Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Ikan Pelagis di Muara Angke Jakarta

(1)

ANALISIS PREFE

IKAN PELAGIS

A

MAYOR TEKNOLOGI D DEPARTEMEN PEMA FAKULTAS PER

INSTIT

FERENSI KONSUMEN TERHADAP

IS DI MUARA ANGKE JAKARTA

AFDILLA TRI YANA

I DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP ANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN ERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN TITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

1


(2)

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP

IKAN PELAGIS DI MUARA ANGKE JAKARTA

AFDILLA TRI YANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010


(3)

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Ikan Pelagis di Muara Angke Jakarta adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 15 Januari 2010 Afdilla Tri Yana


(4)

ABSTRAK

AFDILLA TRI YANA, C44052043. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Ikan Pelagis di Muara Angke Jakarta. Dibimbing oleh M. FEDI A. SONDITA dan WAWAN OKTARIZA.

PPI Muara Angke merupakan pangkalan pendaratan ikan yang berperan penting dalam pemasaran hasil tangkapan baik ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke maupun ikan kiriman dari beberapa daerah. Ikan pelagis merupakan ikan yang paling banyak dipasarkan di pasar Muara Angke. Kapal pukat cincin merupakan salah satu kapal yang mendaratkan berbagai jenis ikan pelagis yang dipasarkan di pasar setempat. Konsumen memiliki peran penting dalam usaha perikanan tangkap, seperti menentukan jenis, kualitas (kesegaran) dan ukuran ikan yang diinginkan. Saat ini belum diketahui bagaimana preferensi konsumen terhadap atribut ikan yang dipasarkan di PPI Muara Angke. Selain itu, belum diketahui juga apakah nelayan memperhatikan keinginan konsumen. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi preferensi konsumen dan persepsi pedagang ikan serta nelayan terhadap preferensi konsumen tersebut. Analisis konjoin diterapkan untuk menganalisis preferensi konsumen terhadap tiga atribut ikan, yaitu kesegaran, ukuran dan harga ikan. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa konsumen lebih mengutamakan kesegaran ikan daripada ukuran (pertimbangan kedua) dan harga (pertimbangan ketiga). Informasi ini sebaiknya diperhatikan oleh pelaku dan regulator kegiatan penangkapan ikan untuk mewujudkan perikanan tangkap yang berkelanjutan.

Kata kunci: ikan pelagis, persepsi pedagang dan nelayan, preferensi konsumen, pukat cincin


(5)

5

Judul Skripsi : Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Ikan Pelagis di Muara Angke Jakarta

Nama : Afdilla Tri Yana

NIM : C44052043

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M. Sc.) (Ir. Wawan Oktariza, M. Si.) NIP. 19630315 198703 1 003 NIP. 19661016 199103 1 004

Mengetahui:

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

(Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc.) NIP. 19621223 198703 1 001


(6)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada buan Mei 2009 ini adalah Pengelolaan Perikanan, dengan judul Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Ikan Pelagis di Muara Angke Jakarta.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M. Sc. dan Ir. Wawan Oktariza, M.Si. selaku dosen pembimbing

2. Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M. Sc. dan Ir. Dinarwan, MS. selaku dosen penguji tamu atas saran dan masukan yang diberikan kepada penulis.

3. Vita Rumanti Kurniawati S.Pi, MT. selaku komisi pendidikan atas saran dan masukan yang diberikan kepada penulis

4. Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Provinsi Jakarta, UPT PKPP Muara Angke, dan UPT BTPI Muara Angke

5. Ayah dan mama serta bang Eja, kak Indah, kak Ika, kak Dewan dan Lili atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.

6. Kak Heras, kak Ara, Nano, Dika, Budi dan Novia yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data.

7. Kak Andan yang telah membantu penulis dalam mengolah data. 8. Sahabat-sahabat tercinta PSP’42.

9. Teman-teman BDP ‘43 (Agung, Tyas, Hasan, Riza, Tya, Khae, Dini, Citra, Tyo), MSP (Mair dan acank ‘42), THP (Dika ’41, Idris ’43), PSP (kak Edwin & kak Muklis ’36, kak Surya ’39, bang Petrus & kak Herno ‘ 40, Deni & Dimaz ‘ 41, Qbee ’43, Wawan & Wulan ’44), ITK (Edy ’41) untuk semangat yang diberikan kepada penulis.

10. Pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, 15 Januari 2010 Afdilla Tri Yana


(7)

7

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 21 Desember 1985 dari bapak Alfian Kaan dan Ibu Nurlina Nasution. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bekasi pada tahun 2004 dan diterima di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2005. Penulis memilih Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa perkuliahan, penulis menjadi asisten luar biasa mata kuliah Ikhtiologi pada tahun ajaran 2007/2008 dan tahun ajaran 2008/2009. Pada tahun ajaran 2006/2007 penulis menjadi anggota Departemen Kesekretariatan Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN). Penulis menjadi Kepala Departemen Kesekretariatan HIMAFARIN pada tahun ajaran 2007/2008. Penulis memperoleh beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dari Institut Pertanian Bogor pada tahun ajaran 2007/2008, tahun 2008/2009, dan tahun 2009/2010. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Ikan Pelagis di Muara Angke Jakarta”.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kosumen ... 5

2.2 Atribut Produk ... 5

2.3 Preferensi Konsumen ... 6

2.4 Sumberdaya Ikan Pelagis ... 6

2.5 Kualitas ... 7

2.6 Harga ... 8

2.7 Ukuran Ikan ... 9

2.8 Unit Penangkapan Ikan ... 9

2.8.1 Pukat cincin... 9

2.8.2 Kapal dan nelayan ... 10

2.9 Hasil Tangkapan Pukat Cincin ... 11

2.10 Daerah Penangkapan Ikan... 12

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 13

3.2 Bahan dan Alat ... 13

3.3 Metode Penelitian ... 13

3.4 Metode Pengambilan Sampel ... 16

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 17

3.6 Analisis Data ... 18

3.6.1 Analisis deskriptif ... 19

3.6.2 Analisis konjoin ... 19

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara ... 23

4.1.1 Letak geografis dan topografi Jakarta Utara... 23

4.1.2 Penduduk kota Jakarta Utara ... 23

4.1.3 Kondisi perikanan tangkap kota Jakarta Utara ... 24


(9)

9

4.2.1 Letak geografis dan topografi PPI Muara Angke ... 28

4.2.2 Pengelolaan PPI Muara Angke ... 29

4.2.3 Pasar Muara Angke ... 30

4.2.4 Kondisi perikanan tangkap PPI Muara Angke... 32

4.3 Kondisi Umum Perikanan Pukat Cincin di PPI Muara Angke ... 40

4.3.1 Alat tangkap ... 40

4.3.2 Kapal pukat cincin... 41

4.3.3 Nelayan... 42

4.3.4 Metode pengoperasian pukat cincin... 43

4.3.5 Penanganan, pengelolaan dan pemasaran...… 45

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil ... 47

5.1.1 Karakteristik konsumen di Muara Angke... 47

5.1.2 Persepsi pedagang dan nelayan... 50

5.1.3 Preferensi konsumen terhadap ikan tongkol... 50

5.1.4 Preferensi konsumen terhadap ikan kembung ... 51

5.1.5 Preferensi konsumen terhadap ikan selar bentong ... 52

5.2 Pembahasan ... 54

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 59

6.2 Saran... 60

Daftar Pustaka... 61


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Tanda-tanda ikan segar dan bermutu tinggi ... 8

2 Standardabilitykapal pukat cincin ...…. 11

3 Jenis data yang dikumpulkan untuk penelitian analisis preferensi konsumen terhadap ikan pelagis di Muara Angke Jakarta ………... 18

4 Atribut dan taraf penilaian konsumen terhadap ikan yang dibeli... 20

5 Stimuli atau kombinasi dari tiga atribut ikan yang dibeli oleh konsumen ... 21

6 Komposisi armada penangkapan Jakarta Utara 2003-2007 ... 24

7 Jumlah nelayan Jakarta Utara 2003-2007 ... 26

8 Jumlah produksi perikanan Jakarta Utara 2003-2007 ... 27

9 Rekap kapal tambat labuh baik kapal pengangkut maupun kapal penangkap ikan di PPI Muara Angke 2003-2008 ... 32

10 Jumlah nelayan yang melakukan aktifitas bongkar muat dan sandar di PPI Muara Angke 2001-2003... 34

11 Jumlah dan nilai produksi perikanan di PPI Muara Angke ... 36

12 Spesifikasi armada pukat cincin di Muara Angke ... 41

13 Jumlah nelayan dan pembagian tugas pada 4 kapal pukat cincin di PPI Muara Angke... 43

14. Jumlah hasil tangkapan pukat cincin Bulan April-Juli dan November 2008 ... 46

15 Karakteristik konsumen di RW 11 yang membeli ikan di pasar Muara Angke... 49

16 Persepsi pedagang terhadap preferensi konsumen ... 50

17 Nilai kegunaan, kepentingan relatif dan korelasi atribut ikan tongkol ... 51

18 Nilai kegunaan, kepentingan relatif dan korelasi atribut ikan kembung... 52

19 Nilai kegunaan, kepentingan relatif dan korelasi atibut ikan selar bentong ... 53


(11)

11

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Lokasi penelitian ... 14

2 Pengukuranfork lengthikan ... 15

3 Komposisi armada penangkapan Jakarta Utara, 2003-2007 ... 25

4 Lay outPPI Muara Angke...… 29

5 Pasar grosir ikan ...… 31

6 Pasar Muara Angke...… 31

7 Pertumbuhan jumlah kapal yang tambat labuh di PPI Muara Angke 2003-2008 ...… 33

8 Pertumbuhan jumlah produksi hasil tangkapan di PPI Muara Angke 2004-2008 ...… 36

9 Pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan di PPI Muara Angke 2004-2008 ...… 37

10 Pertumbuhan rata-rata harga hasil tangkapan di PPI Muara Angke....… 37

11 Daerah pemasok ikan ke Muara Angke ... 39

12 Tumpukan jaring pukat cincin... 41

13 Kapal Putri 2...… 42

14 Ilustrasi pengoperasian pukat cincin...… 44

15 Kegiatan penyortiran ikan di atas dek kapal pukat cincin di PPI Muara Angke ... 45


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Karakteristik responden (konsumen) Muara Angke... 65

2 Foto jenis-jenis ikan yang diteliti ... 67

3 Foto saat pengambilan sampel konsumen di Muara Angke ... 68

4 Foto saat pengambilan sampel pedagang ikan ... 69

5 Fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan sarana operasional...… 70

6 Foto beberapa fasilitas di PPI Muara Angke...… 71

7 Foto alat bantú penangkapan pukat cincin Muara Angke...… 72

8 Desain pukat cincin Muara Angke ...… 73


(13)

13

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut UU nomor 8/1999 tentang perlindungan konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan (Mufida, 2008). Konsumen dalam industri perikanan tangkap memiliki peran penting karena konsumen dapat menentukan jenis, kualitas (kesegaran), dan ukuran ikan yang ada di pasar. Oleh karena itu, konsumen dapat mempengaruhi pelaku usaha perikanan tangkap. Nelayan sebagai orang yang terlibat dalam produksi sebaiknya memberikan tanggapan yang tepat terhadap keinginan konsumen.

