penghancuran nilai (value destruction) (Tunggal, 2001).

Menurut Nafarin (2007), nilai tambah ekonomis adalah laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal yang ditanamkan untuk menghasilkan laba tersebut. Nilai tambah ekonomi merupakan suatu tolak ukur kinerja keuangan yang berdasarkan nilai.

Gagasan munculnya EVA ialah perusahaan benar-benar menguntungkan dan mencapai nilai jika dan hanya jika labanya melebihi biaya semua modal yang digunakan untuk membiayai operasi. Ukuran konvensional kinerja, yaitu laba bersih, hanya menghitungkan biaya hutang, yang diperlihatkan pada laporan keuangan sebagai beban bunga, tetapi tidak mencerminkan biaya ekuitas. Karena itu, sebuah perusahaan dapat melaporkan laba bersih yang positif walaupun masih tidak menguntungkan secara ekonomis jika laba bersih lebih kecil daripada biaya ekuitas. EVA memperbaiki kekurangan ini dengan memperkenalkan ukuran


(28)

kinerja perusahaan yang lebih tepat, yang memperhitungkan biaya modal ekuitas (Brigham dan Houston, 2001).

EVA mengukur perbedaan, dalam pengertian keuangan, antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal. Itu serupa dengan pengukuran keuntungan dalam akuntansi konvensional, tetapi dengan satu perbedaan penting, EVA mengukur biaya seluruh modal. EVA membantu para manajer untuk lebih memahami tujuan keuangan, dan dengan demikian, membantu mereka untuk mencapai tujuan (Young dan O’Byrne, 2001).

Economic Value Added (EVA) mendorong manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau proses yang tidak menambah nilai. Perhitungan EVA suatu perusahaan merupakan proses yang kompleks dan terpadu karena perusahaan harus menentukan terlebih dahulu biaya modalnya (Utomo, 1999). Menurut Young dan O’Byrne (2001), EVA memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

1. EVA tidak hanya dapat digunakan sebagai penilaian berpandangan ke muka, tetapi juga siap untuk diadaptasikan kepada pengukuran kinerja dan perluasannya, terhadap kompensasi manajemen.

2. Menjadi penghubunga antara pengukuran kinerja dan penilaian pasar modal. 3. Membantu memastikan bahwa kinerja manajemen dinilai dan diberiakan

imbalan dengan cara yang konsisten dengan teori keuangan yang dapat dipercaya.

4. Proses untuk investasi yang menciptakan nilai cukup jelas sebagai alat kuantitatif mengidentifikasi penciptaan nilai.

5. Meningkatkan penciptaan nilai dalam implementasi dan tahap pemantauan.

2.5.2 Komponen Perhitungan Economic Value Added (EVA)

a. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)/ Laba Operasional Setelah Pajak

Menurut Young dan O’Bryrne (2001) EVA sama dengan Net Operating Profit Tax (NOPAT) dikurangi biaya modal. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak yang mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan. Menurut Tunggal (2001), besarnya NOPAT tidak dipengaruhi oleh struktur modal perusahaan karena


(29)

diasumsikan restrukturisasi keuangan tidak akan memberi dampak pada profitabilitas ataupun resiko bisnis yang ada sekarang.

b. Weighted Average Cost of Capital (WACC)/ Biaya Modal Rata-rata Tertimbang

Apabila sumber modal lebih dari satu sumber, maka perhitungan biaya modalnya adalah dengan mengunakan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) (Astuti,2004). Rata-rata tertimbang biaya modal adalah jumlah biaya dari masing-masing komponen modal, yaitu hutang (cost of debt) serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal (Tunggal, 2001).

Menurut Keown et al (2010), struktur modal adalah campuran sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan. Menurut Fahmi (2011), salah satu faktor yang membuat suatu perusahaan memiliki daya saing dalam jangka panjang karena faktor kuatnya struktur modal yang dimilikinya. Sehingga keputusan sumber-sumber dana yang dipakai untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan tidak dapat dilihat sebagai keputusan yang sederhana namun memiliki implikasi kuat terhadap apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan, yaitu:

a. Bentuk atau karakteristik bisnis yang dijalankan b. Ruang lingkup aktivitas operasi bisnis yang dijalankan

c. Karakteristik manajemen (management characteristic) yang diterapkan di organisasi bisnis tersebut

d. Karakteristik, kebijakan, dan keinginan pemilik

e. Kondisi mikro dan makro ekonomi yang berlaku di dalam negeri dan luar negeri yang turut mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan.

Menurut Young dan O’Bynre (2001), dalam menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) suatau perusahaan perlu mengetahui (1) jumlah hutang dalam struktur modal pada nilai pasar, (2) jumlah ekuitas dalam struktur modal pada nilai pasar, (3) biaya hutang, (4) tingkat pajak, dan (5) biaya ekuitas. Semua itu dapat diformulasikan sebagai berikut: WACC = Kd (1-T) Wd + Ke We


(30)

Keterangan:

Kd = Biaya hutang sebelum pajak T = Tingkat pajak perusahaan

Wd = Proporsi hutang dalam struktur modal Ke = Biaya pengembalian saham (biaya modal) We = Proporsi saham dalam struktur modal

Keown et al (2004) menjelaskan bahwa tinggi rendahnya biaya modal rata-rata tertimbang untuk perusahaan maupun ditentukan oleh empat macam faktor, yaitu kondisi ekonomi umum, kondisi pasar, keputusan operasi dan keuangan, dan jumlah pembelanjaan. Asumsi-asumsi yang berlaku dalam penerapan WACC adalah resiko bisnis konstan, resiko keuangan konstan, dan kebijakan deviden konstan.

c. Invested Capital (IC)/ Modal Yang Diinvestasikan

Modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak mengandung bunga (non interst bearing liabilities), seperti hutang, upah, upah yang akan jatuh tempo (accured wages), dan pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes). Modal yang diinvestasikan merupakan penjumlahan dari ekuitas pemegang saham, seluruh hutang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, hutang, dan kewajiban jangka panjang lainnya (Young dan O’Byrne, 2001).

Menurut Nafarin (2007), Invested Capital yang dapat juga disebut modal tertanam dapat dihitung dengan dua cara, yaitu:

1. Modal tertanam dengan pendekatan usaha adalah kas dan investasi jangka pendek ditambah keperluan modal kerja bersih (piutang + persediaan lancar – hutang tanpa bunga + ekuivalen modal) ditambah aset tak lancar.

2. Modal tertanam dengan pendekatan keuangan adalah seluruh hutang (kecuali hutang lancar tanpa bunga) ditambah modal sendiri ditambah ekuivalen modal.


(31)

d. Cost Of Capital (COC)/ Biaya Modal

Untuk memulai suatu bisnis dibutuhkan faktor produksi modal. Faktor produksi modal merupakan sumber daya paling fleksibel karena dengan faktor tersebut dapat diperoleh sumber daya lain misalnya dengan modal atau dana yang cukup dapat dibeli mesin produksi, bangunan, bahan baku, suber daya manusia berikut keahlian yang dibutuhkan. Dengan demikian modal akan dibutuhkan dalam bisnis apapun dan dalam waktu kapanpun. Kondisi kebutuhan sumber daya modal yang sangat tinggi disebabkan karena banyaknya peluang keuntungan yang bisa dihasilkan oleh sumber daya modal ini. Dengan demikian, pemakaian sejumlah modal untuk suatu usaha atau kegiatan selalu ada biayanya yang disebut dengan biaya modal atau cost of capital (Astuti, 2004).

Biaya modal adalah tingkat pengembalian minimum atas modal yang dibutuhkan untuk mengganti pinjaman dan ekuitas investor. Dengan kata lain biaya adalah suatu biaya kesempatan yang mencerminkan pengembalian yang diharapkan dari investor lain dengan resiko yang serupa (Young dan O’Byrne, 2001).

Menurut Mardiyanto (2009), biaya modal adalah tingkat imbal hasil minimum yang harus diterima oleh investor sehingga investor bersedia mendanai suatu proyek pada tingkat resiko tertentu.

Biaya modal perusahaan bertindak sebagai penghubung antara keputusan investasi dan keputusan pembiayaannya. Biaya modal menjadi tingkat batas yang harus dicapai oleh sebuah investasi sebelum meningkatkan kekayaan pemegang saham (Keown et al, 2004).

Menurut Utomo (1999), cost of capital sangat dipengaruhi oleh hubungan antara resiko (risk) dan tingkat pengembalian (return), dimana semakin besar resiko yang ditanggung oleh investor semakin tinggi pula tingkat penegmbalian yang dikehendaki sebelum nilai tambah dapat diciptakan dan semakin tinggi biaya modal yang timbul. Komponen cost of capital terdiri dari biaya ekuitas (cost of equity) dan biaya hutang (cost of debt) sebagai berikut:


(32)

Biaya ekuitas adalah pengembalian yang diminta investor untuk membuat investasi ekuitas dalam perusahaan itu. Untuk mengetahui besarnya biaya ekuitas dibutuhkan suatu model dari bagaimana aktivitas beresiko, seperti saham dalam suatu perusahaan bisnis, dihargai oleh pasar modal. Model yang paling populer untuk tujuan ini disebut model penetapan harga aktiva modal (capital asset pricing model/ CAPM) (Young dan dan O’Byrne, 2001).

CAPM merupakan model yang didasarkan atas proporsi bahwa setiap tingkat pengembalian atas saham yang diperlukan adalah sama dengan tingkat pengembalian bebas resiko ditmbah premi resiko yang hanya mencerminkan resiko yang ada setelah diversifikasi (Brigham dan Houston, 2001).

Menurut Mardiyanto (2009), persamaan CAPM diturunkan dari suatu persamaan garis linear, SML (garis pasar sekuritas/ security market line). Kemiringan SML ditentukan oleh tambahan resiko pasar (market risk premium). Jika memilih aktivitas finansial beresiko, investor akan menuntut tambahan imbal hasil yang besarnya melebihi nilai imbal hasil bebas resiko (Rf). Tambahan imbal hasil yang diminta investor akan sepadan dengan tambahan resikonya, yang besarnya adalah sebesar market risk premium dikalikan dengan beta.

Beta adalah pengukuran dari resiko. Beta pada sisi lain mengukur perubahan dari harga saham berkenaan dengan pasar saham keseluruhan (Young dan O’Byrne, 2001). Menurut Mardiyanto (2009), resiko adalah ketidakpastian perolehan atas imbal hasil dari suatu aktivitas finansial. Jika resiko suatu saham meningkat dua kali lipat, hal itu berarti bahwa saham tersebut mungkin akan memberikan imbal hasil positif (keuntungan) dua kali lebih besar atau memberiakan imbal hasil negatif (kerugian) dua kali lebih besar. Dalam kenyataannya, investor belum pasti mendapatkan imbal hasil positif, mungkin saja imbal hasil yang diterima justru negatif karena harga saham pada akhir tahun mengalami penurunan dan tidak ada deviden yang dibayarkan.


(33)

Menurut Brigham dan Houston (2001), beta memiliki arti sebagai berikut:

a. Beta = 1, mengindikasikan bahwa secara umum jika pasar bergerak ke atas 10%, maka saham suatu perusahaan akan naik pula sebesar 10%, dan sebaliknya. Dengan kata lain, saham perusahaan akan bergerak naik dan turun sesuai dengan rata-rata pasar, dan akan memiliki resiko yang sama dengan rata-rata pasar.

b. Beta = 0,5, mengindikasikan bahwa perubahan saham hanya separuh dari perubahan pasar.

c. Beta = 2, mengindikasikan bahwa perubahan saham akan dua kali lipat dari perubahan rata-rata saham.

2. Biaya hutang (cost of debt)

Biaya hutang adalah biaya komponen hutang setelah pajak. Alasan penggunaan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung biaya modal rata-rata tertimbang adalah nilai saham perusahaan yang ingin dimaksimumkan bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan, maka bunga menghasilkan penghematan pajak yang mengurangi biaya hutang bersih, yang membuat biaya hutang setelah pajak lebih kecil daripada biaya hutang sebelum pajak (Brigham dan Houston, 2001).

Menurut Astuti (2004) ada beberapa alasan mengapa perlu mengetahui besarnya biaya modal dari modal yang dipakai, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk memaksimumkan nilai perusahaan, manajer harus meminimumkan biaya dari semua masukan termasuk modal. Agar dapat meminimumkan biaya modal, kita harus terlebih dahulu dapat mengukur modal itu sendiri.

2. Manajer keuangan memerlukan estimasi dari biaya modal agar dapat mengambil keputusan tepat bagi rencana investasi jangka panjangnya. 3. Berbagai macam keputusan lain yang berkaitan dengan biaya modal

seperti keputusan leasing, keputusan penambahan modal, dan lain-lain.


