Kondisi Geografi Perkembangan Penduduk dan Tenaga Kerja

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografi

Secara geografis, Provinsi DKI Jakarta terletak pada koordinat 5 °19’12” sampai 6 °23’54” Lintang Selatan dan 106°22’42” sampai 106°58’18” Bujur Timur. Jakarta terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian 0-7 meter di atas permukaan laut dan dilalui 26 sungai. Berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 1227 Tahun 1989, Provinsi DKI Jakarta memiliki luas wilayah sebesar 7.659,02 km 2 , yang terdiri dari daratan seluas 661,52 km 2 dan lautan seluas 6.997,5 km 2 , serta terdapat tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu. Batas wilayah Kota Jakarta adalah sebagai berikut :  sebelah utara : Laut Jawa,  sebelah timur : Provinsi jawa Barat,  sebelah selatan : Kota Depok,  sebelah barat : KabupatenKota Tangerang. Keadaan DKI Jakarta secara umum beriklim tropis, dengan suhu udara maksimum berkisar antara 32,7°C-34°C pada siang hari, dan suhu udara minimum berkisar antara 23,8 °C–25,4°C pada malam hari. Rata-rata curah hujan tahunan adalah 237,96 mm, dengan tingkat kelembaban udara mencapai 73-78 persen. Puncak musim kemarau adalah pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter dan suhu yang dapat mencapai hingga 40 °C. Secara administratif, Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima kotamadya yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan, serta satu kabupaten administratif yaitu Kepulauan Seribu. Di seluruh wilayah DKI Jakarta terdapat 43 kecamatan dan 265 kelurahan, dengan pembagian sebagai berikut : Tabel 4.1. Pembagian Wilayah Provinsi DKI Jakarta Wilayah Kecamatan Kelurahan Jakarta Selatan 10 65 Jakarta Timur 10 65 Jakarta Pusat 8 44 Jakarta Barat 8 56 Jakarta Utara 7 35 Wilayah DKI 43 265 Keterangan : termasuk Pulau Seribu. Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2008.

4.2. Perkembangan Penduduk dan Tenaga Kerja

Tingginya pergerakan penduduk dari Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi Bodetabek ke Jakarta telah membawa konsekuensi terhadap laju pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta. Jika pada tahun 1961 jumlah penduduknya hanya mencapai 2,74 juta jiwa, pada tahun 2000 dan 2006 jumlah penduduknya telah mencapai 13,59 juta jiwa dan 8,97 juta jiwa Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2007. Dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah yang tidak terlalu luas menyebabkan kepadatan penduduk DKI Jakarta relatif tinggi. Kepadatan penduduk pada tahun 2002 mencapai 12.652 jiwa per km 2 . Tahun 2006 meningkat menjadi 13.565 jiwa per km 2 . Dan diperkirakan pada tahun 2011 kepadatan penduduk DKI Jakarta mencapai 13.756 jiwa per km 2 . Tabel 4.2 menyajikan data jumlah penduduk, sex ratio, dan kepadatan penduduk menurut kotamadyakabupaten di DKI Jakarta pada tahun 2002-2006. Tabel 4.2. Penduduk DKI Jakarta, Sex Ratio, dan Kepadatan Penduduk Menurut KotamadyaKabupaten Tahun 2002-2006 Kotamadya Kabupaten Penduduk Sex ratio LP Kepadatan Penduduk Laki-laki L Perempuan P L+P Kep. Seribu 16.510 14.852 31.362 111,16 2.656 Jakarta Selatan 1.020.828 1.032,856 2.053.684 98,84 14.092 Jakarta Timur 1.234.020 1.179.855 2.413.875 104,59 12.857 Jakarta Pusat 434.970 456.808 891.778 95,22 18.502 Jakarta Barat 1.061.308 1.069.388 2.130.696 99,24 16.890 Jakarta Utara 721.865 730.420 1.452.285 98,83 10.236 DKI Jakarta 2006 4.489.501 4.484.179 8.973.680 100,12 13.565 2005 4.401.337 4.463.142 8.864.519 98,62 13.346 2004 4.372.337 4.353.293 8.725.630 100,44 13.190 2003 4.312.158 4.291.618 8.603.776 108,48 13.158 2002 4.216.271 4.153.229 8.369.500 101,52 12.652 Sumber : Sakernas 2004-2007, BPS Provinsi DKI Jakarta. Besarnya jumlah penduduk DKI Jakarta antara lain disebabkan oleh tingginya arus migrasi dan urbanisasi dari daerah lain. Sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi yang relatif lengkap dibandingkan daerah lainnya di Indonesia dengan segala atribut kemegahan metropolitannya menjadi salah satu faktor penarik bagi para migran untuk mengadu nasib di kota ini. Jumlah penduduk usia kerja atau biasa disebut tenaga kerja terkait dengan pola struktur umur penduduk suatu daerah. Seiring dengan mengecilnya jumlah penduduk usia muda, jumlah penduduk usia kerja akan mengalami peningkatan. Pada tahun 2007, penduduk usia kerja berusia 15 tahun ke atas di DKI Jakarta mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya yaitu menjadi sekitar 6,7 juta jiwa. Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2006, jumlah penduduk usia kerja meningkat 120,6 ribu jiwa atau meningkat sebesar 1,84 persen. Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa di tahun 2007 sekitar 4,08 juta jiwa penduduk usia kerja digolongkan ke dalam angkatan kerja. Jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2006 4,12 juta jiwa, 2005 4,18 juta jiwa, dan 2004 4,10 juta jiwa. Jumlah pengangguran pada tahun 2005 sempat mengalami peningkatan menjadi 615.917 jiwa dibandingkan keadaan tahun 2004 yang hanya sebanyak 602.741 jiwa. Namun pada tahun 2006 dan 2007 jumlah pengangguran menurun menjadi 590.022 jiwa dan 542.002 jiwa. Tabel 4.3. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama di DKI Jakarta Tahun 2004 – 2007 Kegiatan Utama 2004 2005 2006 2007 1. Penduduk Usia Kerja 15 + 6.620.210 6.628.815 6.571.734 6.692.347 2. Angkatan Kerja jiwa 4.100.100 4.181.248 4.121.821 4.085.030 a Bekerja 3.497.359 3.565.331 3.531.799 3.543.028 b Pengangguran 602.741 615.917 590.022 542.002 3. Bukan Angkatan Kerja jiwa 2.520.110 2.447.567 2.449.913 2.607.317 4. Tingkat Pengangguran Terbuka 14,70 14,73 14,31 13,27 Sumber : Sakernas 2004-2007, BPS Provinsi DKI Jakarta. Struktur penduduk bekerja selama tahun 2004-2007 menunjukkan bahwa proporsi penduduk bekerja di DKI Jakarta yang terbesar adalah di sektor perdagangan,hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, dan sektor industri pengolahan. Selama tahun 2004 hingga tahun 2007 proporsi penduduk yang bekerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah yang terbesar. Bila pada tahun 2004 proporsi penduduk yang bekerja di sektor ini ada sebanyak 35,58 persen, pada tahun 2005 proporsinya meningkat menjadi 38,60 persen. Pada tahun 2006 dan 2007 proporsi penduduk yang bekerja di sektor ini turun menjadi 37,59 persen dan 37,36 persen. Pada periode yang sama, proporsi penduduk yang bekerja di sektor jasa- jasa cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2004 proporsinya adalah sebesar 23,05 persen, kemudian pada tahun 2005 menurun menjadi 22,66 persen. Pada tahun 2006 proporsinya meningkat kembali menjadi 24,03 persen, namun pada tahun 2007 terjadi penurunan menjadi 21,72 persen Tabel 4.4. Tabel 4.4. Proporsi Penduduk Bekerja di DKI Jakarta menrut Sektor Perekonomian Tahun 2004-2007 dalam persen Sektor Perekonomian 2004 2005 2006 2007 Pertanian 0,59 0,56 0,71 0,52 Pertambangan dan Penggalian 0,27 0,17 0,24 0,22 Industri Pengolahan 20,88 18,60 16,69 18,44 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,41 0,23 0,49 0,31 Konstruksi 4,17 3,37 4,67 4,35 Perdagangan, Hotel, dan restoran 35,58 38,60 37,59 37,36 Pengangkutan dan Komunikasi 8,88 9,10 8,10 9,61 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 6,19 6,71 7,48 7,47 Jasa-jasa 23,05 22,66 24,03 21,72 Total 100 100 100 100 Sumber : Sakernas 2004-2007, BPS Provinsi DKI Jakarta. Proporsi penduduk yang bekerja di sektor industri pengolahan juga cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2004 proporsi penduduk yang bekerja di sektor ini adalah 20,88 persen dari total penduduk DKI Jakarta yang bekerja. Pada tahun 2005 dan 2006 proporsinya menurun menjadi 18,60 persen dan 16,69 persen. Pada tahun 2007 proporsinya meningkat menjadi 18,44 persen.

4.3. Perekonomian Provinsi DKI Jakarta