Program Pembangunan Daerah Konsep Pengukuran Kinerja Pembangunan Daerah

LAPORAN AKHIR [ EVALUASI RPJMD KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN ] Halaman | 20 misi yang akan ditawarkannya kepada masyarakat dengan visi dan misi yang terdapat dalam RPJP daerah bersangkutan.

2.3. Program Pembangunan Daerah

Sebagaimana telah disinggung terdahulu bahwa program pembangunan daerah pada dasarnya merupakan tindakan intervensi yang dilakukan pemerintah dalam rangka mewujudkan arah kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan dalam rencana pembangunan daerah bersangkutan. Program pembangunan tersebut selanjutnya dirinci atas beberapa kegiatan berikut lokasinya yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran program bersangkutan. Dengan kata lain, program pembangunan adalah merupakan kumpulan dari beberapa kegiatan pembangunan terkait. Berdasarkan pengertian tersebut, maka formulasi program pembangunan daerah meliputi 3 unsur utama yaitu a arah kebijakan, b deskripsi dan spesifikasi dari tujuan dan arah program pembangunan, dan c sasaran dan target yang akan dicapai dari pelaksanaan program tersebut. Perumusan program pembangunan tersebut dilakukan untuk semua bidang pembangunan yang terkait langsung maupun tidak langsung dengnan visi misi yang telah ditetapkan. Sedangkan uraian lebih lanjut mencakup kegiatan pada masing masing program ditampilkan pada lampiran RPJM bersangkutan dalam bentuk matriks program dan kegiatan. Selanjutnya, untuk mewujudkan perumusan program dan kegiatan secara terukur, maka matriks program dan kegiatan dilengkapi pula dengan indikator dan target kinerja yang harus dicapai melalui LAPORAN AKHIR [ EVALUASI RPJMD KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN ] Halaman | 21 pelaksanaan program tersebut. Indikator kinerja yang lazim digunakan meliputi 5 unsur pokok yaitu: masukan input, keluaran output, hasil outcome, manfaat benefit dan dampak impacts. Namun demikian, tiadak semua indikator tersebut dapat diukur secara kuantitatif, karena program-program non fisik hanya diukur secara kualitatif.