(34)

e. Economic Value Added (EVA)/ Nilai Tambah Ekonomis

Menurut Nafarin (2007), nilai tambah ekonomis adalah laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal yang ditanamkan untuk menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian, Economic Value Added (EVA) dapat dirumuskan sebagai berikut:

EVA = NOPAT - Cost of Capital

= NOPAT - (WACC x Invested Capital) Keterangan:

EVA = Economic Value Added/ nilai tambah ekonomi (juta rupiah/periode)

NOPAT = Net Operating Profit After Tax/ laba operasi setelah pajak (juta rupiah/periode)

Cost of Capital = Biaya Modal

WACC = Weighted Cost of Capital/ biaya modal rata-rata tertimbang (persentase/tahun)

Invested Capital = Jumlah modal yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya yang terdiri dari hutang dan modal sendiri (juta rupiah/periode).

2.6. Pengaruh Biaya Modal Ekuitas terhadap EVA

Pengaruh nilai biaya modal ekuitas terhadap EVA dapat diketahui dengan melakukan uji regresi. Menurut Nafarin (2007), analisis regresi merupakan salah satu analisis data kuantitatif untuk memperhitungkan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan suatu kejadian terhadap kejadian lainnya. Perubahan suatu kejadian dapat dinyatakan dengan perubahan nilai variabel. Hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk dasar menilai suatu kebijakan. Persamaan regresi sederhana yang dikembangkan yaitu:

Y = α + β X + ɛ Keterangan :

α = nilai konstanta

β = koefisien regresi Y = variabel terikat X = variabel bebas


(35)

ɛ = faktor kesalahan

Sebelum melakukan analisis korelasi dan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolomogorov Smirnov untuk mengetahui apakah data berdistribusi secara normal atau tidak. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5%.

2.7. Penelitian Terdahulu

Budiharti (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 2004-2005”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kesehatan Bank BRI setelah IPO dengan melihat perkembangan rasio, EVA, dan MVA serta pengaruh EVA terhadap MVA Bank BRI. Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah IPO, nilai rasio dan nilai EVA serta MVA Bank BRI terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain itu didapat pula bahwa nilai EVA mempunyai pengaruh yang positif terhadap MVA Bank BRI, yang berarti bahwa kenaikan EVA juga akan menaikan MVA Bank BRI.

Meliala (2011) melakukan penelitain dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Dengan Metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA)”. Penelitian ini bertujan untuk mengetahui kinerja keuangan Bank BRI, struktur modal, dan peramalan keadaan keuangan Bank BRI di masa yang akan datang. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja keuangan Bank BTN adalah baik karena nilai EVA dan MVA bernilai positif. Struktur modal Bank BRI cukup baik dan peramalan kinerja keuangan pada tahun 2011 diprediksi akan lebih baik lagi jika dibandingkan dengan kinerja yahun sebelumnya.

Febriandi (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Bank Jabar Banten (Persero) Tbk periode 2008-2010”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kinerja Bank Jabar Banten sebelum hingga sesudah go public dan untuk mengetahui apakah perubahan kinerja tersebut diimbangi dengan terciptanya nilai tambah ekonomis. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan rasaio kinerja Bank Jabar Banten lebih baik ketika sebelum go public. Sedangkan berdasarkan nilai tambah yang tercipta yang dapat dilihat dari nilai EVA, Bank Jabar Banten tidak menciptakan nilai tambah


(36)

yang lebih baik. Hal ini dapat terlihat dari menurunnya nilai EVA yang diperoleh setelah go public.


(37)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

IPO (initial pubic offering) yang dilakukan pada Bank BTN pada akhir Desember tahun 2009 dimaksudkan untuk perbaikan pada kinerja dan tata kelola perusahaan serta memperkuat struktur modal Bank BTN. Setelah melaksanakan IPO, tujuan Bank BTN sebagai bank go public sesuai dengan laporan tahunannya ialah menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Untuk dapat mengevaluasi sejauh mana IPO Bank BTN memberikan nilai tambah ekonomis bagi pemegang saham, maka dilihat pertumbuhan kinerja keuangan Bank BTN dengan membandingkan nilai EVA (economic value added) sebelum dan sesudah IPO.

Pengukuran kinerja keuangan melalui laporan keuangan tersebut biasanya dilakukan dengan melihat rasio keuangan dan hal tersebut belum cukup untuk memberikan informasi mengenai penciptaan kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal yang dipakai. Oleh karena itu, konsep yang menjelaskan tentang hal tersebut ialah EVA (economic value added).

Setelah melaksanakan IPO, sumber dana jangka panjang Bank BTN mengalami perubahan dengan bertambahnya jumlah ekuitas dalam struktur modal jangka panjang Bank BTN. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dilakukan analisis struktur modal Bank BTN sebelum dan sesudah IPO dan bagaimana biaya modal atau COC (cost of capital) yang tercipta. Selain itu, dengan bertambahnya ekuitas setelah pelaksanaan IPO, biaya modal ekuitas yang ada ikut mengalami perubahan karena pelaksanaan IPO pada dasarnya memerlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, dilihat dampak IPO pada biaya modal ekuitas Bank BTN yang dihasilkan dan seberapa besar pengaruhnya terhadap nilai EVA yang didapatkan Bank BTN sesudah IPO. Dimana setelah IPO, rasio ekuitas terhadap hutang meningkat sehingga biaya ekuitas lebih besar dibandingkan dengan biaya hutang dan maka dapat diduga bahwa nilai tambah ekonomis Bank BTN sesudah IPO menurun dipengaruhi oleh biaya modal ekuitas.


(38)

Secara ringkas alur penelitian yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian

Keterangan: = Komponen yang mempengaruhi

= Komponen pembentuk = Komponen penilaian

Investor Harga Saham

Ekuitas Laba

EVA Biaya

Ekuitas

Biaya Hutang

NOPAT Biaya Modal

Initial Public Offering (IPO)

Struktur Modal Kinerja Keuangan


(39)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT Bank BTN, Tbk yang berada di Menara Bank BTN, Jl. Gajah Mada No.1, Jakarta 10130. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan (Oktober 2012-Desember 2012) dan dimulai dengan pengumpulan data sekunder mengenai Bank BTN dari internet.

3.3. Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan meliputi data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari data sekunder yaitu laporan keuangan Bank BTN berupa Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi selama enam periode (2007-2012), profil Bank BTN, dan sebagai penunjang diperoleh melalui studi pustaka, media massa, artikel, internet, dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan pencarian data mengenai Bank BTN melalui internet. Pencarian data dimulai dengan pencarian laporan keuangan Bank BTN, profil perusahaan (sejarah pendirian Bank BTN, visi misi, dan perkembangan Bank BTN hingga saat ini) serta perkembangan harga saham Bank BTN 2007-2012.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang telah dikumpulkan, kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007 kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun. Pengolahan data secara kualitatif menggunakan metode deskriptif meliputi penguraian aspek profil, manajemen Bank BTN, dan mengenai struktur modal perusahaan ini sebelum dan sesudah melakukan IPO. Metode analisis data kuantitatif dilakukan dengan menghitung nilai EVA (economic value added) dan selanjutnya dilakukan analisis dampak IPO kepada biaya modal ekuitas yang dihasilkan dan pengaruhnya terhadap EVA (economic value added) dengan menggunakan uji regresi sederhana pada SPPS 17.


