Latar Belakang Masalah Pola Komunikasi Guru Dan Murid Di Sekolah Luar Biasa B (Slb-B) Frobel Montessori Jakarta Timur

3 seperti rasa percaya diri yang baik serta kemampuan untuk melihat dan menilai diri sendiri secara positif. Individu dengan konsep diri positif cenderung akan menimbulkan tingkah laku yang baik terhadap lingkungan sosialnya. Sebaliknya bila seseorang memiliki konsep diri yang negatif, maka individu tersebut cenderung akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri, merasa ragu, dan kurang percaya diri. Individu dengan konsep diri yang negatif akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosial. Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Konsep diri adalah keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut ciri-cirisifat yang dimilikinya 4 . Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Di era yang modern ini sangatlah penting bagi setiap individu untuk memahami maupun mengenal konsep diri. Namun bagaimana dengan mereka yang lahir dengan keterbatasan fisik. Padahal hidup mestilah dihormati bagaimanapun wujud nya bagi setiap orang, pada dasar nya tidak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan dirinya dilahirkan dalam keadaan cacat. Keadaan cacat tersebut dapat menjadikan manusia merasa rendah diri, bahkan merasa tidak berguna, dan selalu bergantung pada bantuan dan belas kasihan orang lain. Manusia penyandang cacat pada umumnya memiliki keterbatasan tertentu sesuai dengan jenis cacatnya. Begitu juga dengan penyandang tunarungu, stigma yang diberikan masyarakat normal sering kali digambarkan sebagai seseorang yang tidak berdaya, tidak mandiri dan menyedihkan, sehingga terbentuk persepsi dan prasangka bahwa penyandang tunarungu itu patut dikasihani, selalu butuh perlindungan dan bantuan. Hal ini juga sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UUSPN pada Pasal 5 Ayat 2 dan pasal 32 ayat 1 menyatakan bahwa: 4 Dayakisni, Tri dan Hudaniah, “Psikologi Sosial”, Malang: UMM Press 2003, hal. 65 4 warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual danatau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial danatau memiliki potensi kecerdasan dan bakatistimewa. Secara yuridis formal anak luar biasa memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikannya diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa 5 [UUSPN Pasal 4 ayat 1]. Anak dengan gangguan pendengaran tunarungu sering kali menimbulkan masalah tersendiri. Menurut Mangunsong, yang dimaksud dengan “anak tunarungu adalah mereka yang pendengarannya tidak berfungsi sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan luar biasa 6 . Menurut Moores, “tunarungu adalah kondisi dimana individu tidak mampu mendengar dan hal ini tampak dalam wicara atau bunyi-bunyian, baik dengan derajat frekuensi dan intensitas 7 dalam Mangunsong”. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. Saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal dan non verbal. Menurut Purba, komunikasi verbal verbal communication meliputi: komunikasi lisan oral communication komunikasi tulisan written communication. Sementara yang termasuk dalam komunikasi non verbal 5 Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas. Citra Umbara. Bandung: 2006. Hal : 77 6 Mangunsong, F dkk. “Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa”, Jakarta : Lembaga Pengembangan Saranan Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia 1998, hal. 66. 7 ibid 5 non verbal communication terdiri dari: komunikasi kial gestural communication dan komunikasi gambar pictorial communication 8 . Dalam Undang-undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran tahun 1954 No. 12 Bab V pasal 7 ayat 5 dikatakan bahwa: Pendidikan dan pengajaran luar biasa bermaksud memberikan pendidikan dan pengajaran kepada orang-orang yang dalam keadaan kekurangan, baik jasmani maupun rohaninya supaya mereka dapat memiliki kehidupan lahir batin yang layak. Bertitik tolak dari alasan di atas, maka Yayasan Frobel Montessori menyediakan guru konselor yang bertugas untuk membantu para siswai tunarungu. Adapun tugas dari guru konselor tersebut adalah: 1. Membina hubungan baik antara konselor dengan siswai tunarungu 2. Menolong siswai tunarungu untuk dapat menerima dirinya sendiri dan membantu untuk membentuk konsep dirinya. 3. Membimbing siswai tunarungu dalam proses pendidikan nya. Semua siswa yang ada di SLB-B Karya Murni ini adalah manusia yang berpotensi yang layak dikembangkan untuk dapat mencapai kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Seorang siswa tunarungu yang dalam kesehariannya mengalami banyak kelemahan karena keterbatasan pendengaran, membutuhkan layanan konseling untuk membantunya memecahkan masalah dan membentuk konsep diri yang baik agar dia tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan berperilaku positif. Pembentukan konsep diri seorang siswai tunarungu akan dapat berjalan dengan efektif apabila dalam prosesnya menggunakan komunikasi antarpribadi yang meliputi komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi antarpribadi akan sangat mempengaruhi hubungan antarpribadi antara konselor dengan siswai tunarungu. Apabila seorang konselor dapat menjalin komunikasi antarpribadi yang baik terhadap siswai tunarungu dan terdapat kesepahaman makna maka akan terdapat hubungan timbal balik diantara 8 Purba. Amir, dkk., “Pengantar Ilmu Komunikasi”, Medan 2006, Pustaka Bangsa Press, hal. 36 6 keduanya. Sehingga siswai tunarungu dapat mengungkapkan isi hatinya yang dapat memudahkan konselor dalam membantu pembentukan konsep diri siswai tunarungu tersebut. Potensi-potensi dasar atau fitrah manusia tersebut harus diaktualisasikan dan ditumbuh kembangkan secara optimal dan terpadu dalam kehidupan nyata melalui proses pendidikan sepanjang hayat 9 . Sehingga kelak dapat dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Hal tersebut tidak terkecuali bagi anak-anak yang memiliki kekurangan fisik berupa cacat sebagian atau beberapa bagian anggota tubuh abnormal seperti tunarungu yang memiliki kekurangan berupa cacat pendengaran, karena kekurangan itulah sehingga anak-anak yang tunarungu memerlukan perhatian khusus. Sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada Bab IIII pasal 5 ayat 2 yang berbunyi: Warga yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, danatau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus 10 . Ketetapan dalam undang-undang No.20 tahun 2003 tersebut bagi anak penyandang kelainan sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran 11 . Bagi mereka yang tunarungu, pemerintah telah menyediakan Sekolah Luar Biasa SDLB. Lembaga ini diharapkan dapat memberikan layanan pendidikan yang sama seperti lembaga pendidikan pada umumnya, sehingga anak-anak yang tunarungu dapat memperoleh pendidikan dan keterampilan yang dapat dijadikan sebagai bekal kehidupannya kelak agar tidak menjadi beban bagi orang lain khususnya orang tua dan keluarganya, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An- N isa’ ayat 9. 9 Muhaimin, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2005, hal. 152 10 Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas. Citra Umbara. Bandung: 2006. Hal.77 11 Dr. Mohammad Efendi, M.Pd., M.Kes, “Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan ”,Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2006, Hal.1 7                 Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang bena r” Q.S. An- Nisa’ ayat 9. Oleh karena itu, Bagi anak-anak yang mengandung cacat fisikmental mendapatkan perlakuan yang sama bahkan mereka juga berhak mendapatkan pendidikan yang sama seperti anak-anak yang lainnya. Dalam beberapa hal, kehilangan pendengaran dapat mengakibatkan ketidak mampuan belajar yang lebih serius dibanding kehilangan penglihatan. Kemahiran dan kemampuan menggunakan bahasa simbol biasanya lebih sulit bagi seorang anak dengan gangguan pendengaran hearing impairment disbanding seorang anak yang mengalami gangguan penglihatan IIIisual impairment. Anak yang tidak dapat mendengar atau tidak dapat mendengar dengan baik akan memiliki kesulitan dalam proses ini dan tugas-tugas perkembangan lainnya. Pada dasarnya, anak dengan gangguan pendengaran kemungkinan menghadapi rintangan-rintangan yang besar dalam bidang- bidang pembentukan personal, sosial, dan akademis. Penting untuk dipahami semua guru mengenai rintangan-rintangan ini sehingga mereka mempersiapkan diri untuk membantu siswa dengan gangguan pendengaran dalam mengatasi rintangan tersebut 12 . 12 J. David Smith ,”Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua”, Penerbit Nuansa, Bandung. 