kontribusi tersebut adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar -0,22, dan sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar -0,25.
Sedangkan untuk ri yang bernilai positif menunjukkan bahwa sektor perekonomian tersebut mengalami peningkatan kontribusi dalam penyerapan
tenaga kerja di Provinsi DKI Jakarta. Terdapat enam sektor yang memiliki nilai ri positif, yang tertinggi dipegang oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan sebesar 0,39, lalu di posisi kedua dan selanjutnya ditempati oleh sektor bangunan 0,21; sektor pertanian 0,18; sektor pengangkutan dan
komunikasi 0,17; sektor perdagangan, hotel, dan restoran 0,15; sektor jasa-jasa 0,09; dan sektor industri pengolahan 0,07.
5.4. Pertumbuhan Sektor-sektor Unggulan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2003-2007
5.4.1. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2003-2007
Analisis komponen pertumbuhan wilayah sebagai hasil perhitungan shift share digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di
Provinsi DKI Jakarta dari sisi tenaga kerja. Komponen pertumbuhan wilayah terdiri dari komponen Pertumbuhan Nasional PN, komponen Pertumbuhan
Proporsional PP, dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW. Tabel 5.7. memperlihatkan hasil perhitungan shift share berdasarkan
komponen pertumbuhan nasional. Komponen pertumbuhan nasional PN menjelaskan seberapa besar perubahan kesempatan kerja DKI Jakarta yang
disebabkan oleh perubahan kesempatan kerja nasional, atau perubahan kebijakan ekonomi nasional. Jika ditinjau secara keseluruhan, pertumbuhan kesempatan
kerja nasional tahun 2003-2007 telah mempengaruhi peningkatan kesempatan kerja di DKI Jakarta sebesar 340.407 jiwa atau sebesar 10,07 persen.
Tabel 5.7. Analisis Shift Share Menurut Sektor Perekonomian di Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Nasional, Tahun 2003
dan 2007 Sektor Perekonomian
PN
ij
Jiwa Persen
Pertanian 1.706
10,07 Pertambangan dan Penggalian
1.065 10,07
Industri Pengolahan 66.664
10,07 Listrik, Gas dan Air Bersih
1.617 10,07
Bangunan 13.921
10,07 Perdagangan, Hotel, dan restoran
125.446 10,07
Pengangkutan dan Komunikasi 31.838
10,07 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
20.748 10,07
Jasa-jasa 77.401
10,07 Total
340.407 10,07
Sumber : Sakernas 2003 dan 2007, BPS Provinsi DKI Jakarta diolah.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki nilai PN tertinggi, yakni sebesar 125.446 jiwa. Ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi perubahan
pertumbuhan kesempatan kerja di tingkat nasional atau perubahan kebijakan nasional, maka sektor perdagangan, hotel, dan restoran akan menjadi sektor yang
paling terpengaruh terhadap kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja. Perubahan pertumbuhan nasional dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan
kebijakan nasional menyangkut ketenagakerjaan, misalnya kebijakan upah minimum atau penetapan undang-undang ketenagakerjaan.
Sektor dengan nilai PN terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian, yaitu sebanyak 1065 jiwa. Hal ini berarti jika terjadi perubahan
kebijakan ekonomi nasional maka penyerapan tenaga kerja oleh sektor pertambangan dan penggalian tidak akan terlalu mengalami perubahan.
Komponen Pertumbuhan
Proporsional PP
sebagai komponen
pertumbuhan wilayah yang kedua menjelaskan perbedaan kenaikan kesempatan kerja tingkat nasional dengan kenaikan kesempatan kerja sektor perekonomian
secara nasional. Secara keseluruhan, pertumbuhan proporsional mengakibatkan peningkatan kesempatan kerja di Provinsi DKI Jakarta sebesar 322.721 jiwa 9,55
persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Analisis Shift Share Menurut Sektor Perekonomian di Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional, Tahun
2003 dan 2007 Sektor Perekonomian
PPij Jiwa
Persen Pertanian
-2.026 -11,97
Pertambangan dan Penggalian 2.909
27,51 Industri Pengolahan
20.628 3,12
Listrik, Gas dan Air Bersih -393
-2,45 Bangunan
24.643 17,83
Perdagangan, Hotel, dan restoran 148.707
11,94 Pengangkutan dan Komunikasi
30.516 9,66
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan -4.100
-1,99 Jasa-jasa
101.839 13,25
Total 322.721
9,55
Sumber : Sakernas 2003 dan 2007, BPS Provinsi DKI Jakarta diolah.