(40)

3.4.1 Metode Perhitungan EVA

Proses mendapatkan nilai EVA terdiri dari beberapa tahapan. Secara garis besar nilai EVA merupakan selisih antara NOPAT (Net Operating Profit After Tax) dengan biaya modal (cost of capital) (Tunggal, 2001).

Laba Operasi Bersih Setelah Pajak (Net Operating Profit After Tax / NOPAT)

Nilai NOPAT merupakan hasil penjumlahan laba bersih setelah pajak dengan biaya bunga (Tunggal, 2001). Nilai NOPAT terdiri dari laba bersih setelah pajak yang sudah terbebas dari pengaruh hutang dan biaya non kas, tetapi sebelum biaya pendanaan dan pencatatan non kas. Pada pendekatan finansial, perhitungan NOPAT diawali dari laba bersih. Untuk membebaskan dari pengaruh hutang maka beban bunga atas hutang ditambahkan ke laba bersih yang telah dikurangi dengan penghematan pajak atas bunga tersebut.

Biaya modal hutang setelah pajak (Kd*)

Untuk mendapatkan nilai biaya hutang setelah pajak (Kd*) perlu dilakukan perhitungan biaya hutang sebelum pajak (Kd) dengan membagi biaya bunga dengan hutang jangka panjang perusahaan. Selanjutnya untuk mendapatkan nilai Kd*, nilai Kd tersebut dikalikan dengan faktor (1-T), dengan T adalah tingkat pajak yang dikenakan pada suatu perusahaan. Hal tersebut dilakukan karena pembayaran bunga oleh perusahaan akan mengurangi besarnya pendapatan kena pajak sehingga Kd harus dikorelasikan dengan faktor (1-T).

Biaya modal ekuitas (Ke)

Untuk menghitung Ke (biaya ekuitas) digunakan pendekatan CAPM. Menurut Young dan O’Byrne (2001), CAPM adalah model pengharapan (expectation model) berdasarkan apa yang diharapkan investor akan terjadi, bukan pada apa yang sudah terjadi. Pendekatan dengan konsep ini menghasilkan hasil yang lebih akurat dan lebih banyak dipakai dengan penentuan biaya ekuitas dalam menilai EVA.

Menurut Samsul (2009), proses perhitungan Ke melalui pendekatan CAPM adalah sebagai berikut:


(41)

Keterangan:

Rit = Tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t

Pit = Harga saham per lembar bulan t

Pit-1 = Harga saham per lembar bulan sebelumnya

Dt = Deviden pada bulan ke t

2. Rmt = ...(2)

Keterangan:

Rmt = Tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t

IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke t-1

3. βi = ...(3)

cov (Ri,Rm) = ...(4)

var (Rm) = ...(5)

Keterangan:

βi = Resiko sistematis yang merupakan ukuran kepekaan harga

saham terhadap perubahan pasar

cov (Ri,Rm) = Kovarian tingkat pengembalian saham i dengan pengembalian pasar

var (Rm) = Varian tingkat pengembalian pasar

Rm = Tingkat pengembalian atas resiko pasar Ri = Tingkat pengembalian saham

4. Rf = Tingkat pengembalian bebas resiko (Risk free rate)

= Tingkat suku bunga

5. Ke = Rf + βi (MRP) ...(6)

Keterangan:


(42)

MRP = tambahan pengembalian terhadap tingkat pengembalian bebas resiko yang diperlukan untuk mengkompensasi investor rata-rata untuk menghadapi jumlah resiko rata-rata.

Struktur Modal

Struktur modal perusahaan merupakan struktur modal adalah campuran sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan. Struktur modal merupakan presentase dari tiap-tiap komponen hutang jangka panjang (Wd) dan komponen modal (We) yang dimiliki perusahaan (Keown et al, 2010).

Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital / WACC)

Selanjutnya perlu dilakukan perhitungan nilai WACC dengan menggunakan penjumlahan hasil kali antara bobot tertimbang atas komponen hutang (Wd) dan komponen modal ekuitas (We) perusahaan dari keseluruhan struktur modal perusahaan dengan persentase masing-masing biaya hutang (Kd*) dan biaya ekuitas (Ke) (Tunggal, 2001).

Untuk mengestimasikan WACC, hal pertama yang perlu dilakukan adalah memutuskan tipe modal mana yang digunakan. Mengingat cost of capital utamanya digunakan dalam proses pembuatan keputusan investasi jangka panjang, fokus pembahasan adalah pada perhitungan cost of capital yang digunakan untuk pengambilan keputusan dalam hal capital budgeting. Asumsi yang berlaku dalam pembahasan investasi jangka panjang adalah sumber modal yang bersifat jangka pendek digunakan untuk menunjang jalannya operasi perusahaan. Dengan kata lain, perusahaan umumnya menggunakan investasi jangka pendek sebagai sumber dana bagi modal kerja yang bersifat siklus atau musiman. Dengan demikian, hutang jangka pendek (kewajiban lancar) tidak termasuk dalam perhitungan cost of capital yang digunakan dalam konteks capital budgeting, dan mempertimbangkan penggunaan hutang jangka panjang, saham, dan modal sendiri sebagai sumber utama modal bagi kepentingan ekspansi. Jadi sumber modal jangka panjang itulah yang termasuk dalam perhitungan WACC.


(43)

Modal Yang Diinvestasikan (Invested Capital / IC)

Invested Capital (IC) adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interst bearing liabilities) seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan, dan sebagainya (Tunggal, 2001). Perhitungan IC dilakukan dengan cara mengurangi modal perusahaan yang terdiri dari aset dan ekuitas dengan pinjaman jangka pendek tanpa bunga (Young dan O’Byrne, 2001).

Biaya Modal (Cost of Capial / COC)

Nilai cost of capital (COC) adalah biaya modal yang didapatkan dari perkalian antara biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dengan modal yang diinvestasikan (IC) (Tunggal, 2001).

Nilai Tambah Ekonomis (Economic Value Added / EVA)

Nilai EVA (economic value added) dapat diketahui dengan mengurangi nilai NOPAT yang telah didapat dengan nilai COC (biaya modal) (Tunggal, 2001).