2006, Hal. 267 8 Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus student with special needs membutuhkan suatu pola tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, yang berbeda antara satu dan lainnya. Dalam penyusunan program pembelajaran untuk setiap bidang studi, hendaknya guru kelas sudah memiliki data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan dengan karakteristik spesifik, kemampuan dan kelemahannya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat perkembangannya. Kurikulum di Sekolah Dasar Luar Biasa SD-LB ini tidak jauh berbeda dengan kurikulum di SD pada umumnya. Untuk membekali mereka agar dapat hidup mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, maka di SD- LB ini diajarkan berbagai ketrampilan dan pendidikan agama. Pendidikan agama sangat penting dalam membina rohani mereka. Walaupun fungsi pendengaran mereka mengalami gangguan, tetapi jiwa mereka tidak minder dan pesimis karena ketidaksempurnaan yang ada pada tubuh mereka. Guru yang “mumpuni” adalah guru yang mampu mengorganisir kegiatan belajar- mengajar di kelas melalui program pembelajaran individual dengan memperhatikan kemampuan dan kelemahan setiap individu siswa. Pola kegiatan pembelajaran ini kita kenal dengan nama lain sebagai individualized educational program IEP. Selama proses kegiatan pembelajaran, guru kelas ditantang untuk dapat memberikan intervensi khusus guna mengatasi bentuk kelainan-kelainan perilaku yang muncul, agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar 13 . Pelaksanaan pendidikan di Sekolah Dasar Luar Biasa SDLB ini di bimbing oleh guru atau di sebut dengan instruktor. Seorang guru harus mempunyai kompetensi yang tinggi, sebab dengan kompetensi tersebut seorang pendidik dapat menguasai dan mengolah bahan pelajaran, mampu mengelola proses belajar-mengajar mampu memilih dan memakai metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik, mengingat kondisi peserta didik di SDLB ini adalah anak yang tidak bisa bicara dan mendengar 13 Prof. Dr. Bandi Delphie, M.A., S.E, “Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus,”PT. Refika Aditama, Bandung 2006, Hal. 1-2 9 Tunarungu Wicara, sehingga perlu adanya keprofesionalan dari seorang pendidik dalam kegiatan belajar-mengajar. Tugas Guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi dalam proses belajar-mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan Guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara Guru dengan siswanya. Ketidaklancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang diberikan Guru. Guru dalam suatu sekolah merupakan elemen yang paling esensial. Ia merupakan pendiri sekolah, sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu sekolah semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi Gurunya. Di sebuah sekolah Guru merupakan salah satu pemicu minat murid untuk menuntut ilmu. Dalam hal pembelajaran, Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian para murid baik dalam tata cara bergaul dan bermasyarakat dengan sesama murid lainnya. Untuk terciptanya hal tersebut, maka dibutuhkan sebuah sistem komunikasi yang baik dengan menggunakan metode-metode pengajaran di dalamnya. Metode pengajaran dan materi pelajaran yang diajarkan seorang Guru khususnya Guru agama kepada murid ditentukan oleh seberapa jauh kedalaman ilmu pengetahuan sang Guru dan yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terlepas dalam norma-norma agama. Sedangkan tujuan dari metode pengajaran Guru agama lebih mengutamakan niat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Guru agama disini tidak hanya sekedar Guru tetapi menjadi seorang da’i, di dalam metode penyampaiannya adalah tentang agama. Proses komunikasi tersebut selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan majunya ilmu pengetahuan. Pada awalnya manusia hanya mengenal komunikasi melalui suara. Komunikasi semacam ini terbatas pada jarak dekat dan face to face saja. Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, 10 komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri, karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya. 14 Dan pada umumnya komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia, dengan berkomunikasi melakukan sesuatu hubungan, karena manusia adalah makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan satu sama lain saling membutuhkan. Hubungan individu yang satu dengan yang lainnya dapat dilakukan dengan berkomunikasi. Dengan komunikasi, manusia mencoba pula manusia melaksanakan kewajibannya. 