PP yang bernilai positif PP 0 menunjukkan bahwa sektor perekonomian tersebut di DKI Jakarta memiliki pertumbuhan yang cepat.
Sebaliknya, jika PP bernilai negatif PP 0 berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat. Sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri
pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa memiliki PP bernilai positif.
Sehingga dapat dikatakan bahwa keenam sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat di Provinsi DKI Jakarta.
Sektor ekonomi dengan nilai PP terbesar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 148.707 jiwa 11,94 persen. Namun bila dilihat dari laju
pertumbuhannya, sektor dengan laju pertumbuhan terbesar adalah sektor pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar 27,51 persen. Sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan memiliki nilai PP terkecil, yaitu sebesar -4.100 jiwa, diikuti oleh sektor pertanian yaitu sebesar -2.026 jiwa. Nilai PP yang negatif
pada kedua sektor tersebut mengindikasikan bahwa keduanya memiliki pertumbuhan yang lambat dilihat dari sisi tenaga kerja.
Komponen ketiga adalah Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW, yang timbul karena peningkatan atau penurunan kesempatan kerja dalam suatu wilayah
dibandingkan dengan wilayah lainnya. Nilai PPW positif PPW 0 menunjukkan bahwa sektor yang bersangkutan memiliki daya saing yang baik, sebaliknya
apabila PPW bernilai negatif PPW 0 berarti sektor tersebut kurang berdaya saing apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Pengaruh daya saing menyebabkan secara keseluruhan kesempatan kerja di DKI Jakarta tahun 2003-2007 menurun sebesar 199.386 jiwa -5,90 persen.
Hal ini terjadi karena pada tahun 2003 hingga 2007 sebagian sektor perekonomian di DKI Jakarta kurang dapat bersaing dengan sektor ekonomi pada wilayah
lainnya di Indonesia. Sektor-sektor yang dimaksud adalah sektor pertambangan
dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan
dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa. Ketujuh sektor ekonomi tersebut menunjukkan persentase PPW yang bernilai negatif PPW 0. Sektor pertanian
dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan adalah dua sektor di DKI Jakarta yang berdaya saing baik pada tahun 2003-2007 Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Analisis Shift-Share Menurut Sektor Perekonomian di Provinsi DKI
Jakarta Berdasarkan Komponen Pangsa Wilayah, Tahun 2003 dan 2007
Sektor Perekonomian PPWij
Jiwa Persen
Pertanian 3.333
19,69 Pertambangan dan Penggalian
-6.266 -59,26
Industri Pengolahan -40.416
-6,11 Listrik, Gas dan Air Bersih
-5.187 -32,30
Bangunan -9.757
-7,06 Perdagangan, Hotel, dan restoran
-83.710 -6,72
Pengangkutan dan Komunikasi -9.126
-2,89 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
64.519 31,33
Jasa-jasa -112.777
-14,68 Total
-199.386 -5,90
Sumber : Sakernas 2003 dan 2007, BPS Provinsi DKI Jakarta diolah.
5.4.2. Pergeseran Bersih PB dan Profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor-sektor Perekonomian di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2003-
2007
Nilai pergeseran bersih PB diperoleh dari hasil penjumlahan antara komponen PP dan PPW setiap sektor perekonomian. Pada tahun 2003-2007 di
Provinsi DKI Jakarta terdapat lima sektor yang memiliki nilai PB yang positif dan empat sektor yang memiliki nilai PB negatif. Nilai PB positif PB 0 berarti
pertumbuhan sektor-sektor perekonomian tersebut termasuk ke dalam kelompok progresif maju. Sedangkan nilai PB negatif PB 0 artinya pertumbuhan
sektor-sektor perekonomian tersebut termasuk ke dalam kelompok yang pertumbuhannya lamban.