Peran dan keinginan konsumen tersebut dapat mempengaruhi perilaku nelayan ketika nelayan melakukan operasi penangkapan ikan, misalnya pengontrolan ukuran ikan yang akan ditangkap, penentuan jumlah es yang dibawa, penyortiran jenis ikan dan ukuran ikan yang tertangkap serta penanganan khusus lain terhadap hasil tangkapan agar kesegaran tetap terjaga. Sementara itu, pemerintah seyogianya memastikan bahwa kegiatan perikanan tangkap dapat berjalan secara berkelanjutan. Pemerintah dapat mengeluarkan sejumlah peraturan untuk mewujudkan keberlanjutan perikanan tangkap tersebut.

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke adalah salah satu pusat pendaratan ikan di Jakarta Utara. Selain di PPI Muara Angke, ikan juga didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudra Jakarta (PPSJ) Muara Baru, PPI Kamal Muara, dan PPI Pasar Ikan, Cilincing dan Kali Baru. Berdasarkan statistik produksi perikanan Jakarta Utara berasal dari produk yang didaratkan oleh kapal-kapal ikan dan produk yang dibongkar dari alat transportasi darat. Pada tahun 2007 produksi perikanan Jakarta Utara mencapai hampir 32.000 ton (Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta, 2008).

PPI Muara Angke merupakan sebuah lokasi penting dalam pemasaran hasil tangkapan, baik hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke


(14)

maupun ikan kiriman dari beberapa daerah. Umumnya ikan yang banyak dipasarkan di Muara Angke yaitu ikan pelagis diantaranya tongkol, kembung, layang, selar kuning, selar bentong, lemuru dan tembang. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke berasal dari enam jenis alat tangkap yang banyak dioperasikan oleh nelayan yaitu jaring cumi, pukat cincin, jaring rampus,gillnet, bubu, dan pancing. Ikan pelagis merupakan hasil tangkapan utama dari pukat cincin,gill net, dan hasil tangkapan sampingan dari jaring cumi.

Pukat cincin adalah salah satu alat tangkap yang memiliki jumlah armada penangkapan cukup banyak dibandingkan gill net yaitu 18% dari 3.182 armada penangkapan di PPI Muara Angke, sedangkangill net hanya 8%. Namun pukat cincin hanya memberikan kontribusi produksi ikan 500 ton pada tahun 2006-2008 dari total ikan yang didaratkan pada tahun 2006-2008 sebesar 23.559,34 ton di PPI Muara Angke (UPT PKPP Muara Angke, 2009). Hal ini memberikan indikasi bahwa armada pukat cincin menjual hasil tangkapan di tengah laut (Ekaputra, 2009) atau mendaratkan hasil tangkapan selain di PPI Muara Angke. Hasil tangkapan pukat cincin yang dominan didaratkan di PPI Muara Angke yaitu kembung (Rastrelliger sp.), selar bentong (Caranx crumenophthalmus), tongkol (Auxissp.), layang (Decapterussp.), dan bawal hitam (Formio niger).

Saat ini belum diketahui dengan jelas bagaimana preferensi konsumen terakhir yang membeli hasil tangkapan di PPI Muara Angke terhadap atribut-atribut dari setiap ikan yang dipasarkan. Selain itu, belum diketahui juga apakah nelayan pukat cincin memikirkan keinginan konsumen. Apabila konsumen memiliki preferensi terhadap beberapa atribut dari hasil tangkapan seperti ukuran, kesegaran, dan harga dapat dikatakan bahwa konsumen peduli terhadap keadaan perikanan tangkap. Dengan adanya kepedulian konsumen diharapkan agar pengelolaan sumberdaya ikan dapat diperbaiki sehingga tercipta pemanfaatan sumberdaya ikan yang berkelanjutan (sustainable).

Pertanyaan tentang keinginan (preferensi) konsumen di PPI Muara Angke terhadap ikan yang dipasarkan serta bagaimana persepsi pedagang dan nelayan terhadap keinginan (preferensi) konsumen tersebut merupakan masalah yang menjadi latar belakang penelitian yang berjudul “Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Ikan Pelagis di Muara Angke Jakarta”.


(15)

15

1.2 Perumusan Masalah

PPI Muara Angke merupakan pusat pemasaran hasil tangkapan berupa ikan pelagis di Jakarta. Sebagian ikan pelagis tersebut diproduksi oleh kapal-kapal pukat cincin di PPI Muara Angke. Konsumen yang membeli ikan pelagis di pasar Muara Angke umumnya bertempat tinggal di Muara Angke dan sekitarnya. Keinginan konsumen terhadap ikan pelagis antara lain dapat dilihat dari atribut kesegaran, ukuran, dan harga. Nelayan pada umumnya diduga lebih memperhatikan masalah bagaimana mendapatkan hasil tangkapan yang banyak tanpa memperhatikan kriteria ikan yang disukai konsumen. Permasalahan tersebut berawal dari belum adanya perhatian khusus nelayan terhadap kriteria ikan yang diinginkan konsumen.

Sementara itu, masalah-masalah yang dihadapi nelayan pukat cincin antara lain hasil tangkapan yang multi spesies, ukuran seragam, cuaca dan kondisi laut, serta lama perjalanan. Jenis ikan yang tertangkap dalam satu kali setting umumnya lebih dari satu jenis. Ikan-ikan tersebut bergerombol bersama secara alamiah karena tingkah laku ikan yang bergerombol tersebut biasanya adalah satu kohort, yaitu generasi yang dihasilkan dari pemijahan pada periode yang sama sehingga ukuran dari ikan dari spesies yang sama cenderung sama. Jika ikan tertangkap terlalu awal maka ikan-ikan kecil dan muda yang tertangkap. Cuaca dan kondisi laut tidak selalu cocok untuk operasi pukat cincin. Masalah tersebut menyebabkan nelayan tidak dapat memilih ikan yang akan ditangkap tetapi lebih cenderung pasrah.

Berdasarkan uraian di atas maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana karakteristik konsumen yang melakukan pembelian hasil tangkapan di pasar Muara Angke?;

2) Bagaimana preferensi konsumen terhadap ikan yang dibeli konsumen di pasar Muara Angke?; dan

3) Bagaimana persepsi pedagang ikan perantara dan nelayan terhadap hasil tangkapan yang diinginkan konsumen?.


(16)

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan:

1) Mengidentifikasi karakteristik konsumen di perumahan Muara Angke; 2) Menganalisis preferensi konsumen mengenai ikan pelagis; dan 3) Mengidentifikasi persepsi pedagang ikan dan nelayan terhadap ikan

pelagis hasil tangkapan pukat cincin yang diinginkan konsumen. Hasil penelitian dari ketiga tujuan di atas akan dibahas secara fokus pada pengaruh preferensi konsumen terhadap pengelolaan perikanan tangkap.

1.4 Manfaat

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi nelayan pukat cincin di PPI Muara Angke berupa informasi mengenai kriteria ikan yang diinginkan atau disukai oleh konsumen agar pengelolaan perikanan tangkap dapat diperbaiki seperti peningkatan pengawasan terhadap batasanmeshsizebagian kantong (bunt) pukat cincin, perbaikan penanganan hasil tangkapan di kapal (handling), dan pemberian penyuluhan kepada nelayan serta konsumen mengenai ukuran ikan yang layak di konsumsi sehingga keberlanjutan perikanan tangkap dapat terwujud.


(17)

17

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Konsumen

Menurut Undang-undang Nomor 8/1999 tentang perlindungan konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan (Mufida, 2008). Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu ialah orang yang membeli barang atau jasa untuk digunakan sendiri; konsumen individu ini disebut juga sebagai konsumen akhir. Jenis kedua adalah konsumen organisasi, yang meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintahan, dan lembaga lainnya. Semua jenis organisasi ini harus membeli produk peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya (Sumarwan, 2004).

2.2 Atribut Produk

Keunikan atau keistimewaan suatu produk dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen. Keunikan ini terlihat dari atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Atribut produk adalah ciri-ciri yang melekat dalam suatu produk baik barang maupun jasa. Suatu produk dapat dideskripsikan dengan menyebut atribut-atributnya (Engelet al., 1994).

Atribut produk terdiri atas tiga tipe, yaitu ciri-ciri atau rupa (features), fungsi (functions), dan manfaat (benefit). Ciri dapat berupa ukuran, karakteristik estetik, komponen/bagian-bagiannya, bahan dasar, proses manufaktur, jasa, penampilan, harga, susunan maupun tanda merek dan lain-lain. Sementara manfaat dapat berupa kegunaan, kesenangan yang berhubungan dengan panca indera, dan manfaat material seperti kesehatan dan penghematan waktu. Manfaat dapat juga berupa manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Atribut fungsi jarang digunakan dan lebih sering diperlakukan sebagai ciri/manfaat. Atribut ikan pelagis yang ditampilkan dalam penelitian ini adalah ukuran ikan, kesegaran, dan harga.


(18)

2.3 Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen dapat didefinisikan sebagai derajat kesukaan atau ketidaksukaan konsumen terhadap suatu produk atau penilaian positif maupun negatif terhadap atribut-atribut yang ditampilkan dan dipengaruhi oleh faktor psikologi, perasaan dan sikap seseorang (Suharjo, 1989 yang dikutip oleh Risnawanti, 2004). Preferensi yang terbentuk dari suatu produk dapat diartikan sebagai tingkat kesukaan konsumen terhadap suatu hal. Preferensi seorang konsumen merupakan utilitas, yakni kesenangan, kepuasan atau pemenuhan kebutuhan yang diperoleh orang dari kegunaan ekonomi konsumen (Kotler, 1997 yang dikutip oleh Risnawanti, 2004). Penilaian tersebut dapat disebut sebagai persepsi konsumen. Persepsi adalah suatu proses individu memilih, merumuskan dan menafsirkan informasi dengan caranya sendiri untuk menciptakan gambaran tersendiri dalam benak pikirannya.

2.4 Sumberdaya Ikan Pelagis

Sumberdaya ikan pelagis dibagi berdasarkan ukuran, yaitu ikan pelagis besar seperti kelompok tuna (Thunidae) dan cakalang (Katsuwonus pelamis), kelompok marlin (Makaira sp.), kelompok tongkol (Auxis sp.) dan tenggiri (Scomberomorus sp.). Ikan pelagis seperti selar (Selaroides leptolepis) dan sunglir (Elagastis bipinnulatus), kelompok kluped seperti (Stolephorus indicus), japuh (Dussumieria spp.), tembang (Sardinella fimbriata), lemuru (Sardinella longiceps), dan siro (Amblygaster sirm), dan kelompok skromboid seperti kembung (Rastrelligersp.) (Aziset al., 1998 yang dikutip oleh Suyedi, 2001).

Di Indonesia sumberdaya ikan pelagis diduga merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang paling melimpah dan paling banyak ditangkap untuk dijadikan konsumsi masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan bila dibandingkan dengan tuna yang sebagian besar produk unggulan ekspor dan hanya sebagian kelompok yang dapat menikmatinya. Ikan pelagis umumnya hidup di daerah neritik dan membentuk gerombol (shoaling) juga berfungsi sebagai konsumen antara dalam food chain (antara produsen dengan ikan-ikan besar) sehingga perlu upaya pelestarian (Suyedi, 2001). Ikan pelagis dapat


(19)

19

ditangkap dengan berbagai alat penangkap ikan seperti pukat cincin, gill net (jaring insang), payang, bagan dan sero (Suyedi, 2001).