Secara keseluruhan, adapun langkah-langkah perhitungan EVA dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Langkah-langkah perhitungan EVA

Tahapan Perhitungan Sumber

1. NOPAT NOPAT = Laba Bersih+Biaya Bunga Laba Rugi 2. Kd*

Kd* = Kd (1-T)

Laba Rugi Neraca

3. Ke Ke = Rf + βi (MRP) Diolah

4. Struktur Modal

Neraca

5. WACC WACC = [(Kd*xWd)+(KexWe)] Diolah 6. IC IC = Aktiva - kewajiban lancar yang tidak

mengandung bunga

Neraca

7. COC COC = WACC x IC Diolah


(44)

3.4.2 Analisis Pengaruh Biaya Modal Ekuitas terhadap EVA

Pelaksanaan IPO Bank BTN pada akhir tahun 2009 lalu merupakan proses penerbitan saham ke pasar untuk menambah ekuitas (modal sendiri) yang dimiliki oleh Bank BTN. Hal tersebut mengubah struktur modal Bank BTN sesudah IPO sehingga ikut pula mengubah biaya modal ekuitas yang dihasilkan. Oleh karena itu, dilakukan analisis dampak IPO terhadap biaya modal ekuitas yang dihasilkan dan seberapa besar pengaruhnya pada nilai EVA Bank BTN sesudah IPO dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Biaya modal ekuitas (BME) disini merupakan jumlah modal (rupiah) yang didapat dari biaya ekuitas yang telah dikalikan dengan proporsi pendanaan ekuitas dan modal yang diinvestasikan dalam struktur modal Bank BTN. Formulasi persamaan regresi sederhana yang dalam penelitian ini adalah:

EVA = a + b (BME)...(7) Keterangan:

a = nilai konstanta b = koefisien regresi

EVA = variabel terikat (juta rupiah) BME = variabel bebas (juta rupiah)

Data yang digunakan dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan alat analisis korelasi dan regresi untuk menunjukan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat serta hubungan antar variabel tersebut. Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui apakah data berdistribusi secara normal atau tidak. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05 atau sebesar 5%.

Setelah itu dilakukan regresi sederhana, hubungan saling ketergantungan antara dua variabel diuji dengan koefisien korelasi. Bila koefisien korelasi (R) mendekati satu berarti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sangat erat. Lalu dilihat nilai koefisien determinasi (R2) yang menunjukan sumbangan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dimana apabila mendekati satu maka pengaruh variabel bebas sangat besar terhadap variabel


(45)

terikat. Setelah itu dilakukan pengujian hipotesis, adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : tidak ada pengaruh variabel bebas biaya modal ekuitas (BME) terhadap variabel terikat EVA.

Ha : terdapat pengaruh variabel bebas biaya modal ekuitas (BME) terhadap variabel terikat EVA.

Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji kelayakan model yang dirancang serta bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebasnya berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya. Uji signifikansi terhadap kontribusi variabel bebas ditunjukan oleh besarnya nilai p-value. Asumsi yang digunakan yaitu tingkat signifikansi (α) sebesar 5%.


(46)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Bank BTN 4.1.1 Sejarah Bank BTN

Bank Tabungan Negara merupakan Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak di bidang jasa keuangan perbankan. Bank BTN pada awalnya bernama Poostspaar Bank yang didirikan pada tahun 1897 di Jakarta. Pada tahun 1942, Jepang masuk menyerbu Indonesia dan membekukan Poostspaar Bank. Jepang yang berhasil mengusir Belanda pada saat itu, mengambil alih penguasaan Poostspaar Bank dan mengubahnya menjadi Tyokin Kyoku. Pada kenyataannya, Tyokin Kyoku tidak seberhasil Poostspaar Bank dan kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Setelah peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 yang menandai kemerdekaan Indonesia, Tyokin Kyoku diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan berganti nama menjadi Kantor Tabungan Post (KTP).

Fungsi strategis utama KTP pada saat itu adalah sebagai tempat penukaran mata uang Jepang ke mata uang ORI (Oeang Republik Indonesia). Belanda kembali melancarkan agresi militer I pada 19 Desember 1946, ibukota Jakarta diduduki Belanda dan kemudian dipindah ke Yogyakarta. Dalam moment agresi militer ini, Belanda kembali menguasai kantor pusat dan semua kantor cabang Poostspaar Bank, yang telah beralih nama menjadi Kantor Tabungan Post.

Setelah Belanda sepenuhnya hengkang dari Indonesia pada tahun 1949, pemerintah Indonesia kembali menguasai Poostspaar Bank. Selanjutnya, banyak kejadian bernilai sejarah sejak tahun 1950 tetapi yang paling subtantif bagi sejarah BTN adalah dikeluarkanya UU Darurat No. 9 tahun 1950 tanggal 9 februari 1950 yang mengubah nama “Poostspaar Bank In Indonesia” berdasarkan staatsblat No. 295 tahun 1941 menjadi Bank Tabungan Pos dan memindahkan induk kementrian dari Kementrian Perhubungan ke Kementrian Keuangan di bawah Mentri Urusan Bank Sentral. Walaupun dengan UU Darurat tersebut masih bernama Bank Tabungan Pos, tetapi tanggal 09 Februari 1950 ditetapkan sebagai Hari dan Tanggal lahir Bank Tabungan Negara. Nama Bank Tabungan Pos menurut UU Darurat tersebut dikukuhkan dengan UU NO.36 Tahun 1953


(47)

Tanggal 18 Desember 1953. perubahan nama dari nama Bank Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara didasarkan pada perpu no. 4 Tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963 yang kemudian dikuatkan dengan UU No.2 tahun 1964 Tanggal 25 Mei 1964.

Pengesahan status Bank Tabungan Negara sebagai bank milik Negara ditetapkan dengan UU No. 20 tahun 1968 tanggal 19 Desember 1968 yang sebelumnya (sejak tahun 1964) Bank Tabungan Negara menjadi BNI unit V. Jika tugas utama saat pendirian Poostspaar Bank (1897) sampai dengan Bank Tabungan Negara (1968) adalah bergerak dalam penghimpunan dana masyarakat melalui tabungan, maka sejak tahun 1974 Bank Tabungan Negara ditambah tugasnya yaitu memberikan pelayanan KPR dan untuk pertama kalinya penyaluran KPR tejadi pada tanggal 10 Desember 1976, karena itulah tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari KPR di BTN.