Tabel 5.10. Pergeseran Bersih Provinsi DKI Jakarta Tahun 2003-2007 Sektor
PB Jiwa
Persen Pertanian
1.307 7,72
Pertambangan dan Penggalian -3.357
-31,75 Industri Pengolahan
-19.789 -2,99
Listrik, Gas dan Air Bersih -5.579
-34,75 Bangunan
14.886 10,77
Perdagangan, Hotel, dan restoran 64.997
5,22 Pengangkutan dan Komunikasi
21.390 6,77
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 60.419
29,33 Jasa-jasa
-10.938 -1,42
Total 123.335
3,65
Sumber : Sakernas 2003 dan 2007, BPS Provinsi DKI Jakarta diolah.
Sektor yang memiliki nilai PB positif adalah sektor pertanian, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sehinggga dapat dikatakan bahwa kelima sektor tersebut termasuk kelompok sektor progresif
maju. Sedangkan sektor yang pertumbuhannya tergolong lamban adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan
air bersih, dan sektor jasa-jasa. Pergeseran bersih keempat sektor tersebut bernilai negatif. Secara keseluruhan, pergeseran bersih menyebabkan peningkatan
kesempatan kerja sebanyak 123.335 jiwa 3,65 persen.
Untuk mengevaluasi profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2003-2007 dari sisi tenaga kerja dilakukan
dengan menggunakan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan. Pada sumbu horizontal terdapat PP sebagai absis dan pada sumbu vertikal terdapat
PPW sebagai ordinat Gambar 5.1. Kuadran I merupakan kuadran di mana PP dan PPW sama-sama bernilai
positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor yang ada di kuadran I memiliki pertumbuhan yang cepat bila dilihat dari nilai PP-nya, dan memiliki daya saing
yang lebih baik jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya, dilihat dari nilai PPW-nya. Pada tahun 2003-2007 tidak ada sektor perekonomian di DKI
Jakarta yang berada di kuadran I. Kuadran II menunjukkan bahwa sektor ekonomi di wilayah yang
bersangkutan pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing sektor tersebut dibandingkan wilayah lainnya kurang baik. Sektor pertambangan dan penggalian,
sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa termasuk ke
dalam kuadran II. Artinya, keenam sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat, akan tetapi kurang dapat bersaing baik dengan sektor ekonomi di wilayah
lainnya. Pertumbuhan yang cepat pada keenam sektor tersebut disebabkan oleh kedudukan Provinsi DKI Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonomi, sosial, politik,
dan budaya dengan sarana dan prasarana yang relatif memadai.
Gambar 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta
Kuadran III merupakan kuadran di mana PP dan PPW bernilai negatif, yang berarti sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki
pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. Termasuk ke dalam kuadran III adalah sektor listrik, gas, dan
air bersih. Sektor listrik, gas, dan air bersih di DKI Jakarta kurang baik daya saingnya karena cakupan pelayanan yang masih sempit dan kapasitas produksi
yang belum optimal. Kuadran IV merupakan kuadran dimana PP bernilai negatif, sementara
PPW bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di
Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian
-70 -60
-50 -40
-30 -20
-10 10
20 30
40
-20 -10
10 20
30
PPW
PP
Pertanian Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa Kuadran I
Kuadran II Kuadran III
Kuadran IV
wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dilihat dari nilai PP yang bernilai negatif, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut
baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya dilihat dari PPW yang bernilai positif. Selama tahun 2003-2007 sektor pertanian dan sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan berada di kuadran IV. Lambatnya pertumbuhan sektor pertanian di DKI Jakarta disebabkan oleh keterbatasan lahan pertanian di
Provinsi DKI Jakarta, serta adanya peralihan lahan pertanian menjadi lahan industri atau bisnis.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1 Berdasarkan kriteria sektor ekonomi yang termasuk sektor basis, serta mampu menghasilkan pendapatan dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang
relatif besar, maka sektor yang merupakan sektor unggulan di DKI Jakarta adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.
2 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor ekonomi yang secara riil mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah terbesar di Provinsi
DKI Jakarta. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi terkecil dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor pertambangan dan penggalian. Secara
keseluruhan, sektor unggulan di DKI Jakarta memiliki peranan besar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu rata-rata menyerap tenaga kerja sekitar 95
persen dari jumlah penduduk yang bekerja. 3 Sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa adalah sektor unggulan yang memiliki pertumbuhan yang cepat di Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan
sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat.