Longvin Indonesia, diperoleh bahwa pengaruh negatif yang ditimbulkan dapat berupa kerjasama kerja yang kurang baik, kesulitan dalam koordinasi,
adanya sikap otoriter, pertentangan antar karyawan, rendahnya motivasi dan asumsi tentang terjadinya turnover karyawan pada bagian produksi.
4.3.1 Persepsi Karyawan terhadap Stres Kerja
Persepsi karyawan terhadap stres kerja secara umum dapat diklasifikasikan dengan berbagai faktor yaitu faktor lingkungan,
faktor organisasional dan faktor individual. Dapat diakumulasikan dengan hasil rekapitulasi penilaian karyawan terhadap masing-
masing pernyataan dalam kuesioner, maka diperoleh rataan angka penilaian atau persepsi karyawan yang dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13.Persepsi karyawan terhadap Stres Kerja
No Pernyataan
Rataan 1
Saya mengalami stres kerja selama bekerja di perusahaan 3,26
2 Stres kerja yang saya alami berawal dari tekanan kerja
3,02 3
Stres pekerjaan saya semakin hari bertambah 1,95
4 Saya sudah melakukan usaha untuk meringankan stres dalam pekerjaan
2,85 5
Saya memiliki hubungan kurang baik dengan rekan kerja 2,09
6 Stres kerja yang saya alami dikarenakan oleh volume pekerjaan
2,08 7
Stres kerja yang saya alami dikarenakan oleh sifat pekerjaan 2,95
8 Stres kerja yang saya alami dikarenakan oleh fisik lingkungan kerja
2,63 9
Stres kerja yang saya alami dikarenakan oleh masalah kesehatan pribadi 1,69
Rataan 2,50
Sumber: Data Primer diolah 2012 beban kerja yang diterimanya. Beban kerja yang dialami oleh
karyawan yaitu adanya lembur wajib dan kerja dua shift yang diterapkan oleh pihak Manajemen perusahaan. Persepsi karyawan
terhadap penyebab stres yaitu stres kerja yang dialami berawal dari tekanan kerja dengan rataan 3,02. Ini berarti karyawan kadang-
kadang menghadapi tekanan kerja yaitu dengan adanya jumlah target produksi yang harus dicapai setiap harinya dan desakan waktu kerja.
Persepsi terhadap pernyataan bahwa stres dari pekerjaan semakin hari bertambah dengan memiliki nilai angka rataan 1,95. Hal ini
berarti karyawan tidak setuju terhadap pernyataan bahwa stres kerja setiap hari bertambah, maka dapat diartikan karyawan mengalami
stres kerja akan tetapi masih merasa aman dalam lingkungan kerjanya.
Persepsi karyawan terhadap usaha untuk meringankan stres dalam pekerjaan mempunyai nilai rataan sebesar 2,85. Hal ini berarti
adanya kecenderungan bahwa karyawan kurang setuju mengenai usaha mereka untuk meringankan stres kerja yang dialami sudah
menuju ke arah yang baik. Tetapi dibalik usaha mereka untuk meringankan stres terhadap pekerjaannya, tidak sedikit karyawan
yang mempunyai masalah hubungan yang kurang baik dengan rekan kerja dengan nilai rataan 2,09. Hal tersebut disebabkan oleh volume
pekerjaan yang karyawan hadapi terlalu berlebihan yang memiliki nilai rataan 2,08 hal ini disebabkan dengan adanya kerja dua shift.
Sifat pekerjaan yang kadang berubah tidak sesuai dengan rencana kerja awal menjadi indikasi pengaruh kepada karyawan, hal
ini dapat dilihat dengan nilai rataan yang diperoleh sebanyak 2,95. Indikasi kondisi fisik lingkungan kerja ternyata berpengaruh dalam
stres dikarenakan kondisi lingkungan kerja yang mungkin dirasa kurang nyaman oleh karyawan, hal ini dibuktikan dengan nilai rataan
yang diperoleh 2,63. Lain hal nya dengan kondisi kesehatan yang dimilliki oleh pribadi karyawan dengan nilai rataan 1,69 ini tidak
terlalu berpengaruh terhadap stres kerja yang karyawan miliki. Berdasarkan persepsi terhadap pernyataan-pernyataan tentang
stres kerja yang diajukan, maka terlihat rataan nilai dari keseluruhan yang diperoleh sebesar 2,50 hal ini menunjukkan karyawan tidak
setuju terhadap stres kerja yang terjadi pada bagian produksi PT Longvin Indonesia Sukabumi.
4.3.2 Persepsi Karyawan terhadap Turnover