2.5 Kualitas

Gaspersz (1992) mendefinisikan kualitas sebagai totalitas keistimewaan dan karakteristik suatu produk/jasa yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan/kepuasan tertentu. Konsep kualitas lebih berkaitan dengan evaluasi subyektif dari konsumen, yaitu bahwa konsumen yang menilai sejauh mana tingkat kualitas suatu produk yang dikonsumsi. Berdasarkan titik pandang industri tidak ada definisi umum dari kualitas produk yang dioperasionalkan tetapi menggunakan konsep lain seperti karakteristik kualitas, parameter-parameter kualitas dan spesifikasi kualitas.

Harga dan rasa ikan ditentukan oleh mutu dari ikan hasil tangkapan. Pada dasarnya mutu dapat dilihat dari dua sudut pandang berbeda, yaitu dari sudut pandang kesegaran dan kebusukannya. Tingkat kesegaran berkaitan dengan proses enzimatis yang terjadi dalam tubuh ikan, sedangkan pembusukan berkaitan dengan proses bakterial (Singgihet al., 1998).

Menurut Singgih et al., (1998), proses penurunan mutu ikan segar diawali dengan proses perombakan oleh aktivitas enzim yang secara alami terdapat pada ikan. Proses ini disebut proses kemunduran kesegaran ikan hingga tahap tertentu, disusul dengan makin meningkatnya aktivitas mikroba pembusuk yang dikenal sebagai proses pembusukan.

Ikan pada tahap pre-rigor masih mempunyai rupa, bau, rasa dan tekstur menyerupai ikan yang baru mati dan mendekati kondisi ikan hidup. Otot ikan masih lentur sehingga tubuh ikan lemas dan lentur (Tabel 1). Setelah itu kesegaran ikan makin menurun, makin lama ikan menjadi lebih suram dan kurang cemerlang, daging mulai lembek dan kemampuan daging untuk menahan air mulai turun. Mata ikan mulai kemerahan atau buram, bau ikan yang semula segar mulai menjadi amis atau asam.


(20)

Tabel 1 Tanda-tanda ikan segar dan bermutu tinggi

Parameter Tanda-tanda

1. Kenampakan Ikan cemerlang, mengkilap sesuai jenisnya, badan ikan utuh, tidak patah, tidak rusak fisik, bagian perut masih utuh dan padat serta lubang anus tertutup.

2. Mata Mata cerah (terang), selaput mata jernih, pupil hitam dan menonjol.

3. Insang Insang berwarna merah cemerlang atau sedikit kecoklatan, tidak ada lendir atau sedikit.

4. Bau Bau segar spesifik jenis atau sedikit berbau amis yang lembut.

5. Lendir Selaput lendir di permukaan tubuh tipis, encer bening, mengkilap cerah, tidak lengket, berbau sedikit amis dan tidak berbau busuk.

6. Tekstur dan daging Ikan kaku atau masih lemas dengan daging pejal, jika ditekan dengan jari biasanya cepat pulih kembali. Sisik tidak mudah lepas jika daging disayat, tampak jaringan antar daging masih kuat dan kompak, sayatan cemerlang dengan penampilan warna daging ikan asli.

Sumber: Singgihet al. 1998

2.6 Harga

Harga suatu barang adalah nilai pasar (nilai tukar) dari barang tersebut yang dinyatakan dalam jumlah uang. Harga merupakan suatu hal yang penting dan menarik baik bagi penjual maupun para pembeli di pasar. Bagi pihak pedagang, perbedaan antara harga penjualan dan biaya akan menentukan besarnya laba, dan laba ini merupakan dasar setiap transaksi di pasar yaitu, menjual dan membeli. Melalui harga para konsumen menunjukkan jenis dan mutu barang dan jumlah yang mereka kehendaki dan bersedia membayarnya dengan memperhatikan (mempertimbangkan) jasa (service) yang diterimanya (Hanafiah & Saefuddin, 2006).

Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) salah satu sifat penting dari hasil perikanan adalah sangat mudah rusak (highly perishable). Oleh karena itu, setelah dipanen atau tertangkap, produk perikanan tidak dapat disimpan atau


(21)

21

ditahan lebih lama sehingga harus dijual segera. Sifat ini mengakibatkan harga-harga hasil perikanan sering merosot pada saat produk melimpah, terutama pada musim panen atau musim penangkapan. Ciri-ciri lain dari produk perikanan yang dapat berpengaruh pada harganya adalah mutu, ukuran, dan warna dari produk tersebut (Hanafiah & Saefuddin, 2006).

2.7 Ukuran Ikan

Ukuran ikan adalah salah satu ciri fisik yang paling mudah dikenali konsumen. Bagi konsumen ikan, ukuran dapat menjadi isu penting, misalnya jika ukuran ikan dikaitkan dengan penanganan ikan dalam proses pemasakan dan penyajiannya. Ikan yang terlalu besar akan membutuhkan penanganan khusus, seperti memotong bagian-bagian tubuh ikan. Bagi pedagang ikan, ukuran ikan yang dijual akan menentukan harga jual ikan. Ukuran ikan menjadi persoalan penting bagi pengelola perikanan jika kelestarian sumberdaya ikan menjadi perhatian khusus. Length at first maturity(Lm) adalah ukuran panjang ikan pada pertama kali ikan matang gonad. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama ukurannya. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali gonadnya menjadi masak ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya (Effendie, 2002). Length at first maturity pada ikan Kembung (Rastrelligersp.) yaitu 19 cm,length at first maturityikan tongkol (Auxissp.) yaitu 30 cm, danlength at first maturity ikan selar bentong (Caranx crumenophthalmus) yaitu 16,5 cm (www.fishbase.com).

2.8 Unit Penangkapan Ikan 2.8.1 Pukat cincin

Pukat cincin termasuk kelompok teknologi penangkapan ikan yang menerapkan metode pelingkaran kawanan ikan sehingga tergolong sebagai ’surrounding nets’ (von Brant, 1984). Pukat cincin adalah alat (gear) yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang membentuk gerombolan. Pukat cincin merupakan alat tangkap yang penting baik untuk perikanan pantai maupun perikanan lepas pantai (off shore) (Nomura & Yamazaki, 1977).


(22)

Secara garis besar, menurut (Nomura & Yamazaki, 1977) pukat cincin terdiri atas:

1) Kantong (bag, bunt) : bagian jaring tempat berkumpulnya ikan hasil tangkapan pada proses pengambilan ikan (brailing);

2) Tali pelampung (cork line, float line) : tali tempat menempelnya pelampung;

3) Badan jaring (wing) : bagian keseluruhan jaring pukat cincin; 4) Tali pemberat (sinker line) : tali tempat menempelnya pemberat; 5) Tali penarik (purse line) : tali yang bergerak bebas melaluiring; 6) Cincin (ring) : cincin tempat bergeraknyapurse line; dan 7) Bridle ring: tali pengikat cincin.

Fungsi mata jaring (mesh size) dan jaring pada pukat cincin adalah sebagai dinding penghadang, bukan penjerat ikan (Ayodhyoa, 1981). Oleh karena itu, ukuran mata jaring (mesh size) dan ukuran benang jaring (twine) harus sesuai dengan jenis dan ukuran ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Pukat cincin dengan ukuran mata jaring kurang dari 25 mm (1 inci) dan pukat cincin cakalang (tuna) dengan ukuran mata jaring kurang dari 75 mm (3 inci) dilarang untuk dioperasikan di semua jalur penangkapan ikan (Kepmen No. 392 Tahun 1999).

2.8.2 Kapal dan nelayan

Kapal pukat cincin adalah kapal ikan yang mempergunakan alat tangkap pukat cincin. Kapal pukat cincin memiliki perhitungan tenaga yang ditujukan untuk mencapai kecepatan melingkar serta memiliki bentuk lambung yang dirancang khusus agar memiliki kemampuan olah gerak dan berputar yang baik (Fyson, 1985 yang dikutip oleh Roni, 2002).

Kapal pukat cincin seyogianya memiliki turning ability (kemampuan berputar) yang besar dan nilai L (panjang kapal) tidak besar. Pada saat operasi penangkapan, ABK cenderung berada di salah satu sisi kapal sehingga kapal memerlukan stabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, kapal pukat cincin mempunyai nilai B (lebar kapal) yang besar dan nilai depth (kedalaman kapal) yang kecil untuk mencegah titik berat kapal agar tidak naik (Ayodhyoa, 1972).


(23)

23

Tabel 2 Standardabilitykapal pukat cincin menurut Ayodhyoa (1972) L

(m)

Ukuran

(GT) L/B B/D LxBxD (m³) HP

> 20 50 < 4.5 > 2.15 < 217 < 300

60 4.60 2.10 232 360

70 4.60 2.10 244 420

80 4.60 2.10 334 480

90 4.60 2.10 370 520

< 20 5 < 4.50 > 2.35 < 25 < 45

7 4.50 2.35 34 60

10 4.50 2.25 48 75

15 4.50 2.15 72 110

20 4.50 2.15 96 150

30 4.50 2.15 140 200

40 4.50 2.15 184 250

50 4.50 2.15 230 300

Nelayan merupakan orang yang mata pencahariaannya melakukan penangkapan ikan. Jumlah nelayan tiap kapal pukat cincin tidaklah sama tergantung besar kecilnya skala usaha tersebut (Ayodhyoa, 1972).

2.9 Hasil Tangkapan Pukat Cincin

Ikan yang menjadi tujuan penangkapan pukat cincin adalah ikan yang dekat dengan permukaan air (ikan pelagis) dan memiliki densitas gerombolan yang tinggi (Ayodhyoa, 1981). Ikan-ikan pelagis yang selalu bergerombol (pelagic shoaling species) adalah tongkol (Auxis thazard), cakalang (Katsuwonus pelamis), layang (Decapterus sp.), kembung perempuan (Rastrelliger neglectus), kembung laki-laki (Rastrelliger kanagurta), tenggiri (Scomberomerus sp.), selar (Caranx sp.), lemuru (Sardinellasp.) dan lain sebagainya (Raharjo, 1978 yang dikutip oleh Fauzi, 2004).

Ikan-ikan yang tertangkap oleh nelayan pukat cincin di PPI Muara Angke antara lain bawal hitam (Formio niger), selar bentong (Caranx crumenophthalmus), kembung (Rastrelliger sp.), layang (Decapterus sp.), tembang (Clupea fimbriata), lemuru (Sardinella fimbriata), dan tongkol (Auxis sp.) (UPT PKPP Muara Angke, 2009).


(24)

2.10 Daerah Penangkapan Ikan

Pengetahuan mengenai daerah penangkapan ikan (fishing ground) sangat diperlukan dalam setiap operasi penangkapan ikan komersial. Dalam hal ini daerah penangkapan ikan erat kaitannya dengan alat tangkap yang mampu menentukan tingkat keberhasilan dari kegiatan penangkapan di perairan oleh nelayan setempat.

