Biografi Ibnu Miskawaih Perbandingan Pemikiran Al-Ghazali dan Ibnu Miskawaih Tentang Pendidikan Agama Islam Pada Anak
perbuatan buruk yang telah dilakukannya. Akibatnya, dia tak mau mengindahkan nasihat dan cercaan anda”.
52
3. Akhlak Kepada Diri Sendiri
a. Adab Makan
Menurut Ibnu Miskawaih mendidik jiwa harus dimulai dengan membentuk sikap makan yang baik. Pertama-tama harus ditegaskan bahwa
tujuan makan adalah demi kesehatan. Bukan demi kenikmatan semata-mata dan bahwa seluruh makanan yang diciptakan dan disediakan untuk kita
hanyalah sarana agar badan kita sehat dan demi kelangsungan hidup kita. Maka lapar dan nyeri yang diakibatkan lapar, sebagaimana tujuan obat,
bukanlah untuk sekedar bersenang-senang atau pemuas hawa nafsu. Demikian halnya maka yang tidak sepantasnya dimakan kecuali sekedar
menjaga kesehatan badan, menolak nyeri lapar, dan agar tidak sakit. Bila ini sudah diyakininya dengan sendirinya dia akan memandang rendah nilai
makanan yang biasa diagungkan oleh orang-orang yang rakus. Dia juga akan memandang hina mereka yang rakus yang jika makan selalu di luar
batas yang diperlukan tubuh dan tenggelam dalam apa yang tidak cocok bagi mereka. Dengan demikian dia akan merasa puas dengan makanan
sekedarnya. Bila ia duduk bersama orang lain. Dia bukan yang pertama makan atau terus menerus memperhatikan bermacam-macam makanan
tetapi akan puas dengan makanan di dekatnya. Jangan sampai terburu-buru kalau makan. Jangan besar-besar kalau memotong, dan jangan ditelan
sebelum dikunyah dengan baik jangan diperbolehkan mengotori tangan dan bajunya, jangan sampai dia memandangi gerakan lengan mereka yang
tengah makan. Latihlah supaya dia membiasakan diri memberi orang lain makanan yang ada di dekatnya walau itu lebih di dekatnya. Didiklah agar ia
mengekang hawa nafsunya, hingga dia puas dengan makanan yang sedikit dan rendah nilainya sekalipun, dan kadang-kadang roti kering saja. Sikap
52
Ibid, h. 77
seperti ini, jika dimiliki orang miskin terpuji, tetapi bahkan lebih terpuji bila diperlihatkan orang kaya .
Disarankan agar anak makan berat di waktu malam, sebab kalau di waktu siang, dia menjadi malas, ngantuk dan otaknya menjadi lamban.
Kalau dia dilarang agar tidak sering makan daging itu bermanfaat baginya sehingga dia aktif dan penuh perhatian berkurang kebodohannya, serta
bangkit semangat hidupnya. Usahakan anak-anak tidak memakan kue-kue permen dan buah-buahan.
Karena kue-kue, permen dan buah-buahan mempercepat proses peruraian, dan sekaligus membiasakan pemakannya menjadi rakus, dan suka makan
banyak. Biasakan anak-anak supaya tidak minum air di sela-sela makannya.
53
Jadi menurut Ibnu Miskawaih yang pertama kali harus dilakukan adalah memberikan penjelasan kepada anak-anak tentang manfaat makan sekaligus
menanamkan nilai-nilai kesederhanaan dalam hal makan, sehingga anak- anak tidak terbiasa makan berlebih-lebihan, tetapi sekedarnya saja sesuai
dengan kebutuhan. Selain itu Ibnu Miskawaih juga menganjurkan kepada para orang tua untuk mendidik anak-anaknya agar menjauhi arak dan
minuman keras, seperti yang dikatakannya: “Hendaklah orang tua menjauhkan anak-anaknya dari arak dan jenis-
jenis minuman yang memabukkan karena selain sangat berbahaya bagi tubuh, juga membuat peminumnya cepat marah, ceroboh senang
berbuat buruk. Cegahlah jangan sampai ia berada di antara orang-orang yang minum-minuman keras. Tetapi buatlah dia berada di antara
banyak orang saleh dan mulia . Hal ini dimaksudkan agar dia tidak mendengarkan perkataan keji dan m
elihat perbuatan rendah mereka”.
54
b. Adab Berpakaian
53
Ibid., h. 77-78
54
Ibid, h. 78
Ibu Miskawaih menjelaskan: hendaklah anak-anak diajarkan bahwa warna pakaian paling baik dan terhormat adalah putih, atau yang serupa
dengan itu, hingga tampak seperti layaknya orang yang mulia. Pakaian warna-warni penuh aksesoris hanya cocok untuk perempuan yang berhias
demi tampil baik dan menarik. Di depan laki-laki dan di mata pelayan laki- laki dan perempuan. Jika seorang anak dibesarkan dengan ajaran-ajaran ini
cegahlah jangan sampai ia bergaul dengan orang-orang yang menyatakan kepadanya hal sebaliknya, lebih-lebih kalau itu teman sebaya,
sepermainannya.
55
Jadi jelaslah bahwa Ibnu Miskawaih sangat menganjurkan untuk berpakaian sederhana, tetapi tetap menjaga wibawa kemuliaan. Di samping
itu ia juga mengajurkan untuk menjauhi emas dan perak seperti yang dikatakannya:
“Didiklah agar mereka membenci emas dan perak, dan agar mereka takut pada keduanya melebihi takutnya pada harimau, ular,
kalajengking atau binatang berbisa lainnya sebab mencintai emas dan
perak lebih berbahaya dari pada racun.”
56
c. Kesederhanaan Tidur
Ibnu Miskawaih berpendapat bahwasannya anak-anak jangan dibiarkan tidur terlalu lama, karena menyebabkan otak menjadi bebal, serta
mematikan pikirannya jangan dibiasakan tidur siang, dan jangan dibiasakan dengan tempat tidur yang empuk dan sarana mewah lainnya. Supaya dia
terbiasa dengan kehidupan yang sulit.
57
Tidur terlalu lama menyebabkan anak-anak menjadi bodoh, sedangkan tidur pada waktu siang membuat anak menjadi pemalas, karena waktu siang
bagi anak-anak adalah waktu bermain dan bergaul dengan teman-teman sebayanya atau bahkan digunakan untuk belajar atau dilatih kerja. Maka
55
Ibid, h. 76
56
Ibid. h. 79-80
57
Ibid, h 78-79