15 Dalam perspektif agama, bahwa komunikasi sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia dalam bersosialisasi. Manusia dituntut agar pandai dalam berkomunikasi. Hal ini dijelaskan dalam Al- qur’an surat Ar-Rahman ayat 1-4 yang berbunyi: Artinya : Tuhan yang Maha pemurah, Yang Telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara Ar-Rahman ayat 1-4. Komunikasi dalam istilah pendidikan dikenal sebagai komunikasi instruksional, dan komunikasi ini merupakan salah satu aspek fungsi komunikasi untuk meningkatkan kualitas berfikir pada pelajar sebagai komunikan dalam situasi instruksional yang terkondisi. Misalnya Guru disamping sanggup mengajar untuk memberikan instruksi kepada pelajar. Komunikasi instruksional ini lebih mengarah kepada pendidikan dan pengajaran, bagaimana seorang pengajar memiliki kerja sama dengan muridnya, sehingga pesan atau materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Komunikasi instruksional merupakan satu bentuk atau pola 14 H.A.W. Widjaja, “Ilmu Komunikasi Pengantar Studi”, Jakarta, 2000, PT. Rineka Cipta, Cet, ke-2, hal.26 15 Toto Tasmara, “Komunikasi Dakwah”,Jakarta, 1997, Gaga Media Pratama, Cet ke-2, hal.6 11 komunikasi dalam dunia pendidikan dan pengajaran dapat terjadi dimana saja. Berangkat dari keprihatinan yang dialami siswai tunarungu ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang dilakukan di SLB-B Frobel Montessori Condet Jakarta Timur karena peneliti melihat bahwa ada beberapa siswai tunarungu seperti kehilangan interaksi dikarenakan keterbatasan fisik yang mereka miliki, kurangnya kasih sayang dari orang disekitarnya begitu juga dengan kurangnya konsep diri. Dengan latar belakang tersebut penulis terdorong untuk menelesuri kembali pola komunikasi antara Guru dan murid di SDLB Frobel Montessori Condet Balekambang Jakarta Timur. Melihat fenomena diatas cukup penting sekali pola komunikasi Guru dalam suatu kegiatan belajar mengajar, karena itu menggugah penulis untuk mengangkat permasalahan judul “Pola Komunikasi Guru dan Murid Di SDLB Frobel Montessori Jakarta Timur ”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

SDLB Frobel Montessori mempuyai ada 2 kelas SDLB B dan SDLB C maka penulis membatasi penelitian hanya pada pola komunikasi Guru dan murid tingkat Sekolah Dasar Luar Biasa B Tuna Rungu dan Tuna Wicara dan bentuk komunikasi pola komunikasi Verbal dan Non Verbal pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Frobel Montessori Condet Balekambang Jakarta Timur.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang akan dibahas, maka penulis merumuskan masalah tersebut yaitu: a. Bagaimana implementasi pola komunikasi yang digunakan Guru terhadap murid di SDLB Frobel Montessori? 12 b. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung antara Guru dan murid?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: 1. Untuk mengetahui implementasi pola komunikasi antara Guru dan murid dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di SDLB Frobel Montessori. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui Guru dalam penyampaian materi pendidikan, yang berkaitan dengan masalah pola komunikasi yang digunakannya dan faktor yang mendukung pola komunikasinya. Manfaat Penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi khazanah kepustakaan atau ilmu pengetahuan kepada mahasiswai terutama Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tentang pola komunikasi Guru dan murid yang dilakukan di SDLB. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan memberikan sumbangan atau masukan bagi para Guru yang menyampaikan materi atau dalam praktek. 13

D. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diperlukan maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai pola komunikasi guru dan murid di SDLB Frobel Montessori Jakarta Timur. 2. Metode Penelitian Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representatif dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis faktual dan akurat mengenai faktor-faktor sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Adapun secara deskriptif adalah bahwa data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh penerapan metode kualitatif 16 . Menurut Jalaluddin Rakhmat metode penelitian deskriptif analisis bertujuan mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memberikan kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang 17 . 3. Subjek dan objek penelitian Subjek peneliti adalah orang yang dapat memberikan informasi. Adapun yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini adalah 16 Lexy, J Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif”, Bandung, 2007, PT. Rosdakarya, Cet. Ke-23, hal.9-10 17 Jalaluddin Rakhmat, “Metode Penelitian deskriptif”, Bandung, 2002, Remaja Rosdakarya, h.25.