Menurut Ayodhyoa (1981) menerangkan secara spesifik bahwa fishing groundyang baik untuk alat tangkap pukat cincin harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Terdapat berbagai jenis ikan yang hidup bergerombol di perairan tersebut;

2) Jenis ikan tersebut bersifat atraktif terhadap alat pengumpul seperti lampu atau rumpon; dan


(25)

25

3 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di PPI Muara Angke Jakarta karena PPI Muara angke berperan penting dalam pemasaran hasil tangkapan di Jakarta (Gambar 1). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan penelitian pendahuluan yang berupa survei terhadap atribut hasil tangkapan yang diperhatikan konsumen dalam membeli ikan dan pengambilan sampel ikan untuk pengukuran panjang cagak. Penelitian pendahuluan ini dilakukan pada bulan Mei 2009 di pasar Muara Angke. Tahap kedua adalah penelitian utama untuk pengumpulan data melalui sampel konsumen di perumahan penduduk di RW 11 Muara Angke, pedagang ikan segar di pasar Muara Angke dan armada pukat cincin yang mendaratkan hasil tangkapan di PPI Muara Angke pada bulan Juni-Juli 2009.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, alat tulis, meteran kain, papan jalan dan kamera digital. Kuesioner tersebut merupakan alat untuk mengumpulkan data tentang karakteristik konsumen, karakteristik pedagang ikan, karakteristik armada penangkapan, preferensi konsumen, persepsi pedagang ikan, dan persepsi nelayan.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mewawancarai pedagang dengan tujuan: (1) Mengetahui atribut ikan yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan; dan (2) Mengambil sampel ikan untuk diukur panjang cagaknya (fork length) di Pasar Muara Angke (Gambar 2). Pengukuran panjang cagak bertujuan untuk menentukan kisaran ukuran ikan dari dua kategori, yaitu kecil dan besar. Penelitian utama dilakukan dengan mewawancarai konsumen berdasarkan kuesioner di perumahan penduduk di RW 11 Muara Angke (Lampiran 1). sebanyak 30 orang, 12 pedagang ikan segar di pasar Muara Angke serta mewawancarai 4 nakhoda kapal pukat cincin di PPI Muara Angke.


(26)

Gambar 1 Lokasi penelitian.

1

4

Lokasi Penelitian

Jakarta

Teluk Jakarta


(27)

(28)

Unit Pelaksana Teknis Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan (UPT PKPP) Muara Angke.

3.4 Metode Pengambilan Sampel

Sampel konsumen dan nelayan diambil secara purposive sampling, yaitu responden diambil secara sengaja berdasarkan tujuan tertentu dari penelitian. Metode ini diterapkan karena beberapa pertimbangan yaitu keterbatasan waktu, tenaga dan dana, sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh (Arikunto, 2006). Pedagang pengecer ikan segar diambil secara sensus yaitu seluruh pedagang ikan diwawancarai. Peneliti dalam mengumpulkan data membutuhkan waktu selama 45 hari. Saat mengumpulkan data peneliti ditemani oleh seorang teman dan menggunakan dana sendiri. Penelitian ini melibatkan 30 konsumen, jumlah ini sudah cukup dari syarat minimum statistika yang diutarakan Walpole (1992), yaitu ukuran minimum sampel yang dapat digunakan sebagai desain penelitian minimum 30 responden. Selain itu Roscoe dalam buku Research Methods For Business(1982 : 253 ) yang dikutip oleh Sugiyono (2008) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini.

1) Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500;

2) Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30 orang; dan

3) Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitian ada 5 maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50.

Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 30 responden. Hal ini dikarenakan variabel yang digunakan dalam penelitian berjumlah tiga variabel yaitu kesegaran, harga, dan ukuran. Sampel konsumen individu yaitu penduduk perumahan di RW 11 Muara Angke sebanyak 30 orang, sampel pedagang adalah pedagang yang berjualan ikan segar di pasar Muara


(29)

29

Angke berjumlah 12 orang, dan sampel terhadap armada pukat cincin yang dianggap mewakili keseluruhan armada pukat cincin di PPI Muara Angke. Sampel armada ini adalah kapal pukat cincin yang berlabuh dan mendaratkan hasil tangkapan di PPI Muara Angke. Jumlah sampel armada yang diambil dalam penelitian ini adalah empat kapal dan responden adalah kapten kapal atau nakhoda. Jumlah sampel yang diambil hanya empat armada pukat cincin karena pada saat pengambilan data banyak kapal pukat cincin yang lebih memilih mendaratkan hasil tangkapannya bukan di PPI Muara Angke karena hasil tangkapan berukuran kecil sehingga nilai jual hasil tangkapan di PPI Muara Angke rendah.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan relevansinya terhadap tujuan penelitian maka data penelitian yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder (Tabel 3). Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara konsumen, pedagang ikan dan nelayan pukat cincin di PPI Muara Angke meliputi karakteristik konsumen, pedagang ikan, armada pukat cincin dan preferensi konsumen serta persepsi pedagang dan nelayan terhadap preferensi konsumen. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data BPS (Badan Pusat Statistik), data dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta serta data dari pihak UPT PKPP dan PPI Muara Angke yang meliputi data umum perikanan tangkap Jakarta Utara dan PPI Muara Angke, data produksi hasil tangkapan PPI Muara Angke dan data tambat labuh kapal PPI Muara Angke.


(30)

Tabel 3 Jenis data yang dikumpulkan untuk penelitian analisis preferensi konsumen terhadap ikan pelagis di Muara Angke Jakarta

Data Jenis Data

1. Data Primer

a. Karakteristik konsumen

- Usia Kuantitatif

- Jenis kelamin Kualitatif

- Pekerjaan Kualitatif

- Pendapatan Kuantitatif

- Pendidikan terakhir Kualitatif - Tingkat konsumsi ikan Kuantitatif - Jumlah anggota keluarga Kuantitatif b. Data preferensi konsumen

- Kualitas (kesegaran) Kuantitatif dan kualitatif - Ukuran ikan Kuantitatif dan kualitatif

- Harga Kuantitatif dan kualitatif

c. Data persepsi pedagang Kualitatif d. Data persepsi nelayan Kualitatif 2. Data Sekunder

a. Data umum PPI Muara Angke Kuantitatif dan kualitatif b. Data produksi hasil tangkapan Kuantitatif dan kualitatif c. Data tambat labuh kapal Kuantitatif dan kualitatif

3.6 Analisis Data

Analisis kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model matematika, model statistik dan ekonometrika atau model-model tertentu lainnya. Analisis data yang dilakukan terbatas pada teknik pengolahan datanya seperti pada pengecekan data dan tabulasi, dalam hal ini hanya membaca tabel-tabel, grafik atau angka-angka yang tersedia kemudian melakukan uraian dan penafsiran (Hasan, 2008). Analisis kualitatif dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif

Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan alat analisis bersifat kuantitatif yaitu alat analisis yang menggunakan model-model seperti model matematika misal fungsi multivariat, model statistik dan ekonometrika. Hasil analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan atau diinterpretasikan dalam suatu uraian (Hasan, 2008). Analisis kuantitatif dalam penelitian ini yaitu analisis konjoin.


(31)

31

3.6.1 Analisis deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk data kualitatif yang disajikan dalam bentuk uraian sederhana. Berdasarkan hasil analisis ini diperoleh informasi mengenai proporsi karakteristik konsumen yang membeli ikan di pasar Muara Angke, karakteristik pedagang ikan di pasar Muara Angke, karakteristik armada pukat cincin serta persepsi dari pedagang ikan perantara dan nelayan mengenai keinginan (preferensi) konsumen terhadap ikan pelagis.

3.6.2 Analisis konjoin

Analisis konjoin merupakan teknik yang digunakan untuk menjawab pertanyaan yaitu bagaimana tingkat kepentingan sejumlah atribut suatu produk. Analisis konjoin tergolong metode tidak langsung (indirect method). Kesimpulan diambil berdasarkan respons subjek (responden) terhadap perubahan sejumlah atribut dari produk. Respons ini muncul karena adanya stimuli oleh karena itu perlu dipastikan terlebih dahulu apa saja atribut suatu produk. Produk yang akan diukur dalam preferensi konsumen adalah tiga jenis ikan pelagis yang dominan dibeli oleh konsumen di pasar Muara Angke yaitu ikan kembung, selar bentong, dan tongkol. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk menduga tingkat kepentingan atribut. Nilai kepentingan atribut yang tertinggi menunjukkan atribut tersebut relatif lebih diperhatikan konsumen daripada atribut-atribut lain yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk (Supranto, 2004 dan Simamora 2005). Langkah-langkah/proses dasar analisis konjoin antara lain:

1) Menentukan atribut-atribut dan taraf-taraf (bagian dari atribut) yang dianggap penting dan akan dilibatkan dalam mengevaluasi hasil tangkapan. Pada penelitian ini, berdasarkan survei dari pedagang terdapat tiga atribut yang paling sering dipertimbangkan konsumen dalam hal membeli ikan antara lain ukuran, kesegaran, dan harga (Tabel 4). Ukuran ikan dibedakan menjadi dua kategori yaitu ikan kecil dan ikan besar. Perbedaan antara kedua kategori tersebut ditentukan oleh length at first maturity (Lm). Sebagai contoh, jika seekor ikan tongkol panjang cagaknya kurang dari Lm yang sebesar 30 cm maka ikan tersebut dimasukkan ke dalam kategori ikan kecil begitu juga sebaliknya. Harga


(32)

dibedakan menjadi dua kategori yaitu murah dan mahal. Penetapan batasan harga berdasarkan harga jual ikan yang berlaku saat penelitian. Penentuan harga murah berdasarkan harga jual terendah yang pernah terjadi begitu juga sebaliknya. Penentuan kategori segar yaitu ikan yang masih utuh, bagus dan diberi es sedangkan kategori ikan tidak segar yaitu ikan yang sudah diolah, karena di pasar Muara Angke juga terdapat pedagang ikan hasil olahan;

Tabel 4 Atribut penilaian konsumen terhadap ikan pelagis yang dibeli

Ikan Atribut Taraf Level

Tongkol

Ukuran 1 Kecil (panjang cagak (FL)) < 30 cm) 2 Besar (panjang cagak (FL)≥ 30 cm)

Kesegaran 1 Segar (diberi es dan masih bagus) 2 Tidak segar (sudah diolah) Harga 1 Murah ( < Rp. 15.000,00)

2 Mahal ( >Rp. 15.000,00)

Kembung

Ukuran 1 Kecil (panjang cagak (FL)) < 19 cm) 2 Besar (panjang cagak (FL))≥ 19 cm)

Kesegaran 1 Segar (diberi es dan masih bagus) 2 Tidak segar (sudah diolah) Harga 1 Murah ( < Rp. 17.000,00)

2 Mahal ( > Rp. 17.000,00)

Selar bentong

Ukuran 1 Kecil (panjang cagak (FL)) < 16.5 cm) 2 Besar (panjang cagak (FL))≥ 16.5 cm)

Kesegaran 1 Segar (diberi es dan masih bagus) 2 Tidak segar (sudah diolah) Harga 1 Murah ( < Rp. 17.000,00) 2 Mahal ( > Rp. 17.000,00)

2) Mendesain stimuli. Kombinasi antara atribut dengan taraf disebut sebagai satu stimuli. Pada kasus ini, atribut ukuran terdiri dari 2 taraf, kesegaran terdiri dari 2 taraf, dan harga terdiri dari 2 taraf. Dengan demikian jumlah kombinasi stimuli sebanyak 8 stimuli. Ini berarti bahwa setiap responden harus memberi pendapat terhadap 8 stimuli tersebut;

3) Pengumpulan data. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data yaitu:


(33)

33

(1) Pendekatanfull profile

Dalam pendekatan ini, responden diminta untuk membuat urutan (rangking) atau memberikan nilai sebagian atau seluruh kombinasi taraf-taraf dari atribut (stimuli) yang menggambarkan profil secara lengkap.