Bentuk hukum Bank Tabungan Negara mengalami perubahan lagi pada tahun 1992, yaitu dikeluarkanya PP No. 24 tahun 1992 tanggal 19 April 1992 yang merupakan pelaksaan dari UU No. 7 tahun 1992 bentuk hukum Bank Tabungan Negara berubah menjadi perusahaan Perseroan. Sejak itu nama Bank Tabungan Negara menjadi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) dengan call name Bank BTN. Berdasarkan kajian konsultan independent, Price Waterhouse Coopers, Pemerintah melalui Mentri BUMN dalam surat No. S-544/M-MBU/2002 tanggal 21 Agustus 2002 memutuskan Bank BTN sebagai bank umum dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan.

Pada tahun 2009, Bank BTN menjadi bank pertama di Indonesia yang elakukan sekuritisasi aset melalui pencatatan transaksi Kontrak Investasi Efek Beragunan Aset (KIK-EBA) di bursa efek Indonesia. Pada tanggal 17 Desember 2009, Bank BTN menerbitkan 2.360.057.000 lembar saham, setara dengan 27,08% dari total saham Bank BTN, dan tercatat sebagai emisi IPO terbesar di tahun 2009 dengan nilai dana sebesar Rp 1,88 triliun. Setelah dilaksanakannya IPO, Bank BTN meletakkan dasar-dasar pertumbuhan berkelanjutan dengan melakukan perubahan struktur organisasi, SDM, IT, dan penerpan GCG (good corporate governance) seiring dengan pengembangan produk dan layanan serta perluasan jaringan.


(48)

4.1.2 Visi, Misi, dan Nilai Bank BTN Visi Bank Tabungan Negara

“Menjadi Bank yang Terkemuka dalam Pembiayaan Perumahan”

Misi Bank Tabungan Negara

a. Memberikan pelayanan yang unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri yang terkait, pembiayaan konsumsi, serta usaha kecil dan menengah. b. Meningkatkan keunggulan kompetitif mealui inovasi pengembangan produk,

jasa, dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini.

c. Menyiapkan dan mengembangkan human capital yang berkualitas, profesional, dan memiliki integritas tinggi.

d. Melaksanaan menajemen perbankan sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan good corporate governance untuk meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham.

e. Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.

Nilai-nilai Perusahaan

Nilai-nilai perusahaan pada Bank Tabungan Negara memiliki enam dasar yang tercermin menjadi “POLA PRIMA”:

1. Pelayanan Prima

Memberikan pelayanan yang melebihi harapan pelanggan internal dan eksternal.

2. Inovasi

Senantiasa mengembangkan gagasan baru dan penyempurnaan berkelanjutan yang memberi nilai tambah bagi perusahaan.

3. Keteladanan

Mulai dari diri sendiri menjadi suri teladan dalam berprilaku yang mencerminkan nilai-nilai budaya kerja Bank BTN bagi insan Bank BTN dan pihak-pihak yang terkait.

4. Profesionalisme

Kompetisi di bidangnya dan senantiasa mengembangkan diri sehingga menghasilkan kinerja terbaik serta memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan seluruh insan Bank BTN.


(49)

Konsisten antara pikiran, perkataan, dan tindakan sesuai dengan ketentuan perusahaan, kode etik profesi, serta prinsip-prinsip kebenaran yang terpuji.

6. Kerjasama

Membangun hubungan yang tulus dan terbuka dengan sesama insan Bank BTN dan pihak lain, yang dilandasi sikap saling percaya dan menghargai untuk mencapai tujuan bersama.

4.1.3 Manajemen dan Struktur Organisasi Bank BTN

Kantor pusat Bank BTN terletak di Menara Bank BTN, Jalan Gajah Mada No. 1, Jakarta Pusat 10130, Indonesia. Saat ini Bank BTN telah memiliki 65 kantor cabang, 218 kantor cabang pembantu, 316 kantor kas, 21 kantor cabang syariah, 18 kantor cabang pembantu syariah, 10 payment point, 1.180 ATM di seluruh Indonesia, serta menyediakan akses jaringan lebih dari 50.000 jaringan ATM Link, ATM Bersama, dan ATM Prima.

Bank BTN memiliki 6 orang dewan direksi dan 5 komisaris. Seiring dengan pertumbuhan aset Bank BTN, perusahaan ini mengalami pertumbuhan jumlah pegawai tetap yang mencapai 5.135 orang. Setelah IPO pada akhir tahun 2009 lalu, struktur kepemilikan saham Bank BTN berubah. Hingga tahun 2011, kepemilikan saham Bank BTN adalah sebesar 71,91% oleh pemerintah Republik Indonesia dan sisanya sebesar 28,09% oleh publik.

4.1.4 Kegiatan Usaha Bank BTN

Untuk terus memenuhi kebutuhan nasabah, Bank BTN menyediakan berbagai kegiatan usaha yang ada dalam produk dan layanan sebagai berikut:

1. Produk Dana

Produk dana terdiri dari tabungan, giro, dan deposito. 2. Jasa dan Layanan

Jasa dan layanan terdiri dari ATM BTN, iMobile BTN, kartu debit BTN, kartu kredit BTN, BTN prioritas, BTN Payroll, SPP Online BTN, Payment Point, penerimaan biaya perjalanan ibadah haji, Western Union, Money Changer, money changer, bank garansi, dan lain-lain.


(50)

Produk kredit Bank BTN terdiri dari KPR BTN Sejahtera Tapak, KPR BTN Sejahtera Susun, KPR BTN Platinum, KPA BTN, Kredit Ruko BTN, Kredit Agunan Rumah, PRR-KB BTN Jamsostek, Kredit Bangun Rumah BTN, Kredit Pemilikan Lahan BTN, Kring BTN, Kredit Swadana BTN, Kring BTN Pensiunan, Kredit Linkage BTN, Kredit Perumahan Perusahaan BTN, Pinjaman Lunak Konstruksi Bapertarum BTN, dan lain-lain.

4. Produk BTN Sharia

Produk BTN Sharia terdiri dari Tabungan BTN Batara iB, Tabungan BTN Haji iB, TabunganKu Ib, Giro BTN iB, Deposito BTN iB, Wakaf Uang BTN iB, SPP On Line, Layanan Penerimaan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) melalui SISKOHAT, dan lain-lain.

5. Produk Pembiayaan

Produk pembiayaan terdiri dari KPR BTN Sejahtera Tapak iB, KPR BTN Platinum iB, Pembiayaan Kendaraan Bermotor BTN iB, Pembiayaan Bangun Rumah BTN iB, Pembiayaan Modal Kerja BTN iB, Pembiayaan Konstruksi BTN Ib, Pembiayaan Investasi BTN iB, dan lain-lain.

