Anak-Anak Perbandingan Pemikiran Al-Ghazali dan Ibnu Miskawaih Tentang Pendidikan Agama Islam Pada Anak

Kesembilan, fase tua. Fase ini berbeda-beda antar orang, berkisar antara usia enam puluh lima hingga tujuh puluh tahun. Fase tersebut ditandai dengan ciri khas suka pikun dan kelemahan menyeluruh. Perlu ditegaskan di sini, masalah periodisasi fase pertumbuhan dan ciri- cirinya ini sebaiknya tidak dipahami sebagai patokan akhir dan mutlak. Sebab ia hanya untuk mempermudah pembelajaran dan penelitian bagi kalangan yang berminat menekuninya, tidak lebih. Proses pertumbuhan terus berkelanjutan dan saling bereretan, dan pada hakikanya ia pun tidak menerima segala macam pengklasifikasian ini. 32 Sementara pembatasan usia anak-anak dan kanak-kanak menurut para ulama berhenti di usia dua belas tahun, sehingga yang disebut anak adalah orang yang belum mengalami mimpi basah. 33 Al-Ghazali menggunakan istilah anak dengan beberapa kata, seperti al- shobiy kanak-kanak, al-Mutaallim pelajar, dan thalibul ilmi penuntut ilmu. Oleh karena itu anak didik di sini dapat diartikan anak yang sedang mengalami perkembangan jasmani dan rohani sejak awal terciptanya dan merupakan obyek utama pendidikan dalam arti yang luas. 34

C. Pendidikan Anak untuk Usia Dini Anak-Anak

Berdasarkan UUSPN Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pengertian pendidikan anak usia dini adalah “suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Fase pendidikan agama ada tiga: 32 Hannan Athiyah Ath-Thuri, Mendidik Anak Perempuan di Masa Kanak-Kanak, Jakarta: Amzah, 2007, h. xii 33 Hannan Athiyah Ath-Thuri, Mendidik Anak Perempuan Di Masa Kanak-Kanak, Jakarta: Amzah, 2007, h. xiv 34 Ridjaluddin F.N, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Kajian Islam FAI UHAMKA, 2009, h. 172 1. Agama pada anak-anak adalah fitrah dan amalan 2. Agama pemudapemudi adalah rohani dan perasaan 3. Agama orang dewasa logika dan peraturan 35 Sedangkan dasar al-Hadist adalah sabda Rasulullah saw, yang berbunyi: 36 Artinya : “Dari Anas bin Malik, sesungguhnya ia telah mendengar Rasulullah saw bersabda: muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah dengan budi pekerti yang baik”. HR. Ibnu Majah. Pendidikan agama untuk anak-anak mempunyai pemikiran yang terbatas dan pengalaman yang sedikit dan percobaan yang kurang. Mereka hidup dalam alam pikiran yang nyata, yang dapat mereka lakukan dengan salah satu panca indra. Mereka belum memikirkan soal-soal maknawi, soal-soal abstrak dan hukum-hukum yang umum. Bahkan mereka belum dapat memikirkan dalil-dalil akal dan teori-teori yang mendalam. Kalau dikatakan kepada anak-anak, bahwa nasi yang kita makan dan air yang kita minum adalah pemberian Allah, maka ia percaya demikian itu tanpa dalil-dalil akal yang tersebut dalam ilmu Al-Kalam. Maka keimanan anak-anak adalah keimanan yang fitrah berdiri atas dasar perhubungan dengan alam yang nyata. Anak-anak sangat perasa, mempunyai perasaan halus, mudah terpengaruh, hal ini dapat dipergunakan untuk memimpin anak-anak supaya mereka berkelakuan baik dan berakhlak mulia dengan menggunakan perasaan halusnya. Bukan dengan dalil akalnya. Begitu juga sifat anak-anak suka mencontoh dan menurut. Ditirunya apa-apa yang dilihatnya, dicontohkannya kelakukan orang tuanya atau teman sejawatnya. 35 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1992, cet. 17, h. 8 36 Al Hafidz Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazid Al-Qozwin, Sunan Ibn Majah, Jilid II, Maktabah Dahlan, Indonesia, hal. 1211 Oleh sebab itu pendidikan agama yang akan diberikan kepada anak-anak, haruslah sesuai dengan keadaan mereka itu, sesuai dengan akal pikirannya, sesuai dengan sifat-sifatnya, sebagaimana yang telah disebutkan itu. Berikanlah pendidikan agama dalam bidang yang praktis, berupa amal perbuatan dan akhlak yang mulia dan kelakuan yang baik, sekali-kali janganlah diberikan dalil-dalil akal dan teori-teori yang mendalam yang belum dapat dipahami oleh anak-anak. 37

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam proses pembuatan penulisan skripsi ini penulis mendapatkan kajian yang relevan selama proses penelitian dan penulisan, yang membahas tentang Imam al-Ghazali dan Ibnu Miskawaih. Adapun skripsi yang relevan dengan kajian penulis yaitu, skripsi mahasiswi UIN Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan FITK jurusan Pendidikan Agama Islam 2012 Siti Mulayanih yang berjudul Konsep Pendidikan Akhlak Pada Anak Didik Menurut Al-Ghazali. Kesimpulan dari skripsinya adalah pembentukan akhlak pada awal pertumbuhan dapat dilakukan dengan memberikan makanan yang baik dan halal sebagai sumber darah daging, memberikan teladan yang baik agar anak meniru perilaku yang baik, menanamkan rasa malu jika berbuat kesalahan. Sedangkan untuk menanamkan, membentuk akhlak yang baik pada anak didik dapat dilakukan dengan cara berikut. Pertama, melawan dorongan hawa nafsu, kedua mujahadah dan berusaha maksimal dengan mengerjakan perbuatan tersebut. Artinya ia haus memaksakan dirinya untuk melakuan perbuatan yang baik. Kemudian ia membiasakan perbuatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka akhlak baik akan melekat pada dirinya. Serta skripsi mahasiswi UIN Jakarta, Fakaultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan FITK jurusan Pendidikan Agama Islam tahun 2012 Resnamia Novianti yang berjudul Studi Perbandingan Konsep Pendidikan Islam menurut Ibnu Miskawaih dan Ibnu Khaldun. Yang berkesimpulan bahwa konsep pendidikan Ibnu Miskawaih bertumpu pada terbentuknya etika dan moral yang 37 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1992, cet. 17, h. 9-10 mencerminkan jiwa seorang manusia seutuhnya. Pendidikan anak-anak disesuaikan dengan jenjang dan tingkat pendidikannya, yang dalam hal tujuan pendidikan itu sendiri didesain sedemikian rupa agar batin mendapatkan kebahagiaan sejati, yang diabadikan dalam bentuk pengabdian pada Allah SWT. 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul “Perbandingan Pemikiran Imam Al-Ghazali dan Ibnu Miskawaih Tentang Pendidikan Agama Islam Pada Anak-Anak ”. dilakasanakan dari bulan Desember 2014 sampai Mei 2015. digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari text book yang ada di perpustakaan, serta sumber lain yang mendukung penelitian.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yangg dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dan dengan suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 1 Ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan library research. Karena permasalahan yang akan diteliti mengkaji sejarah maka dari itu diperlukan banyaknya literatur- literatur yang relevan dengan skripsi ini.

C. Prosedur Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode penelitian studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan data, fakta dan informasi berupa tulisan-tulisan dengan bantuan bermacam-macam 1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. 22, h. 6