(2) Pendekatanpair wise

Pendekatan ini membandingkan pasangan profil dari dua atribut. Pendekatan ini meminta responden untuk menilai (rating) profil mana yang lebih disukai dari setiap pasangan profil yang dibuat. Pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan pendekatan full profile. Pendekatan tersebut digunakan karena dapat menampilkan profil produk secara lengkap dan selain itu disebabkan pula atribut yang diteliti banyak. Stimuli dirancang menggunakan perangkat lunak SPSS 17 for Windows dan diperoleh sebanyak 8 stimuli dengan menggunakan fractional factorial design dengan konsep orthogonal. Delapan stimuli tersebut merupakan jumlah minimum yang terbentuk (Tabel 5).

Tabel 5 Stimuli atau kombinasi dari tiga atribut ikan yang dinilai oleh konsumen No Ukuran ikan Kesegaran ikan Harga ikan Ranking*

1 Besar Segar Mahal

2 Besar Segar Murah

3 Besar Tidak Segar Mahal

4 Besar Tidak Segar Murah

5 Kecil Tidak Segar Mahal

6 Kecil Segar Murah

7 Kecil Tidak Segar Murah

8 Kecil Segar Mahal

* Diisi peringkat preferensi berdasarkan pendapat konsumen

4) Mengumpulkan pendapat responden terhadap stimuli yang ada. Pendapat setiap responden ini disebut sebagaiutility, yang dinyatakan dengan angka dan menjadi dasar perhitungan konjoin. Pada analisis ini, responden diminta membuat trade of judgement, yaitu memilih suatu atribut yang disukai dengan mengorbankan atribut lain pada saat bersamaan. Dengan demikian, responden akan membuat urutan kombinasi dari atribut, tingkat kepentingan atribut dan tarafnya. Profil produk ini adalah stimuli yang


(34)

merupakan kombinasi taraf-taraf dari suatu atribut. Profil produk tersebut pemilihannya dirancang menurut suatu tipe rancangan faktorial. Menurut Supranto (2004) dan Simamora (2005) model dasar dari analisis konjoin adalah sebagai berikut:

m k

U (X) =∑ ∑ βijXij

i=1 j=1

Keterangan:

U (X)= Utilitas total

βij = Nilai kegunaan dari atribut ke-i taraf ke-j k = Taraf ke-j dari atribut ke-i

m = Jumlah atribut

Xij = Variabel dummy atribut ke-i taraf ke-j

Variabel dummy merupakan bilangan yang dibangkitkan dari taraf-taraf atribut, bernilai 1 bila ada taraf yang bersangkutan ada dan bernilai 0 bila taraf yang bersangkutan tidak ada. Jumlah variabel dummy dari suatu atribut sebanyak n-1, dimana n adalah banyaknya taraf dalam suatu atrribut. Untuk menduga nilai kegunaan dari taraf tiap atribut dan tingkat kepentingan relatif atribut yang mempengaruhi responden maka menggunakan rumus:

NPRi= UTi- URi k

∑ (UTi–URi) i=1

Keterangan:

NPRi = Nilai penting relatif atribut ke-i

UTi = Nilai kegunaan tertinggi taraf atribut ke-i

URi = Nilai kegunaan terendah taraf atribut ke-i

k = Banyaknya atribut

5) Menentukan predictive accuracy (ketepatan prediksi) dari hasil konjoin untuk mengetahui apakah prediksi yang telah dilakukan mempunyai ketepatan yang tinggi.

Selanjutnya delapan stimuli yang telah dirancang akan digunakan sebagai kuesioner preferensi konsumen terhadap ikan pelagis. Setelah data preferensi konsumen terkumpul kemudian data diolah dengan menggunakan perangkat lunak (software) SPSS17 for Windows.


(35)

35

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara

4.1.1 Letak geografis dan topografi Jakarta Utara

Muara Angke berada di wilayah Jakarta Utara. Wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi lima kotamadya, yaitu Jakarta utara, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Posisi Jakarta Utara terletak pada 6º 25’ LS dan 106º 5’ BT (Malik, 2006). Jakarta Utara membentang dari barat ke timur sepanjang kurang lebih 35 km menjorok ke darat antara 4 sampai 10 km (Gambar 1). Ketinggian dari permukaan laut antara 0 sampai 2 meter, dari tempat tertentu ada yang di bawah permukaan laut yang sebagian besar terdiri dari rawa-rawa atau empang air payau. Wilayah Jakarta Utara beriklim panas dengan suhu rata-rata 27º C, curah hujan setiap tahunnya rata-rata-rata-rata 142,54 mm dengan maksimal hujan pada bulan September. Jakarta Utara berbatasan wilayah dengan:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Kab. Dati II Tangerang, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur Sebelah Barat : Kab. Dati II Tangerang dan Jakarta Pusat

Sebelah Timur : Kab. Dati II Bekasi dan Jakarta Timur

Luas tanah daratan di kota Jakarta Utara 139,56 km², dirinci berdasarkan penggunaannya 52,7% untuk perumahan, 15,3% untuk areal industri, 10,4% digunakan sebagai perkantoran dan pergudangan dan sisanya merupakan lahan pertanian, lahan kosong dan lahan lainnya (BPS, 2008).

4.1.2 Penduduk kota Jakarta Utara

Jumlah penduduk Jakarta Utara pada tahun 2007 sebanyak 1.180.967 jiwa yang terdiri dari 51,2% laki-laki dan 48,8% perempuan. Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa jumlah nelayan di Jakarta Utara pada tahun 2007 adalah 19.234 orang yang tersebar di beberapa wilayah. Nelayan tersebut tersebar di wilayah pesisir yaitu, kelurahan Kamal Muara, Kelurahan Pluit, Kelurahan Pademangan, Kelurahan Tanjung Priuk, Kelurahan Lagoa, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Cilincing dan Kelurahan Marunda. Selain nelayan juga terdapat pengolah, pedagang ikan, pembudidaya ikan hias maupun pelaku ekonomi di


(36)

sektor perikanan banyak terdapat di Jakarta Utara (BPS, 2008). Jumlah penduduk di Muara Angke sebesar 139 orang pada tahun 2007 (Laporan Kependudukan RW 11, 2008).

4.1.3 Kondisi perikanan tangkap kota Jakarta Utara 1) Unit penangkapan ikan

(1) Armada penangkapan dan alat

Usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan Jakarta Utara menggunakan jaring payang, pukat cincin, jaring rampus, gillnet, bagan, bubu, dan pancing. Alat tangkap jaring payang, pukat cincin, jaring rampus, bubu dan pancing banyak dioperasikan oleh nelayan Muara Angke, sedangkan alat tangkap gillnetdan pancing tunalonglinebanyak dioperasikan oleh nelayan Muara Baru.

Armada penangkapan ikan yang digunakan nelayan Jakarta Utara yaitu perahu tanpa motor, perahu dengan motor dan kapal motor. Armada penangkapan ikan yang banyak digunakan nelayan Jakarta Utara, yaitu kapal motor yang berukuran 10-20 GT dan yang paling sedikit digunakan yaitu kapal motor berukuran 30-50 GT. Pada tahun 2004 jumlah armada mengalami kenaikan sebesar 2,21 %, kemudian menurun pada tahun 2005 sebesar 9,9%. Pada tahun 2007 jumlah armada kembali meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 1,9% (Tabel 6).

Tabel 6 Komposisi armada penangkapan Jakarta Utara 2003-2007

Jenis Armada Tahun

2003 2004 2005 2006 2007

Motor Tempel 958 909 810 729 765

(Unit)

Perahu Tanpa Motor 562 685 617 554 431

(Unit)

0-5 GT 439 502 451 406 430

5-10 GT 1.481 1.492 1.343 1.209 1.276

Kapal Motor 10-20 GT 679 683 615 554 659

(Unit) 20-30 GT 462 467 421 379 354

30-50 GT 57 49 45 39 34

> 50 GT 823 795 726 653 760

Jumlah 3.941 3.988 3.601 3.240 3.413

Jumlah Armada 5.461 5.582 5.028 4.523 4.609


(37)

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

2003 2004 2005 2006 2007

J

u

m

la

h

A

r

m

a

d

a

Tahun

Perahu Tanpa Motor Motor Tempel Kapal Motor


(38)

kependudukannya nelayan terbagi atas 12.027 jiwa nelayan setempat dan 7.207 nelayan pendatang. Apabila ditinjau dari status kepemilikan usaha maka nelayan terbagi atas 4.103 orang nelayan pemilik dan 15.131 orang nelayan pekerja (Tabel 7).

Tabel 7 Jumlah nelayan Jakarta Utara 2003-2007

Status Nelayan Tahun

2003 2004 2005 2006 2007

Nelayan penetap Pemilik 3.335 3.473 3.140 2.826 2.441

(Orang) Pekerja 12.389 12.953 11.877 10.690 9.586

Jumlah 15.724 16.426 15.017 13.516 12.027 Nelayan pendatang Pemilik 2.335 2.241 2.028 1.827 1.662

(Orang) Pekerja 8.542 7.632 6.875 6.191 5.545

Jumlah 10.877 9.873 8.903 8.018 7.207 Jumlah nelayan Pemilik 5.670 5.714 5.168 4.653 4.103

(Orang) Pekerja 20.931 20.585 18.752 16.881 15.131

Jumlah 26.601 26.299 23.920 21.534 19.234 Sumber: Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara, (2008)

Sejak tahun 2003 hingga 2007 jumlah nelayan di Jakarta Utara mengalami penurunan (Tabel 7). Hal ini terlihat dari jumlah nelayan yang terus menurun setiap tahunnya. Perkembangan jumlah armada dan nelayan yang cenderung menurun dikarenakan beberapa hal :

1) Makin jauhnya daerah penangkapan ikan (fishing ground) menyebabkan biaya operasional lebih mahal sehingga sebagian nelayan tidak sanggup membiayainya;

2) Naiknya harga bahan bakar minyak menyebabkan biaya operasional menjadi lebih mahal sehingga sebagian nelayan beralih profesi seperti menjadi pedagang, supir, buruh pabrik dan tukang ojek;

3) Mahalnya biaya perawatan sehingga banyak kapal yang rusak tidak dapat beroperasi;

4) Semakin sulitnya hidup di Jakarta dan banyak tempat tinggal mereka yang ditertibkan maka sebagian nelayan kembali ke daerah masing-masing; dan 5) Beralihnya fungsi kapal ikan menjadi kapal transportasi umum seperti


(39)

39

2) Produksi Hasil Tangkapan

Jumlah produksi ikan di Jakarta Utara pada tahun 2007 sebanyak 31.763.259 kg. Ikan yang didaratkan di Jakarta Utara berasal dari enam pelabuhan yaitu Muara Baru, Muara Angke, Pasar Ikan, Muara Kamal, Cilincing dan Kali Baru. Muara Angke merupakan penyumbang terbesar produksi perikanan Jakarta Utara sebesar 17.111.109 kg; disusul dengan Muara Baru sebesar 12.617.266 kg (Tabel 8). Data produksi tersebut mencakup ikan yang didaratkan di dermaga pendaratan ikan dan ikan kiriman dari luar daerah.

Tabel 8 Jumlah produksi perikanan Jakarta Utara

Lokasi Tahun

2003 2004 2005 2006 2007

PPI Muara Angke (kg) 12.209.027 11.779.785 9.728.239 17.582.561 17.111.109 Pasar Ikan (kg) 763.685 743.190 638.050 688.221 722.305

TPI

Muara Baru (kg) 10.810.332 10.037.361 5.695.237 6.296.445 12.617.266 Kamal Muara (kg) 529.550 577.370 589.370 529.920 521.280 Cilincing (kg) - 422.765 318.296 341.386 263.959 Kali Baru (kg) 240.575 326.715 326.801 424.144 527.240 Jumlah 24.553.169 23.887.186 17.295.993 25.862.677 31.763.259 Sumber: Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, (2008)

Produksi perikanan Jakarta Utara tahun 2003 hingga 2007 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2004 jumlah produksi perikanan menurun sebesar 2,7% dan meningkat kembali pada tahun 2006 sebesar 49,5% dari tahun 2005 (Tabel 8).

3) Daerah Penangkapan Ikan

Daerah tujuan penangkapan ikan bagi nelayan-nelayan Jakarta Utara adalah: Bangka Belitung, perairan timur Sumatera, Selat Karimata, Laut Jawa, perairan Kalimantan Barat, Kepulauan Natuna, Teluk Jakarta, perairan Karawang, perairan Papua dan perairan Karimun Jawa. Jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan Jakarta Utara dari berbagai daerah diantaranya adalah cumi-cumi, sotong, udang, pari, kembung, tongkol, tuna, cucut, manyung, tenggiri, kakap, kerapu, bawal dan lain-lain (Dinas Perikanan DKI Jakarta, 2004 diacu dalam Malik, 2006). Daerah tujuan penangkapan ikan yang jauh, tanpa penanganan ikan yang baik selama di atas kapal akan mengakibatkan turunnya kualitas ikan hasil


(40)

tangkapan. Daerah penangkapan ikan bisa dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan.

4.2 Keadaan Umum Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke 4.2.1 Letak geografis dan topografi PPI Muara Angke

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke mempunyai luas ± 65 ha yang terletak di daerah Muara Angke. Secara administratif terletak di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kota Jakarta Utara. Kawasan Muara Angke berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Selatan : Kali Angke Sebelah Timur : Jalan Pluit Sebelah Barat : Kali Angke

Lahan seluas 65 ha dimanfaatkan untuk perumahan nelayan; tambak uji coba budidaya air payau (Gambar 4); bangunan pangkalan pendaratan ikan serta fasilitas penunjangnya; hutan bakau; tempat pengolahan ikan tradisional;docking kapal; lahan kosong; terminal; dan lapangan sepak bola (UPT PKPP Muara Angke, 2006).

Sejak tahun 1976 secara keseluruhan kawasan ini dipersiapkan untuk menampung kegiatan perikanan yang selama ini tersebar di beberapa lokasi seperti Kamal Muara, Kali Baru, Cilincing dan Kali Adem. Untuk memudahkan sekaligus lebih mengintesifkan pembinaan kepada masyarakat nelayan dibuatlah sebuah desa nelayan dilengkapi dengan sarana penunjangnya. Rencana tersebut dapat terwujud apabila Pemerintah Propinsi DKI Jakarta secara bertahap terus melaksanakan pembangunan dengan memanfaatkan dana baik yang bersumber dari APBD, APBN maupun melibatkan sektor swasta. Pada tahun 1977, Pemerintah Propinsi DKI Jakarta menetapkan kawasan ini sebagai Pangkalan Pendaratan Ikan dan Pusat Pembinaan Kegiatan Perikanan di DKI Jakarta (UPT PKPP Muara Angke, 2006).


(41)

Sumber: www.maps.google.com, dio Gambar 4 Lay o 4.2.2 Pengelolaan PPI Muara 1) Tugas UPT, PKPP dan PP Unit Pengelola Kawasa Ikan merupakan Unit Pelaksan Provinsi DKI Jakarta di bidan pangkalan pendaratan ikan. S DKI Jakarta Nomor 105 Ta Perikanan dan Pangkalan Pend berikut:

Tugas: - Mengatur, mengelo pelelangan ikan d penunjangnya (Lamp - Mengelola pemukim - Menyelenggarakan

pelabuhan perikana

4

iolah kembali

y outPangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke. ra Angke

PPI Muara Angke

asan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendarata sana teknis Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelauta dang pengelolaan kawasan pelabuhan perikanan da Sesuai dengan surat keputusan Gubernur Propin Tahun 2002 UPT. Pengelola Kawasan Pelabuha endaratan Ikan mempunyai Tugas dan fungsi sebaga

elola dan memelihara fasilitas pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan beserta saran ampiran 5).

iman nelayan beserta fasilitas kelengkapannya. n keamanan dan ketertiban lingkungan kawasa nan dan pangkalan pendaratan ikan.

41 atan utan dan insi han agai nan, rana san


(42)

Fungsi: - Menyusun program dan rencana kegiatan operasional.

- Perencanaan, pemeliharaan, pengembangan dan rehabilitasi dermaga dan pelabuhan.

- Penertiban rekomendasi izin kapal perikanan yang masuk dan keluar Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan dari aspek kegiatan

perikanan.

- Pelayanan tambat labuh dan bongkar muat kapal ikan (Lampiran 6). - Penyediaan fasilitas penyelenggaraan pelelangan ikan dan penyewaan

fasilitas penunjang lainnya.

- Pengelolaan lahan yang diperuntukan bagi kegiatan usaha yang menunjang usaha perikanan.

- Pengelolaan sarana fungsional, sarana penunjang dan pengusahaan barang dan atau pihak ketiga.

- Pelayanan fasilitas sandar kapal, pasar grosir ikan, pasar pengecer, pengolahan ikan, pengepakan ikan gudang hasil perikanan dan usaha olahan ikan.

- Pengkoordinasian kegiatan operasional instansi terkait yang melakukan aktivitas di pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan. - Penyelenggaraan keamanan, ketertiban dan kebersihan di Kawasan

Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan.

- Pengelolaan pemukiman nelayan beserta fasilitas kelengkapannya - Pengelolaan urusan ketatausahaan.

4.2.3 Pasar Muara Angke

Pasar di Muara Angke terdiri dari dua macam yaitu pasar grosir ikan dan tempat pengecer ikan. Pasar grosir merupakan salah satu sarana pasar rantai pemasaran hasil perikanan (Gambar 5). Di pasar grosir tersebut tersedia 870 unit lapak yang menampung 275 pedagang grosir. Aktifitas pasar grosir ini rata-rata dilakukan pada malam hari. Ikan yang diperdagangkan selain dari hasil lelang di Muara Angke dan Muara Baru juga didatangkan dari luar daerah seperti: Tuban,


(43)

(44)

4.2.4 Kondisi Perikanan Tangkap PPI Muara Angke 1) Armada penangkapan ikan di PPI Muara Angke

Armada penangkapan ikan yang berbasis di PPI Muara Angke mencakup tiga jenis, yaitu perahu layar, motor tempel dan kapal motor. Perahu layar yang digunakan sebagai armada perikanan memiliki ukuran sedang sampai berukuran besar. Jumlah armada yang menggunakan perahu layar sangat sedikit karena perahu layar merupakan armada perikanan tradisional. Perahu motor tempel banyak digunakan oleh nelayan kelas menengah. Jumlah yang paling banyak digunakan adalah kapal motor. Armada kapal perikanan yang terdapat di PPI Muara Angke didominasi oleh jenis kapal motor yang berukuran antara 30 GT sampai di atas 50 GT.

Kapal perikanan yang melakukan aktivitas tambat labuh kapal maupun bongkar muat di PPI Muara Angke terdiri atas kapal dengan ukuran≤ 30 GT dan ≥ 30 GT. Ada dua jenis kapal yang beraktivitas di PPI Muara Angke yaitu kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut. Jumlah kapal paling rendah terjadi pada tahun 2008 sebesar 3.849 kapal (Tabel 9).

Tabel 9 Rekap kapal tambat labuh baik kapal pengangkut maupun kapal penangkap ikan di PPI Muara Angke tahun 2003-2008

Tahun Jumlah Kapal

GT Jenis Kapal

≤ 30 > 30 Pengangkut Penangkap Ikan

2003 4.884 4.111 773 1.761 3.123

2004 4.930 3.884 1.046 1.407 3.523

2005 5.210 3.873 1.337 1.468 3.742

2006 4.892 3.701 1.191 1.006 3.886

2007 4.303 3.662 641 1.008 3.295

2008 3.849 3.235 614 1.021 2.828

Sumber: UPT PKPP Muara Angke, (2009)

Jumlah kapal yang melakukan tambat labuh di PPI Muara Angke periode 2003-2008 mengalami penurunan, namun pernah mengalami peningkatan pada tahun 2005 (Gambar 7). Kapal-kapal ini terdiri atas kapal pengangkut sebesar 28,2% dan kapal penangkap ikan sebesar 71,8%. Berdasarkan ukurannya, kapal-kapal ini terbagi menjadi kapal-kapal berukuran ≤ 30 GT sebanyak 74,3% dan kapal berukuran > 30 GT sebanyak 25,7% pada tahun 2005.


(45)

4884

4930

5210

4892

4303 3849

R² = 0.9

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

2003 2004 2005 2006 2007 2008

J

u

m

la

h

K

a

p

a

l

(Un

it

)


(46)

pendatang. Klasifikasi tersebut dapat terbagi lagi menjadi nelayan pekerja dan nelayan pemilik.

Tabel 10 Jumlah nelayan yang melakukan aktivitas bongkar muat dan sandar di PPI Muara Angke (2001-2003)

Status Nelayan Tahun

2001 2002 2003

Nelayan penetap Pemilik 2.277 2.979 1.873

(orang) Pekerja 8.862 11.703 790

Jumlah 11.139 14.682 2.663 Nelayan pendatang Pemilik 1.324 1.813 1.690

(orang) Pekerja 11.478 9.858 9.140

Jumlah 12.802 11.671 10.837 Jumlah nelayan Pemilik 3.601 4.792 9.147

(orang) Pekerja 20.340 21.561 4.353

Jumlah 23.941 26.353 13.500 Sumber: UPT PKPP Muara Angke, (2006)

Jumlah nelayan PPI Muara Angke pada tahun 2001 sampai tahun 2003 mengalami fluktuasi (Tabel 10). Pada tahun 2002 terjadi kenaikan tetapi pada tahun 2003 mengalami penurunan yang sangat drastis. Penurunan ini disebabkan karena daerah penangkapan ikan yang semakin jauh, naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) dan mahalnya biaya perawatan kapal.

Selain itu dapat dikatakan bahwa selama periode 2001-2003 jumlah nelayan terbanyak adalah nelayan penetap pekerja pada tahun 2002, yaitu sebanyak 11.703 orang. Sedangkan jumlah nelayan paling sedikit adalah nelayan penetap pekerja dimana pada tahun 2003 berjumlah 790 orang. Jika dibandingkan antara jumlah nelayan penetap dan pendatang, ternyata nelayan yang melakukan aktivitas bongkar muat dan sandar di PPI Muara Angke selama periode 2001-2003, yaitu lebih banyak nelayan pendatang karena pendapatan di daerahnya tidak mencukupi untuk menghidupi keluarganya sehari-hari. Hal tersebut disebabkan karena harga ikan yang dilelang di daerah tidak setinggi harga ikan yang dilelang di Jakarta, sehingga dapat mempengaruhi pendapatan nelayan yang bekerja di suatu daerah.

