Kesempatan Kerja di Indonesia Tahun 2003-2007

menyerap tenaga kerja sekitar 95 persen dari jumlah penduduk yang bekerja. Sedangkan sektor non unggulan hanya mampu menyerap sekitar 5 persen dari jumlah penduduk yang bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa sektor unggulan di DKI Jakarta memiliki peranan besar dalam penyerapan tenaga kerja. Selama tahun 2003-2007, jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor- sektor unggulan besarnya semakin meningkat. Pada tahun 2003, sektor-sektor unggulan menyerap tenaga kerja sebanyak 3.197.448 jiwa dari total penduduk yang bekerja di DKI Jakarta sebanyak 3.379.202 jiwa. Dan pada tahun 2007, penduduk yang bekerja di sektor-sektor unggulan adalah sebanyak 3.635.624 jiwa dari total penduduk DKI Jakarta yang bekerja sebanyak 3.842.944 jiwa. Tabel 5.4. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Unggulan dan Non Unggulan di Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2003-2007 Tahun Sektor jiwa Total Sektor persentase Total Unggulan Non Unggulan Unggulan Non Unggulan 2003 3.197.448 181.754 3.379.202 95 5 100 2004 3.307.256 190.103 3.497.359 95 5 100 2005 3.345.616 151.458 3.497.074 96 4 100 2006 3.579.745 232.845 3.812.590 94 6 100 2007 3.635.624 207.320 3.842.944 95 5 100 Sumber : Sakernas 2003-2007, BPS Provinsi DKI Jakarta diolah.

5.2. Kesempatan Kerja di Indonesia Tahun 2003-2007

Selama tahun 2003-2007 secara keseluruhan terjadi pertumbuhan kesempatan kerja di tingkat nasional sebesar 10,07 persen. Sektor yang mampu menyerap tenaga kerja terbanyak adalah sektor pertanian. Pada tahun 2003 jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor ini adalah sebesar 42.001.437 jiwa, dan pada tahun 2007 menurun sebanyak 794.963 jiwa 1,89 persen menjadi 41.206.474 jiwa. Indonesia yang merupakan negara agraris memang sudah sewajarnya memiliki tenaga kerja yang besar di sektor pertanian. Apalagi pemerintah terus berupaya menciptakan swasembada pangan bagi masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia mampu memenuhi kebutuhan akan pangan. Selain itu, sektor pertanian terbukti paling lentur dan telah menjadi penampung kelebihan tenaga kerja di sektor formal bukan pertanian. Sektor pertambangan dan penggalian secara nasional memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 37,58 persen selama tahun 2003-2007. Meski begitu, sektor pertambangan dan penggalian memiliki kesempatan kerja terendah kedua setelah sektor listrik, gas, dan air bersih, yakni menyerap sebanyak 722.915 jiwa pada tahun 2003, kemudian meningkat di tahun 2007 menjadi 994.614 jiwa. Rendahnya penyerapan tenaga kerja di sektor pertambangan dan penggalian karena umumnya sektor ini masih didominasi oleh tenaga kerja asing, serta investasi di bidang penggalian masih kurang berkembang. Kesempatan kerja di tingkat nasional selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2003 dan 2007 Sektor Perekonomian Kesempatan Kerja Perubahan jiwa Persen 2003 2007 Pertanian 42.001.437 41.206.474 -794.963 -1,89 Pertambangan dan Penggalian 722.915 994.614 271.699 37,58 Industri Pengolahan 10.927.342 12.368.729 1.441.387 13,19 Listrik, Gas dan Air Bersih 162.490 174.884 12.394 7,63 Bangunan 4.106.597 5.252.581 1.145.984 27,91 Perdagangan, Hotel, dan restoran 16.845.995 20.554.650 3.708.655 22,02 Pengangkutan dan Komunikasi 4.976.928 5.958.811 981.883 19,73 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1.294.832 1.399.490 104.658 8,08 Jasa-jasa 9.746.381 12.019.984 2.273.603 23,33 Total 90.784.917 99.930.217 9.145.300 10,07 Sumber : Sakernas 2003 dan 2007, BPS diolah. Sektor listrik, gas, dan air bersih merupakan sektor yang kesempatan kerjanya paling rendah di tingkat nasional. Pada tahun 2003, penduduk yang bekerja di sektor ini hanya sebanyak 162.490 jiwa. Kemudian pada tahun 2007 penduduk yang bekerja di sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami peningkatan sebanyak 12.394 jiwa 7,63 persen menjadi 174.884 jiwa.

5.3. Rasio Kesempatan Kerja DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2003-2007