Kondisi Lingkungan Perairan Ikan Pelagis Opsi-opsi Pengelolaan Perikanan Ikan Pelagis di PPI Muara Angke

6 dan kadang-kadang di atas termoklin pada saat matahari terbenam; menuju ke dasar perairan pada saat matahari terbit. 5 Spesies yang tersebar di seluruh kolom perairan pada waktu siang hari tetapi akan turun ke dasar pada malam hari. Berdasarkan hal tersebut, maka kebanyakan ikan pelagis ekonomis penting akan timbul ke permukaan sebelum matahari terbenam yang biasanya membentuk schooling. Setelah matahari terbenam mereka akan tersebar dalam kolom perairan dan akan menyelam ke lapisan yang lebih dalam bila matahari terbit. Ikan pelagis umumnya merupakan filter feeder, yaitu jenis ikan pemakan plankton dengan jalan menyaring plankton yang masuk untuk memilih jenis plankton yang disukainya. Hal tersebut ditandai oleh adanya tapis insang yang banyak dan halus. Namun, beda halnya dengan selar, dimana ikan selar termasuk ikan buas, yang memakan ikan-ikan kecil dan krustasea Nelwan 2004.

2.3. Kondisi Lingkungan Perairan Ikan Pelagis

Nikolsky 1963 menyatakan bahwa ada 3 alasan utama yang menyebabkan beberapa jenis ikan melakukan migrasi, yaitu usaha untuk mencari daerah yang banyak makanannya, usaha untuk mencari daerah tempat berpijah spawning dan adanya perubahan beberapa faktor lingkungan seperti temperatur, salinitas dan arus laut. Fluktuasi air laut banyak dipengaruhi oleh iklim, suhu udara, kekuatan arus, kecepatan angin, lintang, maupun relief dasar laut. Arus merupakan faktor penting yang menyebabkan perubahan lokal pada lingkungan laut. Ikan diduga mempunyai respon secara langsung terhadap perubahan tersebut, baik yang disebabkan oleh arus maupun oleh orientasi ikan terhadap arus. Peran arus terhadap tingkah laku ikan menurut Hela dan Laevastu 1970 meliputi aspek-aspek berikut: 1 Arus mengangkut telur-telur ikan dan anak-anak ikan dari spawning area ke nursery grownd. 2 Migrasi ikan dewasa termasuk dari nursery grownd ke feeding grownd dapat dipengaruhi oleh arus, yaitu sebagai alat orientasi. 7 3 Tingkah laku diurnal dapat disebabkan oleh arus, khususnya arus pasang surut. 4 Arus, khususnya pada daerah perbatasan mempengaruhi distribusi ikan dewasa apalagi jika pada daerah tersebut banyak terdapat makanan ikan. 5 Arus dapat mempengaruhi sifat-sifat lingkungan alam dan secara tidak langsung menentukan kelimpahan spesies tertentu dan bahkan membatasi spesies tersebut secara geografis.

2.4. Alat Tangkap ikan pelagis di PPI Muara Angke

Ikan pelagis yang didaratkan di PPI Muara Angke termasuk kedalam ikan yang ditangkap dengan berbagai macam alat tangkap seperti gillnet, purse seine, dan jaring cumi bagan perahu. Ikan pelagis yang didaratkan antara lain ialah kembung, lemuru, tembang, selar, tenggiri, tongkol ditangkap dengan alat penangkap gillnet, purse seine, dan jaring cumi bagan perahu DKP-DKI 2009. Aziz 1989 in Monintja et al.1994 menyatakan bahwa alat penangkap ikan yang termasuk selektif adalah gillnet, ukuran ikan yang tertangkap memiliki nilai maksimum pada beberapa ukuran ikan yang optimum, dan akan menurun untuk ukuran yang lebih besar maupun yang lebih kecil dari ukuran optimum tersebut.

