8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori-teori
2.1.1 Teori Subsidi
Subsidi adalah suatu bentuk bantuan yang diberikan pemerintah dengan tujuan mensejahterakan masyarakat Zarkasih, 2010. Menurut Handoko dan
Patriadi 2005 subsidi merupakan pembayaran yang diberikan pemerintah kepada badan usaha maupun rumah tangga dengan harapan tercapainya
kondisi yang lebih baik. Subsidi dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Subsidi langsung
dapat berbentuk uang tunai, pinjaman bebas bunga dan sebagainya sedangkan subsidi tidak langsung berbentuk pembebasan penyusutan, potongan sewa dan
semacamnya. Menurut Rini 2006 subsidi dapat berbentuk: 1. Subsidi produksi, dimana pemerintah menutup sebagian biaya
produksi untuk mendorong peningkatan output produk tertentu dan dimaksudkan untuk menekan harga dan memperluas penggunaan
produk tersebut. 2. Subsidi ekspor, yang diberikan pada produk ekspor yang dianggap
dapat membantu neraca perdagangan negara. 3. Subsidi pekerjaan, yang diberikan untuk membayar sebagian dari
beban upah perusahaan agar dapat diserap lebih banyak pekerjaan dan mengurangi pengangguran.
9
4. Subsidi pendapatan, yang diberikan melalui sistem pembayaran transfer pemerintah untuk meningkatkan standar hidup minimum
sebagian kelompok tertentu seperti tunjangan hari tua dan lainnya. Sesuai dengan uraian diatas maka subsidi uang tunai yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah subsidi produksi, dimana peningkatan output produknya ditanggung oleh pemerintah dengan cara menanggung sebagian
biaya produksi yaitu pupuk organik dan benih unggul agar harga jual kepada masyarakat dapat dicapai.
2.1.2 Analisis Usaha Tani
Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya lahan, kerja, modal, waktu dan
pengelolaan yang terbatas untuk mencapai tujuan. Umumnya tujuan petani dalam berusahatani adalah menggunakan seefisien mungkin sumberdaya yang
dimiliki. Prinsip analisis biaya merupakan prinsip terpenting karena petani hanya dapat mengatur biaya produksi dalam usahataninya namun mereka tidak
mampu mengatur harga komoditi yang dijualnya atau memberikan nilai kepada komoditi tersebut. Jika tidak ada peningkatan harga komoditi yang
dihasilkan maka petani harus mengurangi biaya per satuan komoditi yang dihasilkan bila petani ingin meningkatkan pendapatan bersih usahataninya
Soekartawi et al, 1986. Berdasar pada Soekartawi 1986 penggolongan biaya produksi
dilakukan berdasarkan sifatnya yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang
diproduksi. Petani harus tetap membayarnya berapapun jumlah komoditi yang
10
dihasilkan usahataninya. Biaya tetap menjadi sangat penting apabila petani memikirkan tambahan investasi seperti alat pertanian, tenaga kerja, mesin
pertanian atau bangunan. Tiap tambahan investasi dapat dilakukan jika petani mampu membelinya dan dapat memberikan keuntungan dalam jangka
panjang. Biaya tidak tetap yaitu biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah dan ada jika terdapat suatu barang yang diproduksi oleh petani.
Usahatani yang baik adalah usahatani yang bersifat produktif dan efisien dengan produktivitas tinggi dan berkelanjutan. Soekartawi 2006
menjelaskan secara garis besarnya organisasi usahatani terdiri dari unsur- unsur pokok produksi usahatani yang terdiri dari lahan, bibit, pupuk, obat-
obatan pertanian dan tenaga kerja, dimana unsur-unsur produksi tersebut mempunyai peranan yang cukup penting dalam usahatani.
Menurut Soekartawi 1986 pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang
dijual maupun yang tidak dijual serta sebagai ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Semua komponen produk yang
tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar dalam menaksir pendapatan kotor. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua, pertama pendapatan atas
seluruh biaya tunai yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, kedua pendapatan atas biaya total dimana semua input milik petani juga
diperhitungkan sebagai biaya dan dihitung dengan analisis rasio penerimaan dan biaya serta analisis rasio pendapatan dan biaya.
Penerimaan tunai usahatani didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, pengeluaran tunai usahatani yaitu
11
jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Penerimaan tunai dan pengeluaran tunai usahatani tidak mencakup yang
berbentuk benda sehingga nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani dan nilai kerja yang dibayar
dengan benda tidak dihitung sebagai pengeluaran tunai usahatani. Selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani disebut
pendapatan tunai usahatani dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai Soekartawi et al, 1986.
Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara penerimaan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Penerimaan kotor usahatani yaitu
nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual. Pengeluaran total usahatani merupakan nilai semua yang
habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan. Dalam menaksir pendapatan total usahatani semua komponen
produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar Soekartawi et al, 1986.
Keberhasilan usahatani ditentukan oleh hasil analisis pendapatan usahatani. Gambaran keadaan aktual usahatani didapatkan dari analisis
pendapatan usahatani sehingga evaluasi dengan perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan datang dapat dilakukan. Informasi yang
dibutuhkan dalam perhitungan pendapatan usahatani yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan Purba,
2005.
12
Analisis pendapatan usahatani dirasa kurang cukup untuk menyatakan apakah usahatani tersebut memberikan keuntungan atau tidak. Perhitungan
lebih lanjut yaitu perhitungan rasio RC dan rasio BC. Rasio pendapatan dan biaya RC merupakan perbandingan pendapatan bersih yang diperoleh dari
setiap biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Sedangkan, rasio manfaat dan biaya BC merupakan perbandingan manfaat yang didapat dari
setiap biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi Purba, 2005. Nilai rasio RC dan BC lebih dari satu artinya setiap tambahan biaya
yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya sebaliknya jika nilai rasio RC dan BC lebih kecil
dari satu maka usahatani tersebut mengalami kerugian karena untuk setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan
yang lebih kecil daripada tambahan biaya yang dikeluarkan Purba, 2005.
2.1.3 Teori Adopsi