4.1.5 Proses IPO Bank BTN

1. Persiapan internal

Tahapan ini terdiri dari pengumpulan informasi bagi penyusunan prospektus, benchmarking dengan proses IPO di bank lain dari segi efisiensi proses dan valuasi, sosialisasi internal untuk mendapatkan dukungan dari dalam, identifikasi aspek internal yang masih membutuhkan pembenahan, due diligence secara intern, dan menempuh berbagai tindak lanjut untuk menuju proses go public.

2. Proses go public

Tahapan ini terdiri dari persiapan administrasi (izin pemegang saham, pembentukan tim go public, dokumentasi, penunjukan profesi dan lembaga penunjang, pendaftaran ke Bapepam dan pencatatan di bursa efek), public exspose, due diligence meeting, penawaran umum dan pencatatan (listing).


(51)

4.2. Struktur Modal Bank BTN

4.2.1 Struktur Modal Bank BTN Sebelum IPO

Struktur modal ialah bauran sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan suatu perusahaan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan pada suatu perusahaan. Struktur keuangan sendiri ialah adalah campuran segala hal yang tampak pada sisi kanan neraca perusahaan atau merupakan perimbangan antara total hutang (kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang) dengan modal sendiri sehingga struktur modal adalah bagian dari struktur keuangan.

Struktur modal Bank BTN merupakan kombinasi hutang dan ekuitas bank dalam struktur keuangan jangka panjang Bank BTN yang tidak dapat dilihat sebagai keputusan yang sederhana namun memiliki implikasi kuat terhadap apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Struktur modal Bank BTN sebelum dilakukannya IPO berbeda dengan struktur modal yang diterapkan setelah dilaksanakannya IPO akhir 2009 yang lalu.

Komposisi hutang dan ekuitas Bank BTN sebelum IPO dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Struktur modal Bank BTN sebelum IPO

Periode Struktur Keuangan

sebelum IPO Kewajiban Lancar (%)

Struktur Modal Kewajiban

Jangka Panjang (%)

Ekuitas (%)

Triwulan I 2007 71,08 23,15 5,78

Triwulan II 2007 70,77 23,46 5,76

Triwulan III 2007 71,47 22,63 5,90

Triwulan IV 2007 71,25 21,15 7,60

Triwulan I 2008 71,46 20,76 7,78

Triwulan II 2008 73,10 19,38 7,52

Triwulan III 2008 72,23 20,64 7,13

Triwulan IV 2008 75,82 17,34 6,84

Triwulan I 2009 76,29 16,90 6,81

Triwulan II 2009 75,91 17,51 6,59

Triwulan III 2009 72,46 20,94 6,60

Secara umum, proporsi kewajiban lancar pada struktur keuangan Bank BTN sebelum IPO adalah semakin meningkat disetiap tahunnya. Dari sejak triwulan kesatu 2007 sebesar 71,08% hingga menjadi sebesar 72,46% pada triwulan ketiga


(52)

tahun 2009. Modal yang didapatkan Bank BTN melalui kewajiban lancar ini digunakan untuk menunjang jalannya operasi perusahaan sebagai sumber dana bagi modal kerja Bank BTN yang berfokus pada pembiayaan perumahan.

Pada struktur modal Bank BTN, proporsi kewajiban jangka panjang yang digunakan Bank BTN sebelum IPO semakin menurun setiap tahunnya. Pada triwulan kesatu tahun 2007, proporsi kewajiban jangka panjang yang digunakan oleh Bank BTN adalah sebesar 23,15% hingga pada triwulan ketiga tahun 2009 menjadi sebesar 20,94%.

Nilai ekuitas yang merupakan modal sendiri yang dimiliki Bank BTN sebelum IPO mengalami nilai yang fluktuatif. Nilai ekuitas Bank BTN mengalami kenaikan dari tahun 2007 menuju tahun 2008, yaitu 5,78% pada triwulan kesatu 2007 menjadi 6,84% pada akhir triwulan keempat 2008 dan menurun pada tahun 2008 menuju tahun 2009 yaitu menjadi 6,60% pada triwulan ketiga 2009.

4.2.2 Struktur Modal Bank BTN Sesudah IPO

Struktur modal Bank BTN sesudah dilakukannya IPO dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Struktur modal Bank BTN sesudah IPO

Periode Struktur Keuangan

Sesudah IPO Kewajiban Lancar (%)

Struktur Modal Kewajiban

Jangka Panjang (%)

Ekuitas (%)

Triwulan I 2010 75,93 14,29 9,78

Triwulan II 2010 73,56 17,35 9,09

Triwulan III 2010 75,44 15,42 9,14

Triwulan IV 2010 74,48 16,09 9,43

Triwulan I 2011 74,90 15,48 9,62

Triwulan II 2011 73,75 17,24 9,01

Triwulan III 2011 75,01 15,94 9,05

Triwulan IV 2011 74,58 17,20 8,22

Triwulan I 2012 76,37 15,25 8,39

Triwulan II 2012 75,15 16,76 8,10

Triwulan III 2012 74,61 17,17 8,22

Proporsi kewajiban lancar pada struktur keuangan Bank BTN sesudah IPO secara umum adalah bernilai fluktuatif . Dari sejak triwulan kesatu 2010 sebesar 75,93% hingga menjadi sebesar 74,61% pada triwulan ketiga tahun 2012. Modal yang didapatkan Bank BTN melalui kewajiban lancar digunakan untuk


(53)

menunjang jalannya operasi perusahaan sebagai sumber dana bagi modal kerja Bank BTN. Untuk melaksanakan hal tersebut, Bank BTN melakukan implementasi stategi peningkatan penghimpunan dana murah (giro dan tabungan) yang dilakukan dengan memperluas gerai dan jaringan kantor serta ATM yang dibarengi dengan penambahan jenis produk dan jasa bagi para nasabahnya (annual report Bank BTN, 2010).

Pada struktur modal Bank BTN, proporsi kewajiban jangka panjang yang digunakan Bank BTN sesudah IPO semakin meningkat setiap tahunnya. Pada triwulan kesatu tahun 2010, proporsi kewajiban jangka panjang yang digunakan oleh Bank BTN adalah sebesar 14,29% dan meningkat hingga pada triwulan ketiga tahun 2009 menjadi sebesar 17,17%. Adapun kenaikan proporsi kewajiban jangka panjang tersebut ialah karena pada saat setelah IPO, skala operasional perusahaan sedang berkembang dan membutuhkan sejumlah dana. Dana yang diperlukan untuk investasi dalam aktiva tetap yang akan memberikan manfaat dalam jangka panjang dapat diperoleh dari kewajiban jangka panjang atau dengan menambah modal. Selain itu, sebagai bank yang fokus dalam pembiayaan perumahan dimana jangka waktu kredit rata-rata lebih dari satu tahun, Bank BTN menggunakan alternatif pendanaan jangka panjang melalui penerbitan KIK-EBA dan obligasi dalam pembiayaan usahanya. Hal tersebut dilakukan untuk memperbaiki komposisi pendanaannya yaitu mengurangi maturity mismatch dan agar tetap dapat mengoptimalkan sisi biaya dana sehingga tidak membebani margin bunga bersih (annual report Bank BTN, 2010).