2.4. Konsep Pengukuran Kinerja Pembangunan Daerah

Pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Dengan demikian, dalam penerapannya akan membutuhkan artikulasi yang jelas mengenai visi, misi, tujuan, sasaran yang dapat diukur dan berhubungan dengan hasil program. Tujuan dan sasaran yang yang diterangkan akan berhubungan dengan hasil atau outcome dari setiap program yang dilaksanakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa melalui pengukuran kinerja organisasi mendapatkan dasar yang reasonable untuk mengambil keputusan- keputusan. Dalam konteks pemeritahan daerah, program dimaksud terkandung di dalam perencanaan strategis Renstra daerah yang menjadi suatu instrumen pertanggungjawaban, sehingga perencanaan strategis dapat menjadi langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja pemerintah daerah Mawardi, 2006. Mengikuti penjelasan resmi yang diberikan BAPPENAS Dadang Solichin, 2008, Indikator Kinerja Performance Indicators pada dasarnya adalah merupakan alat yang dapat membantu perencana dalam mengukur perubahan yang terjadi dalam proses pembangunan WHO, 1991. Sedangkan indikator adalah ukuran dari suatu kegiatan dan kejadian yang berlangsung pada suatu LAPORAN AKHIR [ EVALUASI RPJMD KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN ] Halaman | 22 negara atau daerah. Misalnya berat badan bayi berdasarkan umur adalah indikator bagi status gizi bayi tersebut Wilson dan Sapanuchart, 1993. Indeks Pembangunan Manusia sebagai indikator untuk mengukur kualitas sumberdaya manusia dan lain- lainnya. Indikator Kinerja pelaksanaan program dan kegiatan mempunyai beberapa unsur atau alat pengukuran measurement yang sudah lazim digunakan oleh para perencana. Dalam hal ini terdapat 5 jenis pengukuran indikator pengukuran kinerja yang dapat digunakan dalam merencanakan dan menilai keberhasilan kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan suatu institusi atau daerah. Kelima jenis pengukuran indikator kinerja tersebut adalah sebagai berikut: 1 Masukan input, yaitu berbagai jenis sumberdaya faktor produksi yang diperlukan dalam melaksanakan program dan kegiatan seperti dana, tenaga, peralatan, bahan-bahan yang digunakan dan masukan lainnya. Karena jenis peralatan dan bahan-bahan yang digunakan sangat beragam, kebanyakan masukan yang mudah dinilai adalah dalam bentuk dana dan jumlah serta kualitas tenaga yang digunakan dalam pelaksanaan program dan kegiatan bersangkutan. 2 Keluaran output, yaitu bentuk produk yang dihasilkan secara langsung, baik bersifat fisik maupun non fisik yang dapat dihasilkan dari pelaksanaan program dan kegiatan yang direncanakan. Dari pengukuran keluaran ini akan dapat diketahui apakah suatu program dan kegiatan telah dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan semula. 3 Hasil outcome, yaitu segala sesuatu yang dapat menyebabkan berfungsinya keluaran tersebut secara baik sehingga LAPORAN AKHIR [ EVALUASI RPJMD KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN ] Halaman | 23 memberikan sumbangan terhadap proses pembangunan pada bidang terkait. Perlu hati-hati dalam hal ini karena indikator hasil ini seringkali disamakan dengan indikator keluaran. Walaupun keluaran telah dapat dicapai, tetapi belum suatu hasil outcome sudah tercapai bila keluaran tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Indikator hasil lebih penting bagi proses pembangunan karena menyangkut kepentingan banyak pihak yang terkait. 4 Manfaat benafit, yaitu keuntungan serta aspek positif lainnya yang dapat dihasilkan oleh program dan kegiatan bersangkutan bagi masyarakat dengan berfungsinya keluaran secara optimal. Dengan kata lain, manfaat menunjukkan hal yang diharapkan dapat dicapai bila keluaran dari program dan kegiatan dapat berfungsi dengan baik dan optimal, misalnya peningkatan penyediaan lapangan kerja untuk masyarakat. 5 Dampak impact, yaitu pengaruh positif maupun negative yang muncul bagi pembangunan dan masyarakat secara keseluruhan, baik dalam bentuk peningkatan pertumbuhan ekonomi, penurunan jumlah penduduk miskin, pengurangan tingkat kematian bayi sebagai hasil dari berfungsinya keluaran dari program dan kegiatan bersangkutan secara baik. Perlu hati-hati dalam hal ini karena seringkali antara manfaat dan dampak kelihatannya sangat mirip. Menurut Syafrijal 2009, pengukuran kinerja baru mempunyai arti yang kongkrit bilamana telah didukung pula oleh target kinerja. Sedangkan target kinerja pada dasarnya merupakan ukuran besaran keluaran yang direncanakan ditargetkan untuk dapat dicapai melalui pelaksanaan suatu program dan kegiatan tertentu dalam periode perencanaan. Dalam hal ini, target kinerja tersebut pada dasarnya harus berbentuk dan memenuhi persyaratan berikut ini : LAPORAN AKHIR [ EVALUASI RPJMD KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN ] Halaman | 24 a Angka numerik kuantitatif b Dapat diperbandingkan c Bersifat spesifik Target kinerja ini ditentukan dengan memperhatikan capaian yang dapat diraih di masa lalu dan kemampuan sumberdaya institusi atau daerah bersangkutan yang tersedia pada saat ini berikut prediksi kedepan. Sumberdaya tersebut meliputi dana, baik yang berasal dari pemerintah maupun swasta dan masyarakat, jumlah dan kualitas tenaga kerja dan aparatur serta peralatan yang tersedia. Hal yang kurang logis bilamana target kinerja yang ditetapkan terlalu jauh dari realisasi yang telah dapat dicapai dalam 5 tahun terakhir. Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa tidak semua indikator kinerja ini dapat dapat diukur secara kuantitatif, terutama pada program dan kegiatan yang berkaitan dengan sosial, budaya dan agama. Karena itu, agar pencapaian sasaran pembangunan dapat diketahui, perlu pula diupayakan agar indikator kinerja kuantitatif tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk persentasi pencapaian sehingga indikator tersebut masih bersifat kongkrit dan terukur. Pengukuran keberhasilan pembangunan menurut Fatah 2006 harus melewati dua tahap, yaitu 1 tahapan identifikasi target pembangunan dan 2 tahapan agregasi karakteristik target pembangunan. Tahapan identifikasi target pembangunan diperlukan agar dapat menentukan secara jelas siapa yang akan menikmati hasil pembangunan dan bagaimana upaya-upaya yang dapat dilakukan agar hasil pembangunan tersebut benar-benar dinikmati oleh mereka yang berhak. Pada tahapan agregasi karakteristik target pembangunan diperlukan untuk menjaga agar ketika sekala LAPORAN AKHIR [ EVALUASI RPJMD KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN ] Halaman | 25 pembangunan diperluas, target yang dituju tetap memenuhi karakteristik dan kriteria yang ditetapkan pada tahap identifikasi. Ravvalon dan Datt 1996 menyarankan ukuran keberhasilan pembangunan bisa dilihat dari faktor-faktor berikut, yaitu 1 pengeluaran riil setiap orang dewasa. 2 akses kepada barang yang tidak dipasarkan. 3 distribusi intra rumah tangga dan 4 karateristik personal. Pengeluaran real merupakan indikasi yang lebih akurat dari kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Pengeluaran riil lebih mendekati kepada pengertian disposible income, yaitu pendapatan lebih bersih setelah diperhitungkan berbagai pajak dan penyusutan- penyusutan. Akses kepada barang yang tidak dipasarkan perlu untuk merepresentasikan seberapa jauh fasilitas pelayanan publik dapat menjangkau masyarakat, baik fasilitas publik tersebut berupa infrastuktur, sarana maupun prasarana untuk berbagi jenis kegiatan dan aktifitas pembangunan masyarakat Fatah, 2006. Ukuran keberhasilan pembangunan lainnya adalah dengan pendekatan pengentasan kemiskinan, yakni bahwa keberhasilan pembangunan diukur dengan seberapa jauh upaya –upaya pembangunan dapat mengentaskan kemiskinan. Ukuran kemiskinan ini sendiri cukup bervariasi, namun pada umumnya semua dilandaskan pada kerangka berfikir bahwa ada tingkat atau level tertentu yang harus dipenuhi bagi seorang untuk hidup layak, dan untuk dapat beraktivitas memperbaiki taraf kehidupannya secara bebas dan mandiri tanpa ketergantungan yang berlebihan kepada pihak lain. LAPORAN AKHIR [ EVALUASI RPJMD KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN ] Halaman | 26 Di Indonesia, beberapa jenis ukuran keberhasilan pembangunan yang banyak digunakan dalam masyarakat adalah: 1. Berdasarkan pada pendapatan dan nilai produksi, seperti PDB, pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan perkapita, distribusi pendapatan. 2. Berdasarkan investasi, seperti tingkat investasi, jumlah PMA Penanaman Modal Asing dan PMDN Penanaman Modal Dalam Negeri. 3. Berdasarkan kemiskinan dan pengentasannya, seperti jumlah penduduk miskin, tingkat kecukupan pangan 2100 kilokalori intake, tingkat kecukupan 52 jenis komoditas pangan, tingkat pemenuhan kebutuhan dasar sembilan bahan pokok BPN, Poverty Gap dan Saverity Index, serta metode RAO 16 kg beras dikali 1,25 kemudian dibagi dengan rata-rata rasio pangan terhadap pengeluaran total. 4. Berdasarkan keadaan sosial dan kelestarian lingkungan, seperti tingkat pendidikan untuk berbagai level dan kombinasinya, tingkat kesehatan meliputi kesehatan ibu dan anak dan akses kepada fasilitas hidup yang sehat, tingkat dan kualitas lingkungan meliputi tingkat pencemaran berbagai aspek, tingkat kerusakan hutan, tingkat degradasi lahan dan seterusnya Fatah, 2006. LAPORAN AKHIR [ EVALUASI RPJMD KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN ] Halaman | 27

3.1. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data