Stres Kerja TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stres Kerja

Menurut Szilagyi Gitosudarmo, 2000, stres adalah pengalaman yang bersifat internal yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis dalam diri seseorang sebagai akibat dari faktor lingkungan eksternal, organisasi atau orang lain. Stres hanya berhubungan dengan kejadian- kejadian disekitar lingkungan kerja yang merupakan bahaya atau ancaman bahwa perasaan-perasaan yang terutama relevan mencakup rasa takut, cemas, rasa bersalah, marah, sedíh, putus asa dan bosan Lazarus, 1996 dalam Fraser, 1992. Stres merupakan suatu kondisi keadaan seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi yang mempengaruhinya, kondisi tersebut dapat diperoleh dari dalam diri seseorang maupun lingkungan diluar diri seseorang. Stres dapat menimbulkan dampak yang negatif terhadap keadaan psikologis dan biologis bagi karyawan. Menurut Robbin 2002, stres merupakan kondisi dinamis dimana seseorang individu dihadapkan dengan kesempatan, keterbatasan, atau tuntutan sesuai dengan harapan dari hasil yang ingin dicapai dalam kondisi penting dan tidak menentu. Menurut Selye Adi 2000, stres dapat bersifat positif maupun negatif. Stres yang bersifat positif disebut eustress yakni mendorong manusia untuk lebih dapat berprestasi, lebih tertantang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, meningkatkan kinerja dan lain-lain. Sebaliknya, stres yang berlebihan dan bersifat merugikan disebut distress menimbulkan berbagai macam gejala yang umumnya merugikan kinerja karyawan. Gejala-gejala distress melibatkan baik kesehatan fisik maupun psikis. Beberapa contoh gejala distress antara lain adalah gairah kerja menurun, sering membolos atau tidak masuk kerja, tekanan darah tinggi, gangguan pada alat pencernaan, dan lain sebagainya. Dalam organisasi kerja, individu selalu berinteraksi dengan lingkungannya, tetapi interaksi tersebut tidak selalu menguntungkan. Interaksi yang pas akan menghasilkan performansi tinggi, kepuasan dan tingkat stres yang rendah, sebaliknya ketidak-harmonisan interaksi menyebabkan adanya performansi kerja yang buruk, ketidakpuasan dan tingkat stres yang tinggi Muchinsky 1977. Stres juga didefinisikan sebagai suatu tanggapan adaptif, dibatasi oleh perbedaan individual dan proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan lingkungan, situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntutan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang. Menurut Robbin 2002 Stres dapat diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah: 1. Faktor Lingkungan Layaknya ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari suatu organisasi, ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres dikalangan para karyawan dalam organisasi tersebut. Perubahan dalam daur bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomis. Bila ekonomi itu mengerut, orang menjadi mencemaskan keamanan mereka. Begitupun ancaman dan perubahan politik akan mencemaskan keberadaan seseorang terlebih negara. Inovasi baru dapat membuat keterampilan dan pengalaman seorang karyawan usang dalam waktu yang sangat pendek. Oleh karena itu ketidakpastian teknologis dapat merupakan tipe ketiga yang dapat menyebabkan stres. 2. Faktor Organisasional Banyak sekali faktor didalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam suatu kurun waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, seorang bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan sekerja yang tidak menyenangkan merupakan beberapa contoh. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu. Konflik peran menciptakan harapan-harapan hampir tidak bisa dirujukkan atau dipuaskan. Peran yang kelebihan beban dialami bila karyawan itu diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang dimungkinkan oleh waktu. 3. Faktor Individual Lazim nya individual bekerja 40-50 jam sepekan. Pengalaman dan masalah dijumpai orang diluar jam kerja yang lebih dari 120 jam tiap pekan dapat meluber kesetiap pekerjaan. Maka kategori akhir kita mencakup faktor- faktor dalam kehidupan pribadi karyawan. Terutama sekali faktor-faktor ini adalah isu keluarga, masalah ekonomi pribadi, dan karakteristik kepribadian yang sulit dimengerti. Survei nasional secara konsisten, menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. Berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya suatu hubungan, dan kesulitan disiplin pada anak-anak adalah contoh masalah hubungan yang menciptakan stres bagi para karyawan, yang lalu terbawa sampai ke tempat kerja. Robbins 2007. Hubungan antara stres, penyebab dan akibatnya agar dapat dipahami lebih baik, maka perlu mengembangkan suatu model yang terpadu mengenai stres dan pekerjaan seperti Gambar 1. Gambar 1. Model Stres Pekerjaan dalam Organisasi Gibson dkk 1996 Model pada Gambar 1 adalah model stres pekerjaan dalam sebuah organisasi guna mengetahui keterkaitan dan pengaruh stres pekerjaan terhadap perilaku produktif dalam organisasi. Model tersebut dikembangkan oleh Gibson, Ivancevich, Donelly 1996. Stres Dalam Pekerjaan Stres Dalam Pekerjaan Stres Dalam Pekerjaan Kelompok: Hubungan kurang baik dgn rekan kerja dan lingkungan sekitarnya Individupekerjaan: Konflik peran, beban kerja yang terlalu berat, tidak ada kemajuan Keorganisasian: Gaya kepemimpinan, partisipasi,kebijakan tdk jelas Luar organisas : Kelu]arga, diri pribadi dan faktor ekonomi Perbedaan Individu; Usia. Jeniskelamin, persepsi, dan kesehatan Subyektif; Kegelisahan Perilaku: Mudah terkena kecelakaan Kognitif: Tidak mampu mengambil keputusan, kehilangan konsentrasi Fisiologis: Tekanan darah naik, kehilangan konsentrasi Organisasi Produktif Rendah Hasibuan 2003 menyatakan beberapa faktor penyebab stres karyawan antara lain: 1. Beban kerja yang sulit dan berlebihan 2. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar 3. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai 4. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja 5. Balas jasa yang terlalu rendah 6. Masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua dan lain-lain Handoko 2001 mengemukakan 2 dua kategori penyebab stres, yaitu on the job dan off the job. Kondisi-kondisi kerja yang menyebabkan stress on the job sebagai berikut: 1. Beban kerja yang berlebihan 2. Tekanan dan desakan waktu 3. Kualitas supervisi yang jelek 4. Iklim politik yang tidak aman 5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai 6. Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab 7. Kemenduaan peranan role ambiguity 8. Prustasi 9. Konflik antar pribadi dan antar kelompok 10. Perbedaan antar nilai-nilai perusahaan dan karyawan 11. Berbagai bentuk perubahan Sementara, kondisi-kondisi kerja yang menyebabkan stres off the job antara lain: 1. Kekhawatiran finansial 2. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak 3. Masalah-masalah fisik 4. Masalah-masalah perkawinan misal; perceraian 5. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal 6. Masalah-masalah pribadi lainnya, contohnya: kematian anak saudara

2.2. Turnover Intention