21
4.1.4. Sarana dan prasarana
Sebagai upaya yang menunjang pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal. Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Muara Angke memiliki fasilitas-fasilitas
pendukung, baik yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang telah berinvestasi di PPI Muara Angke. Menurut Novri 2006
fasilitas yang dimiliki di PPI Muara Angke dibagi menjadi fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang.
1. Fasilitas pokok
Terdapat beberapa fasilitas pokok yang dimiliki PPI Muara Angke, diantaranya:
a. Kolam pangkalan
Luas kolam pangkalan mencapai 63.993 m
2
. Kondisi kolam pangkalan saat ini dirasakan cukup sempit, apalagi pada saat bulan terang, karena kapal-kapal
perikanan yang melakukan bongkar muat di PPI Muara Angke tidak terbatas pada kapal berukuran 30GT kebawah saja. Sebagian besar kapal yang berlabuh
adalah kapal yang berbobot 50 GT keatas, sehingga kapal-kapal ekonomis penting 5 GT menyingkir ke kali Adem karena sangat riskan terjepit. Selain itu, kondisi
kolam pangkalan juga mengalami pendangkalan yang disebabkan sedimentasi dan sisa-sisa badan kapal yang rusak dan tidak diangkat.
b. Dermaga
Dermaga terbuat dari beton dengan panjang 403 m. Dermaga masih berfungsi dengan cukup baik. Namun rehabilitasi rutin perlu dilakukan
mengingat banyaknya kapal yang melakukan pembongkaran mencapai 15 kapal per hari.
c. Tanggul pemecah Gelombang
Tanggul pemecah gelombang memiliki panjang 2.250 m. fasilitas ini tanpa dilengkapi dengan lampu pelayaran dan ada bagian-bagian bangunan yang rusak.
2. Fasilitas Fungsional
Beberapa fasilitas fungsional yang dimilki PPI Muara Angke diantaranya adalah:
22
a. Tempat Pelelangan Ikan
Tempat pelelangan ikan dengan luas 2.212 m
2
berada tepat di sebelah barat dermaga, sehingga memudahkan pemindahan ikan setelah ikan dibongkar
menuju TPI. Secara fisik bangunan TPI masih baik, dengan saluran air masih berfungsi. Gedung TPI dilengkapi dengan fasilitas air bersih yang cukup, hanya
saja kesadaran pemilik ikan akan kebersihan masih kurang sehingga fasilitas yang disediakan jarang digunakan.
b. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum SPBU
Tahun 1997 telah dibangun 1 unit SPBU pada lahan seluas 2.212 m
2
. SPBU tersebut melayani dan memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk kapal nelayan
maupun kendaraan umum. c.
Pasar Grosir Pasar grosir terdiri dari 870 unit lapak yang menampung 319 pedagang
grosir. Aktivitas pasar pada umumnya hanya dilakukan pada malam hari, dengan perputaran ikan dalam sehari mencapai rata-rata 100 ton dan ikan yang masuk
dari luar daerah rata-rata 75 ton. d.
Tempat pengecer ikan Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
memerlukan ikan dalam jumlah ekonomis penting, di PPI Muara Angke telah dibangun fasilitas pedagang pengencer. Luas pasar 1.260 m
2
dengan jumlah 150 lapak, sedangkan jumlah pedagang pengecer 148 orang.
e. Unit Pengepakan Ikan
Dalam rangka memenuhi permintaan pasar ekspor, dikawasan PPI Muara Angke dibangun 33 unit pengepakan ikan, dengan hasil tangkapan rata-rata tiap
bulan 75 ton. Negara tujuan yang diekspor adalah Singapura, Malaysia, dan Hongkong, dengan jenis ikan kakap, tenggiri, udang, dan bawal. Luas masing-
masing unit pengepakan berkisar antara 50-100 m
2
, terdiri dari batu dan bangunan bertingkat serta nontingkat.
f. Sarana Perbaikan Kapal dan Docking
Sarana perbaikan kapal dan docking mempunyai luas 16.000 m
2
, berupa slipway, winch house,
dan bengkel kapal yang masing-masing berjumlah 4 unit.
23
Pengelolaan fasilitas ini diserahkan kepada tiga perusahaan swasta dan sebuah koperasi karyawan Dinas Perikanan DKI Jakarta. Fasilitas ini memiliki kapasitas
perbaikan 60-90 kapalbulan. Ukuran kapal yang mampu diperbaiki maksimal mencapai 100 GT.
g. Tangki Air Bersih
Terdapat 2 unit tangki air bersih dengan total volume sebesar 20 m
3
. Tangki tersebut terletak di dermaga muat di pintu gerbang PPI.
3. Fasilitas Penunjang
a. Kantor Operasional Pangkalan
Sarana perkantoran berjumlah 12 unit yang tersebar diseluruh komplek PPI dengan ukuran rata-rata 4x6 m per unit.
b. Fasilitas pemukiman dan Sarana Umum
PPI Muara Angke dengan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta mengalokasikan lahan seluas 21,26 ha untuk dipergunakan sebagai komplek perumahan nelayan
dengan segala fasilitas pendukungnya seperti sekolah, mulai dari taman kanak- kanak sampai SMP, sarana ibadah, puskesmas, rumah sakit, dan berbagai fasilitas
masyarakat lainnya. Rencananya kedepan akan dibangun 2.500 unit rumah nelayan yang pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap. Sistem
pengelolaan rumah pada umumnya sama dengan BTN maupun PERUMNAS, yakni dengan cara sewa-beli dengan jangka waktu antara 15-18 tahun.
Jarak antara perumahan nelayan dengan dermaga adalah sekitar 500 m, sehingga nelayan tidak memerlukan transportasi untuk mendatangi pangkalan
pemberangkatan. Nelayan juga hanya memerlukan waktu yang singkat untuk pulang ke rumahnya setelah melakukan pelayaran mencari ikan.
c. Pujaseri Masmurni
Pujaseri Masmurni merupakan minimarket, dibangun pada tahun 1996 bertujuan untuk menciptakan peluang besar pasar produk hasil perikanan
khususnya jenis-jenis ikan yang lazim dikonsumsi dalam bentuk bakar. Selain itu, diharapkan agar semakin tumbuh kegemaran masyarakat untuk makan ikan dan
menjadikan ikan sebagai laukkonsumsi sehari-hari. Sampai saat ini terdapat 24 unit kios Pujaseri dengan ukuran 5x12 m
2
. Sesuai dengan PERDA DKI Jakarta
24
No.3 Tahun 1993, setiap pemakaian fasilitas Pujaseri dikenakan biaya sewa sebesar Rp 6000,- perbulanmeter persegi .
4.1.5. Pengolahan hasil perikanan tradisisonal PHPT