Rasio Kesempatan Kerja DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2003-2007

Tabel 5.5. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2003 dan 2007 Sektor Perekonomian Kesempatan Kerja Perubahan jiwa Persen 2003 2007 Pertanian 42.001.437 41.206.474 -794.963 -1,89 Pertambangan dan Penggalian 722.915 994.614 271.699 37,58 Industri Pengolahan 10.927.342 12.368.729 1.441.387 13,19 Listrik, Gas dan Air Bersih 162.490 174.884 12.394 7,63 Bangunan 4.106.597 5.252.581 1.145.984 27,91 Perdagangan, Hotel, dan restoran 16.845.995 20.554.650 3.708.655 22,02 Pengangkutan dan Komunikasi 4.976.928 5.958.811 981.883 19,73 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1.294.832 1.399.490 104.658 8,08 Jasa-jasa 9.746.381 12.019.984 2.273.603 23,33 Total 90.784.917 99.930.217 9.145.300 10,07 Sumber : Sakernas 2003 dan 2007, BPS diolah. Sektor listrik, gas, dan air bersih merupakan sektor yang kesempatan kerjanya paling rendah di tingkat nasional. Pada tahun 2003, penduduk yang bekerja di sektor ini hanya sebanyak 162.490 jiwa. Kemudian pada tahun 2007 penduduk yang bekerja di sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami peningkatan sebanyak 12.394 jiwa 7,63 persen menjadi 174.884 jiwa.

5.3. Rasio Kesempatan Kerja DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2003-2007

Rasio kesempatan kerja DKI Jakarta dan nasional yang memperlihatkan nilai Ra, Ri, dan ri sebagai hasil perhitungan shift share digunakan untuk melihat perbandingan kesempatan kerja lapangan usaha di DKI Jakarta. Nilai Ra didasarkan pada perhitungan selisih antara kesempatan kerja nasional pada tahun 2007 dan 2003 dibagi dengan kesempatan kerja nasional tahun 2003, sehingga nilai Ra yang didapat tiap sektor memiliki nilai yang sama besar. Nilai Ra sebesar 0,10 menunjukkan bahwa selama tahun 2003-2007 terjadi pertumbuhan kesempatan kerja secara nasional sebesar 0,10 Tabel 5.6.. Tabel 5.6. Rasio Kesempatan Kerja DKI Jakarta dan Nasional Ra, Ri, ri Sektor Perekonomian Ra Ri ri Pertanian 0,10 -0,02 0,18 Pertambangan dan Penggalian 0,10 0,38 -0,22 Industri Pengolahan 0,10 0,13 0,07 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,10 0,08 -0,25 Bangunan 0,10 0,28 0,21 Perdagangan, Hotel, dan restoran 0,10 0,22 0,15 Pengangkutan dan Komunikasi 0,10 0,20 0,17 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0,10 0,08 0,39 Jasa-jasa 0,10 0,23 0,09 Total 0,10 0,10 0,14 Sumber : Sakernas 2003 dan 2007, BPS Provinsi DKI Jakarta diolah Nilai Ri pada Tabel 5.5 menunjukkan kontribusi masing-masing sektor perekonomian dalam menciptakan kesempatan kerja secara nasional. Pada tahun 2003-2007 hanya ada satu sektor yang memiliki nilai Ri negatif, yaitu sektor pertanian, sebesar -0,02. Delapan sektor lainnya memiliki nilai positif dan yang tertinggi dipegang oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,38. Pada tahun 2003-2007 terdapat dua sektor yang memiliki nilai ri negatif. Nilai ri yang negatif mengindikasikan bahwa terjadi penurunan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta. Sektor yang mengalami penurunan kontribusi tersebut adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar -0,22, dan sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar -0,25. Sedangkan untuk ri yang bernilai positif menunjukkan bahwa sektor perekonomian tersebut mengalami peningkatan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja di Provinsi DKI Jakarta. Terdapat enam sektor yang memiliki nilai ri positif, yang tertinggi dipegang oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 0,39, lalu di posisi kedua dan selanjutnya ditempati oleh sektor bangunan 0,21; sektor pertanian 0,18; sektor pengangkutan dan komunikasi 0,17; sektor perdagangan, hotel, dan restoran 0,15; sektor jasa-jasa 0,09; dan sektor industri pengolahan 0,07.

5.4. Pertumbuhan Sektor-sektor Unggulan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2003-2007