Para nelayan dengan menggunakan armada penangkapan ikan yang berbasis di PPI Muara Angke melakukan operasi penangkapan ikan di daerah


(47)

47

Perairan Bangka Belitung dengan hasil tangkapan 8,6%; Perairan Timur Sumetera dengan hasil tangkapan 10,3%; Selat Karimata 13,4%; Laut Jawa 11,6%; Perairan Kalimantan Barat 5,6%; Kepulauan Natuna 2,8%; Teluk Jakarta dan Karawang 0,7% dan di Karimun Jawa dengan hasil tangkapan 1,4% (UPT PKPP Muara Angke, 2006).

2) Musim penangkapan

Musim penangkapan ikan di Muara Angke terjadi sepanjang tahun. Hanya pada saat terang bulan tidak dilakukan penangkapan ikan. Menurut wawancara dengan beberapa nakhoda (kapten kapal) musim penangkapan ikan dibagi menjadi dua, yaitu musim barat terjadi pada bulan November – April, dan musim timur pada bulan April – November. Pada musim barat angin bertiup sangat kuat dan bergelombang besar. Keadaan demikian mengakibatkan banyak nelayan yang tidak mau turun ke laut karena risiko yang terlalu besar. Nelayan banyak menangkap ikan saat musim barat di daerah penangkapan di sekitar Teluk Jakarta dan perairan Karawang. Pada musim timur angin bertiup tidak kuat dan bergelombang tidak sekuat pada musim barat sehingga memungkinkan nelayan untuk meningkatkan operasi penangkapannya. Daerah penangkapan yang menjadi tujuan nelayan saat musim timur yaitu perairan Bangka Belitung, perairan timur Sumatera, perairan Indramayu, Cirebon, dan Semarang.

3) Produksi ikan

Salah satu yang menjadi indikator perkembangan perikanan di suatu daerah adalah jumlah dan nilai produksi perikanan. Produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke mengalami penurunan sebesar 19% pada tahun 2007 dan 25,2% pada tahun 2008 (Gambar 8). Penurunan jumlah produksi hasil tangkapan pada tahun tersebut karena jumlah kapal yang tambat labuh di PPI Muara Angke juga menurun (Tabel 9). Namun jumlah hasil tangkapan pada tahun 2006 meningkat sebesar 13,6% dari tahun 2005 (Tabel 11) walaupun jumlah kapal menurun. Peningkatan jumlah hasil tangkapan tersebut dapat dipengaruhi dari kinerja nelayan dan musim penangkapan.


(48)

2006 10.675,82 35.539.811.192

2007 8.647,29 31.274.813.740

2008 6.464,71 28.972.929.810

6464,7 8647,3

10675,8 8189,2

9392,5

R2 = 0,9

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

2004 2005 2006 2007 2008

Tahun

Ju

ml

ah

P

rod

u

k

si

(T

on


(49)

34.539.811.192 33.311.092.549

35.539.811.192

31.274.813.740

28.972.929.810 R2 = 0,9

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000

2004 2005 2006 2007 2008

Tahun N il ai p rod u k si h as il tan gk ap an (Ju taan R u p iah ) 4482 3617 3329 3677

4068 R2 = 0,9

0.00 500.00 1000.00 1500.00 2000.00 2500.00 3000.00 3500.00 4000.00 4500.00 5000.00

2004 2005 2006 2007 2008

Tah u n

R a ta -r a ta h a r g a h a s il t a n g k a p a n ( R p


(50)

Ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke merupakan ikan yang berasal dari laut dan darat. Pasokan ikan dari darat biasanya berasal dari berbagai macam daerah biasanya disebut pos daerah (Gambar 11) seperti : Tuban dengan hasil tangkapan sebanyak 12,3%; Pekalongan 13,3%; Tegal 11,7%; Cilacap 10.5%; Labuan 11,1%; Bandung 8,4%; Bogor 6,5%; Lampung 12,5%; Indramayu 13,6% (UPT PKPP Muara Angke, 2009). Komposisi produksi hasil tangkapan yang banyak didaratkan pada tahun 2008 adalah ikan bloso, cakalang, cucut, cumi-cumi, kembung, pari, lemuru, tembang, tenggiri dan tongkol (UPT PKPP Muara Angke, 2009).


(51)

5

1

.


(52)

4.3 Kondisi Umum Perikanan Pukat Cincin di PPI Muara Angke 4.3.1 Alat tangkap

Bentuk umum jaring yang digunakan oleh nelayan pukat cincin di Muara Angke berdasarkan sampel penelitian mempunyai dimensi ukuran sebagai berikut: 1) Bahan Jaring: nilon

2) Dimensi utama jaring

- Panjang : 300-400 meter

- Tinggi : 90-140 meter

-Mesh size : 1 inci

3) Ukuranmesh sizebagian bunt : 0,5 inci

4) Bahan dan jumlah pelampung : karet 1500 buah dengan jarak antar pelampung 15-20 cm

5) Bahan dan jumlah pemberat : timah 1500 buah

6) Alat bantu penangkapan : 30 lampu dengan kekuatan 1000 watt; 1 ancak @ 12 lampu dengan kekuatan 12 volt (Lampiran 7); dan rumpon daun kelapa.

Secara umum jaring pukat cincin terdiri dari sayap dan kantong (Lampiran 8). Tali temali yang ada pada jaring pukat cincin mencakup tali ris atas, tali ris bawah, tali pelampung, tali pemberat dan tali kolor (purse line). Seluruh tali yang ada menggunakan bahan PE (Poly Ethylene), kecuali tali kolor yang menggunakan bahan manila (Gambar 12).

Pukat cincin memiliki ciri khusus yaitu terdapatnya tali kolor dengan bahan manila dan cincin yang terbuat dari besi dengan diameter lubang 10 cm berjumlah 120 cincin dengan jarak antar cincin 3 meter. Tali kolor dimasukkan ke dalam cincin, hal ini yang memungkinkan bagian bawah jaring dikerutkan pada saat operasi sehingga membentuk mangkuk dan mencegah ikan meloloskan diri.


(53)

Nama Kapal

Ukuran (GT)

Badan Kapal Mesin Jumlah

Palka (unit) Panjang

(m)

Lebar (m)

Dalam

(m) Merk

Kekuatan (PK)

Alam Jaya 27 18 5 6 Mitsubishi 88 8

Sinar

Harapan 28 17,02 4,52 1,94 Hino 90 7

Citra

Wijaya 29 18,31 4,8 3,02 Mitsubishi 90 12


(54)

(55)

55

Tabel 13 Jumlah nelayan dan pembagian tugas pada 4 kapal pukat cincin di PPI Muara Angke

No Nama

Kapal

Jumlah Jumlah Petugas (orang)

Nelayan

(orang) Nakhoda

Wakil

Nakhoda KKM Koki ABK

1 KM. Alam

Jaya 35 1 1 2 2 29

2 KM. Sinar

Harapan 30 1 1 2 2 24

3 KM. Citra

Wijaya 35 1 1 2 3 28

4 KM. Putri 2 34 1 1 2 2 28

4.3.4 Metode pengoperasian pukat cincin

Berdasarkan wawancara dengan nakhoda, trip dilakukan pada saat gelap bulan dimana operasi penangkapan umumnya satu kali dalam sebulan. Proses penangkapan ikan dengan alat tangkap pukat cincin menggunakan sebuah kapal saat melepas dan menarik jaring (one boat system), yang dibagi dalam beberapa tahapan: persiapan (perbekalan), setting (melepas jaring) dan hauling (menarik jaring) (Gambar 14). Dalam satu hari nelayan melakukan dua kali setting, yaitu pukul 22.00-24.00 dan 04.00-06.00

Persiapan dilakukan sebelum berangkat menuju daerah penangkapan ikan. Persiapan itu antara lain mengisi bahan bakar solar pada mesin utama, mempersiapkan es (440 balok/44 ton), air tawar, perbekalan makanan, memeriksa mesin utama, gardan, lampu tembak, memperbaiki serta merapikan jaring. Kapal berangkat darifishing basesekitar pukul 16.00-17.00 WIB. Saat hari mulai gelap, nelayan menurunkan rumpon sekaligus ancak untuk memikat ikan agar berkumpul di rumpon. Nelayan membiarkannya selama 3-4 jam menunggu sampai ikan terkumpul pada rumpon tersebut.


(56)

Sumber: Setiawan, (2006)

Gambar 14 Ilustrasi pengoperasian pukat cincin.

Setting dilakukan dengan penurunan jaring yang diawali dengan pelemparan pelampung tanda. Sebelum melakukansetting, posisi jaring dirapikan terlebih dahulu di atas kapal agar dapat diturunkan dengan baik. Kegiatansetting dilakukan di lambung kapal bagian kiri dengan arah putaran kapal berlawanan jarum jam sehingga kapal berada di luar area pelingkaran jaring pukat cincin. Penurunan jaring ditentukan oleh juru arus dengan mengamati keberadaan arus perairan. Hal ini mempengaruhi keberhasilan pelingkaran jaring, selain itu untuk membantu pelingkaran jaring dengan sempurna, kapal selalu memulai setting dengan menghadang arus (berlawanan). Selama proses pelingkaran jaring menggunakan sebuah kapal dengan kecepatan penuh, maka bagian jaring lainnya dilepas pula ke laut agar jaring membentuk lingkaran penuh dengan cepat sehingga diharapkan ikan tidak dapat meloloskan diri.

Setelah jaring melingkar penuh, pelampung tanda sudah naik kembali ke atas kapal selanjutnya kedua ujung jaring diangkat ke kapal dan tali kolor dihubungkan ke gardan (winch) untuk ditarik dengan cepat oleh para juru gardan. Hal ini memungkinkan tali kolor akan menutup celah bagian bawah jaring hingga


(57)

(58)

hari. Jenis ikan yang dijual yaitu tongkol, kembung, selar bentong, lele, salem, bandeng, dan udang. Pedagang ikan di pasar Muara Angke membeli ikan yang untuk dijual di pasar grosir ikan Muara Angke. Penghasilan pedagang rata-rata berkisar Rp 500.000,00 – Rp 700.000,00 per hari. Pedagang ikan berjualan di pasar Muara Angke selama 2-5 tahun.

Hasil tangkapan yang sering tertangkap oleh nelayan pukat cincin adalah ikan tongkol, cakalang, lemuru, kembung, tembang, layang, selar bentong, dan bawal hitam (Tabel 14). Umumnya ikan-ikan tersebut dipasarkan pada pasar lokal untuk dikonsumsi oleh masyarakat setempat.

Tabel 14 Jumlah hasil tangkapan pukat cincin Bulan April-Juli dan November 2008 (kg)

Hasil Tangkapan

pukat cincin April Mei Juni Juli November Jumlah

Bawal hitam 2.447 5.868 364 1.258 - 9.937

Selar bentong 5.012 9.010 2.853 1.440 417 18.732

Kembung 1.740 12.584 1.489 2.177 574 18.564

Tembang 12.913 25.108 20.829 - 2.544 61.394

Tongkol 1.255 2.178 587 1.478 442 5.940

Lemuru - - 3.800 - - 3.800


(59)

59

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Karakteristik konsumen di RW 11 Muara Angke

Penjelasan tentang karakteristik individu konsumen yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, jumlah anggota keluarga, status menikah, pendidikan formal, pekerjaan, pendapatan, frekuensi membeli ikan dan tingkat konsumsi ikan (Tabel 15). Konsumen yang menjadi responden penelitian bertempat tinggal di perumahan Muara Angke. Konsumen yang sering melakukan pembelian ikan adalah perempuan sebanyak 70% (21 orang). Sebagian besar konsumen tersebut berusia antara 30 tahun sampai 41 tahun sebanyak 18 orang.