Proporsi ekuitas yang merupakan modal sendiri yang dimiliki Bank BTN sesudah dilaksanakannya IPO mengalami penurunan dari tahun 2010 menuju tahun 2012 yaitu sebesar 9,78% pada awal triwulan kesatu 2010 menjadi 8,22% pada akhir triwulan ketiga tahun 2012. Penurunan proporsi ekuitas tersebut mengakibatkan nilai CAR Bank BTN turut mengalami penurunan pada tahun 2010 hingga tahun 2012. Penurunan CAR ini terjadi karena proporsi ekuitas atau modal sendiri yang dimilik Bank BTN pada tahun 2010 hingga tahun 2012 berkurang dikarenakan jumlah kewajiban jangka panjang Bank BTN dan jumlah DPK (dana pihak ketiga) yang merupakan komponen dari pembentuk kewajiban lancar mengalami peningkatan setiap tahunnya seiring semakin banyaknya jumlah


(1)

Lampiran 9. Perhitungan modal yang diinvestasikan (IC) Bank BTN (2007-2012) Periode

Aset (a) Hutang Beban

(b) IC (a-b)

Sebelum IPO

2007

Maret 32.870.889 1.150.600 31.720.289

Juni 33.360.777 1.178.120 32.182.657

September 34.144.147 1.295.748 32.848.399

Desember 36.693.247 1.498.788 35.194.459

2008

Maret 37.121.060 1.493.382 35.627.678

Juni 39.201.948 1.503.684 37.698.264

September 42.798.840 1.569.613 41.229.227

Desember 44.992.171 1.784.918 43.207.253

2009

Maret 46.303.829 1.655.801 44.648.028

Juni 48.702.375 1.750.636 46.951.739

September 51.495.485 1.770.210 49.725.275

Sesudah IPO

2010

Maret 56.161.994 1.860.616 54.301.378

Juni 60.946.002 1.926.472 59.019.530

September 63.498.342 1.978.745 61.519.597

Desember 68.385.539 2.083.209 66.302.330

2011

Maret 70.245.142 1.978.638 68.266.504

Juni 73.835.775 1.857.248 71.978.527

September 76.048.535 2.238.058 73.810.477

Desember 89.121.459 2.432.396 86.689.063

2012

Maret 91.317.348 2.442.993 88.874.355

Juni 95.512.275 2.443.981 93.068.294


(2)

Lampiran 10. Perhitungan biaya modal (COC) Bank BTN (2007-2012)

Periode WACC

(a) IC (b)

COC

(axb) COC/triwulan Sebelum IPO

2007

Maret 2,94% 31.720.289 932.755 932.755

Juni 3,72% 32.182.657 1.196.399 263.644

September 4,63% 32.848.399 1.521.507 325.108

Desember 5,41% 35.194.459 1.905.047 383.540

2008

Maret 2,57% 35.627.678 916.235 916.235

Juni 3,16% 37.698.264 1.193.131 276.896

September 3,94% 41.229.227 1.625.068 431.938

Desember 4,85% 43.207.253 2.097.572 472.503

2009

Maret 2,59% 44.648.028 1.158.112 1.158.112

Juni 3,56% 46.951.739 1.670.910 512.798

September 4,65% 49.725.275 2.313.800 642.890

Sesudah IPO

2010

Maret 2,97% 54.301.378 1.613.613 1.613.613

Juni 3,94% 59.019.530 2.323.945 710.332

September 3,46% 61.519.597 2.128.431 -195.514 Desember 5,19% 66.302.330 3.441.281 1.312.849

2011

Maret 3,46% 68.266.504 2.364.821 2.364.821

Juni 3,15% 71.978.527 2.270.784 -94.037

September 4,25% 73.810.477 3.135.229 864.445 Desember 5,52% 86.689.063 4.784.354 1.649.125

2012

Maret 2,01% 88.874.355 1.783.235 1.783.235

Juni 3,11% 93.068.294 2.891.566 1.108.332


(3)

Lampiran 11. Perhitungan EVA Bank BTN (2007-2012) Periode NOPAT/triwulan

(a)

COC/triwulan (b)

EVA/triwulan (a-b) Sebelum IPO

2007

Maret 720.565 932.755 -212.190

Juni 632.857 263.644 369.213

September 629.709 325.108 304.601

Desember 625.523 383.540 241.983

2008

Maret 642.599 916.235 -273.636

Juni 712.560 276.896 435.664

September 715.084 431.938 283.146

Desember 1.010.587 472.503 538.084

2009

Maret 1.030.286 1.158.112 -127.826

Juni 1.000.074 512.798 487.276

September 993.861 642.890 350.971

Sesudah IPO

2010

Maret 1.009.861 1.613.613 -603.752

Juni 963.200 710.332 252.868

September 1.112.551 -195.514 1.308.065

Desember 1.188.823 1.312.849 -124.026

2011

Maret 1.173.546 2.364.821 -1.191.275

Juni 1.232.453 -94.037 1.326.490

September 1.273.495 864.445 409.050

Desember 1.227.294 1.649.125 -421.831

2012

Maret 1.341.989 1.783.235 -441.246

Juni 1.400.707 1.108.332 292.375


(4)

Lampiran 12. Analisis regresi sederhana NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

BME EVA

N 11 11

Normal Parametersa,,b Mean 410577.27 135963.09

Std. Deviation 787965.522 789318.445

Most Extreme Differences Absolute .158 .124

Positive .113 .124

Negative -.158 -.113

Kolmogorov-Smirnov Z .524 .410

Asymp. Sig. (2-tailed) .946 .996

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Regression

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 BMEa . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: EVA

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .994a .988 .987 89743.999

a. Predictors: (Constant), BME b. Dependent Variable: EVA


(5)

Lanjutan Lampiran 12

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.158E12 1 6.158E12 764.559 .000a

Residual 7.249E10 9 8.054E9

Total 6.230E12 10

a. Predictors: (Constant), BME b. Dependent Variable: EVA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 544845.780 30835.839 17.669 .000

BME -.996 .036 -.994 -27.651 .000


(6)