2.4.1. Gillnet

Menurut kategori standar klasifikasi alat penangkapan perikanan laut, gillnet disebut juga sebagai jaring insang. Nama gillnet didasarkan pada cara tertangkapnya ikan yang terjerat di bagian operkulumnya di mata jaring Ayodhyoa 1981. Jaring insang dapat dibedakan menjadi jaring insang hanyut drift gillnet, jaring insang lingkar encircling gillnet, jaring klitik shrimp gillnet, jaring insang tetap set gillnet, dan trammel net Direktorat Jendral Perikanan 1999. Menurut definisi gillnet adalah salah satu jenis jaring berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung dan pemberat Gambar 1. Cara pengoprasiannya adalah dengan jalan membentangkannya secara tegak lurus didalam air mengahadang ruaya ikan. Prinsip penangkapan dengan jaring insang adalah dengan cara membelit insang ikan sehingga lebih dikenal dengan 8 jaring insang. Alat tangkap ini bersifat pasif, mengahadang renang ikan dan dipasang mengahalau arus ikan Direktorat Jendral Perikanan 1999. Ayodhyoa 1981 menyatakan bahwa pada lembaran-lembaran jaring bagian atas dilekatkan pelampung float dan pada bagian bawah dilekatkan pemberat sinker. Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari float yang bergerak menuju ke atas dan sinking force dari sinker ditambah dengan berat jaring di dalam air yang bergerak menuju ke bawah, maka jaring akan terbentang. Pertimbangan dua gaya inilah yang akan menentukan baik buruknya rentangan suatu gillnet dalam air dan berhubungan dengan gaya dari angin, arus dan gerak gelombang. Gambar 1. Alat tangkap gillnet Sumber : www.dkp.go.id , 2006 . Ayodhyoa 1981 menyatakan bahwa gillnet dioperasikan pada perairan dangkal yang ditujukan untuk menangkap ikan pelagis khususnya pelagis ekonomis penting, sedangkan untuk perairan yang lebih dalam untuk menangkap ikan demersal yang dioperasikan di atas dasar laut. Karena jaring ini direntang pada dasar laut, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar bottom fish ataupun ikan-ikan damersal. Jenis-jenis ikan seperti cucut, tuna, yang mempunyai tubuh sangat besar sehingga tak mungkin terjerat pada mata jaring ataupun ikan-ikan seperti flat fish yang mempunyai tubuh gepeng lebar, yang bentuk tubuhnya sukar terjerat pada mata jaring, ikan-ikan seperti ini akan tertangkap dengan cara terbelit-belit entangled. Jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis, misalnya herring, cod, mackerel, tongkol, cakalang, kwe, layar, selar, dan lain sebagainya. 9

2.4.2. Pukat cincin Purse seine

Pukat cincin atau jaring lingkar yang sering dikenal dengan nama purse seine. Purse seine adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring tali ris bawah, sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung di dalam jaring, seperti pada Gambar 2. Gambar 2. Alat tangkap purse seine Sumber : www.dkp.go.id , 2006 Widodo Suadi 2006 menyatakan alat tangkap yang dilingkarkan seperti purse seine biasanya ditujukan bagi ikan yang menggerombol schooling fish spesies .Ikan yang tertangkap dengan alat penangkapan purse seine adalah jenis-jenis ikan pelagis kecil yang hidupnya bergerombol antara lain layang, selar, lemuru, kembung, tongkol, dan tembang. Ikan tersebut tertangkap oleh purse seine karena gerombolan ikan tersebut dikurung oleh jaring yang telah membentuk kantong. Jenis ikan tersebut dapat ditangkap di perairan Indonesia. Oleh karena itu nilai hasil tangkapan yang didapatkan sangat dipengaruhi oleh keterampilan nelayan dalam penggunaan alat. Selain itu semua perilaku ikan serta karakteristik teknologi seperti ukuran kapal, ukuran alat dan ukuran mesin mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam perikanan tertentu.