Konsumen tersebut hampir seluruhnya sudah menikah maka diperoleh data bahwa konsumen yang banyak melakukan pembelian ikan adalah konsumen yang sudah menikah (28orang). Hal ini memberikan indikasi bahwa konsumen membeli ikan di pasar Muara Angke untuk konsumsi keluarga. Jika ditinjau dari jumlah anggota keluarga yang dimiliki konsumen maka konsumen terbanyak adalah konsumen yang memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 3-4 orang (21orang).

Selain jenis kelamin, usia, status pernikahan, karakteristik tingkat pendidikan juga ditanyakan kepada responden. Responden yang melakukan pembelian ikan umumnya berpendidikan terakhir SMP sebesar 43,33%. Responden yang bertempat tinggal di Muara Angke pada umumnya sudah berkeluarga dan bermatapencaharian sebagai penjual makanan atau yang lebih dikenal dengan istilah pedagang warteg. Selanjutnya ada yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, pedagang, Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau hanya sebagai ibu rumah tangga (IRT).

Jenis pekerjaan konsumen yang terbanyak yaitu penjual makanan (warung tegal) sebanyak 33% dari jumlah responden, selanjutnya pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 30%. Pekerjaan yang bervariasi yang dilakukan oleh responden di Muara Angke memberikan jumlah pendapatan yang berbeda pula yang diperoleh oleh setiap responden. Pendapatan rata-rata tertinggi yang dimiliki oleh


(60)

konsumen di Muara Angke adalah Rp 1.000.000,00 - Rp 2.000.000,00 sebesar 53,3%.

Jumlah konsumen yang membuka usaha rumah makan lebih banyak, sehingga ikan yang dibutuhkan oleh pemilik rumah makan lebih banyak daripada kebutuhan ibu rumah tangga. Ikan yang sering dibeli oleh konsumen ini adalah ikan kembung, selar bentong dan tongkol. Ikan yang dibeli dalam bentuk segar. Pemilik rumah makan membeli ikan tersebut setiap hari di Pasar Muara Angke. Konsumen yang membeli ikan setiap hari di pasar Muara Angke juga konsumen ibu rumah tangga. Frekuensi konsumen membeli ikan di pasar Muara Angke yang paling besar, yaitu setiap hari sebesar 53%. Hal ini juga memperlihatkan bahwa tingkat konsumsi konsumen terhadap ikan tersebut cukup besar, yaitu sebesar 53% tingkat konsumsi konsumen tinggi dan sisanya tingkat konsumsi konsumen sedang.

Secara umum, konsumen yang diteliti dapat dikategorikan sebagai kelompok masyarakat bergender wanita dengan usia lebih dari 30 tahun dan telah berkeluarga dengan jumlah keluarga 3-4 orang/keluarga. Pekerjaan konsumen yaitu pemilik usaha rumah makan kecil (warteg) dan ibu rumah tangga yang berpendapatan kurang dari Rp 2.000.000,00.

Semua konsumen ibu rumah tangga menyukai ikan kembung dan ikan selar bentong berukuran kecil (immature). Hal ini berkaitan dengan jumlah keluarga yang umumnya berjumlah 3-4 orang/keluarga. Sebagian besar konsumen yang memiliki usaha rumah makan kecil (warteg) mempertimbangkan ukuran yang kecil dalam hal membeli ikan kembung dan selar bentong. Hal ini dikarenakan ukuran tersebut telah sesuai dengan ukuran porsi makan pelanggan dan harga jual ikan yang telah diolah. Konsumen ibu rumah tangga dan konsumen yang memiliki usaha warteg menyukai ikan tongkol berukuran besar. Hal ini berhubungan dengan penanganan dan pengolahan ikan. Selain ukuran ikan, umumnya konsumen memperhatikan juga kesegaran dan harga yang murah dalam melakukan pembelian ikan.


(1)

Conjoint Analysis

Notes

Output Created 23-Jul-2009 12:47:30

Comments

Input Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File

30

Plan File CONJOINT1.SAV

Data File working data file

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values in any preference data (ranks, scores, or profile numbers) are treated as missing..

Cases Used Statistics are based on all cases with all valid preference data (ranks, scores, or profile numbers).

Syntax CONJOINT PLAN='CONJOINT1.SAV' /FACTORS=

UKURAN 'Ukuran Ikan' ('Besar' 'Kecil') KESEGARAN 'Kesegaran Ikan' ('Segar' 'Tidak segar')

HARGA 'Harga Ikan' ('Mahal' 'Murah') /SUBJECT=QN

/SCORE=PROD1 PROD2 PROD3 PROD4 PROD5 PROD6 PROD7 PROD8

/UTILITY='CONJOINT_1_UTILITY.SAV' .

Resources Processor Time 0:00:00.031

Elapsed Time 0:00:00.125


(2)

Lampiran 9 Lanjutan

Warnings

No reversals occurred.

Recoded Values

Original Value Recoded Value Value Label

UKURAN 1 1 Besar

2 2 Kecil

KESEGARAN 1 1 Segar

2 2 Tidak segar

HARGA 1 1 Mahal

2 2 Murah

Recoded values are used in computations.

Model Description

N of Levels Relation to Ranks or Scores

UKURAN 2 Discrete

KESEGARAN 2 Discrete

HARGA 2 Discrete

All factors are orthogonal.

Overall Statistics

Utilities

Utility Estimate Std. Error

UKURAN Besar -.733 .067

Kecil .733 .067

KESEGARAN Segar 1.392 .067

Tidak segar -1.392 .067

HARGA Mahal -.592 .067

Murah .592 .067


(3)

Lampiran 9 Lanjutan

Importance Values

UKURAN 40.128

KESEGARAN 41.746

HARGA 18.126

Averaged Importance Score

Correlationsa

Value Sig.

Pearson's R .997 .000

Kendall's tau 1.000 .000

a. Correlations between observed and estimated preferences

3

)

Ikan selar bentong

NEW FILE. DATA LIST FREE/ QN PROD1 TO PROD8. BEGIN DATA.

101 5.00 7.00 1.00 3.00 2.00 8.00 4.00 6.00 102 1.00 4.00 2.00 3.00 5.00

8.00 6.00 7.00 103 7.00 8.00 5.00 6.00 2.00 4.00 3.00 1.00 104 6.00 5.00

1.00 2.00 3.00 8.00 4.00 7.00 105 3.00 4.00 2.00 1.00 5.00 8.00 6.00 7.00

106 8.00 7.00 5.00 6.00 2.00 4.00 3.00 1.00 107 5.00 6.00 1.00 3.00 2.00

8.00 4.00 7.00 108 1.00 6.00 2.00 5.00 4.00 8.00 7.00 3.00 109 5.00 6.00

1.00 2.00 3.00 8.00 4.00 7.00 110 6.00 5.00 1.00 2.00 3.00 8.00 4.00 7.00

111 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00 8.00 4.00 7.00 112 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00

8.00 4.00 7.00 113 3.00 4.00 1.00 2.00 5.00 8.00 6.00 7.00 114 4.00 8.00

1.00 7.00 2.00 6.00 3.00 5.00 115 5.00 7.00 1.00 3.00 2.00 8.00 4.00 6.00

116 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00 8.00 4.00 7.00 117 5.00 6.00 1.00 4.00 2.00

8.00 3.00 7.00 118 4.00 3.00 1.00 2.00 5.00 8.00 6.00 7.00 119 6.00 5.00

1.00 3.00 2.00 8.00 4.00 7.00 120 6.00 5.00 1.00 2.00 3.00 8.00 4.00 7.00

121 6.00 5.00 1.00 3.00 2.00 8.00 4.00 7.00 122 4.00 3.00 1.00 2.00 5.00

8.00 6.00 7.00 123 6.00 5.00 1.00 2.00 3.00 8.00 4.00 7.00 124 7.00 8.00

5.00 6.00 2.00 4.00 3.00 1.00 125 1.00 4.00 2.00 3.00 5.00 8.00 6.00 7.00

126 6.00 5.00 1.00 3.00 2.00 8.00 4.00 7.00 127 4.00 3.00 1.00 2.00 5.00

8.00 6.00 7.00 128 5.00 6.00 1.00 2.00 3.00 8.00 4.00 7.00 129 1.00 4.00

2.00 3.00 5.00 8.00 6.00 7.00 130 7.00 8.00 5.00 6.00 2.00 4.00 3.00 1.00

END DATA. CONJOINT PLAN='CONJOINT1.SAV' /FACTORS=

UKURAN 'Ukuran Ikan' ('Besar' 'Kecil') KESEGARAN 'Kesegaran Ikan'

('Segar' 'Tidak segar') HARGA 'Harga Ikan' ('Mahal' 'Murah')

/SUBJECT=QN /SCORE=PROD1 PROD2 PROD3 PROD4 PROD5

PROD6 PROD7 PROD8 /UTILITY='CONJOINT_1_UTILITY.SAV'.


(4)

Lampiran 9 Lanjutan

Conjoint Analysis

Notes

Output Created 23-Jul-2009 12:59:27

Comments

Input Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File

30

Plan File CONJOINT1.SAV

Data File working data file

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values in any preference data (ranks, scores, or profile numbers) are treated as missing..

Cases Used Statistics are based on all cases with all valid preference data (ranks, scores, or profile numbers).

Syntax CONJOINT PLAN='CONJOINT1.SAV' /FACTORS=

UKURAN 'Ukuran Ikan' ('Besar' 'Kecil') KESEGARAN 'Kesegaran Ikan' ('Segar' 'Tidak segar')

HARGA 'Harga Ikan' ('Mahal' 'Murah') /SUBJECT=QN

/SCORE=PROD1 PROD2 PROD3 PROD4 PROD5 PROD6 PROD7 PROD8

/UTILITY='CONJOINT_1_UTILITY.SAV' .

Resources Processor Time 0:00:00.047

Elapsed Time 0:00:00.125


(5)

No reversals occurred.

Recoded Values

Original Value Recoded Value Value Label

UKURAN 1 1 Besar

2 2 Kecil

KESEGARAN 1 1 Segar

2 2 Tidak segar

HARGA 1 1 Mahal

2 2 Murah

Recoded values are used in computations.

Model Description

N of Levels

Relation to Ranks or Scores

UKURAN 2 Discrete

KESEGARAN 2 Discrete

HARGA 2 Discrete

All factors are orthogonal.

Overall Statistics

Utilities

Utility Estimate Std. Error

UKURAN Besar -.733 .073

Kecil .733 .073

KESEGARAN Segar 1.392 .073

Tidak segar -1.392 .073

HARGA Mahal -.617 .073

Murah .617 .073


(6)

Lampiran 9 Lanjutan

Importance Values

UKURAN 39.615

KESEGARAN 41.618

HARGA 18.767

Averaged Importance Score

Correlationsa

Value Sig.

Pearson's R .996 .000

Kendall's tau 1.000 .000

a. Correlations between observed and estimated preferences