Hasil Penelitian yang Relevan

Kriteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif adalah kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam penelitian tersebut. Strateginya meliputi perpanjangan pengamatan, ketekunan penelitian, triangulasi mengecek keabsahan data dengan memanfaatkan berbagai sumber dari luar data sebagi bahan perbandingan, diskusi teman sejawat, analisis kasus negatif. 2. Transferabilitas. Dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada semua orang untuk membaca laporan penelitian sementara yang telah dihasilkan oleh peneliti, kemudian pembaca diminta untuk menilai substansi penelitian tersebut dalam kaitannya dengan fokus penelitian. Peneliti dapat meningkatkan transferabilitas dengan melakukan suatu pekerjaan mendeskripsikan konteks penelitian dan asumsi yang menjadi sentral pada penelitian tersebut. Dengan kata lain apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain. 3. Dependabilitas Data Apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Artinya apakah peneliti akan memperoleh hasil yang sama jika peneliti melakukan pengamatan yang sama untuk kedua kalinya. 3 4. Konfirmabilitas Yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya di mana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. 4 3 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011, Cet. 2, h. 79-80. 4 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011, Cet. 2, h. 81.

E. Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi yang lain yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman peneliti mengenai materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan peneliti menyajikan apa yang sudah ditemukannya kepada orang lain. 5 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Analisis Isi content analysis dalam bentuk deskriptif yaitu berupa catatan informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya dan mencakup penggambaran secara rinci dan akurat terhadap berbagai dimensi yang terkait dengan semua aspek yang diteliti. Maka, di sini penulis menggambarkan permasalahan yang dibahas dengan mengambil materi-materi yang relevan dengan permasalahan, kemudian dianalisis, dipadukan, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan. 6 5 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011, Cet. 2, h. 85. 6 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2008, Cet. 3, h. 155-159. 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Al-Ghazali

Nama lengkapnya abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Thusi ibn Muhammad al-Ghazali lahir di Ghazaleh, suatu desa dekat Thusi di daerah Khurasan Persia pada tahun 450 H 1059 M. Ia keturunan Persia dan mempunyai hubungan keluarga dengan raja-raja Saljuk yang memerintah daerah Khurasan, Jibal, Irak, Jazirah, Persia dan Ahwaz. Orang tuanya sebagai pemintal wol yang dalam bahasa Arab disebut ghazzal. Terdapat perbedaan pendapat tentang nama sebenarnya dari al-Ghazali ini. Pada umumnya dikenal dengan nama Al-Ghazali satu z, nama ini berasal dari nama desa tempat ia lahir. Tetapi ia dikenal pula dengan nama Al-Ghazzali dua z, nama ini diambil dari profesi orang tuanya sebegai ghazzal tukang pintal benang wol. 1 Ayahnya seorang sufi yang sangat war’a yang hanya makan dari usahanya sendiri. Kerjanya memintal dan menjual wol. Ia meninggal sewaktu anaknya itu masih kecil. 2 Ayahnya tergolong orang yang hidup sederhana sebagai pemintal benang, tetapi mempunyai semangat keagamaan yang tinggi seperti terlihat pada simpatiknya kepada ulama dan mengharapkan anaknya menjadi ulama yang selalu memberi nasehat kepada umat. 3 Al-Ghazali memiliki saudara laki-laki yaitu Ahmad. Ia dan saudaranya, oleh ayahnya dititipkan kepada seorang sahabatnya seorang ahli tasawuf agar pendidikan dua saudara ini diteruskan setalah wafatnya nanti, sampai semua harta yang ditinggalkannya habis semua. Kemudian, kepada keduanya diwasiatkan ayahnya agar terus belajar semampu mungkin. 4 1 Ridjaluddin F.N, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Kajian Islam FAI UHAMKA, 2009, h. 156-157 2 Ahamd Daudy, Kuliah Filsafat Islam, Jakarta:PT Bulan Bintang, 1992, h. 97 3 Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1999, h. 77 4 Fathiyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidiakan Menurut Al-Ghazali, Jakarta: Dea Press, 2000, h. 24