2.4.3. Jaring cumi bagan perahu

Jaring cumi bagan perahu adalah alat tangkap yang dioperasikan dengan cara dinaikan atau ditarik ke atas dari posisi horizontal yang ditenggelamkan 10 untuk menangkap ikan yang ada di atasnya dengan menyaring air. Jika dilihat dari bentuk dan metode pengoperasiannya jaring cumi termasuk kedalam kelompok alat tangkap jaring angkat Lift net. Bentuk jaring cumi persegi panjang dan seperti kantong yang tidak terlalu dalam Gambar 3. Dilihat dari cara memikat ikan pada saat operasi penangkapan, jaring cumi termasuk kedalam light fishing, yaitu menangkap ikan dengan bantuan cahaya. Alat tangkap ini banyak dioperasikan di Laut Utara, Jepang, dan Rusia. Alat tangkap ini mudah diopersikan karena alat tangkap ini menangkap ikan pelagis kecil seperti ikan tembang, layang, selar, teri, sardin Monintja 1989. Gambar 3. Alat tangkap Jaring Cumi bagan perahu Sumber : www.dkp.go.id , 2006 Komponen jaring cumi terdiri dari jaring, tiang jaring, kapal motor, serok, dan lampu. Di atas kapal terdapat alat penggulung yang befungsi untuk menurunkan dan mengangkat jaring bagan pada saat dioperasikan. Proses penangkapan dilakukan pada malam hari, terutama saat gelap bulan purnama dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan.

2.5. Opsi-opsi Pengelolaan Perikanan Ikan Pelagis di PPI Muara Angke

Sumberdaya ikan pelagis yang terdapat di PPI Muara Angke sangat beragam, mulai dari pelagis kecil hingga pelagis besar. Sumberdaya dari ikan pelagis di PPI Muara Angke memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang cukup tinggi sehingga permintaan akan ikan tersebut juga cukup tinggi. Hal ini 11 menyebabkan perlunya pengelolaan yang tepat untuk ikan pelagis ekonomis penting yang ada di PPI Muara Angke, Jakarta Utara agar tetap lestari. Pengelolaan tersebut perlu ditinjau dari beberapa aspek, melihat dari faktor- faktor yang mempengaruhi dan sifat-sifat dari sumberdaya ikan yang cukup kompleks, baik yang dikarenakan dari hasil tangkapan ikan pelagis maupun berdasarkan usaha effort yang dilakukan oleh nelayan untuk menangkap ikan pelagis tersebut. Berdasarkan hal ini maka dibutuhkannya beberapa opsi-opsi pengelolaan perikanan pelagis yang ada di PPI Muara Angke. Pengelolaan perikanan dari aspek kajian stok berdasarkan sidik frekuensi panjang dan kajian dari biologi hasil tangkapan ikan pelagis yang didaratkan di PPI Muara Angke. Damayanti 2010 menyatakan bahwa tingkat eksploitasi dari ikan selar di PPI Muara Angke cukup tinggi yakni 96,72 dan dikhawatirkan dapat menurunkan populasi dari ikan selar, sehingga perlu adanya pengelolaan dengan membatasi jumlah tangkapan serta pengaturan waktu penangkapan yang tepat yaitu pada saat ikan telah mengalami pemijahan awal bulan Februari dan menghindari penangkapan di tempat ikan selar memijah, sehingga pada bulan Februari dapat dilakukan pengalihan tempat penangkapan atau pembatasan penangkapan. Pengelolaan juga harus diperhatikan dari aspek biologi hasil tangkapan dari sumberdaya ikan. Adisti 2010 menyatakan bahwa ikan-ikan yang boleh ditangkap ialah ikan-ikan yang berukuran panjang di atas 184-210 mm ikan jantan dan 153-170 mm ikan betina. Hal ini berarti bahwa agar sumberdaya ikan yang telah mengalami matang gonad diberikan kesempatan untuk matang gonad dan memijah terlebih dahulu sehingga keberadaan akan sumberdaya ikan di alam tetap stabil. Berdasarkan hal ini maka mata jaring yang digunakan untuk menangkap ikan tembang harus diperbesar lagi sehingga ukuran ikan yang ditangkap tidak pada ukuran saat ikan matang gonad. Menurut Chaira 2010 ukuran mata jaring untuk menangkap ikan tembang sebaiknya berukuran 2,66 inchi. Chaira 2010 juga menyatakan pengelolaan perikanan di PPI Muara Angke dapat berupa pengaturan pada upaya penangkapan, yakni dengan tidak menambahkan lagi jumlah unit kapal yang digunakan, tidak mengijinkan perahu tangkap baru yang masuk ke perairan dengan sebisa mungkin membatasi jumlah 12 tangkapan nelayan tanpa mengurangi jumlah perahu nelayan yang telah ada saat ini sehingga tercapai pemanfaatan yang optimum.

2.6. Musim Penangkapan