LAPORAN AKHIR
[ EVALUASI RPJMD KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
]
Halaman | 8
12. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-
Undangan; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi dan Perangkat Daerah; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara
Penyusunan Pengendalian
dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 17. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengevaluasi capaian kinerja pembangunan Kabupaten Kepulauan Yapen yang didasarkan dari
indikator pada RPJMD sehingga dapat diketahui posisi strategis kinerja pada saat ini serta mendapatkan input kebijakan guna
mencapai target kinerja akhir periode 2017
Tujuan penyusunan dokumen ini adalah; 1. Mengetahui
capaian dari
indikator-indikator kinerja
pembangunan Kabupaten
Kepulauan Yapen
yang
LAPORAN AKHIR
[ EVALUASI RPJMD KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
]
Halaman | 9
dikomparasikan dengan indikator pada RPJMD Kabupaten Kepulauan Yapen.
2. Mengidentifikasi program dan kegiatan yang capaian kinerjanya rendah serta yang capaian kinerjanya tinggi.
3. Merumuskan rekomendasi kebijakan percepatan implementasi program dan kegiatan pembangunan yang telah dirumuskan
dalam RPJMD Kabupaten Kepulauan Yapen.
1.4. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan ini meliputi kegiatan: 1. Melakukan survei indikator-indikator kinerja pembangunan
Kabupaten Kepulauan Yapen pada SKPD di Kabupaten Kepulauan Yapen.
2. Melakukan analisis indikator-indikator kinerja pembangunan Kabupaten Kepulauan Yapen dan dikomparasikan dengan
indikator pada RPJMD Kabupaten Kepulauan Yapen. 3. Melakukan identifikasi program dan kegiatan yang capaian
kinerjanya rendah serta yang capaian kinerjanya tinggi. 4. Merumuskan rekomendasi kebijakan percepatan implementasi
program dan kegiatan pembangunan yang telah dirumuskan dalam RPJMD Kabupaten Kepulauan Yapen.
1.5. Keluaran
Tersusunnya dokumen evaluasi implementasi RPJMD Kabupaten Kepulauan Yapen yang dapat dijadikan sebagai input pembangunan
daerah di Kabupaten Kepulauan Yapen secara substansi memuat: 1. Hasil
analisis indikator-indikator
kinerja pembangunan
Kabupaten Kepulauan Yapen yang dikomparasikan dengan indikator pada RPJMD Kabupaten Kepulauan Yapen.
LAPORAN AKHIR
[ EVALUASI RPJMD KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
]
Halaman | 10
2. Hasil identifikasi program dan kegiatan yang capaian kinerjanya rendah serta yang capaian kinerjanya tinggi.
3. Rumusan rekomendasi kebijakan percepatan implementasi program dan kegiatan pembangunan yang telah dirumuskan
dalam RPJMD Kabupaten Kepulauan Yapen.
LAPORAN AKHIR
[ EVALUASI RPJMD KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
]
Halaman | 11
2.1.
Konsep Otonomi Daerah
Talcott Persons 1987 dalam Hidayat, 2010 mendefinisikan desentralisasi sebagai pembagian kekuasaan pemerintahan oleh
sekelompok penguasa pusat dengan kelompok lainnya, masing- masing memiliki otoritas dalam wilayah tertentu dari suatu negara.
Ada dua substansi penting dalam konteks desentralisasi yaitu: a Pembagian tentang kekuasaan pusat dan daerah; dan b
Pengaturan tentang hubungan keuangan pusat dan daerah.
Salah satu tujuan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalah untuk menjadikan pemerintah lebih dekat dengan rakyatnya,
sehingga pelayanan pemerintah dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa Pemerintah
kabupaten dan kota memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan dan aspirasi masyarakat mereka daripada pemerintah
pusat. Walaupun hal ini sangat potensial bagi kabupaten dan kota untuk lebih responsif terhadap aspirasi masyarakat, namun sebelum
hal tersebut dapat terlaksana, partai politik dan kelompok masyarakat sipil yang ada di daerah perlu diperkuat untuk menjamin
bahwa proses pemerintahan yang bersih dapat terlaksana Kuncoro, 2004.
LAPORAN AKHIR
[ EVALUASI RPJMD KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
]
Halaman | 12
Sejalan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, merupakan titik balik dalam sejarah pemerintahan di Indonesia. Perubahan tersebut menjadi
landasan pada penyelenggaraaan pemerintahan dan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, anatomi urusan pemerintahan dibagi atas urusan absolut dan concurrent. Absolut,
artinya mutlak kewenangan pusat karena dipandang penting bagi keutuhan NKRI yang diselenggarakan berdasarkan asas sentralisasi,
dekonsentrasi kepada wakil pemerintah Gubernur dan instansi vertikal di provinsi dan tugas pembantuan kepada daerah otonom
dan desa. Urusan ini meliputi: 1 Pertahanan dan keamanan, 2 Moneter dan fiskal, 3 Nasional, 4 Yustisia, 5 Politik luar negeri,
dan 6 Agama. Sedangkan urusan yang sifatnya concurrent, kewenangan bersama pusat, provinsi, dan kabupatenkota dapat
didesentralisasikan meliputi: 1 pilihan sektor unggulan, dan 2 urusan wajib pelayanan dasar yang menjadi dasar bagi standar
pelayanan minimal.
Menurut Syarief 2000 dalam Syafrijal, 2009, setidaknya ada tiga alasan pokok mengapa diperlukan otonomi daerah yaitu: Pertama,
political equality artinya meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada tingkat daerah. Hal ini penting artinya untuk meningkatkan
demokratisasi dalam
pengelolaan negara.
Kedua, local
accountability, yaitu meningkatkan kemampuan dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam mewujudkan hak dan aspirasi masyarakat
di daerah. Ketiga, local responsiveness, yaitu meningkatkan respon
LAPORAN AKHIR
[ EVALUASI RPJMD KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
]
Halaman | 13
pemerintah daerah terhadap masalah-masalah sosial ekonomi yang terjadi di daerahnya.
2.2. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional